Anda di halaman 1dari 5

26

BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan
1. Kapasitas fungsi paru adalah kombinasi atau penyatuan dua atau lebih
volume paru. Spirometri merupakan suatu metode sederhana yang dapat
mengukur sebagian terbesar volume dan kapasitas paru-paru. Spirometri
merekam secara grafis atau digital volume ekspirasi paksa dan kapasitas
vital paksa.
2. Gangguan fungsi paru adalah gangguan atau penyakit yang dialami oleh
paru-paru yang disebabkan oleh berbagai sebab, misalnya virus, bakteri,
debu maupun partikel lainnya. Penyakit pernapasan yang diklasifikasikan
karena uji spirometri ada dua macam yaitu penyakit yang menyebabkan
gangguan ventilasi obstruksi dan penyakit yang menyebabkan ventilasi
restriksi (Guyton dan Hall, 1997).
3. Sebagaimana halnya penyakit akibat kerja yang pengertiannya adalah
penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan atau lingkungan kerja, maka
penyakit paru akibat kerja atau penyakit paru yang timbul karena
hubungan kerja diartikan sebagai penyakit paru yang disebabkan oleh
pekerjaan atau lingkungan kerja (Suma’mur, 2013).
4. Pneumoconiosis merupakan salah satu penyakit akibat kerja.
Pneumoconiosis adalah segolongan penyakit yang disebabkan oleh
penimbunan debu dalam paru-paru. Debu yang menyebabkan terjadinya
pneumoconiosis adalah debu yang berukuran 1,1 - 3 mikron. Debu yang
lebih besar akan tertahan di saluran bagian atas dan lebih kecil akan
dikeluarkan lagi melalui sistem pernafasan. Macam pneumoconiosis
tergantung dari jenis debu yang tertimbun di paru-paru.
5. Uraian cacat dan penilaian tingkat cacat paru akibat kerja diatur dalam
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia
Nomor PER.25/MEN/XII/2008 tentang Pedoman Diagnosis dan
Penilaian Cacat Karena Kecelakaan dan Penyakit Akibat Kerja.
27

6. Data hasil pengukuran kemudian dibandingkan dengan tabel Kelainan


Fungsi Paru menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Republik Indonesia Nomor PER.25/MEN/XII/2008. Hasilnya dua
probandus mendapat hasil pemeriksaan yang sama dan satu probandus
medapat hasil yang berbeda, dimana dua probandus diduga mengalamai
restriksi ringan dan satu probandus diduga mengalami restriksi sedang.
B. Saran
1. Untuk Perusahaan
a. Harus dilakukan pemeriksaan kepada pekerja baik pada awal kerja,
secara berkala atau pemeriksaan rutin
b. Memberikan perlakukan untuk memindahkan pekerja pada bidang
yang lain jika pekerja yang diperiksa dengan spirometer telah
memiliki analisa tidak normal
c. Memberikan penyuluhan kepada pekerja tentang cara bekerja yang
baik berhubungan dengan pneumoconiosis
d. Mengganti peralatan yang telah tidak layak pakai atau melakukan
isolasi kepada pekerja atau mesin yang ada
e. Menyediakan masker untuk pekerja yang bekerja pada kondisi yang
berhubungan dengan debu-debu sisa produksi
2. Untuk Tenaga Kerja dan Masyarakat
Pola dan kebiasaan hidup yang sehat dan baik akan memberikan
dampak atau pengaruh yang besar terhadap kondisi dan stamina tubuh.
Untuk mencegah terjadinya gangguan kesehatan tubuh, terlebih masalah
penyakit paru atau pernafasan, perlu dimulai dengan melakukan pola
hidup yang sehat dan teratur, seperti olahraga rutin, mengonsumsi
makanan bergizi, istirahat cukup, menjaga kebersihan lingkungan, dan
yang terpenting melakukan antisipasi atau tindakan pencegahan selama
melakukan aktivitas yang berpotensi mengakibatkan gangguan kesehatan
tubuh (pemakaian masker saat berkendara).
28

DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. 2003. Lingkungan dan Pencemaran. Jakarta: Universitas Indonesia.

Guyton, A.C. 1991. Fisiologi dan Mekanisme penyakit. Jakarta: EGC.

Guyton, A.C. dan E.J. Hall. 2006. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Ed ke-9.
Setiawan I., Tengadi K.A., Santoso A, penerjemah; Setiawan I, editor.
Jakarta: EGC. Terjemahan dari Textbook of Medical Physiology

Harahap, F. dan Aryastuti, E. 2012. Uji Fungsi Paru. CDK-192.

International Labour Office (ILO). 2011. ILO Introductory Report: Global Trends
and Challenges on Occupational Safety and Health, Report, XIX World
Congress on Safety and Health at Work, Istanbul. Diakses dari
http://www.ilo.org/

Kurniawidjaja L.M. 2007. “Filosofi dan Konsep Dasar Kesehatan Kerja serta
Perkembangannya dalam Pratik”. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional
1(6): 212-51. Jakarta: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Indonsesia.

Moeljosoedarmo, S. 2008. Higiene Industri. Jakarta: Fakultas Kedokteran


Universitas Indonesia.

Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 25


Tahun 2008. Pedoman Diagnosis dan Penilaian Cacat Karena Kecelakaan
dan Penyakit Akibat Kerja. Jakarta: Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Republik Indonesia.

Price, S.A. dan Wilson, L.M. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit Edisi 6 Volume 1. Jakarta: EGC.

Pudjiastuti, W. 2002. Debu sebagai Bahan Pencemar yang Membahayakan


Kesehatan Kerja. Diakses dari http://www.depkes.go.id.

Suma’mur, P.K. 2009. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja (Hiperkes).


Jakarta: CV. Sagung Seto.

Suma'mur P.K. 2013. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: CV.
Sagung Seto.

Tarwaka. 2014. Kesehatan dan Keselamatan Kerja : Manajemen dan


Implementasi K3 di Tempat Kerja. Surakarta: Harapan Press.

Tim Penyusun. 2017. Buku Pedoman Praktikum Semester III Program D4


Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Surakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Sebelas Maret.
29

Yusuf, A, Suryanto, E dan Giriputro. 1987. Merokok dan Kanker Paru, Simposi
Merokok dan Kesehatan. Surakarta: Fakultas Kedokteran Universitas
Sebelas Maret
30

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai