D
I
S
U
S
U
N
OLEH :
Kelompok 1
Kelas 4.1
1
KATA PENGANTAR
Kami panjatkan puji dan syukur kehadiran tuhan yang maha esa atas berkat dan
rahmat karunianya sehingga kami dapat menyusun makalah “Gagal Ginjal ”
dengan baik selesainya penyusunannya berkat bantuan moral maupun material
dari berbagai pihak pada kesempatan ini kelompok mengucapkan terimakasih
kepada :
1. Parlindungan purba, SH, MM, selaku ketua yayasan sari mutiara Medan
2. Dr. Ivan Elisabeth Purba, M.kes, selaku Rektor universitas sari mutiara
Indonesia
3. Taruli Sinaga. SP, M.KM, selaku Dekan Fakultas farmasi dan ilmu
kesehatan
4. Ns, Rinco Siregar, M. kep, M.NS selaku ketua program studi ners fakultas
farmasi dan ilmu kesehatan universitas sari mutiara Indonesia
5. Ns,Endriyani yonlafado Simajuntak , M. kep,selaku dosen pengajar yang
telah memberikan bimbingan,arahan, dan saran kepada kelompok dalam
menyelesaikan makalah ini.
Tim penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan dari isi maupun susunannya, untuk itu tim penulis membuka diri
terhadap kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah
ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya dibidang
keperawatan, akhir kata tim penulis mengucapkan terimakasih.
Medan
November2020
Tim Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................
1.1 Latar Belakang..................................................................................1
1.2 Tujuan Penulisan..............................................................................2
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
1.2 Tujuan
a. Tujuan umum
Mengetahui tentang konsep medis Gagal Ginjal Akut dan Gagal Ginjal
Kronik
b. Tujuan khusus
5
BAB II
TINJAUAN TEORI
6
b. Kondisi Renal (kerusakan aktual jaringan ginjal)
Penyebab intra renal gagal ginjal akut adalah kerusakan glumerulus
atau tubulus ginjal yang dapat disebabkan oleh hal-hal berikut ini :
1) trauma langsung pada ginjal dan cedra akibat terbakar
2) iskemia (pemakaian NSAID, kondisi syok pasca bedah).
3) reaksi transpusi (DIC akibat transfusi tidak cocok).
4) penyakit glumerofaskular ginjal: glumerulunefritis, hipertensi
maligna.
5) nefritis interstitial akut: infeksi berat, induksi obat-obat
nefrotoksin.
c. Kondisi pascaRenal (obstruksi aliran urin)
Kondisi pasca renal yang menyebabkan gagal ginjal akut biasanya
akibat dari obstruksi di bagian distal ginjal. Obstruksi ini dapat
disebabkan oleh kondisi-kondisi sebagai berikut :
1) obstruksi muara pesika urinaria: hipertropi prostat, karsinoma.
2) obstruksi ureter bilateral oleh obstruksi batu saluran kemih,
bekuan darah atau sumabatan dari tumor.
7
prarenal aliran darah ginjal walaupun berkurang masih dapat
memberikan oksigen dan substrat metabolik yang cukup
kepada sel-sel tubulus. Apabila hipoperfusi ginjal tidak segera
diperbaiki, akan mengakibatkan NTA. GGA prarenal
merupakan kelainan fungsional, tanpa adanya kelainan
histologik atau morfologi pada nefron.
2. Gagal ginjal akut renal GGA renal yaitu kelainan yang berasal
dari dalam ginjal dan yang secara tiba-tiba menurunkan
pengeluaran urin. Katagori GGA ini selanjutnya dapat dibagi
menjadi :
a. Keadaan yang mencederai kapiler glomerulus atau
pembuluh darah kecil ginjal lainnya
b. Keadaan yang merusak epitel tubulus ginjal,
c. Keadaan yang menyebabkan kerusakan interstisium
ginjal. Tubulus ginjal merupakan tempat utama
penggunaan energi pada ginjal, yang mudah mengalami
kerusakan bila terjadi iskemia atau oleh obat
nefrotoksik, oleh karena itu kelainan tubulus yang
disebut Nekrosis Tubular Akut (NTA) merupakan
penyebab terbanyak GGA renal.
3. Gagal ginjal akut postrenal GGA postrenal adalah suatu
keadaan di mana pembentukan urin cukup, namun alirannya
dalam saluran kemih terhambat. Penyebab tersering adalah
obstruksi. Obstruksi aliran urin ini akan mengakibatkan
kegagalan filtrasi glomerulus dan transpor tubulus sehingga
dapat mengakibatkan kerusakan yang permanen, tergantung
berat dan lamanya obstruksi.
2.1.4 Patofisiologi
Terdapat empat tahapan klinik dari gagal ginjal akut sebagai berikut :
a. Periode Awal
Merupakan awal kejadian penyakit dan diakhiri dengan terjadinya
oliguria.
b. Periode Oliguri
8
Pada periode ini volume urin kurang dari 400 ml/24 jam, disertai
dengan peningkatan konsentrasi serum dari substansi yang biasanya
diekskresikan oleh ginjal (urea, kreatinin, asam urat, kalium dan
magnesium).Pada tahap ini untuk pertama kalinya gejala uremik
muncul, dan kondisi yang mengancam jiwa seperti hiperkalemia
terjadi.
c. Periode Diuresis
Pasien menunjukkan peningkatan jumlah urin secara bertahap,
disertai tanda perbaikan glumerulus.Nilai laboratorium berhenti
meningkat dan akhirnya menurun.Tanda uremik mungkin masih
ada, sehingga penatalaksanaan medis dan keperawatan masih
diperlukan. Pasien harus dipantau ketat akan adanya dehidrasi
selama tahap ini. Jika terjadi dehidrasi, tanda uremik biasanya
meningkat.
d. Periode Penyembuhan
o Merupakan tanda perbaikan fungsi ginjal danberlangsungselama
3 - 12 bulan
o Nilai laboratorium akan kembali normal
o Namun terjadi penurunan GFR permanen 1% - 3%
9
Sering terjadi pada paska operasi biasanya timbul setelah 24-48
jam setelah trauma oleh sebab nefrotoksik
Stadium Diuresis
Dimana pengeluaran kemih >400 cc /hr – tidak melebihi 4liter/hr
berlangsung 2-3 minggu
Penyebab diuresis adalah diuresis osmotik karena tingginya
kadar urea darah atau kegagalan tubulus utk mempertahankan
garam dan air yg difiltrasi
Stadium Penyembuhan
Berlangsung s/d setahun membaik sedkit demi sedikit
10
11) Klierens kreatinin urine : mungkin secara bermakna menurun
sebelum BUN dan kreatinin serum menunjukan peningkatan
bermakna.
12) Natrium Urine : Biasanya menurun tetapi dapat lebih dari 40
mEq/L bila ginjal tidak mampu mengabsorbsi natrium.
13) Bikarbonat urine : Meningkat bila ada asidosis metabolik.
14) SDM urine : mungkin ada karena infeksi, batu, trauma, tumor,
atau peningkatan GF.
15) Protein : protenuria derajat tinggi (3-4+) sangat menunjukan
kerusakan glomerulus bila SDM dan warna tambahan juga ada.
Proteinuria derajat rendah (1-2+) dan SDM menunjukan infeksi
atau nefritis interstisial. Pada NTA biasanya ada proteinuria
minimal.
16) Warna tambahan : Biasanya tanpa penyakit ginjal ataui infeksi.
Warna tambahan selular dengan pigmen kecoklatan dan
sejumlah sel epitel tubular ginjal terdiagnostik pada NTA.
Tambahan warna merah diduga nefritis glomular.
b. Darah :
1) Hb. : menurun pada adanya anemia.
2) Sel Darah Merah : Sering menurun mengikuti peningkatan
kerapuhan/penurunan hidup.
3) PH : Asidosis metabolik (kurang dari 7,2) dapat terjadi karena
penurunan kemampuan ginjal untuk mengeksresikan hidrogen
dan hasil akhir metabolisme.
4) BUN/Kreatinin : biasanya meningkat pada proporsi ratio 10:1
5) Osmolaritas serum : lebih beras dari 285 mOsm/kg; sering sama
dengan urine.
6) Kalium : meningkat sehubungan dengan retensi seiring dengan
perpindahan selular ( asidosis) atau pengeluaran jaringan
(hemolisis sel darah merah).
7) Natrium : Biasanya meningkat tetapi dengan bervariasi.
8) Ph; kalium, dan bikarbonat menurun.
9) Klorida, fosfat dan magnesium meningkat.
10) Protein : penurunan pada kadar serum dapat menunjukan
kehilangan protein melalui urine, perpindahan cairan, penurunan
11
pemasukan, dan penurunan sintesis,karena kekurangan asam
amino esensial
c. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan radiologis dilakukan bila ada kecurigaan adanya
sumbatan pada saluran kemih. EKG mungkin abnormal
menunjukan ketidakseimbangan elektrolit dan asam/basa
Angiografi (pemeriksaan rontgen pada arteri dan vena) dilakukan
jika diduga penyebabnya adalah penyumbatan pembuluh darah.
Pemeriksaan lainnya yang bisa membantu adalah CT scan dan MRI.
Jika pemeriksaan tersebut tidak dapat menunjukkan penyebab dari
gagal ginjal akut, maka dilakukan biopsi (pengambilan jaringan
untuk pemeriksaan mikroskopis)
2.1.7 Pencegahan
Untuk mengurangi risiko gagal ginjal kronis, cobalah untuk:
a. Jika anda minum minuman beralkohol maka minumlah dengan
tidak berlebihan akan tetapi sebaiknya anda menghindarinya
b. Jika anda menggunakan obat tanpa resep yang dijual bebas. Ikuti
petunjuk yang ada pada kemasannya. Menggunakan obat dengan
dosis yang terlalu tinggi dapat merusak ginjal. Jika anda memiliki
sejarah keluarga dengan penyakit ginjal, tanyalah dokter anda obat
apa yang aman bagi anda
c. Jaga berat badan sehat anda dengan berolahraga rutin.
d. Jangan merokok dan jangan memulai untuk merokok
e. Kontrol kondisi medis anda dengan bantuan dokter jika kondisi
tersebut meningkatkan risiko gagal ginjal.
2.1.8 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan harus ditujukan kepada penyakit primer yang
menyebabkan gagal ginjal akut tersebut, dan berdasarkan keadaan
klinis yang muncul.
a. Mempertahankan keseimbangan cairan
Penatalaksanaan keseimbangan cairan didasarkan pada pengukuran
berat badan harian, pengukuran tekanan vena sentral, konsentrasi
12
urin dan serum, cairan yang hilang, tekanan darah, dan status klinis
pasien.
b. Penanganan hiperkalemia :
Peningkatan kadar kalium dapat dikurangi dengan hal-hal berikut :
1) Glukosa, insulin, kalsium glukonat, natrium bikarbonat
(sebagai tindakan darurat sementara untuk menangani
heperkalemia)
2) Natrium polistriren sulfonat (kayexalate) (terapi jangka pendek
dan digunakan bersamaan dengan tindakan jangka panjang lain)
3) Pembatasan diit kalium
4) Dialisis
c. Menurunkan laju metabolisme
1) Tirah baring
2) Demam dan infeksi harus dicegah atau ditangani secepatnya
d. Pertimbangan nutrisional
1) Diet protein dibatasi sampai 1 gram/kg selama fase oligurik.
2) Tinggi karbohidrat
3) Makanan yang mengandung kalium dan fosfat (pisang, jus jeruk,
kopi) dibatasi, maksimal 2 gram/hari
4) Bila perlu nutrisi parenteral
e. Merawat kulit
1) Masase area tonjolan tulang
2) Alih baring dengan sering
3) Mandi dengan air dingin
f. Koreksi asidosis
1) Memantau gas darah arteri
2) Tindakan ventilasi yang tepat bila terjadi masalah pernafasan
3) Sodium bicarbonat, sodium laktat dan sodium asetat dapat
diberikan untuk mengurangi keasaman
g. Dialisis
13
Dialisis dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya
komplikasi gagal ginjal akut yang serius, seperti hiperkalemia,
perikarditis, dan kejang. Dialisis memperbaiki abnormalitas
biokimia, menghilangkan kecenderungan perdarahan, dan
membantu penyembuhan luka.
Hal-hal berikut ini dapat digunakan sebagai pertimbangan
untuk segera dilakukan dialisis :
Volume overload
1) Kalium > 6 mEq/L
2) Asidosis metabolik (serum bicarbonat kurang dari 15 mEq/L)
3) BUN > 120 mg/dl
4) Perubahan mental signifikan
penurunan GFR
edema paru DX: defisit vol ketidak seimbangan keram otot↑ mual muntah
cairan elektrolit
defisit neurologik
risiko tinggi jantung DX: resiko DX:curah jantung ↓
DX: intoleransi
aritmia 14
2.1.10 Komplikasi
Komplikasi Komplikasi metabolik berupa kelebihan cairan, hiperkalemia,
asidosis metabolik, hipokalsemia, serta peningkatan ureum yang lebih
cepat pada keadaan hiperkatabolik. Pada oligurik dapat timbul edema kaki,
hipertensi dan edema paru yang menimbulkan kegawatan.
15
3. Stadium 3 Gagal ginjal stadium 3, atau lebih dikenal dengan gagal
ginjal stadium akhir. Pada keadaan ini kreatinin serum dan kadar
BUN (Blood Urea Nitrogen) akan meningkat dengan menyolok
sekali sebagai respon terhadap GFR (Glomerulo Filtration Rate)
yang mengalami penurunan sehingga terjadi ketidakseimbangan
kadar ureum nitrogen darah dan elektrolit sehingga pasien
diindikasikan untuk menjalani terapi dialisis atau bahkan perlu
dilakukan transplantasi ginjal.
2.2.3 Etiologi
a. Gangguan pembuluh darah ginjal Salah satu lesi vaskular yang
dapat menyebabkan iskemik pada ginjal dan kematian jaringan
ginjal yang paling sering adalah atreosklerosis pada arteri renalis
besar, dengan konstriksi skleratik progresif pada pembuluh darah.
Hiperplasia fibromuskular dapat menyebabkan sumbatan pada
pembuluh darah. Hipertensi lama yang tidak diobati
mengakibatkan nefrosklerosis yang dicirikan antara lain terjadinya
penebalan, hilangnya elastisistas sistem, perubahan darah ginjal
16
mengakibatkan aliran darah menurun dan akhirnya terjadi gagal
ginjal.
b. Gangguan imunologis Seperti glomerulonefritis (peradangan pada
glomerulo) dan SLE (System Lupus Erythematosus).
c. Infeksi Infeksi ini bisa disebabkan oleh bakteri seperti Echerichia
Coli berasal dari kontaminasi tinja pada traktus urinarius bakteri.
Bakteri Echerichia Coli mencapai ginjal melalui aliran darah dari
traktus urinarius lewat ureter ke ginjal sehingga dapat
mengakibatkan kerusakan irreversible ginjal atau biasa disebut
plenlonefritis.
d. Gangguan metabolik Contoh penyakit gangguan metabolik yaitu
Diabetes Mellitus (DM) dapat menyebabkan mobilisasi lemak
meningkat kemudian terjadi penebalan membran kapiler dan ginjal
berlanjut dengan disfungsi endotel sehingga terjadi nefropati
amiloidosis yang disebabkan endapan zat-zat proteinemia
abnormal pada dinding pembuluh darah secara serius dan
menyebabkan membran glomerulus rusak.
e. Gangguan tubulus primer
Terjadinya nefrotoksis akibat analgesik atau logam berat.
f. Obstruksi traktus urinarius
Oleh batu ginjal, hipertrofi prostat, dan konstriksi uretra.
g. Kelainan kongenital dan herediter
Dapat terjadi karena kondisi keturunan dengan karakteristik kista
atau kantong berisi cairan di dalam ginjal dan organ lain serta tidak
adanya jaringan ginjal yang bersifat kongenital.
17
2.2.4 Patofisiologi
Pada waktu terjadi kegagalan ginjal sebagian nefron (termasuk
glomerulus dan tubulus) diduga utuh sedangkan yang lain rusak.
Nefronnefron yang utuh menjadi hipertrofi dan produksi dari hasil
filtrasi meningkat disertai reabsorpsi walaupun dalam keadaan
penurunan GFR (Glomerulus Filtration Rate). Metode adaptif ini dapat
berfungsi sampai ¾ nefron dari nefron-nefron rusak. Beban bahan
yang harus dilarut menjadi lebih besar daripada yang bisa direabsorpsi
berakibat diuresis osmotik disertai poliuri dan haus. Selanjutnya karena
jumlah nefron yang rusak bertambah banyak timbul oliguri disertai
retensi produk sisa.Gejala-gejala pada pasien menjadi lebih jelas dan
muncul gejala-gejala khas kegagalan ginjal ini bila kira-kira fungsi
ginjal telah hilang 80-90%. Pada tingkat fungsi ginjal dengan nilai
creatinin clearance turun sampai 15 ml/menit atau lebih rendah dari itu.
18
peningkatan aldosteron dan vasokonstriksi arteriol. Pada kondisi
peningkatan aldosteron, akan meningkatkan reabsorpsi natrium,
natrium akan meningkat di cairan ekstra seluler.
19
komplek. Gejala komplikasinya antara lain ; hipertensi, anemia,
osteodistrofi, renal, payah jantung, asidosis metabolik, gangguan
keseimbangan elektrolit (sodium, kalium, khlorida) (Nurarif &
Kusuma, 2015). Manifestasi klinik menurut (Smeltzer, 2001)
antara lain :
I. Tekanan darah tinggi atau hipertensi, (akibat retensi cairan
dan natrium dari aktivitas system renin–angiotensin–
aldosteron).
II. Gagal jantung kongestif dan odem pulmoner (akibat cairan
berlebihan) dan perikarditis (akibat iriotasi pada lapisan
perikardial oleh toksik, pruritis, anoreksia, mual, muntah,
dan cegukan, kedutan otot, kejang, perubahan tingkat
kesadaran, tidak mampu berkonsentrasi).
20
e. Integumen Pada integumen didapat tanda dan gejala kulit
berwarna pucat akibat anemia dan kekuning–kuningan akibat
penimbunanurokrom, mengkilat dan hiperpigmentasi, gatal–
gatal akibat toksik, kuku tipis dan rapuh, kulit kering, bersisik,
rambut tipis dan kasar, memar (purpura).
f. Gangguan endokrin Gangguan seksual : libido fertilitas dan
ereksi menurun, gangguan menstruasi dan aminore. Gangguan
metabolik glukosa, gangguan metabolik lemak dan vitamin D.
g. Gangguan cairan elektrolit dan keseimbangan asam dan basa
Biasanya retensi garam dan air tetapi dapat juga terjadi
kehilangan natrium dan dehidrasi, asidosis, hiperkalemia,
hipomagnesemia, hipokalemia.
h. Sistem hematologi Anemia yang disebabkan karena
berkurangnya produksi eritropoetin. Sehingga rangsangan
eritopoesis pada sumsum tulang berkurang, hemolisis akibat
berkurangnya masa hidup eritrosit dalam suasana uremik
toksik, dapat juga terjadi gangguan fungsi trombosis dan
trombositopeni.
2.2.6 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan gagal ginjal kronik dapat dilakukan dua tahap yaitu
dengan terapi konservatif dan terapi pengganti ginjal. Tujuan dari terapi
konservatif adalah mencegah memburuknya faal ginjal secara progresif,
meringankan keluhan-keluhan akibat akumulasi toksin azotemia,
memperbaiki metabolisme secara optimal, dan memelihara
keseimbangan cairan elektrolit. Beberapa tindakan konservatif yang
dapat dilakukan dengan pengaturan diet pada pasien dengan gagal
ginjal kronik diantaranya yaitu :
1. Diet rendah protein Diet rendah protein bertujuan untuk mencegah
atau mengurangi toksin azotemia, tetapi untuk jangka lama dapat
merugikan terutama gangguan keseimbangan negatif nitrogen.
Jumlah protein yang diperbolehkan kurang dari 0,6 g
protein/Kg/hari dengan LFG (Laju Filtrasi Glomerulus) kurang dari
10 ml/menit.
21
2. Terapi diet rendah Kalium Hiperkalemia (kadar kalium lebih dari
6,5 mEq/L) merupakan komplikasi interdiliatik yaitu komplikasi
yang terjadi selama periode antar hemodialisis. Hiperkalemia
mempunyai resiko untuk terjadinya kelainan jantung yaitu aritmia
yang dapat memicu terjadinya cardiac arrest yang merupakan
penyebab kematian mendadak. Jumlah yang diperbolehkan dalam
diet adalah 40-80 mEq/hari.
3. Optimalisasi dan pertahankan keseimbangan cairan dan garam
Asupan cairan pada gagal ginjal kronik membutuhkan regulasi yang
hati-hati. Asupan yang terlalu bebas dapat menyebabkan kelebihan
beban sirkulasi, edem, dan juga intoksikasi cairan. Kekurangan
cairan juga dapat menyebabkan dehidrasi, hipotensi, dan
memburuknya fungsi ginjal. Aturan umum untuk asupan cairan
adalah keluaran urine dalam 24 jam ditambah 500 ml yang
mencerminkan kehilangan cairan yang tidak disadari.
4. Kontrol hipertensi Pada pasien hipertensi dengan gagal ginjal
kronik, keseimbangan garam dan cairan diatur tersendiri tanpa
tergantung tekanan darah sering diperlukan diuretik loop, selain
obat antihipertensi.
5. Mencegah dan tata laksana penyakit tulang ginjal Hiperfosfatemia
dikontrol dengan obat yang mengikat fosfat seperti aluminium
hidroksida (300-1800 mg) atau kalsium karbonat pada setiap
makan.
6. Deteksi dini dan terapi infeksi Pasien uremia harus diterapi sebagai
pasien imunosupresif dan terapi lebih ketat.
7. Modifikasi terapi obat dengan fungsi ginjal Banyak obat-obatan
yang harus diturunkan dosisnya karena metaboliknya toksik dan
dikeluarkan oleh ginjal.
8. Deteksi dini dan terapi komplikasi Awasi dengan ketat
kemungkinan ensefalopati uremia, perikarditis, neuropati perifer,
hiperkalemia yang meningkat, kelebihan cairan yang meningkat,
infeksi yang mengancam jiwa, kegagalan untuk bertahan, sehingga
diperlukan dialisis.
9. Teknis nafas dalam Breathing exercise atau teknis nafas dalam
bertujuan untuk mencapai ventilasi yang lebih terkontrol dan efisien
22
serta mengurangi udara yang terperangkap serta mengurangi kerja
bernapas. Latihan nafas dalam dapat dilakukan dengan menarik
nafas melalui hidung dengan mulut tertutup tahan selama 3 detik,
kemudian mengeluarkan nafas pelan-pelan melalui mulut dengan
posisi bersiul, purse lips breathing dilakukan dengan atau tanpa
kontraksi otot abdomen selam ekspirasi dan tidak ada udara yang
keluar melalui hidung, dengan purse lips breathing akan terjadi
peningkatan tekanan pada rongga mulut, kemudian tekanan ini akan
diteruskan melalui cabang-cabang bronkus sehingga dapat
mencegah air trapping dan kolaps saluran nafas kecil pada waktu
ekspirasi (Mu’fiah, 2018)
Terapi pengganti ginjal dilakukan pada gagal ginjal kronik stadium
akhir yaitu pada LFG (Laju Filtrasi Glomerulus) kurang dari 15
ml/menit. Terapi tersebut dapat berupa :
1. Hemodialisa Hemodialisa adalah suatu cara untuk mengeluarkan
produk sisa metabolisme melalui membran semipermiabel atau
yang disebutdengan dialisis. Salah satu langkah penting sebelum
memulai hemodialisis yaitu mempersiapkan acces vascular
beberapa minggu atau beberapa bulan sebelum hemodilasis dengan
tujuan untuk memudahkan perpindahan darah dari mesin ke tubuh
pasien.
2. CAPD (Continuous Ambulatory Peritonial Dyalisis) CAPD dapat
digunakan sebagai terapi dialisis untuk penderita gagal ginjal kronik
sampai 3-4 kali pertukaran cairan per hari. Pertukaran cairan dapat
dilakukan pada jam tidur sehingga cairan peritonial dibiarkan
semalam. Terapi dialisis tidak boleh terlalu cepat pada pasien
dialisis peritonial. Indikasi dialisis peritonial yaitu :
a. Anak-anak dan orang tua (umur lebih dari 65 tahun).
b. Pasien-pasien yang telah menderita penyakit sistem
kardiovaskuler.
c. Pasien-pasien yang cenderung akan mengalami perdarahan
bila dilakukan hemodialisis.
d. Kesulitan pembuatan AV shunting.
e. Pasien dengan stroke.
23
f. Pasien gagal ginjal terminal dengan residual urin masih
cukup.
g. Pasien nefropati diabetik disertai morbidity dan co-
mortality.
3. Transplantasi ginjal merupakan cara pengobatan yang lebih disukai
untuk pasien gagal ginjal stadium akhir. Kebutuhan transplantasi
ginjal jauh melebihi ketersediaan ginjal yang ada dan juga
kecocokan dengan dengan pasien (umumnya keluarga dari pasien).
Transplantasiginjal memerlukan dana dan peralatan yang mahal
serta sumber daya yang memadai. Komplikasi akibat pembedahan
atau reaksi penolakan tubuh merupakan keadaan yang timbul akibat
dari transplantasi ginjal.
24
(Glukosa Darah Acak) : Ph menurun kurang dari 7,2, asidosis
metabolik. Natrium serum menurun, kalium meningkat,
magnesium/fosfat meningkat, protein (khusus albumin) :
menurun.
c. Osmolaritas serum lebh dari 285 mOsm/kg.
d. Pelogram retrograd, mengetahui abnormalitas pelvis ginjal dan
ureter.
e. Ultrasono ginjal untuk menentukan ukuran ginjal dan adanya
massa, kista, obstruksi pada saluran perkemihan bagian atas.
f. Endoskopi ginjal, nefroskopi untuk menentukan pelvis ginjal,
keluar batu, hematuria, dan pengangkatan tumor selektif.
g. Arteriogram ginjal untuk mengkaji sirkulasi ginjal dan
mengidentifikasi ekstravaskuler, massa.
h. EKG (Elektrokardiogram) : ketidakseimbangan elektrolit dan
asam basa.
i. Foto kaki, tengkorak, koluna spinal dan tangan :
demineralisasi.
j. Biopsy ginjal : menentukan sel jaringan untuk diagnosis
histologist
2.3.2 Komplikasi
Menurut Prabowo (2014) komplikasi yang dapat timbul dari penyakit gagal ginjal
kronik adalah :
a. Penyakit tulang Penyakit tulang dapat terjadi karena retensi fosfat, kadar
kalsium serum yang rendah, metabolisme vitamin D abnormal dan
peningkatan kadar alumunium.
b. Penyakit kardiovaskuler Ginjal yang rusak akan gagal mengatur tekanan
darah. Ini karena aldosteron (hormon pengatur tekanan darah) jadi bekerja
terlalukeras menyuplai darah ke ginjal. Jantung terbebani karena memompa
semakin banyak darah, tekanan darah tinggi membuat arteri tersumbat dan
akhirnya berhenti berfungsi.tekanan darah tinggi dapat menimbulkan
masalah jantung serius.
c. Anemia Anemia muncul akibat tubuh kekurangan entrokosit, sehingga
sumsum tulang yang mempunyai kemampuan untuk membentuk darah lama
kelamaan juga akan semakin berkurang.
25
d. Disfungsi seksual Pada klien gagal ginjal kronik, terutama kaum pria
kadang merasa cepat lelah sehingga minat dalam melakukan hubungan
seksual menjadi kurang
DX: intoleransi
kelemahan fisik
aktivitas
26
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Gagal Ginjal adalah suatu keadaan dimana ginjal tidak mampu
mengangkut sampah metabolic tubuh atau melakukan fungsi regulernya.
Gagal ginjal akut adalah hilangnya fungsi ginjal secara mendadak dan
hampir lengkap akibat kegagalan sirkulasi renal dan disfungsi tubular dan
glomerular. Ini dimanifestasikan dengan anuria, oliguria, atau volume urin
normal.
Gagal ginjal akut adalah hilangnya fungsi ginjal secara mendadak dan
hampir lengkap akibat kegagalan sirkulasi renal dan disfungsi tubular dan
glomerular. Ini dimanifestasikan dengan anuria, oliguria, atau volume urin
normal.
Gagal ginjal kronis merupakan kegagalan fungsi ginjal (unit nefron) yang
berlangsung pelahan-lahan karena penyebab berlangsung lama dan menetap
yang mengakibatkan penumpukan sisa metabolit (toksik uremik) sehingga
ginjal tidak dapat memenuhi kebutuhan biasa lagi dan menimbulkan gejala
sakit (Hudak & Gallo, 1996).
3.2 Saran
Pada kesempatan ini penulis akan mengemukakan beberapa saran sebagai
bahan masukan yang bermanfaat bagi usaha peningkatan mutu pelayanan
asuhan keperawatan yang akan datang, diantaranya :
1. Bagi perawat dan tenaga medis
Askep Gagal Ginjal ini bisa sebagai acuan dalam melakukan peraktek
pada rumah sakit supaya hasilnya sesuai dengan harapan.
2. Bagi masyarakat
Dengan adanya Askep Gagal Ginjal ini masyarakat dapat mengetahui
tindakan hemodialisa.
3. Bagi mahasiswa
Dengan adanya Askep Gagal Ginjal ini dapat digunakan sebagai
pembanding oleh mahasisiwa kesehatan dalam pembuatan tugas.
27
DAFTAR PUSTAKA
Brunner and Suddarth, 1996, Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8, Jilid 2, EGC,
Suyono, Slamet. (2001). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 3. Jilid I II.
Jakarta.: Balai Penerbit FKUI
28
Peny. vaskular infeksi Obst. Saluran kemih Arterio sklerosis Tertimbun ginjal
Retensi urin Suplai darah ginjal turun GFR turun GGK Sekresi eritropoitis turun
Retensi Na & H2O Sekresi protein terganggu Sindrom uremia Produksi Hb turun
pruritis Nyeri, perubahan warna kulit, kerusakan jaringan CES meningkat
Oksihemogl obin turun Perubahan warna kulit (pucat), edema, CRT >3dtk Tek.
Kapiler naik Edema paru Gangguan pert. gas Volume interstitial naik Dipsnea,
PCH, Kerusakan sianosis, integritas kulit Ketidakefektifan perfusi jar. perifer
29