Anda di halaman 1dari 17

Skip to main content

Search

ZISWAF SEBAGAI INSTRUMEN INVESTASI PUBLIK

2020Siti Nor Asyah

Siti Nor Asyah

Full PDF Package

Summary

More

Library

Share

Report

PAPER

RELATED

Original PDF

Summary

TUGAS TERSTRUKTUR DOSEN PENGAMPU MANAJEMEN KEUANGAN DAN Atika Zahra Maulida, SHI.,
MHI INVESTASI SYARIAH ZISWAF SEBAGAI INSTRUMEN INVESTASI PUBLIK Disusun Oleh Kelompok 7: Nur
Anisa Dewi 180105020424 Salmin Zulkifli 180105020431 Dewi Puspitasari 180105020434 Siti Nor Asyah
180105020446 Rahma Nadia 180105020455 UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ANTASARI BANJARMASIN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM JURUSAN S1 PERBANKAN SYARIAH BANJARMASIN 2020
ii

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT, yang senantiasa melimpahkan rahmat serta karunia-Nya kepada kami
sehingga dapat menyelesaikan makalah dengan judul

Ziswaf Sebagai Instrumen Investasi Publik

ini. Shalawat serta salam kami haturkan kepada Nabi kita, Nabi Muhammad SAW yang menjadi teladan
terbaik bagi umat manusia. Rasul yang membawa kita dari jalan gelap menuju cahaya yang terang
benderang. Terimakasih tak lupa kami sampaikan kepada Ibu Atika Zahra Maulida, SHI., MHI. selaku
dosen pengampu mata kuliah Manajemen Keuangan dan Investasi Syariah, yang telah membimbing
kami dalam perkulihan selama satu semester ini. Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan
karena pengalaman yang kami miliki sangat kurang. Oleh karena itu, kami harapkan kepada para
pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan
makalah ini. sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepannya
dapat lebih baik. Semoga makalah ini memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat untuk
pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua. Aamin. Banjarmasin, 23
Desember 2020 Kelompok 7

iii

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL

.............................................................................................. i

KATA PENGANTAR

........................................................................................... ii

DAFTAR ISI

......................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

...................................................................................... 1
A.

Latar Belakang Masalah

........................................................................... 1

B.

Rumusan Masalah

...................................................................................... 2

C.

Tujuan Masalah

......................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

....................................................................................... 3

A.

Ziswaf dan Investasi Publik

...................................................................... 3

B.

Manajemen pada Zakat Perusahaan

..................................................... 10

C.

Perkembangan Ziswaf ditengah Pandemi Sebagai Penunjang Kesejahteraan Ekonomi Sosial di Indonesia
................................................. 13

D.

Mekanisme Lembaga Pengelola dalam Mengatur Ziswaf Sebagai Instrumen Investasi Publik

............................................................................. 15

BAB III PENUTUP

............................................................................................. 16

A.

Simpulan

................................................................................................... 16

B.

Saran

......................................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA

.......................................................................................... 17

BAB I PENDAHULUAN A.

Latar Belakang Masalah

Saat ini investasi berdasarkan prinsip syariah telah menjadi fenomena global. Krisis ekonomi global telah
memberikan kekuatan secara langsung dan tidak langsung kepada sistem finansial Islam yang
berdasarkan syariah. Di saat pasar keuangan dunia dilanda krisis, sistem keuangan syariah menjadi
alternatif pendanaan dan investasi (Faniyah, 2018, hlm. 4). Pemerataan pendapatan yang tidak berjalan
dengan baik dapat menjadi salah satu penyebab kemiskinan di suatu negara. Menurut Todaro (2003),
tingkat pendapatan nasional yang tinggi tanpa disertai distribusi yang merata tidak akan mengurangi
kemiskinan, distribusi kemiskinan tanpa perbaikan dari segi jumlah pendapatan nasional tetap akan
memperluas kemelaratan (Fernandi, 2011, hlm. 2). Islam menganjurkan seorang Muslim untuk
berfilantropi agar harta kekayaan tidak hanya berputar di antara orang-orang kaya (QS. Al-Hasyr: 7).
Ketika menerangkan filantropi, Al-

Qur’an sering menggunakan istilah

zakat, infak dan sedekah yang mengandung pengertian berderma. Kedermawanan dalam Islam, yang
mencakup dimensi-dimensi kebaikan secara luas seperti zakat, infak, sedekah, dan wakaf merupakan
istilah-istilah yang menunjukkan bentuk resmi filantropi Islam. Sistem filantropi Islam ini kemudian
dirumuskan oleh para fuqaha dengan banyak bersandar pada Al-

Qur’an dan hadits Nabi

mengenai ketentuan terperinci, seperti jenis-jenis harta, kadar minimal, jumlah, serta aturan yang
lainnya (Kasdi, 2016, hlm. 230). Peran sosial ekonomi syariah melalui instrumen ZISWAF (Zakat, Infaq,
Shadaqah, Wakaf) dengan pengelolaan yang optimal, ZISWAF berpotensi besar mengatasi berbagai
permasalahan bangsa, baik ekonomi maupun sosial (Hayyu, 2017).

Skip to main content

Search

ZISWAF SEBAGAI INSTRUMEN INVESTASI PUBLIK

2020Siti Nor Asyah

Siti Nor Asyah

Full PDF Package

Summary

More
PAPER

RELATED

Original PDF

Summary

Infaq

(directing the saving to employment and production) help ensure the solidarity between people. It
narrows down the distance between the rich and the poor, expand prosperity and love and fellowship
among people. Hence, in addition to the religious and immaterial profundity of

infaq

/aid, its role in ensuring social justice in a society is unquestionable (Yilmaz, t.t., hlm. 5).

3.

Shadaqah

Menurut Ibn Katsir, kata sedekah bermakna umum, bisa sebagai sedekah wajib (zakat) atau sedekah
sunnah (Arifin, 2011, hlm. 16). Menurut fuqaha, sedekah dalam arti

shadaqah at-

tatawwu’

berbeda dengan zakat. Sedekah lebih utama jika diberikan secara diam-diam dibandingkan diberikan
secara terang-terangan dalam arti diberitahukan atau diberitakan kepada umum. Hal ini sejalan dengan
hadis Nabi Saw. dari sahabat Abu Hurairah dalam hadis itu dijelaskan salah satu kelompok hamba Allah
Swt. yang mendapat naungan-Nya pada hari kiamat kelak adalah seseorang yang memberi sedekah
dengan tangan kanannya, lalu ia sembunyikan seakan-akan tangan kirinya tidak tahu apa yang telah
diberikan oleh tangan kanannya tersebut. Sedekah lebih utama diberikan kepada kaum kerabat atau
sanak saudara terdekat sebelum diberikan kepada orang lain. Kemudian sedekah itu seyogyanya
diberikan kepada orang yang betul-betul sedang mendambakan uluran tangan. Mengenai kriteria
barang yang lebih utama disedekahkan, para fuqaha berpendapat, barang yang akan disedekahkan
sebaiknya barang yang berkualitas baik dan disukai oleh pemiliknya. Hal ini sesuai dengan firman Allah
Swt.

yang artinya,”
kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebaktian

yang sempurna

),

sebelum

kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai”

(QS Ali Imran [3]: 92) (Himawan & Suriana, 2013, hlm. 26

27). Kata Geral G. Jampolsky, penulis buku

Love is Letting Go of Fear,

mengatakan bahwa

All that I give is given to my self

apa yang saya berikan (kepada orang lain) sebenarnya manfaatnya kembali untuk diri

saya send

iri”

. Ia melanjutkan,

To give is to receive, memberi berarti

menerima”.

Memberi, ibarat orang yang melempar bumerang. Ketika dilepaskan, alat itu meluncur dan akan
kembali kepada pelemparnya. Inilah prinsip bumerang (

boomerang principle
). Memberi tidak mengurangi, sebaliknya menambah perbendaharaan kekayaan (Ichsanudin, 2007, hlm.
44

45). Sedekah lebih luas dari sekedar zakat maupun infak. Sedekah tidak hanya berarti mengeluarkan
atau mendermakan harta. Namun, sedekah mencakup segala amal atau perbuatan baik. Dalam sebuah
hadis yang diriwayatkan Tirmidzi, Ibnu Hibban, dan Baihaqi digambarkan,

“memberi senyuman kepada saudaramu adalah sedekah”

(Himawan & Suriana, 2013, hlm. 22). Sedekah dapat bermakna infak, zakat, dan kadang kala
dipergunakan untuk kebaikan yang bersifat non-materi seperti berbuat kebaikan, senyum, amar makruf,
bahkan sedekah juga diartikan ungkapan kejujuran iman seseorang. Dalam hadits, Rasulullah saw
memberi jawaban kepada orang-orang miskin yang cemburu terhadap orang kaya yang banyak
bersedekah dengan hartanya. Beliau bersabda,

Setiap tasbih adalah sedekah, setiap takbir sedekah, setiap tahmid sedekah, setiap tahlil sedekah, amar
makruf sedekah, nahi munkar sedekah, dan menyalurkan syahwatnya pada istri sedekah.

(Dani & Esfand, 2010, hlm. 42

43). Sedekah berbeda dengan zakat. Jika zakat dikategorikan ibadah wajib, maka sedekah dikategorikan
sebagai ibadah sunnah. Jika zakat merupakan amalan yang sudah ditentukan waktu pembayarannya,
maka sedekah tidak ditentukan. Jika zakat sudah ditetapkan nisabnya, maka sedekah tidak. Jika zakat
sudah ditentukan takarannya, maka sedekah tidak. Jika zakat sudah ditetapkan bentuk harta yang
dikeluarkan, maka sedekah tidak. Demikianlah, sedekah sangat berbeda dengan zakat. Meskipun wujud
yang dikeluarkan sama-sama harta, namun esensi, hukum, dan caranya berbeda (Himawan & Suriana,
2013, hlm. 20).

8 Diriwayatkan dari Ali b

in Abi Thalib ra, Rasulullah saw bersabda,”

Apabila sedekah telah keluar dari tangan pemiliknya, maka ia jatuh pada kekuasaan Allah sebelum
sedekah itu sampai pada tangan orang yang meminta atau yang diberi, lalu sedekah itu berbicara
dengan lima kalimat, yaitu; a.
Pada mulanya aku kecil, maka engkau besarkan aku b.

Aku ini sedikit, maka engkau menjadikan aku banyak c.

Aku asalnya adalah musuhmu, maka engkau menjadikan aku kekasihmu d.

Pada mulanya aku cepat musnah, maka engkau manjadikan aku kekal e.

Pada mulanya engkau yang menjagaku, maka sekarang akulah yang menjagamu.

(Penambahan hadist kesebelas dalam kitab

Usfuriyah)

(Sangid, 2008, hlm. 29).

4.

Wakaf

Secara etimologis wakaf berasal dari kata

waqafa-yaqifu-waqfan

yang mempunyai arti menghentikan atau menahan. Dalam UU No. 41 Tahun 2004 mengenai Wakaf,
Pengertian Wakaf adalah perbuatan hukum

wakif

(pihak yang mewakafkan harta benda miliknya) untuk dimanfaatkan selamanya atau untuk jangka
waktu tertentu sesuai dengan kepentingannya guna keperluan ibadah dan/atau kesejahteraan umum
menurut syariah.(Prasetyo, 2018, hlm. 115) Wakaf bukan saja berupa tanah dan bangunan, tetapi wakaf
bisa berupa benda bergerak dan tidak bergerak yang kegunaannya dapat dirasakan oleh masyarakat
banyak. Dasar hukum wakaf adalah Rasulullah SAW bersabda yang artinya

, “Ketika anak Adam meninggal,


terputuslah amalannya kecuali dari tiga perkara: Shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat bagi orang
sesudahnya dan anak shalih yang

mendoakannya”

[HR. Muslim]. Para ulama menafsirkan makna

“shodaqah jariyah” ini dengan berwakaf. Wakaf mempunyai potensi

9 besar dalam hal pengentasan kemiskinan, pemerataan pendidikan dan mengurangi kesenjangan sosial
(Rohman, 2012, hlm. 3) Seiring dengan perkembangan Islam di dunia, istilah wakaf uang mulai muncul.
Istilah ini baru diperkenalkan pada abad kedua hijriyah yaitu oleh seorang Imam besar yang bernama
Imam Az-Zuhri (wafat 124 Hijriyah). Beliau merupakan ulama terkemuka yang menfatwakan dan
menganjurkan wakaf dinar untuk pembangunan sarana dakwah, sosial, dan pendidikan umat Islam.
Konsep ini selanjutnya berkembang di Turki tepatnya abad ke 15 H. Praktik wakaf uang telah menjadi
istilah yang familiar di tengah masyarakat. Wakaf uang biasanya merujuk pada

cash deposits

di lembaga-lembaga keuangan seperti bank, dimana wakaf uang tersebut diinvestasikan pada

profitable business activities.

Barulah keuntungan dari hasil investasi tersebut digunakan untuk segala sesuatu yang bermanfaat
secara sosial dan keagamaan. Pada abad 20 barulah muncul berbagai ide untuk mengimplementasikan
berbagai ide besar dalam bidang ekonomi seperti lahirnya berbagai lembaga keuangan yaitu bank
syariah, asuransi syariah, pasar modal syariah, institusi zakat, institusi wakaf, lembaga tabungan haji, dll.
Dalam tahapan inilah lahir ide-ide ulama dan praktisi untuk menjadikan wakaf uang salah satu basis
dalam membangun perkonomian umat. Melalui forum-forum diskusi dan seminar ekonomi Islam,
konsep wakaf uang semakin populer. Negara-negara Islam di Timur Tengah, Afrika, dan Asia Tenggara
sendiri mulai merealisasikan wakaf uang dengan berbagai cara. Di Indonesia, sebelum lahirnya UU No.
41 tahun 2004, Majelis Ulama Indonesia telah mengeluarkan fatwa tentang wakaf uang, (11/5/2002).
Wakaf uang adalah wakaf yang dilakukan seseorang, kelompok, lembaga atau badan hukum dalam
bentuk uang tunai dan dalam pengertiangan surat-surat berharga termasuk didalamnya. Wakaf uang
hukumnya diperbolehkan dalam syariat dengan syarat hanya boleh

10 disalurkan dan dipergunakan untuk hal-hal yang diperbolehkan Islam (Toha, 2018). Instrumen Ziswaf
bisa dibilang saling berkaitan dengan investasi publik yang mana sangat berperan dalam perkembangan
ekonomi sosial, terutama perekonomian Islam. Investasi publik merupakan investasi yang dilakukan
oleh pemerintah melalui lembaga publik atau lembaga negara dengan menggunakan dana dari
negara/pemerintah. Investasi publik ini umumnya dilakukan di sektor infrastruktur yang sifatnya
produktif. Meskipun demikian tidak setiap investasi di sektor infrastruktur disebut sebagai

public investment

, karena perusahaan swasta juga dapat melakukan kegiatan investasi privat (

private investment

) untuk pembangunan infrastruktur. Investasi publik utamanya di area infrastruktur sosial dan ekonomi,
bukan berarti investasi jenis ini secara eksklusif semata-mata bergerak bidang infrastruktur saja, hal
utama yang membedakan dengan investasi privat terletak pada orientasinya bahwa jika investasi privat
lebih merujuk pada investasi yang dilakukan oleh pihak swasta dengan tujuan utama mendapatkan
keuntungan (Rahmah, 2020, hlm. 15

16).

B.

Manajemen pada Zakat Perusahaan

Perusahaan merupakan

syakhshiyyah ‘itibariyyah

atau nb

recht person

, yakni badan yang dianggap seperti orang, karena ia dapat bertindak layaknya manusia. Sebagai contoh,
perusahaan dapat memiliki aset dan kekayaan, membeli atau menjual aset, melakukan transaksi bisnis
dan perdagangan, menuntut dan dituntut di pengadilan, dan sebagainya. Sehingga secara fikih,
perusahaan termasuk objek zakat (Hariyanto & Al-Humaidy, 2017, hlm. 74). Zakat perusahaan hampir
sama dengan zakat perdagangan dan investasi. Jika perusahaan tersebut bergerak dalam bidang

trading

maka perusahaan tersebut mengeluarkan sesuai dengan zakat perdagangan, tetapi

Skip to main content


Search

ZISWAF SEBAGAI INSTRUMEN INVESTASI PUBLIK

2020Siti Nor Asyah

Siti Nor Asyah

Full PDF Package

Summary

More

PAPER

RELATED

Original PDF

Summary

15

D.

Mekanisme Lembaga Pengelola dalam Mengatur Ziswaf Sebagai Instrumen Investasi Publik

Adapun filantropi Islam dalam konteks sejarah ternyata sudah ada ketika agama Islam datang ke
Indonesia, sebagai perwujudannya yakni pada masjid dan pesantren. Kemudian seiring dengan
perkembangan zaman, maka filantropi Islam mencoba dipraktikan oleh pemerintah maupun organisasi
sosial dengan manajemen yang lebih modern. Sebagai salah satu contohnya adalah Organisasi
Pengelolaan Zakat (OPZ) yang terdiri dari dua unsur yakni Badan Amil Zakat (BAZ) dan Lembaga Amil
Zakat (LAZ). Lembaga filantropi Islam seperti yang dijelaskan sebelumnya merupakan lembaga yang
berfungsi untuk memberi, melayani dan mengasosiasi. Dalam proses distribusi Ziswaf, maka peran dari
lembaga filantropi Islam menjadi hal yang sangat penting yang berguna sebagai agen pemberdayaan
ekonomi umat. Dana yang disalurkan tidak hanya bersifat konsumtif saja, namun juga produktif yang
pada akhirnya akan memberikan modal bagi para masyarakat yang dibantu. Kemudian dari sisi
pemberdayaan, maka ekonomi umat akan menjadi meningkat, melalui bantuan dana yang mereka
terima dari lembaga filantropi Islam. Meskipun demikian, seiring berjalannya fungsi tersebut, tetap perlu
ada pengawasan dan evaluasi, demi keamanan dan keberlangsungan lembaga filantropi Islam di
Indonesia, agar keberadaannya lebih bermanfaat (Murti, 2017, hlm. 91 & 96). Peran strategis lembaga
filantropi Islam di Indonesia perlu diwujudkan secara masif, melalui sosialisasi yang secara luas dapat
menjangkau seluruh lapisan masyarakat. Maksimalisasi dalam pengumpulan zakat ini diharapkan dapat
memperkuat peran lembaga filantropi untuk berkontribusi lebih besar lagi dalam mengentaskan
permasalahan sosial di masyarakat, seperti pendidikan dan kemiskinan (Madjakusumah & Saripudin,
2020, hlm. 47).

16

BAB III PENUTUP A.

Simpulan

Islam menganjurkan seorang Muslim untuk berfilantropi agar harta kekayaan tidak hanya berputar di
antara orang-orang kaya. Peran sosial ekonomi syariah melalui instrumen ZISWAF (Zakat, Infaq,
Shadaqah, Wakaf) yang bisa dibilang saling berkaitan dengan investasi publik yang mana sangat
berperan dalam perkembangan ekonomi sosial, terutama perekonomian Islam. Dana zakat, sedekah,
dan infak dari tahun ke tahun sudah menunjukkan perkembangannya, dan kesadaran masyarakat untuk
melaksanakan wakaf juga semakin tinggi. Instrumen zakat berpotensi dalam mengurangi biaya
penanganan dampak Covid-19, khususnya dalam pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat yang
terdampak. Kemudian seiring dengan perkembangan zaman, maka filantropi Islam mencoba dipraktikan
oleh pemerintah maupun organisasi sosial dengan manajemen yang lebih modern. Sebagai salah satu
contohnya adalah Organisasi Pengelolaan Zakat (OPZ) yang terdiri dari dua unsur yakni Badan Amil Zakat
(BAZ) dan Lembaga Amil Zakat (LAZ) yang berfungsi untuk memberi, melayani dan mengasosiasi. Dalam
proses distribusi Ziswaf, maka peran dari lembaga filantropi Islam menjadi hal yang sangat penting yang
berguna sebagai agen pemberdayaan ekonomi umat.

B.

Saran

Adapun saran yang dapat kami sampaikan melalui makalah ini, yaitu agar pembaca dapat memahami
serta mempelajari isi dari makalah yang
berjudul “Ziswaf Sebagai Instrumen Investasi Publik” yang sekiranya dapat

menambah wawasan, dan pembaca dapat mengidentifikasi tentang instrumen Ziswaf sebagai investasi
publik itu sendiri.

17

DAFTAR PUSTAKA

Amelia, K., & Zahara, C. R. (2020).

Minda Mahasiswa Indonesia Seri II: Antisipasi Resesi dan Krisis Pangan Akibat Pandemi

. Syiah Kuala University Press. Arifin, G. (2011).

Zakat, Infak, Sedekah

. Elex Media Komputindo. Azra, A. (2003).

Berderma Untuk Semua: Wacana dan Praktik Filantropi Islam

. PT Mizan Publika. Barkah, Q., Azwari, P. C., Saprida, & Umari, Z. F. (2020).

Fikih: Zakat, Sedekah, dan Wakaf

. Prenada Media. Dani, I. R., & Esfand, M. (2010).

Cantik Dengan Sedekah

. QultumMedia. Faniyah, I. (2018).

Kepastian Hukum Sukuk Negara Sebagai Instrumen Investasi di Indonesia

. Deepublish. Fernandi, S. D. (2011).

Analisis Efektifitas Pemberdayaan Dana Zakat, Infak, Sedekah, Dan Wakaf (ZISWAF) Lembaga Amil Zakat
Nasional Pos Keadilan Peduli Umat (PKPU) Cabang Semarang Pada Prosmiling Terpadu Dan Program
Klinik Peduli

. 71. Firdaus, M. (2017).

Infaq Dalam Perspektif Al-

Qur’an (Kajian Tafsir Maudhu’i)

. UIN Sultan Syarif Kasim Riau. http://repository.uin-suska.ac.id/20590/ Hafidhuddin, D. (1998).

Panduan praktis tentang zakat infak sedekah


. Gema Insani. Hariyanto, E., & Al-Humaidy, Moh. A. (2017).

Pelaksanaan Corporate Social Responsibility (CSR) dan Zakat Perusahaan pada Lembaga Keuangan

Syari’ah

. Duta Media Publishing. Hayyu, A. R. (2017, Februari 19).

ZISWAF (Zakat, Infaq, Shadaqah, Wakaf), Potensi Ekonomi Islam di Era Modern

. KOMPASIANA. https://www.kompasiana.com/tifanihayyu/58a88c91719373d13f21b937/ziswaf-zakat-
infaq-shadaqah-wakaf-potensi-ekonomi-islam-di-era-modern Himawan, C., & Suriana, N. (2013).

Sedekah: Hidup Berkah Rezeki Melimpah

. Galangpress Publisher. Ichsanudin. (2007).

Kaya Mendadak

. Al-Ihsan Media Utama.

18 Kasdi, A. (2016). Filantropi Islam Untuk Pemberdayaan Ekonomi Umat (Model Pemberdayaan ZISWAF
di BMT Se-Kabupaten Demak).

IQTISHADIA: Jurnal Kajian Ekonomi dan Bisnis Islam

(2), 227. https://doi.org/10.21043/iqtishadia.v9i2.1729 Khairunnisa, M. (2017, Agustus 20). Ziswaf.

IBEC FEB UI

. https://www.ibec-febui.com/ziswaf/ Madjakusumah, D. G., & Saripudin, U. (2020). Pengelolaan Dana


Lembaga Filantropi Islam Dalam Pengembangan Ekonomi Umat.

SERAMBI: Jurnal Ekonomi Manajemen Dan Bisnis Islam

(1), 41


50. https://doi.org/10.36407/serambi.v2i1.151 Murti, A. (2017). Peran Lembaga Filantropi Islam Dalam
Proses Distribusi Ziswaf (Zakat, Infak, Sodaqoh dan Wakaf) Sebagai Pemberdayaan Ekonomi Umat.

Labatila

(01), 89

97. Prasetyo, Y. (2018).

Ekonomi Syariah

. Aria Mandiri Group. Rahmah, M. (2020).

Hukum Investasi

. Prenada Media. Rohman, F. (2012, Juni). Wakaf Membangun Negeri: Majalah Madani Edisi 54.

Dompet Sosial Madani

, 34. Sangid, A. (2008).

Dahsyatnya Sedekah

. QultumMedia. Sari, E. K. (2006).

Pengantar Hukum Zakat dan Wakaf

. Grasindo. Sarwat, A. (2018).

Zakat Rekayasa Genetika

. Rumah Fiqih Publishing. Syarif, N., & Prawito, P. S. (2020). Pertumbuhan Ekonomi Islam di Indonesia:
Studi Kasus Perkembangan Keuangan Komersial Syariáh dan Keuangan Sosial Syariáh.

Jurnal Ekonomi Islam: Economica

, 31. Toha, K. (2018, Februari 7). Mengenal Wakaf Uang.

IBEC FEB UI

. https://www.ibec-febui.com/mengenal-wakaf-uang/ Uyun, Q. (2015). Zakat, Infaq, Shadaqah dan


Wakaf Sebagai Konfigurasi Filantropi Islam.

Islamuna: Jurnal Studi Islam


,

(2), 218

234. Yilmaz, H. (t.t.).

Infaq, Sadaqa & Zakah

. Hakki Yilmaz.

Anda mungkin juga menyukai