BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Pengukuran Kapasitas Fungsi Paru
Kapasitas fungsi paru adalah kombinasi atau penyatuan dua atau
lebih volume paru. Spirometri merupakan suatu metode sederhana yang
dapat mengukur sebagian terbesar volume dan kapasitas paru-paru.
Spirometri merekam secara grafis atau digital volume ekspirasi paksa dan
kapasitas vital paksa. Volume Ekspirasi Paksa (VEP) atau Forced
Expiratory Volume (FEV) adalah volume dari udara yang dihembuskan
dari paru-paru setelah inspirasi maksimum dengan usaha paksa
minimum, diukur pada jangka waktu tertentu. Biasanya diukur dalam 1
detik (VEP1). Sedangkan Kapasitas Vital Paksa atau Forced Vital
Capacity (FVC) adalah volume total dari udara yg dihembuskan dari
paru-paru setelah inspirasi maksimum yang diikuti oleh ekspirasi paksa
minimum. Pemeriksaan dengan spirometer ini penting untuk pengkajian
fungsi ventilasi paru secara lebih mendalam.
Ada beberapa indikasi dari pemeriksaan spirometri antara lain:
a. Diagnostik
1) Untuk mengevaluasi gejala dan tanda
2) Untuk mengukur efek penyakit pada fungsi paru
3) Untuk menilai resiko pra-operasi
4) Untuk menilai prognosis
5) Untuk menilai status kesehatan sebelum memulai aktivitas fisik
berat program
b. Monitoring
1) Untuk menilai intervensi terapeutik
2) Untuk menggambarkan perjalanan peyakit yang mempengaruhi
fungsi paru-paru
3) Untuk memantau efek samping obat dengan toksisitas paru
diketahui
4) Untuk memantau orang terkena agen merugikan
c. Penurunan Nilai Evaluasi
1) Untuk menilai pasien sebagai bagian dari program rehabilitasi
2) Untuk menilai resiko sebagai bagian dari evaluasi asuransi
d. Volume Statik dan Volume Dinamik
5
d. Kebersihan perusahaan
e. Pemakaian alat pelindung diri
Apabila ada pekerja dicurigai atau sudah terkena pneumoconiosis
dilakukan tindakan sebagai berikut:
a. Dipindahkan ke lain pekerjaan dengan tingkat bahaya yang lebih
rendah
b. Diberi istirahat sementara
c. Diberi obat-obatan untuk menghilangkan gejalanya
d. Diberhentikan/direhabilitasi
5. Penilaian Penyakit Paru Akibat Kerja
Uraian cacat dan penilaian tingkat cacat menurut Peraturan Menteri
Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor
PER.25/MEN/XII/2008 tentang Pedoman Diagnosis dan Penilaian Cacat
Karena Kecelakaan dan Penyakit Akibat Kerja.
a. Uraian Cacat
1) Kelainan fungsi paru (restriktif dan obstruktif atau campuran)
Tabel 2.1 Kelainan Fungsi Paru Menurut Peraturan Menteri
Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor
PER.25/MEN/XII/2008
Obstruktif (VEP1/KVP)
Restriksi (KVP% atau
% atau VEP1%
KVP/Prediksi%)
(VEP1/Prediksi)
Normal >80% >75%
Ringan 60-79% 60-74%
Sedang 30-59% 30-59%
Normal >80% >75%