ii
A. Landasan Teori
Menurut Pasal 1 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 26 Tahun
2008 tentang Persyaratan Teknis Sistem Proteksi Kebakaran pada Bangunan
Gedung dan Lingkungan, bahaya kebakaran adalah bahaya yang diakibatkan
oleh adanya ancaman potensial dan derajat terkena pancaran api sejak dari
awal terjadi kebakaran hingga penjalaran api, asap, dan gas yang ditimbulkan.
Sedangkan menurut Tarwaka (2012) kebakaran merupakan bencana atau
petaka yang paling sering dihadapi dan bisa digolongkan baik sebagai
bencana alam ataupun bencana yang disebabkan oleh perbuatan manusia itu
sendiri.
Menurut Pasal 2 Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Nomor 4 Tahun 1980 tentang Syarat-Syarat Pemasangan dan Pemeliharaan
Alat Pemadam Api Ringan, kebakaran dapat digolongkan menjadi 4 yaitu:
a. Kebakaran Golongan A
Merupakan kebakaran yang disebabkan bahan padat kecuali
logam yang meninggalkan arang dan abu. Sifat utama dari kebakaran
benda padat adalah bahan bakarnya tidak mengalir dan sanggup
menyimpan panas baik sekali. Unsur bahan padat tersebut biasanya
mengandung karbon, seperti kertas, plastik, karet, busa dan lain
sejenisnya.
b. Kebakaran Golongan B
Merupakan kebakaran yang disebabkan bahan cair atau gas yang
mudah terbakar yang mengandung hidrokarbon dari produk minyak bumi
dan turunan kimianya, seperti: minyak, alkohol, pengencer cat, bensin,
dan lain-lain.
c. Kebakaran Golongan C
Merupakan kebakaran dari instalasi listrik dan listrik itu sendiri
bertegangan.
d. Kebakaran Golongan D
Merupakan kebakaran logam seperti magnesium, titanium,
uranium, sodium, lithium, dan potassium.
Prosedur penanggulangan kebakaran wajib disusun oleh instansi kerja
yang kemudian harus disosialisasikan kepada seluruh pekerja. Kewajiban
penyusunan prosedur penanggulangan kebakaran dijelaskan pada
1
KEPMENAKER No.186/MEN/1999, bahwa kewajiban pengurus atau
perusahaan yaitu memiliki buku rencana penanggulangan keadaan darurat
kebakaran, bagi tempat kerja yang mempekerjakan lebih dari 50 (lima puluh)
orang tenaga kerja dan atau tempat kerja yang berpotensi bahaya kebakaran
sedang dan berat. Adapun metode pemadaman kebakaran menurut NFPA
(1991) adalah sebagai berikut (Triasbudi, 1998):
1) Pendinginan (Cooling)
Suatu kebakaran dapat dipadamkan dengan mendinginkan
permukaan dan bahan terbakar dengan menggunakan bahan semprotan
air sampai mencapai suhu di bawah titiknya. Pendinginan permukaan dan
minyak yang terbakar akan menghentikan proses terbentuknya uap. Bila
penguapan dapat dihentikan, kebakaran akan berakhir.
2) Penyelimutan (Smothering)
Suatu kebakaran dibatasi dengan memutus hubungannya dengan
oksigen atau udara yang diperlukan dalam terjadinya proses kebakaran.
Menyelimuti bagian yang terbakar dengan CO2 atau busa akan
menghentikan suplai udara.
3) Pemisahan bahan yang terbakar
Suatu kebakaran dari bahan yang terbakar dapat dipisahkan
dengan jalan menutup aliran yang menuju ke tempat kebakaran atau
menghentikan suplai bahan bakar yang dapat terbakar.
4) Memutus rantai reaksi
Pemutusan rantai reaksi pembakaran ini dapat dilakukan secara
fisik, kimia atau kombinasi fisika-kimia. Secara fisik, nyala api dapat
dipadamkan dengan peledakan bahan peledak di tengah-tengah
kebakaran. Secara kimia, pemadaman nyala api dapat dilakukan dengan
pemakaian bahan-bahan yang dapat menyerap hidroksit (OH) dari
rangkaian rantai reaksi pembakaran.
B. Pelaksanaan
Kegiatan penerapan penggunaan APAR dilakukan oleh mahasiswa
semester VI Diploma 4 Keselamatan dan Kesehatan Kerja Fakultas
2
Kedokeran Universitas Sebelas Maret dan Bapak Tutug Bolet Atmojo,
S.K.M., M.Si selaku dosen pembimbing pada:
Hari, Tanggal : Kamis, 4 April 2019
Lokasi : PT Pertamina Terminal BBM Boyolali
Alamat : Jalan Raya Solo-Semarang Km. 18 Teras, Boyolali
C. Deskripsi Perusahaan
PT Pertamina Terminal BBM Boyolali merupakan salah satu
Marketing Operation Region IV dari PT Pertamina yang dalam
pengoperasiannya sudah menggunakan Terminal Autimation System (TAS).
TBBM Boyolali dibangun pada tahun 2002 dan mulai dioperasikan pada 24
Oktober 2008. TBBM Boyolali terletak di Jalan Solo-Semarang Km. 18
Teras, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. Perusahaan ini memiliki luas area
11,2 hektar, dengan visi dan misi sebagai berikut:
1. Visi: Menjadi unit kerja operasi dengan layanan kelas dunia.
2. Misi:
a. Melaksanakan aktivitas penerimaan, penimbunan dan
pendistribusian BBM, secara aman, tepat mutu, jumlah dan waktu,
serta memenuhi aspek K3LL
b. Mendukung terealisasinya transformasi budaya di lingkungan
Pertamina melalui budaya Clean, Competitive, Confidence,
Costumer Focus, Comercil dan Capable
Ada 3 kegiatan yang dilakukan di TBBM Boyolali, yaitu kegiatan
penerimaan, penimbunan dan penyaluran produk BBM. Adapun tugas TBBM
Boyolali adalah sebagai berikut:
1. Menerima produk BBM (Premium, Pertamax dan Solar) dari Terminal
Transit Lomanis melalui jalur pipa
2. Menyimpan produk BBM (Premium, Pertamax dan Solar) di dalam
tangki timbun
3. Mendistribusikan produk BBM (Premium, Pertamax dan Solar)
menggunakan mobil tangki dengan wilayah operasi meliputi Boyolali,
Surakarta, Karanganyar, Sukoharjo, Sragen, Klaten, Wonogiri, Ngawi,
Pacitan, Magetan, Ungaran, Semarang, Salatiga, Purwodadi, dan Blora
Berikut merupakan macam-macam fasilitas serta struktur organisasi
yang ada di TBBM Boyolali, yaitu:
3
1. Struktur organisasi
4
pengisian untuk pelayanan pengisian ke Mobil tangki, Skid Tank,
Isotank ataupun pengisian ke Rail Tank Wagon (RTW). Terminal
BBM Boyolali memiliki filling shed yang telah dilengkapi dengan
sistem TAS, terdiri dari 4 filling point untuk Pertamax, 11 filling
point untuk Premium, dan 11 filling point untuk Solar
b. Pompa produk adalah sarana yang digunakan untuk mengalirkan
cairan atau fluida dari satu tempat ketempat yang lain, melalui media
(pipa saluran) dengan cara menambah energi pada cairan yang
dipindahkan dan berlangsung terus-menerus
5. Prestasi perusahaan
TBBM Boyolali juga telah memperoleh banyak pengahargaan
antara lain:
a. Pertamina POSE pada tahun 2011 dan 2013 mendapatkan
penghargaan Gold, sedangkan tahun 2012, 2014 dan 2015
mendapatkan Platinum
b. Penghargaan Proper Terminal BBM Boyolali mendapatkan
penghargaan Hijau sejak tahun 2012 – 2015
c. Penghargaan security mendapatkan penghargaan Gold sejak tahun
2013
d. TBBM Boyolali menggunakan ISO 9001, 14001, dan OHSAS
180001 yang terintegrasi dari 2013 – 2016
e. Penghargaan KPI yaitu Patra Adhikarya Bhumi Madya tahun 2013
f. Sharing knowledge teraktif MOR IV tahun 2014
D. Hasil
SIMULASI
URAIAN KEJADIAN
Simulasi Pemadaman Kebakaran dilakukan oleh mahasiswa, simulasi
dilaksanakan didaerah TBBM Boyolali, dengan menggunakan Alat Pemadam Api
Ringan (APAR) – Jenis Tepung Kering.@ 6 Kg.
Kronologi Kebakaran :
Pada jam 09.00 Wib, seorang mahasiswa melaporkan ke bagian HSE dengan lisan
bahwa kebakaran terjadi dibagian depan kantor. Kebakaran terjadi karena adanya
sampah ( kertas, kardus, kayu, dan wiping rag bekas ) yang menumpuk setelah
sebelumnya dilakukan pembersihan namun belum dibuang pada tempat yang
5
semestinya. Mahasiswa berusaha memadamkan kebakaran dengan cara
menggunakan APAR.
KRONOLOGIS PENANGGULANGAN
JAM URAIAN
Menerima laporan terjadinya kebakaran dari seorang mahasiswa
HSE meminta mahasiswa tsb. untuk membunyikan lonceng tanda
kebakaran
Seorang mahasiswa membawa APAR ke lokasi kejadian untuk
pemadaman.
Melapor ke Fire Warden tentang terjadinya kebakaran disebelah
depan kantor.
Assisten Fire Warden mengevakuasi mahasiswa menuju ke Muster
Point dan melakukan pengabsenan sambil menunggu informasi
selanjutnya
Informasi ke Direktur Operasional melalui Fire Warden bahwa
dibelakang kantor terjadi kebakaran yang disebabkan tumpukan
sampah kayu, kertas kardus.
Info ke Direktur Operasional melalui Fire Warden, api dapat dikuasai
Info ke Direktur Operasional melalui Fire Warden, pemadaman telah
selesai. dan pemadam dihentikan.
Penempatan APAR pada posisi semula untuk stand by
Mahasiswa yang berada di Muster Point mendapatkan pengarahan
dari Direktur Operasional
Pengarahan dari Direktur Operasional selesai dan mahasiswa bekerja
kembali.
KONDISI CUACA
6
* Pelaksanaan simulasi keadaan darurat Simulasi serupa agar terus dilaksanakan
kebakaran bersama ini cukup baik guna lebih meningkatkan koordinasi
dan kondisi seperti ini agar terus dalam hal emergency.
dipertahankan.
Latihan Simulasi keadaan darurat agar terus dilaksanakan sesuai dengan rencana
yang telah ditentukan dan dalam latihan tersebut harus dianggap seperti kejadian
yang sesungguhnya, hal ini dimaksudkan untuk melatih diri agar terbiasa serta
tidak panik dalam menghadapi keadaan darurat yang sesungguhnya
LAMPIRAN