Anda di halaman 1dari 9

“KEGAWATDARURATAN SISTEM PENGINDRAAN”

MAXILLOFACIALIS INJURI

Disusun Oleh :

KELOMPOK 8
NUR RAHMA HASAN 2201102
SUKMAWATI 2201109
SRI JULIANTI NUR 2201044
DAHLIA 2201067
RAHMAT SAINI 2201086
NURHIDAYAH 2201033
NURUL AULIA FEBRIANI 2201035

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PANAKUKANG MAKASSAR


PRODI S1 KEPERAWATAN KONVERSI
2023
SKENARIO
Tn K usia 55 tahun dibawah oleh keluarganya ke IGD RS. Dr Wahidin Sudiro Husodo
Makassar, sember informasi yang di dapat dari keluarganya bahwa pasien membawa beban
berat dan terjatuh di ruang tamu, tidak sadarkan diri dan keluarga mengatakan 2 tahun
terakhir penglihatannya kabur yang tidak diketahui penyebabnya.

1. Kata Kunci
- Tn. K membawa beban beatar dan terjatuh diruang tamu
- Tn. K ditemukan tidak sadarkan diri
- Penglihatan Tn K kabur selama 2 tahun terakhir dan tidak di ketahui penyebabnya
2. Masalah (Diagnosa Medis)
- Trauma Maxillofacialis
3. Pertanyaan-pertanyaan penting
- Bagaimana Anatomi dan Fisiologi sistem penglihatan?
- Apakah yang dimaksud dengan Ablasio Retina (pengertian, penyebab, tanda dan gejala
serta kedaruratan pada Ablasio retina, kasifikasi Ablasio Retina)?
- Bagaimana patomekanisme terjadinya kegawatdaruratan Ablasio retina?
- Bagaimana prinsip-prinsip intervensi pada trauma mata : ablasio retina?
- Bacaimana cara melaksanakan pengkajian primer dan sekunder pada kegawatdaruratan
kasus trauma mata ablasio retina?
- Apa saja diagnosa keperawatan pada kegawatdaruratan kasus trauma mata ablasio retina?
PEMBAHASAN

A. Anatomi Dan Fisiologi Sistem Penglihatan

Pertumbuhan kranium terjadi sangat cepat pada tahun pertama dan kedua setelah
lahir dan lambat laun akan menurun kecepatannya. Pada anak usia 4-5 tahun, besar
cranium sudah mencapai 90% cranium dewasa. Maksilofasial tergabung dalam
tulang wajah yang tersusun secara baik dalam membentuk wajah manusia. Daerah
maksilofasial dibagi menjadi 3 bagian. Bagian pertama adalah wajah bagian atas, di
mana patah tulang melibatkan frontal dan sinus. Bagian kedua adalah midface
tersebut. Midface dibagi menjadi bagian atas dan bawah. Para midface atas adalah di
mana rahang atas Le Fort II dan III Le Fort fraktur terjadi dan / atau di mana patah
tulang hidung, kompleks nasoethmoidal atau zygomatico maxillary, dan lantai orbit
terjadi. Bagian ketiga dari daerah maksilofasial adalah wajah yang lebih rendah, di
mana patah tulang yang terisolasi ke rahang bawah.
Tulang pembentuk wajah pada manusia bentuknya lebih kecil dari tengkorak otak.
Didalam tulang wajah terdapat rongga-rongga yang membentuk rongga mulut (cavum
oris), dan rongga hidung (cavum nasi) dan rongga mata(orbita).
1. Bagian hidung terdiri atas :
Os Lacrimal (tulang mata) letaknya di sebelah kiri/kanan pangkal hidung disudut
mata. Os Nasal (tulang hidung) yang membentuk batang hidung sebelah atas.
Dan Os Konka nasal (tulang karang hidung), letaknya di dalam rongga hidung
dan bentuknya berlipat-lipat. Septum nasi (sekat rongga hidung) adalah
sambungan dari tulang tapis yang tegak.
2. Bagian rahang terdiri atas tulang-tulang seperti :
Os Maksilaris (tulang rahang atas), Os Zigomaticum, tulang pipi yangterdiri dari
dua tulang kiri dan kanan. Os Palatum atau tulang langit-langit, terdiri dari
dua dua buah tulang kiri dan kanan. Os Mandibularis atau tulang rahang bawah,
terdiri dari dua bagian yaitu bagian kiri dan kanan yang kemudian bersatu di
pertengahan dagu. Dibagian depan dari mandibula terdapat processus coracoids
tempat melekatnya otot.
3. Facial danger zones (Zona bahaya wajah)
Secara anatomi, wajah memiliki beberapa serabut-serabut saraf yang tersebar di
beberapa lokasi di wajah, ada 7 lokasi-lokasi penting di sekitar wajah yang
apabila terjadi trauma atau kesalahan dalam penanganan trauma maksilofasial
akan berakibat fatal, lokasi-lokasi tersebut disebut dengan facial danger zone.

B. Trauma Maxillofacialis
1. Pengertian
Fraktur maksilofasial ialah fraktur yang terjadi pada tulang-tulang pembentuk
wajah. Berdasarkan anatominya wajah atau maksilofasial dibagi menjadi tiga
bagian, ialah sepertiga atas wajah, sepertiga tengah wajah, dan sepertiga bawah
wajah. Bagian yang termasuk sepertiga atas wajah ialah tulang frontalis, regio
supra orbita, rima orbita dan sinus frontalis. Maksila, zigomatikus, lakrimal, nasal,
palatinus, nasal konka inferior, dan tulang vomer termasuk ke dalam sepertiga
tengah wajah sedangkan mandibula termasuk ke dalam bagian sepertiga bawah
wajah.( Muttaqin,Arif. 2008 )
Trauma pada jaringan maksilofasial dapat mencakup jaringan lunak dan
jaringan keras. Yang dimaksud dengan jaringan lunak wajah adalah jaringan lunak
yang menutupi jaringan keras wajah. Sedangkan yang dimaksud dengan jaringan
keras wajah adalah tulang kepala yang terdiri dari : tulang hidung, tulang arkus
zigomatikus, tulang mandibula, tulang maksila, tulang rongga mata, gigi, tulang
alveolus. Yang dimaksud dengan trauma jaringan lunak adalah:
- Abrasi kulit, tusukan, laserasi, tato
- Cedera saraf, cedera saraf fasial
- Cedera kelenjar paratiroid atau duktus Stensen
- Cedera kelopak mata
- Cedera telinga
- Cedera hidung

2. Tanda dan Gejala


Gejala dan tanda trauma maksilofasial dapat berupa
- Dislokasi, berupa perubahan posisi yg menyebabkan maloklusi terutama
pada fraktur mandibular
- Pergerakan yang abnormal pada sisi fraktur
- Rasa nyeri pada sisi fraktur
- Perdarahan pada daerah fraktur yang dapat menyumbat saluran napas
- Pembengkakan dan memar pada sisi fraktur sehingga dapat menentukan
lokasi daerah fraktur
- Krepitasi berupa suara pada saat pemeriksaan akibat pergeseran
- Laserasi yg terjadi pada daerah gusi, mukosa mulut dan daerah sekitar fraktur
- Diskolorisasi perubahan warna pada daerah fraktur akibat pembengkakan
- Numbness, kelumpuhan dari bibir bawah, biasanya bila fraktur terjadi
dibawah nervus alveolaris
- Pada fraktur orbita dapat dijumpai penglihatan kabur atau ganda,
penurunan pergerakan bola mata dan penurunan visus
3. Etiologi
Trauma wajah di perkotaan paling sering disebabkan oleh perkelahian, diikuti
oleh kendaraan bermotor dan kecelakaan industri. Para zygoma dan rahang adalah
tulang yang paling umum patah selama serangan. Trauma wajah dalam pengaturan
masyarakat yang paling sering adalah akibat kecelakaan kendaraan bermotor, maka
untuk serangan dan kegiatan rekreasi. Kecelakaan kendaraan bermotor
menghasilkan patah tulang yang sering melibatkan midface, terutama pada pasien
yang tidak memakai sabuk pengaman mereka. Penyebab penting lain dari trauma
wajah termasuk trauma penetrasi, kekerasan dalam rumah tangga, dan pelecehan
anak-anak dan orang tua.
Penyebab pada orang dewasa Presentase %
Kecelakaan lalu lintas 40-45
Penganiayaan/berkelahi 10-15
Olahraga 5-10
Jatuh 5
Lain-lain 5-10

Bagi pasien dengan kecelakaan lalu lintas yang fatal menjadi masalah karena
harus rawat inap di rumah sakit dengan cacat permanen yang dapat mengenai
ribuan orang per tahunnya. Berdasarkan studi yang dilakukan, 72% kematian oleh
trauma maksilofasial paling banyak disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas
(automobile).
Berikut ini tabel etiologi trauma maksilofasial :
Penyebab pada anak Presentase %
Kecelakaan lalu lintas 10-15
Penganiayaan/berkelahi 5-10
Olahraga (Termasuk naik sepeda ) 50-65
Jatuh 5-10

4. Kedaruratan Pada Taruma Maxillofacial


5. Kasifikasi Ablasio Retina
Trauma maksilofasial dapat diklasifikasikan menjadi dua bagian, yaitu trauma
jaringan keras wajah dan trauma jaringan lunak wajah. Trauma jaringan lunak
biasanya disebabkan trauma benda tajam, akibat pecahan kaca pada kecelakaan lalu
lintas atau pisau dan golok pada perkelahian.
a. Trauma jaringan lunak wajah
Luka adalah kerusakan anatomi, diskontinuitas suatu jaringan oleh karena
trauma dari luar.
Trauma pada jaringan lunak wajah dapat diklasifikasikan berdasarkan :
- Berdasarkan jenis luka dan penyebab: Ekskoriasi Luka sayat, luka robek ,
luka bacok Luka bakar, Luka tembak.
- Berdasarkan ada atau tidaknya kehilangan jaringan
Dikaitkan dengan unit estetik
b. Trauma jaringan keras wajah
Klasifikasi trauma pada jaringan keras wajah di lihat dari fraktur tulang
yang terjadi dan dalam hal ini tidak ada klasifikasi yg definitif. Secara umum
dilihat dari terminologinya, trauma pada jaringan keras wajah dapat
diklasifikasikan berdasarkan:
Dibedakan berdasarkan lokasi anatomic dan estetika
- Berdiri Sendiri : fraktur frontal, orbita, nasal, zigomatikum, maxilla,
mandibulla, gigi dan alveolus
- Bersifat Multiple : Fraktur kompleks zigoma, fronto nasal dan
fraktur kompleks mandibular
- Berdasarkan Tipe fraktur :
 Fraktur simple
Merupakan fraktur sederhana, liniear yang tertutup misalnya pada
kondilus, koronoideus, korpus dan mandibula yang tidak bergigi.
Fraktur tidak mencapai bagian luar tulang atau rongga mulut.
Termasukgreenstik fraktur yaitu keadaan retak tulang, terutama
pada anak dan jarang terjadi.
 Fraktur kompoun
 Fraktur lebih luas dan terbuka atau berhubungan dengan jaringan
lunak. Biasanya pada fraktur korpus mandibula yang mendukung
gigi, dan hampir selalu tipe fraktur kompoun meluas dari
membran periodontal ke rongga mulut, bahkan beberapa luka
yang parah dapat meluas dengan sobekan pada kulit.
 Fraktur komunisi
Benturan langsung terhadap mandibula dengan objek yang tajam
seperti peluru yang mengakibatkan tulang menjadi bagian bagian
yang kecil atau remuk. Bisa terbatas atau meluas, jadi sifatnya
juga seperti fraktur kompoun dengan kerusakan tulang dan
jaringan lunak.
 Fraktur patologis
 keadaan tulang yang lemah oleh karena adanya penyakit penyakit
tulang, seperti Osteomyelitis, tumor ganas, kista yang besar dan
penyakit tulang sistemis sehingga dapat menyebabkan fraktur
spontan.

C. Patomekanisme Terjadinya Kegawatdaruratan Trauma Maxillofacialis


D. Prinsip-Prinsip Intervensi Pada Trauma Mata : Ablasio Retina
E. Pengkajian Primer Dan Sekunder Pada Kegawatdaruratan Kasus Trauma Mata
Ablasio Retina
F. Diagnosa Keperawatan Pada Kegawatdaruratan Kasus Trauma Mata Ablasio
Retina
G. Intervensi Keperawtan Pada Kegawatdaruratan Kasus Trauma Mata Ablasio
Retina

Anda mungkin juga menyukai