Anda di halaman 1dari 13

TUGAS ERGONOMI

ANALISIS PEMBATIK TRADISIONAL


DENGAN METODE RULA

OLEH :
EKA SAFITRI SILLEHU
102114253001

PROGRAM STUDI MAGISTER KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2021
SKORING RULA GROUP A
1. Posisi Lengan Atas (Upper Arm)

Tabel 1. Scoring Posisi Lengan Atas


Pergerakan Skor Skor Perubahan
Ekstensi 20° sampai flexi 20° 1 +1 Jika bahu naik
Ekstensi >20° Flexi 20°-45° 2 +1 Jika lengan berputar /
Flexi 45°-90° 3 bengkok
Flexi >90° 4 -1 Jika berat lengan ditopang
Penjelasan :
Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa lengan atas pekerja berada pada sudut 25°
dengan ekstensi > 20°, Fleksi 20°- 45°, jadi scor lengan atas RULA = +2 .
2. Posisi Lengan Bawah (Lower Arm)

Tabel 2. Scoring Posisi Lengan Bawah


Pergerakan Skor Skor Perubahan
Fleksi antara 60°-100° 1 +1 jika lengan bawah bekerja
Fleksi <60° atau >100° 2 menyilang / keluar sisi tubuh
Penjelasan :
Dari gambar diatas diketahui posisi lengan bawah membentuk sudut 67°
dengan sudut fleksi atara 60°-100°, maka skor posisi lengan bawah yaitu +1
3. Posisi Pergelangan Tangan (Wrist)

Tabel 3. Scoring Posisi Pergelangan Tangan


Pergerakan Skor Skor Perubahan
Posisi netral 1 +1 Jika pergelangan tangan menjauhi sisi
Fleksi atau ekstensi 0-15° 2 tengah / radial dan ulnar nya deviasi
Fleksi atau ekstensi >15° 3
Penjelasan :
Dari gambar di atas diketahui sudut pergerakan posisi tangan yaitu 15°, maka
dikategorikan fleksi 0-15°, dengan skor +2.
Tabel 4. Scoring Posisi Perputaran Tangan
Pergerakan Skor
Jika pergelangan tangan dalam kisaran tangan pada posisi memuntir 1
Jika pergelangan tangan pada atau dekat batas maksimal puntiran 2

TABEL SKOR GROUP A


1. Skor untuk pembebanan (Force)
Skor Posisi
0 Tidak ada resistensi atau pembebanan dan pengerahan tenaga secara tidak menentu < 2kg
1 Pembebanan dan pengerahan tenaga secara tidak menentu antara 2-10 kg
2 Pembebanan statis 2-10 kg
2 Pembebanan dan pengerahan tenaga secara repetitive 2-10 kg
3 Pembebanan dan pengerahan tenaga secara repetitive atau statis ≥10 kg
3 Pembebanan dan pengerahan tenaga yang berlebihan dan cepat

2. Skor untuk penggunaan otot


Sko Posisi
r
Bekerja dengan posisi statis > 1 menit atau posisi kerja tertentu yang
+1
dilakukan secara berulang sebanyak 4 x/menit

3. Penentuan Skor Grup A


SKOR A = Skor Tabel A + Skor Pembebanan + Skor Penggunaan Otot
=3+0+1
=4
SKORING RULA GROUP B
1. Posisi Leher (neck)

Tabel 1. Skoring Pada Leher


Skor Posisi
1 Posisi leher fleksi : 0°-10°
2 Posisi leher fleksi : 10°-20°
3 Posisi leher fleksi > 20°
4 Posisi leher ekstensi

Tabel 2. Posisi Leher Yang Dapat Mengubah Skor


Skor Posisi
+1 Posisi leher membungkuk dan atau ke samping
Penjelasan :
Dari gambar diatas diketahui posisi leher pekerja berada pada sudut 43°.
Dengan posisi leher fleksi >20°, maka skor leher yaitu 3 + 1 (leher
membungkuk) = 4
2. Posisi Badan (Trunk)

Tabel 3. Skoring Pada Badan


Skor Posisi
Pada saat duduk dengan kedua kaki dan telapak kaki bertopang dengan
1
baik dan sudut antara badan dan tulang pinggul membentuk sudut ≥ 90°
2 Posisi badan fleksi : antara 0°-20°
3 Posisi badan fleksi : antara 20°-60°
4 Posisi badan fleksi > 60°

Tabel 4. Posisi Badan yang Dapat Mengubah Skor


Skor Posisi
+1 Posisi badan membungkuk dan atau memuntir ke samping
Penjelasan :
Dari gambar diatas diketahui bahwa posisi tubuh berada pada sudut 25°.
Dengan posisi badan fleksi antara 20° - 60°. Dan posisi badan membungkuk
dan memutir kesamping, maka skor badan yaitu 3 + 1 = 4
3. Posisi kaki (legs)

Tabel 5. Skoring posisi kaki


Skor Posisi
1 Kaki dan telapak kaki tertopang dengan baik saat duduk
Kaki dan telapak kaki tidak tertopang dengan baik atau berat badan tidak
2
terdistribusi dengan seimbang
Penjelasan :
Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa kaki dan telapak kaki tidak tertopang
dengan atau berat badan tidak terdistribusi dengan seimbang, sehingga
diketahui skor posisi kaki adalah 2.

TABEL SKOR GROUP B


1. Skor untuk pembebanan (force)
Skor Posisi
0 Tidak ada resistensi atau pembebanan dan pengerahan tenaga secara tidak menentu < 2kg
1 Pembebanan dan pengerahan tenaga secara tidak menentu antara 2-10 kg
2 Pembebanan statis 2-10 kg
2 Pembebanan dan pengerahan tenaga secara repetitive 2-10 kg
3 Pembebanan dan pengerahan tenaga secara repetitive atau statis ≥10 kg
3 Pembebanan dan pengerahan tenaga yang berlebihan dan cepat

2. Skor untuk penggunaan otot


Sko Posisi
r
Bekerja dengan posisi statis > 1 menit atau posisi kerja tertentu yang
+1
dilakukan secara berulang sebanyak 4 x/menit

3. Penentuan Skor Group B


SKOR B = Skor Tabel B + Skor Pembebanan + Skor Penggunaan Otot
=7+0+1
=8

Table C (Kombinasi Skor Tabel A dan Skor Tabel B)


TABEL STANDAR KINERJA BERDASARKAN SKOR AKHIR RULA
Skor Akhir Tingkat
Level Tindakan
RULA Resiko
1-2 0 Rendah Tidak ada masalah dengan postur tubuh
3-4 1 Sedang Diperlukan investigasi lanjutan, mungkin diperlukan
adanya perubahan untuk perbaikan sikap
5-6 2 Tinggi Diperlukan adanya investigasi dan perbaikan segera
7+ 3 Sangat Diperlukan adanya investigasi dan perbaikan secepat
Tinggi mungkin

UPAYA PERBAIKAN POSISI KERJA DAN STASIUN KERJA PADA


PEMBATIK TRADISIONAL
1. Posisi Kerja
a. Dari hasil pengukuran posisi kerja menggunakan metode RULA (Rapid
Upper Limb Assessment), Skor akhir RULA yaitu 7 (tujuh) dimana tingkat
resiko berada pada level tinggi, dan diperlukan adanya investigasi dan
perbaikan segera, mungkin diperlukan adanya perubahan untuk perbaikan
sikap kerja.. Untuk mengurangi tingkat resiko tersebut, maka diperlukan suatu
rancangan postur kerja (cara kerja) pekerja pembuatan batik. Dimana
diharapkan dapat meminimalkan kelelahan dan meningkatkan efektifitas kerja
otot pembatik dengan melihat indikasi yang akan ditimbulkan sebelumnya.
b. Posisi kerja yang tidak ergonomis berdasarkan hasil identifikasi berupa tidak
ada sandaran punggung sehingga punggung tidak bisa rileks (agak
membungkuk), lutut kaki tidak bisa ditekuk 90 derajat (tempat duduk terlalu
rendah), tidak ada sandaran tangan yang dapat melelahkan tangan, dan waktu
kerja yang lama untuk posisi tersebut (pekerja bekerja 8 jam per hari dengan 1
jam istirahat). Dengan demikian, posisi kerja pembatik tersebut tidak
ergonomis sehingga dapat menyebabkan risiko mengalami penyakit akibat
pekerjaan.
c. Sikap dan posisi kerja yang tidak alamiah dimana bagian-bagian tubuh
pekerja pada saat bekerja bergerak menjauhi posisi badan seperti pergerakan
tangan terangkat saat mencanting, punggung terlalu membungkuk dan
memuntir dan leher menekuk atau memuntir.
d. Sedangkan faktor lainnya adalah desain kursi yang digunakan untuk duduk
pada saat membatik/mencanting tidak ergonomis, maka pemilik industri harus
batik menyediakan kursi ergonomis, dan para pembatik tulis membiasakan
diri menggunakan kursi ergonomis.
2. Stasiun Kerja
Rancangan “Dingklik”
Pada perancangan dingklik ergonomis ini menggunakan pendekatan antropometri
sehingga didapatkan hasil rancangan yang sesuai dengan dimensi tubuh.
Perancangan dingklik menggunakan pendekatan antropometri berdasarkan
prinsip desain yang disesuaikan yaitu dengan menggunakan persentil 5 hingga
95, sehingga dapat mengakomodasi sebagian besar pengguna (Aliyu dkk, 2014).
a. Tinggi Dingklik
Tinggi dingklik menggunakan pengukuran tinggi popliteal dengan persentil
5, dengan demikian kaki pengguna dengan persentil terkecil tidak
menggantung pada kursi dan menyebabkan nyeri. Pada tinggi dingklik sudah
termasuk tambahan busa dengan ketebalan 4.7cm (Smardzewski dkk, 2014).
b. Panjang Dingklik
Pengukuran ini menggunakan pengukuran antropometri tubuh panjang
pantat popliteal. Panjang dingklik tidak boleh melebihi panjang pantat
popliteal dari pengguna terpendek (Thariq dkk, 2010). Persentil yang
digunakan adalah persentil 5. Panjang kursi yang baik adalah tidak menekan
bagian belakang lutut atau bagian kaki (Dimberg dkk, 2015). Pada panjang
dingklik diberikan kelonggaran sebesar 3.11 cm, menurut Goonetilleke dan
Feizhou (2001) panjang yang optimal adalah 31 – 33 cm. Pemberian
kelonggaran memberikan ruang bagi lutut untuk melakukan gerakan
menekuk atau fleksi.
c. Lebar Dingklik
Dimensi lebar dingklik ditentukan menggunakan lebar pinggul. Persentil 95
digunakan untuk memberikan ruang pada pengguna sehingga dingklik tidak
sempit digunakan oleh pengguna dengan persentil kecil maupun besar.
Kelonggaran ditambahkan yaitu sebesar 5.4 cm, lebar dingklik harus cukup
lebar untuk mengakomodasi lebar pinggul pengguna (Ismaila dkk, 2013).
d. Tinggi Sandaran Dingklik
Sandaran yang digunakan adalah midlle level backrest atau sandaran
menengah. Pengukuran antropometri tubuh yang digunakan adalah tinggi
bahu duduk dengan persentil 95. Sandaran menengah memiliki fungsi untuk
menahan tekanan dari beban tubuh pada bagian punggung dan bahu
(Pheasant, 2003).
e. Lebar Sandaran Dingklik
Pengguna dingklik memiliki jenis kelamin wanita, sehingga dapat
diasumsikan lebar pinggul lebih besar dibandingkan lebar bahu. Untuk itu
digunakan lebar pinggul dengan persentile 95 ditambah kelonggaran 5.4 cm
untuk dapat mengakomodasi tubuh bagian belakang agar tidak sempit.
f. Sudut Kemiringan Dingklik dan Sandaran Dingklik
Menurut Pheasant (2003) sudut yang optimal untuk kemiringan kursi adalah
50 sedangkan untuk sandaran adalah 1000 .
g. Penyangga Tangan
Penyangga tangan menggunakan pengukuran antropometri tubuh tinggi siku
duduk dengan persentil 5, sehingga pengguna dengan persentil terkecil tidak
perlu meninggikan tangan ketika menggunakan penyanggga tangan. Jarak
penyangga tangan dengan sandaran dingklik yaitu 10 cm (Pheasant, 2003).
Sedangkan lebar penyangga tangan adalah 10 cm dan panjang penyangga
tangan 25 cm.
DAFTAR PUSTAKA
Wijaya, B. R. A., & Larasita, L. (2017). Perancangan Dingklik Ergonomis Untuk
Proses Mencanting (Studi Kasus Kelompok Batik Berkah Lestari). Seminar
Nasional IENACO, 27–33.
Sumardiyono, S., & Wijayanti, R. (2019). Dampak Posisi Duduk Pembatik Tulis
Terhadap Risiko Kesehatan Dan Pengendaliannya. Jurnal Bakti Masyarakat
Indonesia, 1(2), 159–166. https://doi.org/10.24912/jbmi.v1i2.2899

Anda mungkin juga menyukai