Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PRAKTIKUM PERBEDAAN PENGUKURAN

ERGOMONI POSTUR KERJA DAN METODE ERGONOMI


MATA KULIAH KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

Dosen Pembimbing :
Demes Nurmayanti, ST., M.kes

Disusun Oleh :
1. Aifah Rahmadani Azzallia (P27833322001)
2. Chindy Amelia Valentina P. (P27833322007)
3. Moch Rizky Al-Habsy (P27833322022)
4. Riska Ayu Fazira (P27833322030)
5. Salsabila Putri H. (P27833322031)

JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN SURABAYA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA
TAHUN AJARAN 2023
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ergonomi berasal dari kata Yunani ergon (kerja) dan nomos (aturan), secara
keseluruhan ergonomi berarti aturan yang berkaitan dengan kerja. Ergonomi adalah
ilmu, seni, dan penerapan teknologi untuk menyerasikan atau menyeimbangkan antara
segala fasilitas yang digunakan baik dalam beraktifitas maupun istirahat dengan
kemampuan dan keterbatasan manusia baik fisik maupun mental sehingga kualitas
hidup secara keseluruhan menjadi lebih baik (Tarwaka, 2004).
Peranan manusia sebagai sumber tenaga kerja masih dominan dalam menjalankan
proses produksi terutama kegiatan yang bersifat manual. Salah satu bentuk peranan
manusia adalah aktivitas Manual Material Handling (MMH) untuk mendukung
transportasi barang. Penggunaan MMH yang dominan bukanlah tanpa sebab, MMH
memiliki keunggulan dalam hal fleksibelitas yang tinggi dan murah bila dibandingkan
dengan alat transportasi lainnya. Tingginya tingkat cidera atau kecelakaan kerja selain
merugikan secara langsung yaitu sakit yang diderita oleh pekerja, kecelakaan tersebut
juga akan berdampak buruk terhadap kinerja perusahaan yaitu berupa penurunan
produktivitas perusahaan, baik melalui beban biaya pengobatan yang cukup tinggi dan
juga ketidakhadiran pekerja serta penurunan dalam kualitas kerja. Peran penting
Manual Material Handling (MMH) dalam pekerjaan pada tahap produksi, banyak
penelitian telah dilakukan untuk menganalisis postur kerja MMH dan mengusulkan
perbaikan dalam postur dan lingkungan kerja. Beberapa contoh dari metode yang
digunakan untuk menganalisis postur kerja yaitu Rapid Upper Limb Assessment
(RULA), Rapid Entire Body Assessment (REBA), dan Recommended Weight Limit
(RWL)
B. Tujuan
Untuk meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental melalui upaya pencegahan cidera
dan penyakit akibat kerja, menurunkan beban kerja fisik dan mental, mengupayakan
promosi dan kepuasan kerja, meningkatkan kesejahteraan sosial melalui peningkatan
kualitas kontak sosial dan mengkoordinasi kerja secara tepat, guna meningkatkan
jaminan sosial baik selama kurun waktu usia produktif maupun setelah tidak
produktif, menciptakan keseimbangan rasional antara aspek teknis, ekonomis, dan
antrropologis dari setiap sistem kerja yang dilakukan sehingga tercipta kualitas kerja
dan kualitas hidup yang tinggi.
C. Manfaat
Manfaat ergonomi dapat memberikan manfaat bagi kesehatan dan keselamatan
pekerja serta dapat mmberikan manfaat tain termasuk meminimalkan usaha dalam
bekerja, mengurangi terjadinya kerusakan peralatan kerja, serta meningkatkan
produktivitas kerja.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Rupid Upper Limb Assessment (RULA)


Rapid Upper Limb Assessment (RULA) merupakan metode dalam bidang ergonomi
yang digunakan untuk menilai posisi kerja pada tubuh bagian atas (Setiawan et al.,
2021). Metode ini menyediakan sebuah perhitungan tingkatan beban Musculosk eletal
Disorders (MSDs) pada sebuah pekerjaan yang memiliki resiko bagi bagian tubuh
operator mulai dari perut hingga leher atau anggota badan bagian atas (Valentine & W
isudaw ati, 2020).
Rapid upper Limb assessment (RULA), penggunaan metode ini didukung dengan
kondisi pengrajin saat bekerja pasti merasakan keluahan sakit pada tubuh ,metode
RULA digunakan untuk analisis postur tubuh bagian atas pengrajin untuk dilakukan
perbaikan posisi postur tubuh pada saat melakukan aktivitas.
Metode ini tidak membutuhkan peralatan spesial dalam penetapan penilaian postur
leher, punggung, dan lengan atas. Setiap pergerakan di beri skor yang telah
ditetapkan. RULA dikembangkan sebagai suatu metode untuk mendeteksi postur
kerja yang merupakan faktor
resiko. Metode didesain untuk menilai para pekerja dan mengetahui beban
musculoskletal yang kemungkinan menimbulkan gangguan pada anggota badan atas.
Metode ini menggunakan diagram dari postur tubuh dan tiga tabel skor dalam
menetapkan evaluasi faktor resiko. Faktor resiko yang telah diinvestigasi dijelaskan
oleh McPhee sebagai faktor beban eksternal yaitu :
a. Jumlah pergerakan
b. Kerja otot statik
c. Tenaga/kekuatan
d. Penentuan postur kerja oleh peralatan
e. Waktu kerja tanpa istirahat.
Pengembangan dari RULA terdiri atas tiga tahapan yaitu :
1. Mengidentifikasi postur kerja
2. Sistem pemberian skor
3. Skala level tindakan yang menyediakan sebuah pedoman pada tingkat resiko
yang ada dan dibutuhkan untuk mendorong penilaian yang melebihi detail
berkaitan dengan analisis yang yang didapat.

B. Rapid Entire Body Assessment (REBA)


REBA (Rapid Entire Body Assessment) adalah sebuah metode dalam bidang
ergonomic yang digunakan secara cepat untuk menilai postur leher, punggung,
lengan, pergelangan tangan dan kaki seorang pekerja. Dengan adanya resiko
terjadinya cedera atau kelelahan akibat postur tubuh yang tidak netral menyebapkan
penilaian postur menjadi hal penting untuk dilakukan. Maka dengan begitu metode
REBA dipilih untuk menyelesaikan penelitian ini, karena REBA merupakan salah
satu metode pengukuran ergonomis
Langkah-langkah dalam menggunakan metode REBA ini dilakukan dengan cara
penelitian langsung kelapangan untuk mengambil sampel berupa foto, kemudian
menghitung tingkat kemiringan sudut pada masing – masing group postur kerja dan
memberikan penilaian pada masing – masing group tersebut.
Metode REBA juga dilengkapi dengan faktor coupling, beban eksternal aktivitas
kerja. Dalam metode ini, segmen – segmen tubuh dibagi menjadi dua group, yaitu
group A dan group B. Group A terdiri dari punggung (batang tubuh), leher, dan kaki.
Sedangkan group B terdiri dari lengan atas, lengan bawah dan pergelangan tangan.
Penilaian postur kerja pada masing – masing group tersebut didasarkan pada postur –
postur dibawah ini:
a. Penilaian postur tubuh REBA Group A
Postur tubuh grup A terdiri atas batang tubuh (trunk), leher (neck) dan kaki
(legs).
1. Batang Tubuh (Trunk)

Gamabar a.1 Postur Tubuh Bagian Batang Tubuh (Trunk)

Skor penilaian bagian batang tubuh (trunk) dapat dilihat pada Tabel
a.1 Skor Bagian Batang Tubuh (Trunk).

Pergerakan Skor Perubahan Skor


Tegak / alamiah 1 -1 jika
0 0
0 - 20 flexion 2 memutar
0 0
0 - 20 extension atau miring
0 0
20 - 60 flexion 3 kesamping
0
>20 extension
>600 flexsion
Tabel a.1 Skor Bagian Batang Tubuh (Trunk)
2. leher (neck)

Gambar a.2 Postur Tubuh Bagian Leher (Neck)


Skor penilaian untuk leher (neck) dapat dilihat pada Tabel a.2
pergerakan skor Perubahan skor
00 - 200 flexion 1 +1 jika memutar
0
>20 extension atau 2 atau miring
extension kesamping
Tabel a.2 Skor Bagian Leher (Neck)
3. kaki (legs)
Gambar a.3 Postur Tubuh Bagian Kaki (Legs)

Skor penilaian untuk kaki (legs) dapat dilihat pada Tabel a.3

pergerakan skor Perubahan skor


Kaki tertompang 1 +1 jika lutu antara
bobot tersebar 300 dan 600 flexion
merata, jalan atau
duduk
Kaki tidak 2 + 2 jika lutut lebih
tertompang bobot dari 600 flexion
tidak tersebar merata (tidak Ketika duduk)
postur tidak stabil
Tabel a.3 Skor Bagian Kaki (Legs)

b. Penilaian postur tubuh REBA Group B


Postur tubuh grup B terdiri atas lengan atas (upper arm), lengan bawah
(lower arm) dan pergelangan tangan (wrist).
1. Lengan Atas (Upper Arm)

Gambar b.1 Postur Tubuh Bagian Lengan Atas (Upper Arm)

2. Lengan bawah (lower arm)

Gambar b.2 Postur Tubuh Bagian Lengan bawah (lower arm)


3. pergelangan tangan (wrist).

Gambar b.3 Postur Tubuh Bagian Lengan bawah (lower arm)


C. Recommended Weighted Limit (RWL)
Recommended Weight Limit (RWL) merupakan rekomendasi batas beban yang dapat
diangkat oleh manusia tanpa menimbulkan cidera meskipun pekerjaan tersebut
dilakukan secara repetitive dan dalam jangka waktu yang cukup lama.
RWL ini ditetapkan oleh NIOSH pada tahun 1991 di Amerika Serikat. Persamaan
NIOSH berlaku pada keadaan: (Waters, et al; 1994)
1. Beban yang diberikan adalah beban statis, tidak ada penambahan ataupun
pengurangan beban ditengah-tengah pekerjaan.
2. Beban diangkat dengan kedua tangan.
3. Pengangkatan atau penurunan benda dilakukan dalam waktu maksimal 8 jam.
4. Pengangkatan atau penurunan benda tidak boleh dilakukan saat duduk atau
berlutut.
4. Tempat kerja tidak sempit.
RWL dihitung berdasarkan 6 variabel seperti yang terlihat pada gambar diatas
ini:
H = Jarak horizontal antara beban dengan pekerja (Horizontal location)
V = Jarak vertikal antara lantai dengan pegangan (Vertical location)
D = Jarak lintasan dari tempat awal ke tempat yang dituju (Destination)
A = Sudut putar pada saat memindahkan beban (Angle of Asymetric)
F = Frekuensi dan durasi dari pengangkatan (Frequency of lifting)
C = Klasifikasi pegangan tangan (Coupling classification)
Persamaan untuk menentukan beban yang direkomendasikan untuk diangkat
seorang pekerja dalam kondisi tertentu menurut NIOSH adalahsebagai berikut :

RWL = LC x HM x VM x DM x AM x FM x CM
Keterangan:
 LC = Load Constant (konstanta pembebanan) = 23 kg/51 lbs.
LC adalah berat maksimum yang direkomendasikan untuk pengangkatan
beban standar dalam kondisi optimal (posisi sagital pengangkatan dengan
frekuensi yang tidak terlalu sering, kopling bai, jarak pemindahan = 25 cm,
dan lain sebagainya).
 HM = Horizontal Multiplier (faktor pengali horizontal)
HM didapat dari nilai H (horizontal location) yaitu jarak antara tangan dengan
titik tengah pergelangan kaki bagiandalam kaki.
 VM = Vertical Multiplier (faktor pengali vertikal)
VM didapat dari nilai V (vertical location) yaitu jarak antara tinggi vertikal
dengan lantai.
 DM = Distance Multiplier (faktor pengali perpindahan)
DM didapat dari nilai D (vertical traple distance) yaitu jarak vertikal antara
titik awal beban sebelum diangkat ke titik tujuan beban diletakkan.
 AM = Asymetric Multiplier (faktor pengali asimentrik)
AM didapat dari nilai A (Asymetric) yaitu sudut yang dibentuk tubuh saat
memindahahkan beban. Pengangkatan asimetri akan ditemukan pada kondisi
pengangkatan. Pengangkatan pengangkatan dengan asimetri ini harus
dihindari, jika tidak maka nilai RWL akan lebih daripada pengangkatan
dengan posisi pengangkatan secara asimetri.
 FM = Frequency Multiplier (faktor pengali frekuensi)
Untuk frekuensi pengali ditentukan dengan menggunakan tabel FM dibawah
ini dengan mengetahui frekuensi angkatan tiap menitnya dan juga nilai V
dalam inchi.
a. Durasi sedang : antara 1-2 jam
b. Durasi panjang : antara 2-8 jam
 CM = Coupling Multiplier (faktor pengali kopling atau handle)
Untuk faktor pengendali kopling (handle) dapat ditentukan pada tabel berikut:
BAB III
PENUTUP

Anda mungkin juga menyukai