Anda di halaman 1dari 12

Immanuel

Jurnal Ilmu Kesehatan


Volume 9, Nomor 2, Desember 2015 ISSN 1410-234X

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Terjadinya Kegemukan pada


Remaja Kelas X di SMK Negeri 7 Bandung

Daliana Komalasari1, Tri Ardayani1 & Ria Angelina1*


1
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Immanuel Bandung

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi antara hubungan “faktor-faktor yang berhubungan
dengan terjadinya kegemukan pada remaja kelas X di SMK Negeri 7 Bandung”. Jenis penelitian
yang digunakan adalah case control dengan menggunakan pendekatan retrospective. Hipotesis
yang dibuktikan dalam penelitian ini adalah adanya hubungan yang signifikan antara faktor
genetik dengan terjadinya kegemukan pada remaja kelas X di SMK Negeri 7 Bandung. Sampel
penelitian ini adalag para remaja kelas X yang memiliki kategorik berat badan kegemukan dengan
sebanyak 37 responden. Instrument yang digunakan adalah instrument aktivitas fisik, angka
kecukupan gizi dan fakto genetik yang telah dimodifikasi dan telah disesuaikan dengan kebutuhan
penelitian. Instrument aktivitas fisik terdiri dari 16 pertanyaan, instrument pola makan terdiri dari
3 pertanyaan, dan instrument genetik terdiri dari 3 pertanyaan. Hasil uji coba di validitaskan
terlebih dahulu menggunakan korelasi pearson product dengan hasil baik. Hasil penelitian
menunjukan faktor genetik sebanyak 62,16% pada remaja kegemukan ringan, 37,84% pada remaja
kegemukan berat. Nilai p-value sebesar 0,003 dengan α = 0,005, dikarenakan p-value < α maka Ho
ditolak yang artinya ada hubungan yang signifikan antara faktor genetik dengan kegemukan pada
remaja. Dilihat dari hasil analisis ditemukan bahwa faktor lingkungan tidak berpengaruh dengan
terjadinya kegemukan pada remaja.

Kata kunci: kegemukan, faktor genetik

1
Immanuel
Jurnal Ilmu Kesehatan
Volume 9, Nomor 2, Desember 2015 ISSN 1410-234X

Pendahuluan perempuan. Di kota Bandung


memiliki 11,5% dalam kategori
Masa remaja adalah masa kurus, 62,6% dalam kategori normal,
usia ketika anak menjadi lebih 10,4 % dalam kategori kegemukan
konsentrasi pada fisik diri. dan 15,5 % dalam kategori obesitas
Perubahan tubuh yang tidak familier (Soendoro, 2009).
dan fisik yang baru harus terintegrasi Masalah gizi berlebih baru
kedalam konsep diri. Remaja muncul pada akhir-akhir tahun 1990-
menghadapi konflik tentang apa yang an. Peningkatan pendapatan ekonomi
mereka lihat dan apa yang mereka pada kelompok masyarakat terutama
pandang sebagai struktur tubuh ideal. masyarakat perkotaan menyebabkan
Pembentukan citra diri selama masa perobahan gaya hidup, terutama pola
remaja adalah elemen penting dalam makan. Pola makan tradisional yang
pembentukan identitas, krisis tinggi karbohidrat, tinggi serat dan
psikologis dimasa remaja rendah lemak kini bergeser ke
(Prameswari, 2013). Usia remaja makanan yang rendah karbohidrat,
diawali pada usia yang berkisar 10- rendah serat dan tinggi lemak,
13 tahun dan berakhir diusia 18-22 menjadikan makanan tidak
tahun (Indika, 2010). seimbang. Perubahan pola makan ini
Berdasarkan hasil penelitian dipercepat oleh semakin kuatnya arus
yang telah dilakukan oleh The World budaya asing yang disebabkan oleh
Health Organization (WHO) kemajuan globlalisasi informasi dan
memperkirakan sekitar 300 juta ekonomi (Almatsier, 2009).
orang di dunia yang mengalami Beberapa faktor yang
kegemukan (Prameswari, 2013). Di menyebabkan terjadinya kegemukan
Negara berkembang, jumlah remaja dikalangan remaja. Faktor tersebut
dengan kegemukan terbanyak ada di diantaranya adalah faktor genetik,
kawasan Asia yaitu 60% populasi karena cenderung merupakan
atau sekitar 10,6 juta jiwa (Afdal, penyakit yang diturunan sehingga
2011). diduga memiliki penyebab 80%
Secara Nasional berdasarkan anaknya menderita kegemukan jika
IMT (Indeks Masa Tubuh) status gizi kedua orangtua mengalami
penduduk adalah 14,9% dinyatakan kegemukan dan 14% anaknya
kurus, 63,1 % dinyatakan normal, menderita kegemukan jika salah
9,4% dinyatakan kegemukan dan asatu orang tuanya menderita
12,6% dinyatakan obesitas. Menurut kegemukan. Pola makan yang
jenis kelamin pada usia 13-15 tahun berlebih, kurang gerak atau olahraga,
angka kejadian di Provinsi Jawa faktor emosional, faktor lingkungan
Barat adalah 10,9% yang kurus dan dan sosial, faktor gaya hidup
7,4% yang kegemukan pada laki- (Tuerah, 2014).
laki, sedangkan 8,3% yang kurus STM Kimia Bandung, yang
dan 4,6% yang kegemukan pada kini sudah berganti nama menjadi

2
Immanuel
Jurnal Ilmu Kesehatan
Volume 9, Nomor 2, Desember 2015 ISSN 1410-234X

SMK Negeri 7 Bandung yang 2010). Sebagai perawat kegemukan


beralamat di Jl. Soekarno-Hatta Km dikalangan remaja bisa dicegah
11,5 No. 596 Bandung yang kini dengan cara mengadakan
memiliki 4 jurusan yang berbeda, penimbangan berat badan setiap
yaitu : Kimia Industri, Teknologi sebulan sekali, dikarenakan mudah
Tekstil, Analis Kimia, dan Farmasi. terlihat dalam waktu singkat oleh
Sekolah ini memiliki standar ISO. perubahan konsumsi makanan.
Tertuju pada kantinnya yang bersih Berdasarkan uraian diatas dan
dan luas, makanan yang dijualnya melihat permasalahan yang ada
terpantau kebersihannya. Makanan dilapangan yang belum adanya
yang dijual mulai dari nasi goreng, penelitian yang meneliti masalah di
seblak, mie bakso, batagor, gado- SMK Negeri 7 Bandung khusunya
gado, nasi soto, mie rebus/goreng, bagi mereka yang mengalami
jus, dan lain-lain. kegemukan, maka peneliti tertarik
Dari hasil wawancara dan untuk meneliti “Faktor-faktor yang
observasi pada kelas 10, didapatkan berhubungan dengan terjadinya
hasil 37 orang. 23 orang mengalami kegemukan pada remaja kelas X di
kegemukan ringan, dan 14 orang SMK Negeri 7 Bandung”
mengalamai kegemukan yang
berlebih. 38 orang dinyatakan Tujuan
beresiko mengalami kegemukan. 140
orang dinyatakan berat badan normal 1. Tujuan Umum
dan 115 orang dinyatakan berat Untuk mengetahui faktor-
badan kurus. Sedangkan pada kelas faktor yang berhubungan dengan
XI dan XII tidak diambil sampel terjadinya kegemukan pada remaja
dikarenakan kelas XI dan XII sedang kelas X di SMK Negeri 7 Bandung
sibuk melakukan praktik kerja
lapangan, sehingga bila dijadikan 2. Tujuan Khusus
sampel penelitian tidak akan efektif a. Mengidentifikasi faktor
pada waktu penelitiannya. keturunan pada remaja kelas
Kegemukan pada remaja X di SMK Negeri 7 Bandung
dalam jangka panjang dapat memicu b. Mengidentifikasi faktor pola
berbagai penyakit seperti jantung makan pada remaja kelas X
koroner, diabetes mellitus, di SMK Negeri 7 Bandung
penigkatan kadar kolesterol, c. Mengidentifikasi faktor
gangguan ortopedik karena aktivitas fisik pada remaja di
menopang tubuh yang berat, kelas X di SMK Negeri 7
gangguan pernafasan saat tidur, dapat Bandung
terserang infeksi pernafasan, d. Mengidentifikasi kegemukan
kelainan kulit, kegemukan yang pada remaja kelas X di SMK
terjadi pada masa anak-anak dapat Negeri 7 Bandung.
berlanjut hingga dewasa (Indika,

3
Immanuel
Jurnal Ilmu Kesehatan
Volume 9, Nomor 2, Desember 2015 ISSN 1410-234X

e. Mengidentifikasi hubungan Waktu Penelitian


faktor keturunan dengan
terjadinya kegemukan pada Waktu penelitian telah
remaja kelas X di SMK dilaksanakan pada bulan Juni - Juli
Negeri 7 Bandung 2015.
f. Mengidentifikasi hubungan
faktor pola makan dengan Analisa Univariat
terjadinya kegemukan pada Analisa Univariat bertujuan
remaja kelas X di SMK untuk menjelaskan atau
Negeri 7 Bandung mendeskripsikan karakteristik setiap
g. Mengidentifikasi hubungan variabel penelitian baik variabel
faktor aktivitas fisik dengan bebas maupun terikat (Notoatmodjo,
terjadinya kegemukan pada 2010).
remaja kelas X di SMK Frekuensi dengan rumus (Riyanto,
Negeri 7 Bandung. 2011) :
xi
Metode Penelitian p=
Ʃn
Keterangan :
Jenis penelitian ini adalah
P = persentase
penelitian Case Control dengan
Xi = jumlah setiap data
pendekatan retrospective.
N = jumlah data
Sampel Penelitian
Analisa Bivariat
Pada penelitian ini sampel
Analisa bivariat adalah
adalah remaja kelas X di SMK
analisi yang dilakukan terhadap dua
Negeri 7 Bandung yang berbadan
variabel yang diduga berhubungan
kegemukan yang berjumlah 37
atau berkolerasi (Notoatmodjo,
orang.
2010).
Rumus yang dipakai adalah rumus
Tempat Penelitian
Chi-Square atau Uji Kai-Kuadrat
Penelitian dilakukan pada (Riyanto, 2011) dengan rumus :
remaja kelas X di SMK Negeri 7 (fo – fe)²
X ²=Ʃ
Bandung. fe
Keterangan :
x² = Nilai Chi-Square
fo = frekuensi yang diobservasi
fe = frekuensi yang diharakan

4
Immanuel
Jurnal Ilmu Kesehatan
Volume 9, Nomor 2, Desember 2015 ISSN 1410-234X

Hasil Penelitian

Tabel 1
Distribusi Frekuensi Faktor Genetik Pada Remaja Kelas X di SMK Negeri 7 Bandung
Variabel Kategori Frekuensi Persentase
Kegemukan Ringan 23 62,16
Faktor Ada Kegemukan Berat 14 37,84
Genetik Faktor
Tidak Ada Kegemukan Ringan 0 0
Faktor Kegemukan Berat 0 0
Total 37 100

Berdasarkan tabel 1 diatas, responden (62,16%) dikategorikan


diketahui Faktor Genetik Pada kegemukan ringan dan 14 responden
Remaja Kelas X di SMK Negeri 7 (37,84%) dikategorikan kegemukan
Bandung dari 37 responden, 23 berat.

Tabel 2
Distribusi Frekuensi Pola Makan (AKG) Pada Remaja Kelas X di SMK Negeri 7 Bandung
Variabel Kategori Frekuensi Persentase
Faktor Pola Makan Kekurangan 14 37,83
Mencukupi 3 8,11
Kelebihan 20 54,05
Total 37 100

Bardasarkan tabel 2 diatas, responden (54,05%) dinyatakan


diketahui Pola Makan (AKG) Pada memiliki kebutuhan nilai gizi yang
Remaja Kelas X di SMK Negeri 7 berlebih perharinya.
Bandung dari 37 responden, 20

Tabel 3
Distribusi Frekuensi Faktor Aktivitas Fisik Pada Remaja Kelas X di SMK Negeri 7 Bandung
Variabel Kategori Frekuensi Persentase
Faktor Aktivitas Ringan 25 67,57
Fisik Sedang 12 32,43
Berat 0 0
Total 37 100

Bardasarkan tabel 3 diatas, Bandung dari 37 responden, 25


diketahui Faktor Aktivitas Fisik Pada responden (67,57%) dinyatakan
Remaja Kelas X di SMK Negeri 7 memiliki aktivitas fisik ringan

5
Immanuel
Jurnal Ilmu Kesehatan
Volume 9, Nomor 2, Desember 2015 ISSN 1410-234X

Tabel 4
Distribusi Frekuensi Kegemukan Pada Remaja Di SMK Negeri 7 Bandung
Kegemukan Frekuensi Persentase
Kegemukan Ringan 23 62,16
Kegemukan Berat 14 37,84
Total 37 100

Berdasarkan tabel 4 diatas dari 37 responden diantaranya 23


diketahui kegemukan pada remaja responden (62,16%) remaja yang
kelas X di SMK Negeri 7 Bandung memiliki kegemukan ringan

Tabel 5
Hubungan Faktor Genetik Dengan Terjadinya Kegemukan Pada Remaja Kelas X di SMK
Negeri 7 Bandung
Faktor Kegemukan Ringan Kegemukan Berat Total P-Value
Keturunan F % F % F %
Ada Faktor 23 62,16 14 37,84 37 100 0,003
Tidak Ada 0 0 0 0 0 0
Faktor
Total 23 62,16 14 37,84 37 100

Berdasarkan tabel 5 diketahui value = 0,003, maka dapat


bahwa hubungan faktor disimpulkan bahwa adanya faktor
genetikdengan terjadinya kegemukan genetik yang berhubungan dengan
pada remaja di kelas X di SMK terjadinya kegemukan pada remaja
Negeri 7 Bandung. Hasil uji statistik kelas X di SMK Negeri 7 Bandung.
menunjukan bahwa hasil nilai p-

Tabel 6
Hubungan Pola Makan (AKG) Dengan Terjadinya Kegemukan Pada Remaja Kelas X di
SMK Negeri 7 Bandung
Faktor Pola Kegemukan Kegemukan Total P-value
Makan Ringan Berat
F % F % F %
Kurang 8 34,84 6 42,86 14 37,83 0,026
Cukup 3 8,11 0 0 3 8,11
Lebih 12 52,18 8 57,14 20 54,05
Total 23 100 14 100 37 100

Berdasarkan tabel 6 diketahui nilai p-value = 0,026, maka dapat


bahwa hubungan angka kcukupan disimpulkan bahwa tidak adanya
gizi (AKG) dengan terjadinya faktor pola makan yang berhubungan
kegemukan pada remaja kelas X di dengan terjadinya kegemukan pada
SMK Negeri 7 Bandung. Hasil uji remaja kelas X di SMK Negeri 7
statistik menunjukan bahwa hasil Bandung

6
Immanuel
Jurnal Ilmu Kesehatan
Volume 9, Nomor 2, Desember 2015 ISSN 1410-234X

Tabel 7
Hubungan Faktor Aktivitas Dengan Terjadinya Kegemukan Pada Remaja Kelas X di SMK
Negeri 7 Bandung
F. Aktivitas Kegemukan Kegemukan Berat Total P-
Fisik Ringan Value
F % F % F %
Ringan 18 78,26 7 50 25 67,57 0,010
Sedang 5 21,74 7 50 12 32,43
Berat 0 0 0 0 0 0
Total 23 100 14 100 37 100

Berdasarkan tabel 7 diketahui menunjukan bahwa rata-rata faktor


bahwa hubungan aktivitas fisik genetik memberikan pengaruh
dengan terjadinya kegemukan pada sebesar 33% terhadap berat badan
remaja kelas X di SMK Negeri 7 seseorang (Andriani & Wirjatmadi,
Bandung. Hasil uji statistic 2012).
menunjukan bahwa hasil nilai p-
value = 0,010, maka dapat 2. Pola Makan (AKG) Pada
disimpulkan bahwa tidak adanya Remaja
aktivitas fisik yang berhubungan Bardasarkan tabel 2 diatas,
dengan terjadinya kegemukan pada diketahui Pola Makan (AKG) Pada
remaja kelas X di SMK Negeri 7 Remaja Kelas X di SMK Negeri 7
Bandung. Bandung dari 37 responden, 14
responden (37,83%) dinyatakan
Pembahasan bahwa memiliki kurangnya
kebutuhan nilai gizi perharinya. 3
1. Faktor Genetik Pada Remaja responden (8,11%) dinyatakan
Berdasarkan tabel 1 diatas, memiliki kebutuhan nilai gizi yang
diketahui Faktor Genetik Pada cukup perharinya, dan 20 responden
Remaja Kelas X di SMK Negeri 7 (54,05%) dinyatakan memiliki
Bandung dari 37 responden, 23 kebutuhan nilai gizi yang berlebih
responden (62,16%) dikategorikan perharinya.
kegemukan ringan dan 14 responden Kebutuhan pangan setiap
(37,84%) dikategorikan kegemukan orang berbeda-beda arena
berat. dipengaruhi oleh tahap
Hasil penelitian ini didukung perkembangan, tahap fisiologi,
oleh penelitian Muwakidah dan Tri keadaan sakit dan dalam
(2008) dengan judul faktor resiko penyembuhan, aktivitas fisik, dan
yang berhubungan dengan obesitas ukuran tubuh. Pada usia remaja
pada remaja di SMU Batik I tinggi dan bobotnya bertambah,
Surakarta denga hasil adanya sistem kerangka tubuh
hubungan riwayat keluarga dengan pertumbuhannya lengkap, ukuran
obesitas. Sedangkan penghasilan jantung serta organ pencernaan
keluarga tidak ada hubungannya bertambah (Yuniastuti, 2008).
dengan obesitas. Penelitian terbaru

7
Immanuel
Jurnal Ilmu Kesehatan
Volume 9, Nomor 2, Desember 2015 ISSN 1410-234X

Biasanya remaja melewatkan waktu responden (37,84%) remaja yang


sarapan, padahal sarapan berfungsi memiliki kegemukan berat.
sebagai sumber tenaga untuk Kegemukan adalah kelebihan
melakukan kegiatan (Andriani & berat badan sebagai akibat dari
Wirjatmadi, 2012). Orang yang penimbunan lemak tubuh yang
gemuk cenderung makan bila ia berlebihan (Andriani dan Wirjatmadi,
merasa ingin makan, bukan makan 2012). Kegemukan disebabkan oleh
pada saat dia lapar (Indika, 2010). ketidakseimbangan antara konsumsi
kalori dan kebutuhan energi, dimana
3. Faktor Aktivitas Fisik Pada konsumsi terlalu berlebihan
Remaja dibandingkan dengan kebutuhan
Bardasarkan tabel 3 diatas, pemakaian energi (Yuniastuti, 2008).
diketahui Faktor Aktivitas Fisik Pada
Remaja Kelas X di SMK Negeri 7 5. Hubungan Faktor Genetik
Bandung dari 37 responden, 25 Dengan Kegemukan Pada
responden (67,57%) dinyatakan Remaja
memiliki aktivitas fisik ringan dan 12 Berdasarkan tabel 5 diketahui
responden (32,43%) dinyatakan bahwa hubungan faktor
memiliki aktivitas ringan. genetikdengan terjadinya kegemukan
Penelitian yang dilakukan pada remaja di kelas X di SMK
oleh Suryaputra (2012) dengan judul Negeri 7 Bandung. Remaja yang
perbedaan pola makan dan aktivitas memiliki faktor genetic diantaranya
fisik antara remaja obesitas dengan 23 responden (62,16%) pada
non obesitas di SMAK Santa Agnes kegemukan tingan dan 14 responden
Surabaya mengatakan terdapat (37,84%) pada kegemukan berat.
hubungan yang sigenifikan antara Hasil uji statistik menunjukan bahwa
pola makan dan aktivitas fisik hasil nilai p-value = 0,003, maka
dengan remaja yang obesitas. dapat disimpulkan bahwa adanya
Kebutuhan dasar energi seseorang faktor genetik yang berhubungan
menurut FAO/WHO (1985) adalah dengan terjadinya kegemukan pada
konsumsi energi berasal dari remaja kelas X di SMK Negeri 7
makanan yang diperlukan untuk Bandung.
menutupi pengeluaran energi Hasil penelitian ini didukung
seseorang (Almatsier, 2009). oleh penelitian Muwakidah dan Tri
(2008) dengan judul faktor resiko
4. Kegemukan Pada Remaja yang berhubungan dengan obesitas
Berdasarkan tabel 4 diatas pada remaja di SMU Batik I
diketahui kegemukan pada remaja Surakarta denga hasil adanya
kelas X di SMK Negeri 7 Bandung hubungan riwayat keluarga dengan
dari 37 responden diantaranya 23 obesitas. Sedangkan penghasilan
responden (62,16%) remaja yang keluarga tidak ada hubungannya
memiliki kegemukan ringan dan 14 dengan obesitas. Penelitian terbaru

8
Immanuel
Jurnal Ilmu Kesehatan
Volume 9, Nomor 2, Desember 2015 ISSN 1410-234X

menunjukan bahwa rata-rata faktor


genetik memberikan pengaruh 7. Hubungan Faktor Genetik
sebesar 33% terhadap berat badan Dengan Kegemukan Pada
seseorang (Andriani & Wirjatmadi, Remaja
2012). Berdasarkan tabel 7 diketahui
bahwa hubungan aktivitas fisik
6. Hubungan Faktor Genetik dengan terjadinya kegemukan pada
Dengan Kegemukan Pada remaja kelas X di SMK Negeri 7
Remaja Bandung. Remaja yang mengalami
Berdasarkan tabel 6 diketahui kegemukan ringan diantaranya 18
bahwa hubungan angka kcukupan responden (78,26%) memiliki
gizi (AKG) dengan terjadinya kegiatan aktivitas fisik yang ringan,
kegemukan pada remaja kelas X di dan 5 responen (21,74%) memiliki
SMK Negeri 7 Bandung. Remaja kegiatan aktivitas fisik yang sedang.
yang mengalami kegemukan ringan Remaja yang memiliki kegemukan
diantaranya 8 responden (34,84%) berat diantaranya 7 responden (50%)
memiliki Pola Makan yang kurang, 3 memiliki kegiatan aktivitas fisik
responden (8,11%) memilii Pola yang ringan, dan 7 responden (50%)
Makan yang cukup dan 12 responden memiliki kegiatan aktivitas fisik
(52,18%) memiliki angka kecuupan yang sedang. Hasil uji statistic
gizi yang lebih. Remaja yang menunjukan bahwa hasil nilai p-
mengalami kegemukan berat value = 0,010, maka dapat
diantaranya 6 responden (42,86%) disimpulkan bahwa tidak adanya
memiliki Pola Makan yang kurang aktivitas fisik yang berhubungan
dan 8 responden (57,14%) memiliki dengan terjadinya kegemukan pada
angka kecupan gizi yang lebih. Hasil remaja kelas X di SMK Negeri 7
uji statistik menunjukan bahwa hasil Bandung.
nilai p-value = 0,026, maka dapat Kebutuhan dasar energi
disimpulkan bahwa tidak adanya seseorang menurut FAO/WHO
faktor pola makan yang berhubungan (1985) adalah konsumsi energi
dengan terjadinya kegemukan pada berasal dari makanan yang
remaja kelas X di SMK Negeri 7 diperlukan untuk menutupi
Bandung. pengeluaran energi seseorang bila
Orang yang gemuk mempunyai ukuran dan komposisi
cenderung makan bila ia merasa tubuh dengan tingkat aktivitas yang
ingin makan, bukan makan pada saat sesuai dengan kesehatan jangka
dia lapar (Indika, 2010).Biasanya panjang, dan yang memungkinkan
remaja melewatkan waktu sarapan, pemeliharaan aktivitas yang
padahal sarapan berfungsi sebagai dibutuhkan secara sosial dan
sumber tenaga untuk melakukan ekonomi (Almatsier, 2009).
kegiatan (Andriani & Wirjatmadi,
2012). Simpulan

9
Immanuel
Jurnal Ilmu Kesehatan
Volume 9, Nomor 2, Desember 2015 ISSN 1410-234X

Dari hasil penelitian yang responden (62,16%) remaja yang


telah dilakukan terhadap 37 memiliki kegemukan ringan dan
responden pada remaja kelas X di 14 responden (37,84%) remaja
SMK Negeri 7 Bandung dapat yang memiliki kegemukan berat.
diambil beberapa simpulan tentang 5. Adanya hubugan yang signifikan
faktor-faktor yang berhubungan antara faktor genetik dengan
dengan terjadinya kegemukan pada kegemukan yang terjadi pada
remaja kelas X di SMK Negeri 7 remaja kelas X di SMK Negeri 7
Bandung, yaitu : Bandung Kota Bandung, dengan
1. Faktor genetik di SMK Negeri 7 nilai (p-value) adalah 0,003
Bandung Kota Bandung 6. Tidak adanya hubungan yang
diketahui bahwa 37 memiliki signifikan antara faktor pola
faktor keturunan diantaranya 23 makan dengan kegemukan yang
responden (62,16%) terjadi pada remaja kelas X di
dikategorikan pada kegemukan SMK Negeri 7 Bandung Kota
ringan dan 14 responden Bandung dengan nilai (p-value)
(37,84%) dikategorikan pada adalah 0,026.
kegemukan berat. 7. Tidak adanya hubungan yang
2. Pola Makan (AKG) di SMK signifikan antara faktor aktivitas
Negeri Bandung Kota Bandung fisik dengan kegemukan yang
diketahui bawha dari 37 terjadi pada remaja kelas X di
responden, 14 responden SMK Negeri 7 Bandung Kota
(37,83%) dinyatakan bahwa Bandung dengan nilai (p-value)
memiliki kurangnya kebutuhan adalah 0,010.
nilai gizi perharinya. 3
responden (8,11%) dinyatakan Saran
memiliki kebutuhan nilai gizi
yang cukup perharinya, dan 20 1. Bagi Sekolah SMK Negeri 7
responden (54,05%) dinyatakan Bandung
memiliki kebutuhan nilai gizi Dengan adanya penelitian ini
yang berlebih perharinya. mengenai faktor-faktor yang
3. Faktor aktivitas fisik di SMK berhubungangan dengan terjadinya
Negeri 7 Bandung Kota kegemukan pada remaja kelas X di
Bandung diketahui dari 37 SMK Negeri 7 Bandung diharapkan
responden, 25 responden dengan hasil penelitian ini, para
(67,57%) dinyatakan memiliki guru-guru di SMK Negeri 7 Bandung
aktivitas fisik ringan dan 12 untuk lebih sering menimbang berat
responden (32,43%) dinyatakan badan siswa-siswinya setiap bulan.
memiliki aktivitas ringan. Guna menghindari atau
4. Kegemukan pada remaja kelas X meminimalisir terjadinya kegemukan
di SMK Negeri 7 Bandung dari pada remaja.
37 responden diantaranya 23

10
Immanuel
Jurnal Ilmu Kesehatan
Volume 9, Nomor 2, Desember 2015 ISSN 1410-234X

2. Bagi Institusi Sekolah Tinggi Indika,Kinanti. 2010. Gambaran


Ilmu Kesehatan Immanuel Citra Tubuh Pada Remaja yang
Bandung Obesitas.
Bagi Institusi Sekolah Tinggi http://respository.usu.ac.id.
Ilmu Kesehatan Immanuel Bandung (diperoleh tanggal 19
hasil penelitian ini dapat menjadi November 2014)
sumber bacaan bagi mahasiswa STIK
Immauel dan menjadi sebuah Muttaqin, Arif & Sari, Kumala. 2011.
dorongan untuk mengembangkan Gangguan Gastrointestinal
lagi ilmunya khususnya tentang Aplikasi Asuhan Keperawatan
kegemukan. Medikal Bedah. Jakarta :
3. Bagi Peneliti Lainnya Salemba Medika
Hasil penelitian ini Soendoro, Dr. Triono. 2009. Laporan
diharapkan dapat lebih Hasil Riset Kesehatan Dasar
dikembangkan lagi oleh peneliti lain (RISKESDAS) Provinsi Jawa
yang memiliki minat dalam meneliti Barat Tahun 2007. Jakarta :
faktor-faktor berhubungan dengan Badan Penelitian dan
terjadinya kegemukan pada remaja. Pengembangan Kesehatan
4. Bagi Profesi Perawat Departemen Kesehatan RI
Hasil penelitian ini
diharapkan dapat dikembangkan lagi Sugiyono. (2012). Metodelogi
dalam memberikan pelayanan Penelitian Kombinasi (Mixed
kesehatan, khususnya bagi perawat Mehtod). Bandung : Alfabeta
komunitas atau perawat sekolah
Tuwareh, Wulan et al. 2014.
dalam menjaga kesehatan sekolah
Prevalensi Obesitas Pada
dan masyarakat.
Remaja di SMA Kristen
Tumou Tou Kota Bitung.
DAFTAR PUSTAKA
Jurnal e-Biomedik, 2(2), 2
Adriani Merryana &Wirjatmadi
Wulandari Tri &Zulkaida Anita.
Bambang. 2012. Peranan Gizi
2007. Self Regulated Behavior
Dalam Siklus Kehidupan.
Pada Remaja Putri yang
Jakarta : Kencana
Mengalami Obesitas.
Adriani Merryana & Wirjatmadi http://www.academia.edu.
Bambang. 2012. Pengantar (diproleh 28 Oktober 2014)
Gizi Masyarakat. Jakarta :
Veugelers, Paul J & Fitzgerald,
Kencana
Angela L. 2005. Prevalence Of
Altmatsier, Sunita. (2009). Prinsip And Risk Factors For
Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : PT Childhood Overweight And
Gramedia Pustaka Utama Obesity. CMA Media Inc. or its
licensors

11
Immanuel
Jurnal Ilmu Kesehatan
Volume 9, Nomor 2, Desember 2015 ISSN 1410-234X

Yuniastuti, Ari. 2008. Gizi dan


Kesehatan. Yogyakarta : Graha
Ilmu

12

Anda mungkin juga menyukai