Anda di halaman 1dari 32

ANALISA POSTUR

KERJA
DAFTAR ISI

1) Pengertian postur kerja


2) Rancangan yang sesuai dengan postur kerja
3) Penyebab Cumulative Trauma Disorders
4) Metode RULA dan REBA untuk menganalisis postur kerja
1. PENGERTIAN POSTUR KERJA

• Postur Kerja atau sikap kerja merupakan suatu tindakan yang


diambil pekerja dalam melakukan pekerjaan (Nurmianto)
• Latar Belakang Perlunya Penilaian Postur Kerja
1. Tidak sesuainya Anthropometri pekerja dengan fasilitas serta
lingkungan kerja yang digunakan.
2. Tidak sesuainya fisiologi / kondisi fisik pekerja dengan
tuntutan tugas.
3. Tidak sesuainya tata letak komponen dengan prosedur kerja.
4. Life style serta behaviour dari manusia tersebut dalam bekerja
2. RANCANGAN YANG SESUAI DENGAN POSTUR KERJA

a. Rancangan untuk Operator yang Berdiri.


Posisi kerja berdiri memang kurang nyaman, namun dengan posisi berdiri, operator menjadi
lebih leluasa dan dapat menjangkau area yang lebih luas. Posisi tersebut hanya bisa dilakukan
dalam waktu singkat karena dengan posisi berdiri akan mengakibatkan resiko fatigue lebih
besar pada operator, sehingga perancangan yang tepat dan nyaman untuk operator yang berdiri
sangatlah penting.
Pekerjaan yang paling baik dilakukan dengan posisi berdiri adalah jika :
1. Tidak tersedia tempat untuk kaki dan lutut
2. Harus memegang obyek yang berat (lebih darin4,5kg)
3. Sering menjangkau ke atas, ke bawah, dan kesamping
4. Sering dilakukan pekerjaan dengan menekan ke bawah
5. Diperlukan mobilitas tinggi
Desain Tempat Kerja dan Sikap Kerja Berdiri
KETERANGAN GAMBAR

Landasan kerja untuk sikap kerja berdiri


A. Pekerjaan memerlukan penekanan, tinggi landasan kerja 15-40cm di
bawah tinggi siku berdiri
B. Pekerjaan memerlukan ketelitian, untuk mengurangi pembebanan statik
pada otot bagian belakang, maka tinggi landasan kerja 5-10cm di atas tinggi
siku berdiri
C. Pekerjaan ringan, manual dimana pekerja sering memerlukan ruangan
untuk peralatan, material, tinggi landasan adalah 10-15cm di bawah tinggi
siku berdiri
Rancangan Yg Sesuai….

b. Desain Tempat Kerja Dan Sikap Kerja Duduk


Pertimbangan tentang pekerjaan yang paling baik dilakukan dengan posisi
duduk adalah :
1) Pekerjaan yang memerlukan kontrol dengan teliti pada kaki
2) Pekerjaan utama adalah menulis atau memerlukan ketelitian pada tangan
3) Tidak memerlukan tenaga dorong yang besar
4) Objek yang dipegang tidak memerlukan tangan bekerja pada ketinggian
lebih dari 15cm dari landasan kerja
5) Diperlukan tingkat kestabilan tubuh yang tinggi
6) Pekerjaan dilakukan pada waktu yang lama
7) Seluruh objek yang dikerjakan masih dalam jangkauan dengan posisi
duduk
Desain Tempat Kerja Dan Sikap Kerja
Duduk
3. Cumulative Trauma Disorder

• Cumulative Trauma Disorders (dapat disebut sebagai Repetitive Motion


Injuries atau Musculoskeletal Disorders/ CTD) adalah cidera pada sistem
kerangka otot yang semakin bertambah secara bertahap sebagai akibat dari
trauma kecil yang terus menerus yang disebabkan oleh desain buruk yaitu
desain alat/sistem kerja yang membutuhkan gerakan tubuh dalam posisi
yang tidak normal serta penggunaan perkakas/handtools atau alat lain yang
terlalu sering (Tayyari & Smith, 1997)
CTD

• Faktor penyebab timbulnya CTD :


1) Penggunaan gaya yang berlebihan selama gerakan normal
2) Gerakan sendi yang kaku yaitu tidak berada pada posisi
normal. Misalnya, bahu yang terlalu terangkat, lutut yang
terlalu naik, punggung terlalu membungkuk, dan lain – lain
3) Perulangan gerakan yang sama secara terus – menerus
4) Kurangnya istirahat yang cukup untuk memulihkan trauma
sendi.
Langkah-langkah Mengatasi Keluhan
Muskuloselektal

• Tindakan ergonomik untuk mencegah adanya keluhan muskuloselektal adalah melalui dua
cara, yaitu rekayasa teknik ( desain stasiun dan alat kerja) dan rekayasa manajemen
(kriteria dan organisasi kerja).
1. Rekayasa teknik
Rekayasa teknik pada umumnya dilakukan melalui pemilihan beberapa alternatif sebagai
berikut:
Eliminasi, yaitu dengan menghilangkan sumber bahaya yang ada. Hal ini jarang bisa
dilakukan mengingat kondisi dan tuntutan pekerjaan yang mengharuskan untuk
menggunakan peralatan yang ada.
Substitusi, yaitu mengganti alat/bahan lama dengan alat/bahan baru yang aman,
menyempurnakan proses produksi dan menyempurnakan prosedur penggunaan peralatan.
LANGKAH MENGATASI CTD….

Partisi, yaitu melakukan pemisahan antara sumber bahaya dengan pekerja,


sebagai contoh, memisahkan ruang mesin yang bergetar dengan ruang kerja
lainnya, pemasangan alat peredam getaran, dsb.
Ventilasi, yaitu dengan menambah ventilasi untuk mengurangi resiko sakit,
misalnya akibat suhu udara yang terlalu panas.
2. Rekayasa manajemen
Rekayasa manajemen dapat dilakukan melalui tindakan-tindakan sebagai berikut :
 Melalui pendidikan dan pelatihan, pekerja menjadi lebih memahami lingkungan
dan alat kerja sehingga diharapkan dapat melakukan penyesuaian dan inovatif
dalam melakukan upaya-upaya pencegahan terhadap resiko sakit akibat kerja.
Pengaturan waktu kerja dan istirahat yang seimbang,
pengaturan waktu kerja dan istirahat yang seimbang, dalam arti
disesuaikan dengan kondisi lingkungan kerja dan karakteristik
pekerjaan, sehingga dapat mencegah paparan yang berlebihan
terhadap sumber bahaya.
Pengawasan yang intensif, melalui pengawasan yang intensif
dapat dilakukan pencegahan secara lebih dini terhadap
kumungkinan terjadinya resiko sakit akibat kerja.
HISTORI PENELITIAN

• Penelitian yang dilakukan oleh Tichauer (Kumar, S., 1994) menunjukkan


bahwa deviasi sudut pergelangan tangan akibat pemakaian catut atau tang
yang bergagang lurus pada pekerja perakitan alat elektronik
menyebabkan CTDs.
3. METODE RULA DAN REBA UNTUK
MENGANALISIS POSTUR KERJA

Analisis postur kerja untuk meminimalisasi terjadinya cidera


pada punggung telah dilakukan dengan berbagai metode, seperti
RULA, REBA, dan lainnya.
Metode tersebut bertujuan untuk mengidentifikasi postur kerja,
menentukan apakah postur yang dilakukan sudah aman dan
nyaman serta memberikan rekomendasi perbaikan postur kerja.
Rekomendasi ditunjukkan dengan menentukan klasifikasi
postur, sudah termasuk aman atau belum kemudian tindakan apa
yang perlu dilakukan.
RAPID UPPER LIMB ASSESMENT ( RULA)

adalah metode yang menginvestigasi dan menilai posisi kerja yang


dilakukan oleh tubuh bagian atas.
Metode ini tidak membutuhkan peralatan spesial.
Anggota badan yang dinilai antara lain:
• Leher
• Punggung
• Lengan atas
RULA

Faktor resiko yang telah diinvestigasi disebut sebagai faktor


beban eksternal yaitu:
• Jumlah pergerakan
• Kerja otot statik
• Tenaga/kekuatan
• Penentuan postur kerja oleh peralatan
• Waktu kerja tanpa istirahat
Ta b e l R U L A Te r l a m p i r

• Pengembangan RULA terdiri atas 3 tahapan yaitu :


1) Mengidentifikasi postur kerja.
2) Sistem pemberian skor.
3) Skala level tindakan yang menyediakan sebuah
pedoman pada tingkat resiko yang ada dan
dibutuhkan untuk mendorong penilaian yang lebih
detail berkaitan dengan analisis yang didapat.
• Dalam mempermudah penilaiannya, maka tubuh dibagi
atas 2 segmen yaitu:
a) Grup A yang terdiri atas : Lengan bawah (lower arm), Lengan
atas (upper arm), Pergelangan tangan (wrist)
b) Grup B terdiri atas : Leher (neck), Punggung (trunk), Kaki
(legs)
Lengan Atas (RULA)

Langkah 1a. adjust


 Jika bahu diangkat : + 1
 Jika pergerakan menyamping menjauhi dari sumbu tengah tubuh : + 1
 Jika lengan didukung / org tsb bersandar : -1
Lengan Bawah (RULA)

• Step 2 : adjust…….
• Jika salah satu lengan bekerja melintasi garis tengah tubuh/keluar ke sisi
tubuh : +1
Posisi Pergelangan Tangan

• Step 3a: Adjust ……..


• Jika pergelangan tangan ditekuk dari garis tengah : +1
RULA

• Step 4 pergelangan tangan


• Step 5 lihat skor di table A
 Jika pergelangan tangan di
pelintir/diputar ditengah-tengah : + 1 • Step 6
jika postur sebagian besar statis (mis. ditahan> 10
 Jika pergelangan berada pada atau dekat
menit, atau jika tindakan berulang terjadi 4x per
dengan ujung kisaran : +2 menit :+1
RULA

• Step 8
 tambahkan nilai dari langkah 5-7 untuk
mendapatkan skor pergelangan tangan dan lengan.
• Step 7 temukan baris dalam tabel c
 jika memuat <4,44 lbs (terputus-putus) : +0
 jika memuat 4,4 hingga 22 lbs (terputus-putus) : +1
 jika memuat 4,4 hingga 22 lbs (statis atau berulang): +2
I lbs= 0.45kg
 jika lebih dari 22 lbs atau diulang: +3
• Step 9a: Adjust…
 jika leher bengkok: +1
 jika leher membungkuk: +1
RULA

• Step 10a: Adjust…


 jika punggung diputar: +1
 jika punggung melengkung samping: +1
• Step 11: Kaki
Jika ke dua kaki mendukung pekerjaan : +1
jika tidak mendukung : +2
• Step 12: lihat skor di tabel B
• menggunakan nilai dari langkah 9-11 di atas, cari skor di tabel B

• Step 13: lihat skor di tabel B


 jika postur sebagian besar statis (mis. ditahan> 10 menit, atau
jika tindakan berulang terjadi 4x per menit :+1
RULA

• Step 15: temukan kolom pada tabel


 Step 14: memuat skor Nilai C
 jika memuat <4,44 lbs (terputus-putus) : +0  Ambil nilai dari langkah 12-14 untuk
 jika memuat 4,4 hingga 22 lbs (terputus-putus) : +1
mendapatkan skor leher, punggung, dan
 jika memuat 4,4 hingga 22 lbs (statis atau berulang): +2
 jika lebih dari 22 lbs atau diulang: +3 kaki. temukan kolom dalam table C
https://ergo-plus.com/rula
-assessment-tool-guide/

• scoring: ( final score from table C)


 1 atau 2 postur yang dapat diterima
 3 atau 4 penyelidikan lebih lanjut, perubahan
mungkin diperlukan
 5 atau 6 penyelidikan lebih lanjut, segera ubah
 7 selidiki dan terapkan perubahan

END
CONTOH PEKERJAAN

Anda mungkin juga menyukai