Anda di halaman 1dari 23

SIKAP KERJA DALAM ERGONOMI

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ergonomi merupakan salah satu wahana dalam meningkatkan produktifitas
berupa aturan dalam bekerja yang bermaksud membuat sistem kerja selamat, sehat,
aman dan nyaman. Ergonomi menjamin manusia bekerja sesuai dengan kemampuan,
kebolehan dan keterbatasan yang hasil akhirnya manusia mampu berproduksi lebih
optimal selama umur produktifnya tanpa harus mengorbankan keselamatan dan
kesehatannya (Adiputera, 2004). Ergonomi sikap kerja dalam bekerja sangat perlu
diperhatikan, jika sikap kerja bertentangan dengan sikap alami tubuh akan
menimbulkan kelelahan dan cedera pada otot. Dalam sikap yang tidak alami tersebut
akan banyak terjadi pergerakan otot yang tidak seharusnya terjadi sehingga gerakan itu
akan boros energi yang menimbulkan strain dan cedera otot (Adiputera, 2004). Sikap
kerja saat melakukan setiap pekerjaan dapat menentukan atau berpengaruh terhadap
keberhasilan suatu pekerjaan, untuk menghindari hal itu dibutuhkan sikap kerja yang
efektif untuk menghasilkan produksi yang maksimal. Sikap kerja adalah posisi kerja
secara alamiah dibentuk oleh tubuh pekerja akibat berinteraksi dengan fasilitas yang
digunakan ataupun kebiasaan kerja.
Dengan semakin berkembangnya industri saat ini dimana sebagian besar dari
aktivitas fisik manusia dalam industri terjadi dalam kegiatan manual material handling,
dengan kata lain manusia lebih banyak melakukan pekerjaan secara manual dalam
melakukan pemindahan barang atau objek ditunjang lagi dengan posis kerja yang tidak
sesuai dengan aspek ergonomis maka hal ini dapat menyebabkan terjadinya cidera
tubuh, sakit, dan cacat. Masalah dari kegiatan manual material handling dikarenakan
postur tubuh yang salah, repetitif (berulang-ulang), berat, dan durasi yang terkait
dengan pemindahan beban. Salah satu penyebab cedera atau keluhan muskuloskeletal
tersebut jika terdapat ketidakesuaian antara tuntutan tugas (task demand) dan
kemampuan pekerja (worker capability), sehingga sistem muskuloskeletal secara fisik
overexerted.
Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk menulis makalah
dengan judul posisi kerja sesuai ergonomis. Dalam makalah ini juga akan dibahas
tentang dampak posisi kerja yang tidak sesuai ergonomis.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini yaitu :
a. Apa pengertian sikap kerja ?
b. Apa saja macam sikap kerja ?
c. Apa saja dampak sikap kerja yang tidak sesuai ergonomis dan rekomendasi yang
sesuai agar dapat meminimalisir dampak yang ditimbulkan ?
1.3 Tujuan
a. Untuk mengetahui pengertian sikap kerja
b. Untuk mengetahui macam sikap kerja
c. Untuk mengetahui dampak sikap kerja yang tidak sesuai ergonomis dan rekomendasi
yang sesuai agar dapat meminimalisir dampak yang ditimbulkan
1.4 Metode penulisan
Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini yaitu metode studi kepustakaan
dimana menggunakan referensi dari buku dan artikel dari internet.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Sikap Kerja
Sikap tubuh dalam bekerja atau sikap kerja adalah suatu gambaran tentang
posisi badan, kepala dan anggota tubuh (tangan dan kaki) baik dalam hubungan antar
bagian-bagian tubuh tersebut maupun letak pusat gravitasinya. Faktor-faktor yang
paling berpengaruh meliputi sudut persendian, inklinasi vertikal badan, kepala, tangan
dan kaki serta derajat penambahan atau pengurangan bentuk kurva tulang belakang.
Faktor-faktor tersebut akan menentukan efisien atau tidaknya sikap tubuh dalam
bekerja. Sikap tubuh bisa dikatakan efisien adalah jika :
a. menempatkan tekanan yang seimbang pada bagian-bagian tubuh yang berbeda, atau
b. membutuhkan sedikit usaha otot untuk bertahan, atau
c. terasa nyaman bagi masing-masing orang.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan berkaitan dengan sikap tubuh dalam
melakukan pekerjaan, yaitu :
a. Semua pekerjaan hendaknya dilakukan dalam sikap duduk atau sikap berdiri secara
bergantian.
b. Semua sikap tubuh yang tidak alami harus dihindarkan. Seandainya hal ini tidak
memungkinkan, hendaknya diusahakan agar beban statis diperkecil.
c. Tempat duduk harus dibuat sedemikian rupa, sehingga tidak membebani melainkan
dapat memberikan relaksasi pada otot – otot yang sedang tidak dipakai untuk bekerja
dan tidak menimbulkan penekanan pada bagian tubuh (paha). Hal ini dimaksudkan
untuk mencegah terjadinya gangguan sirkulasi darah dan juga untuk mencegah keluhan
kesemutan yang dapat mengganggu aktivitas (Tarwaka, 2004).
2.2 Macam sikap kerja
Sikap tubuh dalam bekerja terdiri dari :
1. Sikap Kerja Duduk.
Sikap kerja duduk merupakan sikap kerja yang kaki tidak terbebani
dengan berat tubuh dan posisi stabil selama bekerja. Duduk memerlukan lebih sedikit
energi daripada berdiri karena hal itu dapat mengurangi banyaknya beban otot statis
pada kaki. Kegiatan bekerja sambil duduk harus dilakukan secara ergonomi sehingga
dapat memberikan kenyamanan dalam bekerja.
Sikap duduk yang keliru merupakan penyebab adanya masalah – masalah
punggung. Hal ini dapat terjadi karena tekanan pada bagian tulang belakang akan
meningkat pada saat duduk dibandingkan dengan saat berdiri ataupun berbaring. Jika
diasumsikan tekanan tersebut sekitar 100% ; maka cara duduk yang tegang atau kaku
(erect posture) dapat menyebabkan tekanan tersebut mencapai 140% dan cara duduk
yang dilakukan dengan membungkuk ke depan menyebabkan tekanan tersebut sampai
190% (Nurmianto, 2004). Sikap duduk paling baik yang tidak berpengaruh buruk
terhadap sikap badan dan tulang belakang adalah sikap duduk dengan sedikit lardosa
pada pinggang dan sedikit mungkin kifosa pada punggung (Suma’mur, 1989). Sikap
duduk yang benar yaitu sebaiknya duduk dengan punggung lurus dan bahu berada
dibelakang serta bokong menyentuh belakang kursi. Selain itu, duduklah dengan lutut
tetap setinggi atau sedikit lebih tinggi panggul (gunakan penyangga kaki) dan
sebaiknya kedua tungkai tidak saling menyilang. Jaga agar kedua kaki tidak
menggantung dan hindari duduk dengan posisi yang sama lebih dari 20-30 menit.
Selama duduk, istirahatkan siku dan lengan pada kursi, jaga bahu tetap rileks (Wasisto,
2005).
Gambar 2.1
Sikap kerja pada Visual Display Terminal (VDT) yang direkomendasikan oleh
Cakir et al. (1980) (kiri) dan Grandjean et al. (1982, 1984) (kanan).
(Sumber : Pheasant, S, 1986)
Keuntungan bekerja sambil duduk adalah sebagai berikut :
1. Menghilangkan tumpuan berat badan pada kaki.
2. Memungkinkan tubuh menghindari sikap yang tidak alamiah.
3. Kurangnya penggunaan energi sehingga bisa mengurangi atau memperlambat
terjadinya kelelahan.
4. Kurangnya tingkat keperluan sirkulasi darah.
5. Memberikan kestabilan lebih besar pada pekerjaan-pekerjaan yang membutuhkan
ketepatan dan ketelitian.
6. Memungkinkan pengoperasian alat kendali kaki dengan lebih mudah, tepat dan aman
dalam posisi tubuh yang tetap baik.
Namun, kegiatan bekerja sambil duduk juga dapat menimbulkan kerugian/
masalah bila dilakukan secara tidak ergonomis. Kerugian tersebut antara lain :
a. Melembeknya otot – otot perut.
b. Melengkungnya punggung.
c. Tidak baik bagi organ dalam tubuh, khususnya pada organ pada sistem pencernaan jika
posisi dilakukan secara membungkuk.

2. Sikap Kerja Berdiri.


Selain sikap kerja duduk, sikap kerja berdiri juga banyak ditemukan di
perusahaan. Sikap kerja berdiri merupakan sikap kerja yang posisi tulang belakang
vertikal dan berat badan tertumpu secara seimbang pada dua kaki. Bekerja dengan
posisi berdiri terus menerus sangat mungkin akan terjadi penumpukan darah dan
berbagai cairan tubuh pada kaki dan hal ini akan bertambah bila berbagai bentuk dan
ukuran sepatu yang tidak sesuai. Sikap kerja berdiri dapat menimbulkan keluhan
subjektif dan juga kelelahan bila sikap kerja ini tidak dilakukan bergantian dengan
sikap kerja duduk (Rizki, 2007).
Keuntungan dan kerugian sikap kerja berdiri :
1. Keuntungan: Otot perut tidak kendor, sehingga vertebra (ruas tulang belakang) tidak
rusak bila mengalami pembebanan.
2. Kerugian: Otot kaki cepat lelah.
Gambar : Posisi Kerja Berdiri

3. Posisi Kerja Duduk – Berdiri


Posisi kerja duduk-berdiri yaitu posisi atau sikap kerja yang dapat dilakukan dengan
berdiri atapun duduk. Posisi Duduk - Berdiri mempunyai keuntungan secara
Biomekanis dimana tekanan pada tulang belakang dan pinggang 30% lebih rendah
dibandingkan dengan posisi duduk maupun berdiri terus menerus.

Sikap kerja lainnya antara lain :


Mengangkat beban
Bermacam cara dalam mengangkat beban yakni dengan kepala, bahu, tangan,
punggung , dll. Beban yang terlalu berat dapat menimbulkan cedera tulang punggung,
jaringan otot dan persendian akibat gerakan yang berlebihan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan-kegiatan mengangkat dan mengangkut
adalah sebagai berikkut :
a. Beban yang diperkenakan, jarak angkut dan intensitas pembebanan.
b. Kondisi lingkungan kerja yaitu keadaan medan yang licin, kasar, naik turun dll.
c. Keterampilan bekerja
d. Peralatan kerja beserta keamanannya
Cara-cara mengangkut dan mengangkat yang baik harus memenuhi 2 prinsip kinetis
yaitu :
1. Beban diusahakan menekan pada otot tungkai yang keluar dan sebanyak mungkin otot
tulang belakang yang lebih lemah dibebaskan dari pembebanan
2. Momentum gerak badan dimanfaatkan untuk mengawali gerakan.
Penerapan :
a. Pegangan harus tepat
b. Lengan harus berada sedekatnya pada badan dan dalam posisi lurus
c. Punggung harus diluruskan
d. Dagu ditarik segera setelah kepala bisa di tegakkan lagi seperti pada permulaan
gerakan
e. Posisi kaki di buat sedemikian rupa sehingga mampu untuk mengimbangi momentum
yang terjadi dalam posisi mengangkat
f. Beban diusahakan berada sedekat mungkin terhadap garis vertical yang melalui pusat
grafitas tubuh.
Menjinjing Beban
Bermacam-macam cara dalam mengangkat beban yakni, dengan kepala, bahu, tangan,
punggung dan sebagainya. Beban yang terlalu berat dapat menimbulkan cedera tulang
punggung, jaringan otot dan persendian akibat gerakan yang berlebihan. Beban yang
diangkat tidak melebihi aturan yang ditetapkan ILO sebagai berikut:
Tabel beban yang diangkaat tidak melebihi aturan yang ditetapkan

Jenis kelamin Umur(th) Beban yang disarankan (kg)


Laki-laki 16-18 15-20
>18 40
wanita 16-18 12-15
>18 15-20

Sikap kerja almiah


Sikap kerja almiah aadalh sikap kerja atau posisi kerja yang sesuai dengan bentuk
alamiah kurva tulang belakang. Misalnya pada sikap kerja duduk yang paling baik
adalah sedikit lordose pada pinggang dan sedikit kifose pada punggung. Dengan posisi
Tingkat Dewasa Tingkat Muda
Deskripsi
Pria (Kg) Wanita (Kg) Pria (Kg) Wanita (Kg)
Sekali-sekali 40 15 15 10-12
Terus-menerus 15-18 10 10-15 6-9
seperti ini pengaruh buruk pada tulang belakang terutama pada lumbosacral dapat
dikurangi. Hal ini dapat dicapai dengan penggunaan kursi dengan sandaran pinggang
yang sesuai dengan bentuk anatomis alami tulang belakang.
Sikap Kerja Tidak Alamiah
Sikap kerja tidak alamiah adalah sikap kerja yang menyebabkan posisi bagian tubuh
bergerak menjauhi posisi alamiah misalnya pergerakan tangan terangkat, punggung
terlalu membungkuk, kepala terangkat dan sebagainya. Semakin jauh posisi bagian
tubuh dari pusat gravitasi tubuh, maka akan semakin tinggi pula resiko terjadinya
keluhan otot skeletal. Sikap kerja tidak alamiah ini pada umumnya karena karakteristik
tuntutan tugas, alat kerja dan stasiun kerja tidak sesuai dengan kemampuan dan
keterbatasan pekerja. Posisi tubuh atau sikap kerja yang tidak alamiah dan cara kerja
yang tidak ergonomis dalam waktu lama dan terus menerus dapat menyebabkan
berbagai gangguan kesehatan pada pekerja antara lain :
a. Rasa sakit pada bagian-bagian tertentu sesuai jenis pekerjaan yang dilakukan seperti
pada tangan, kaki, perut, punggung, pinggang dan lain-lain.
b. Menurunnya motivasi dan kenyamanan kerja.
c. Gangguan gerakan pada bagian tubuh tertentu (kesulitan mengerakkan kaki, tangan
atau leher/kepala).
d. Dalam waktu lama bisa terjadi perubahan bentuk tubuh (tulang miring, bongkok).

2.3 Dampak Sikap Kerja Yang Tidak Sesuai Ergonomis Dan Rekomendasi Yang
Sesuai Agar Dapat Meminimalisir Dampak Yang Ditimbulkan

Keluhan Muskuloskeletal :
Definisi Keluhan Muskuloskeletal adalah keluhan pada bagian otot skeletal yang
dirasakan oleh seseorang mulai dari keluhan sangat ringan sampai sangat sakit. Apabila
otot menerima beban statis secara berulang dan dalam waktu yang lama, akan dapat
menyebabkan keluhan berupa kerusakan pada sendi, ligamen dan tendon. Keluhan
hingga kerusakan ini biasanya diistilahkan dengan keluhan musculoskeletal disorders
atau cedera pada sistem muskuloskeletal. Secara garis besar keluhan otot dapat
dikelompokkan menjadi dua (Tarwaka, 2004), yaitu :

a) Keluhan sementara (reversible)


Keluhan sementara yaitu keluhan otot yang terjadi pada saat otot menerima beban
statis, namun demikian keluhan tersebut akan segera hilang apabila pembebanan
dihentikan.
b) Keluhan menetap (persistent)
Keluhan menetap yaitu keluhan otot yang bersifat menetap. Walaupun pembebanan
kerja telah dihentikan, namun rasa sakit pada otot masih terus berlanjut. Hasil studi
menunjukkan bahwa bagian otot yang sering dikeluhkan adalah otot rangka (skeletal)
yang meliputi otot leher, bahu, lengan, tangan, jari, punggung, pinggang dan otot – otot
bagian bawah. Keluhan otot skeletal pada umumnya terjadi karena kontraksi otot yang
berlebihan akibat pemberian beban kerja yang terlalu berat dengan durasi pembebanan
yang panjang.
Penyebab Keluhan Muskuloskeletal Menurut Peter Vi (2000) yang dikutip oleh
Rizki (2007) menjelaskan bahwa terdapat beberapa faktor yang dapat menyebabkan
terjadinya keluhan otot skeletal, yaitu :
 Peregangan Otot yang Berlebihan
Peregangan otot yang berlebihan pada umumnya sering dikeluhkan oleh pekerja
dimana aktivitas kerjanya menuntut pengerahan tenaga yang besar seperti aktivitas
mengangkat, mendorong, menarik dan menahan beban yang berat. Peregangan otot
yang berlebihan ini terjadi karena pengerahan tenaga yang diperlukan melampaui
kekuatan optimum otot. Apabila hal serupa sering dilakukan, maka dapat
mempertinggi resiko terjadinya keluhan otot, bahkan dapat menyebabkan terjadinya
cedera otot skeleletal.
 Aktivitas Berulang
Aktivitas berulang adalah pekerjaan yang dilakukan secara terus - menerus seperti
pekerjaan mencangkul, membelah kayu besar, angkat – angkut dan lain – lain. Keluhan
otot terjadi karena otot menerima tekanan akibat beban kerja secara terus –menerus
tanpa memperoleh kesempatan untuk relaksasi.
Keluhan lainnya antara lain :
a. keluhan kepala, leher, bahu, pinggang, bokong, lengan, tangan, lutut, kaki, dan paha
akibat posisi atau sikap kerja yang tidak sesuai ergonomi.
b. Kelelahann fisik akibat kerja terlalu berat(misalnya mengangkat beban secara
berlebihan).
Pada suatu kondisi kerja tertentu menggambarkan kecenderungan untuk me-
ngalami beberapa keluhan antara lain :
1. Algias: penyakit pada juru ketik, sekretaris, pekerja yang postur tubuhnya
membungkuk ke depan, vertebral syndrome pada pembawa barang, pengantar barang
& penerjun payung.
2. Osteo articulardeiatins: scoliosis pada pemain violin & operator pekerja bangku,
bungkuk (kifosis) pada buuh pelabuhan dan pembawa/pemikul keranjang, datarnya
telapak kaki pada para penunggu, pembuat roti dan pemangkas rambut.
3. Rasa nyeri pada otot dan tendon: rusaknya tendon achiles bagi para penari, tendon para
ekstensor panjang bagi para drummer, tenosynovitis pada pemoles kaca, pemain piano
dan tukang kayu.
4. Iritasi pada cabang saraf tepi: saraf ulnar bagi para pengemudi kendaraan, tukang
kunci, tukang pande besi, reparasi arloji, enjilidan buku, pemotong kaca, dan
pengendara sepeda.

Dari berbagai keluhan diatas, maka akan muncul CTD (Cummulative Trauma
Disorder), yaitu trauma dari keadaan yang tidak teratur. Gejala ini muncul karena
terkumpulnya kerusakan kecil akibat trauma berulang yang membentuk kerusakan
cukup besar untuk menimbulkan rasa sakit.
bul karena:
 Overexertion: Proses penggunaan yang berlebihan.
 Overstretching: Proses peregangan yang berlebihan.
 Overcompression: Proses penekanan yang berlebihan.

 Contoh-contoh dari CTD:


 Tendinitis (tendon yang meradang & nyeri).
 Rotator Cuff Tendinitis (satu atau lebih RCT pd bahu meradang).
 Tenosynovitis (pembengkakan pada tendon & sarung tendon).
 Carpal Tunnel Syndrome
 Epicondylitis (peradangan pada tendon di siku).
 White finger (pembuluh darah di jari rusak).

Gambar: Contoh-Contoh dari CTD


 Pencegahan terhadap kelelahan akibat kerja:
nakan secara benar waktu istirahat kerja.
an koordinasi yang baik antara pimpinan dan karyawan.
hakan kondisi lingkungan kerja sehat, aman, nyaman dan selamat.
hakan sarana kerja yangg ergonomis.
kan kesejahteraan dan perhatian yang memadai.
nakan rekreasi bagi seluruh karyawan.

REKOMENDASI :
Posisi Awal Pekerja
Posisi jongkok merupakan posisi dimana seorang pekerja melakukan
pekerjaanya dengan bagian antara betis dan paha yang menempel kemudian ditopang
oleh kedua kaki. Posisi jongkok seperti ini tanpa adanya bantuan alat seperti kursi kecil.

Gambar Posisi Awal Pekerja Pengelasan

Pada gambar di atas menunjukkan bahwa pekerja sedang memegang besi yang
sedang dilas. Dengan posisi jongkok seperti yang dilakukan pekerja tersebut maka
terdapat beberapa anggota tubuh yang nantinya dapat menyebabkan cidera pada otot,
apalagi pekerjaan ini dilakukan secara berulang-ulang dan dalam waktu yang tidak
sebentar. Dalam pengerjaan sebuah proyek pembangunan rumah sakit ini tidak
membutuhkan waktu yang sebentar karena rumah sakit yang dibangun sebanyak 4
lantai dan material yang digunakan pun lebih banyak. Pada gambar tersebut terlihat
bahwa punngung pekerja membugkuk, hal ini juga dapat menyebabkan sakit
punggung. Dengan posisi antara betis dan paha yang menmpel seperti itu dalam waktu
yang lama juga dapat menyebabkan keram pada kaki.
REKOMENDASI PERBAIKAN
Usulan perbaikan merupakan sarana yang digunakan untuk meminimalisir
terjadinya resiko cidera pada musculoskeletal. Berdasarkan hasil analisa menggunakan
RULA pada CATIA dan analisa REBA telah diperoleh bahwa posisi kerja pada pekerja
pertama dengan posisi jongkok memiiki tingkat resiko cidera yang tinggi, maka akan
diadakan rekomendasi atau usulan perbaikan pada posisi kerja pekerja pengelasan
sebagai berikut.

Gambar Usulan Perbaikan (Rekomendasi) Pekerja Pengelasan


Usulan perbaikan untuk pekerja pengelasan pada posisi jongkok saat melakukan
pekerjaanya memegang besi untuk dilas adalah diberikan kursi seperti terlihat pada
gambar diatas. Dimana kursi tersebut dapat menopang berat badan pekerja, sehingga
antara betis dan paha tidak menpel dan tidak menyebabkan keram pada kaki.kursi yang
digunakan adalah kursi duduk yang tidak terlalu tinggi, hal ini dikarenakan posisi
pengelasan benda harus berada di bawah agar percikan api tidak mengenai pekerja.
Panjang kursi menggunakan ukuran lebar panggul dengan presentil pria 95% sehingga
ukuran menjadi 37,1cm. Digunakan presentil 95% karena agar pria yang memiliki
badan kecil maih dapat cukup dengan ukuran pria yang berbadan besar. Sedangkan
untuk lebar kursi menggunakan ukuran jarak dari lipat lutut (popliteal) ke pantat
dengan presentil pria 5% sehingga ukuran lebar kursi adalah 44cm. Digunakan
presentil 5% karena apabila menggunakan presentil 95%, tentu saja pria yang berbadan
kecil telapak kakinya tidak akan menyentuh dasar lantai. Selain itu pekerja juga
diwajibkan menggunakan sarung tangan, agar saat memegang besi menjadi lebih aman
lagi.
Sikap Kerja Pekerja Pengecatan (Berdiri)
Posisi Awal Pekerja Pengecatan
Posisi berdiri merupakan posisi dimana keadaan tubuh berada pada posisi
punggung tegak tanpa adanya bungkukan, dan posisi kaki yang tegak. Dalam bekerja,
posisi berdiri memiliki bermacam-macam posisi, ada yang memiliki posisi yang benar
adapula yang salah. Seperti pada gambar 5.18 di bawah ini. Terlihat bahwa posisi
pekerja sangat berbahaya. Tampak terlihat bahwa seorang pekerja yang sedang
mengecat dinding pada posisi ketinggian tidak menggunakan bantuan apapun untuk
berdiri, pekerja tersebut justru menggunakan pegangan tangga sebagai tempat ia
berdiri. Padahal pegangan tangga tersebut memiliki permukaan yang tidak datar, yang
cenderung akan terjadinya terpeleset. Selain itu, posisi kaki terlihat mengangkang.
Apabila hal ini berlangsung lama dan berulang-ulang, maka besar kemungkinan resiko
cidera yang akan terjadi. Apalagi dinding merupakan bagian yang paling dominan pada
sebuah bangunan. Proyek pembanguunan rumah sakit sebanyak 4 lantai ini, tentu
memiliki dinding yang tinggi dan banyak. Sehingga apabila pekerja 2 ini terus menerus
bekerja dengan posisi yang sangat berbahaya seperti ini, maka sangat besar
kemungkinan akan timbulnya resiko cidera.
Gambar 5.18 Posisi Awal Pekerja Pengecatan

Usulan Perbaikan

Gambar Usulan Perbaikan (Rekomendasi) Pekerja Pengecatan

Gambar di atas menunjukkan bahwa telah dilakukannya usulan perbaikan pada


posisi kerja pengecatan dengan menggunkan alat bantu tambahan berupa tangga.
Dimana tangga tersebut berfungsi sebagai pijakkan kedua kaki pekerja untuk
menopang tubuhnya. Berbeda dengan posisi awal pekerja yang berdiri diatas pegangan
tangga yang memiliki permukaan lingkaran dan jarang antara kedua kaki yang jauh,
maka dalam usulan perbaikan ini, tangga memiliki permukaan yang datar dan jarak
antara kedua kaki tidak perlu jauh. Panjang tangga dibuat berdasarkan ukuran lebar
kaki pria presentil 95% dengan ditambahkan allowance sehingga ukurannya adalah 500
cm. Digunakan presentil paling besar pria agar ukuran tubuh pria yang besar dapat
menggunakan tangga ini, karena dengan ukuran yang besar, tentu saja pria yang
bertubuh kecil dapat menyesuaikan menggunakan tangga tersebut. Serta
ditambahkannya allowance untuk memberikan ruang gerak pada kaki pekerja agar
tidak teralu sempit permukaannya untuk berpijak. Sedangkan untuk ukuran lebar
tangga menggunakan dimesi panjang kaki pria 95% beserta allowance sehingga
ukurannya adalah 300cm. Tujuan lebar tangga menggunakan presentil pria 95% sama
halnya dengan panjang tangga yang menggunakan presentil 95%.

Sikap Kerja Pekerja Pengangkatan Beban


Posisi Awal Pekerja Pengangkatan Beban
Punggung merupakan bangian anggota tubuh yang sering mengalami keluhan
akibat melakukan kegiatan-kegiatan yang salah. Keluhan yang sering terjadi berupa
sakit punggung, bisa terjadi karena beberapa faktor. Misalnya duduk yang terlalu lama
sehingga menimbulkan kelelahan pada punggung, kemudian adanya kegiatan
mengangkat suatu beban yang diletakkan dipunggung.
Gambar Posisi Awal Pekerja Pengangkatan Beban
Sama seprti kasus pada gambar 5.35, dapat dilihat bahwa seorang pekerja konstruksi
yang melakukan kegiatan mengangkat beban yang berat dan kemudian beban tersebut
digendong pada punggungnya. Ia membawa beban tersebut dari lantai 4 menuju lantai
dasar rumah sakit. Dapat diketahui bahwa dengan mengangkat beban yang berat pada
punggungnya dengan rute yang cukup panjang apabila dilakukan berulang-ulang tentu
saja akan menimbulkan resiko cidera yang tinggi.
Usulan Perbaikan
Gambar Usulan Perbaikan (Rekomendasi) Pekerja Pengangkatan Beban
Gambar diatas menunjukkan bahwa telah dilakukannya usulan perbaikan pada
posisi kerja ketiga dengan menggunkan alat bantu tambahan berupa kereta dorong.
Kereta dorong ini berfungsi untuk meletakkan material. Hal ini berfungsi agar pekerja
tersebut tidak perlu lagi untuk memikul material yang diletakkan pada punggungnya.
Sehingga pekerja tidak perlu membungkuk karena kereta dorong didesain setinggi
posisi tangannya untuk memudahkan mendorong dengan badan tetap tegak. Kereta
dorong yang beroda 3 menggunakan beberapa dimensi diantaranya pada pegangan
menggunakan diameter genggaman pria 5% agar ukuran tangan pria yang bertubuh
kecil dapat memegang pegangan kereta dorong. Ukuran diameter genggaman untuk
kereta dorong adalah 45cm. Dan untuk panjang pegangan kereta dorong menggunakan
dimensi lebar telapak tangan minimal pria 5% dengan ukuran 68cm. Untuk lebar kereta
dorong menggunakan dimensi lebar bahu pria 5% sehingga ukurannya adalah 382cm.
Dengan usulan ini dapat mengurangi resiko timbulnya keluhan akibat mengangkut
beban.
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
a. Sikap tubuh dalam bekerja atau sikap kerja adalah suatu gambaran tentang posisi
badan, kepala dan anggota tubuh (tangan dan kaki) baik dalam hubungan antar bagian-
bagian tubuh tersebut maupun letak pusat gravitasinya.
b. Sikap tubuh dalam bekerja terdiri dari :
1. Sikap Kerja Duduk.
Sikap kerja duduk merupakan sikap kerja yang kaki tidak terbebani dengan berat tubuh
dan posisi stabil selama bekerja. Duduk memerlukan lebih sedikit energi daripada
berdiri karena hal itu dapat mengurangi banyaknya beban otot statis pada kaki
2. Sikap kerja berdiri
Sikap kerja berdiri merupakan sikap kerja yang posisi tulang belakang vertikal dan
berat badan tertumpu secara seimbang pada dua kaki
3. Sikap kerja duduk-berdiri
Posisi kerja duduk-berdiri yaitu posisi atau sikap kerja yang dapat dilakukan dengan
berdiri atapun duduk.
c. Dampak sikap tubuh yang tidak ergonomis
1. keluhan kepala, leher, bahu, pinggang, bokong, lengan, tangan, lutut, kaki, dan paha
akibat posisi atau sikap kerja yang tidak sesuai ergonomi.
2. Kelelahann fisik akibat kerja terlalu berat(misalnya mengangkat beban secara
berlebihan).
3.2 Saran
Bagi pekerja sebaiknya memperhatikan sikap atau posisi kerjanya agar tidak
mengalami dampak neggatif bagi kesehatannya. Sedangkan bagi penyedia lapangan
pekerjaan atau industri harap memperhatikan kelengkapan alat kerja yang sesuai aspek
ergonomi agar tidak menimbulkan dampak negatif bagi pekerjanya. Saran lainnya
dilakukanya penyuluhan mengenai bahaya-bahaya yang ditimbulkan akibat posisi
kerja yang salah kepada para pekerja, agar dapat meminimalisir terjadinya kecelakaan
kerja.

Anda mungkin juga menyukai