Anda di halaman 1dari 44

MAKALAH

EPIDEMIOLOGI PERENCANAAN PENINGKATAN


CAKUPAN VAKSINASI COVID-19

DISUSUN OLEH

RIMA EKA JULIARTI


K012211019

PROGRAM PASCASARJANA
PRODI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2021
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.


Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan
rahmat-Nya saya dapat menyusun makalah Epidemiologi Lanjut ini dengan baik.
Makalah ini membahas mengenai epidemiologi perencanaan peningkatan cakupan
vaksinasi COVID-19 yang disajikan berdasarkan penulisan dari berbagai
referensi.
Maka dari itu, saya berterima kasih kepada dosen pembimbing mata kuliah
Epidemiologi Lanjut yang telah menuntun saya sehingga dapat menyelesaikan
makalah ini dengan tepat waktu.
Namun makalah ini tak luput dari kekurangan. Maka dari itu, saya
berharap kepada pembaca agar senantiasa menyumbangkan kritik dan saran yang
bersifat membangun agar saya dapat menjadikannya pelajaran untuk penyusunan
makalah selanjutnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Terima kasih. Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Makassar, 30 September 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................i
KATA PENGANTAR..............................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................iii
DAFTAR TABEL.....................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...............................................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................................5
C. Tujuan Pembelajaran......................................................................................5
D. Manfaat Pembelajaran....................................................................................6
BAB II EPIDEMIOLOGI
A. Pengertian dan Etiologi COVID-19...............................................................7
B. Transmisi COVID-19.....................................................................................7
C. Patogenesis COVID-19..................................................................................9
D. Faktor Risiko COVID-19...............................................................................11
E. Gejala Klinis COVID-19................................................................................11
F. Epidemiologi COVID-19...............................................................................13
G. Penanggulangan COVID-19 melalui Pengadaan Vaksin dan Pelaksanaan
Vaksinasi COVID-19.....................................................................................18
H. Cakupan Vaksinasi COVID-19 di Indonesia dan Provinsi Sulawesi Selatan
........................................................................................................................20
I. Strategi Peningkatan Cakupan Vaksinasi COVID-19....................................26
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan.....................................................................................................31
B. Saran...............................................................................................................31
DAFTAR PUSTAKA

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 1 Tabel Frekuensi Vaksinasi COVID-19 Dosis 1 Berdasarkan


Kabupaten/Kota di Provinsi Sulawesi Selatan per 10 Oktober 2021
.....................................................................................................23
Tabel 2 Tabel Frekuensi Vaksinasi COVID-19 Dosis 2 Berdasarkan
Kabupaten/Kota di Provinsi Sulawesi Selatan per 10 Oktober 2021
.....................................................................................................24

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Data Kasus COVID-19 di Indonesia Berdasarkan Provinsi per 10


Oktober 2021 ..............................................................................13
Gambar 2 Data Kasus COVID-19 di Indonesia Berdasarkan Kategori Umur
per 10 Oktober 2021....................................................................14
Gambar 3 Data Kasus COVID-19 di Indonesia Berdasarkan Jenis Kelamin
per 10 Oktober 2021....................................................................15
Gambar 4 Data Kasus COVID-19 di Provinsi Sulawesi Selatan Berdasarkan
Kelompok Umur per 10 Oktober 2021.......................................16
Gambar 5 Data Kasus COVID-19 di Provinsi Sulawesi Selatan Berdasarkan
Jenis Kelamin per 10 Oktober 2021............................................17
Gambar 6 Cakupan Vaksinasi COVID-19 Dosis 1 di Indonesia per 10
Oktober 2021...............................................................................20
Gambar 7 Cakupan Vaksinasi COVID-19 Dosis 2 di Indonesia per 10
Oktober 2021...............................................................................21
Gambar 8 Cakupan Vaksinasi COVID-19 Dosis 1 dan 2 di Indonesia
Berdasarkan Sasaran per 10 Oktober 2021.................................22
Gambar 9 Cakupan Vaksinasi COVID-19 Dosis 1 dan 2 di Provinsi Sulawesi
Selatan Berdasarkan Sasaran per 10 Oktober 2021....................25

v
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada awal tahun 2020 ini, dunia kembali dikejutkan dengan
mewabahnya pneumonia baru yang bermula dari Wuhan, Provinsi Hubei,
China, yang kemudian menyebar dengan cepat ke lebih dari 190 negara dan
teritori (Susilo et al., 2020). Pada tanggal 30 Januari 2020, WHO telah
menetapkannya sebagai Kedaruratan Kesehatan Masyarakat yang Meresahkan
Dunia/Public Health Emergency of International Concern (KKMMD/PHEIC)
(Kemenkes RI, 2020a). Fakta-fakta ini cukup untuk menggambarkan tingkat
kegawatan dan kerumitan wabah ini.
Awalnya, penyakit ini dinamakan sementara sebagai 2019 novel
coronavirus (2019-nCoV). Kemudian WHO mengumumkan nama baru pada
11 Februari 2020, yaitu Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) yang
disebabkan oleh virus Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus-2
(SARS-CoV-2) yang menyerang sistem pernapasan. Hingga pada 12 Maret
2020, WHO telah resmi mengumumkan wabah COVID-19 sebagai pandemi
global (Susilo et al., 2020).
Menurut WHO (2020), penyebaran COVID-19 terjadi terutama antara
orang melalui rute droplet (percikan) dari saluran pernapasan. Penularan
droplet terjadi saat seseorang berada dalam kontak erat (dalam jarak 1 meter)
dengan orang yang terinfeksi dan terjadi pajanan droplet saluran pernapasan
yang kemungkinan terinfeksi, misalnya melalui batuk, bersin, atau kontak
sangat erat dengan orang tersebut sehingga agen infeksi masuk melalui titik-
titik seperti mulut, hidung, atau konjungtiva (mata).
Dampak pandemi COVID-19 di Indonesia terus menunjukkan
peningkatan dari waktu ke waktu dan telah menimbulkan korban jiwa, serta
kerugian material yang semakin besar, sehingga berimplikasi pada aspek
sosial, ekonomi, dan kesejahteraan masyarakat. Selain itu, dampak pada
perekonomian negara sangat signifikan diantaranya perlambatan pertumbuhan
ekonomi nasional, penurunan penerimaan negara, dan peningkatan belanja

1
negara dan pembiayaan. Tidak hanya itu, pandemi COVID-19 juga berdampak
pada memburuknya sistem keuangan yang ditunjukkan dengan penurunan
berbagai aktivitas ekonomi domestik (Dewi, 2021).
Berdasarkan data dari Worldometer (2021), data global kasus
COVID-19 per 30 September 2021 yaitu sebanyak 234.208.789 kasus
terkonfirmasi, 211.024.704 pasien sembuh, dan 4.790.934 orang meninggal
dunia. Negara Indonesia menduduki peringkat ke-14 dengan kasus COVID-19
tertinggi di dunia, dimana peringkat 1 sampai 13 di antaranya yaitu Amerika
Serikat, India, Brazil, Inggris, Russia, Turki, Prancis, Iran, Argentina, Spanyol,
Colombia, Italia dan Jerman.
Sejak pertama kali diumumkan adanya kasus COVID-19 di Indonesia
pada tanggal 2 Maret 2020 sampai 31 Desember 2020, tercatat kasus
konfirmasi di Indonesia sebesar 743.198 kasus dengan 109.963 kasus aktif.
Jumlah kasus konfirmasi tertinggi dilaporkan dari Provinsi DKI Jakarta
(183.735), Jawa Timur (84.152), dan Jawa Barat (83.579). Recovery Rate (RR)
di Indonesia per 31 Desember 2020 sebesar 82,2% dengan total kasus sembuh
sebanyak 611.097 dan Case Fatality Rate (CFR) sebesar 3,0% dengan total
kasus meninggal 22.138. Provinsi dengan RR tertinggi yaitu Provinsi Riau
(92,5%), Bali (91,1%), Papua Barat (91,1%) dan Kalimantan Selatan (90,2%).
Sedangkan, provinsi dengan RR terendah yaitu Sulawesi Tengah (52,5%),
Papua (53,6%), dan Nusa Tenggara Timur (55,5%). Provinsi dengan CFR lebih
besar dibandingkan Indonesia adalah Jawa Timur (6,9%), Sumatera Selatan
(5,2%), Nusa Tenggara Barat (4,8%), Lampung (4,4%), Jawa Tengah (4,4%),
Aceh (4,1%), Kalimantan Selatan (3,8%), Sumatera Utara (3,7%), Bengkulu
(3,2%), Maluku Utara (3,2%), dan Sulawesi Utara (3,2%). Adapun positivity
rate secara nasional dan provinsi belum mencapai rekomendasi WHO sebesar
≤ 5%. Positivity rate nasional sebesar 17,8%, sedangkan provinsi dengan
positivity rate terendah yaitu Provinsi Kalimantan Barat (7,06%), Banten
(8,98%), dan Sumatera Barat (11,96%) (Profil Kesehatan Indonesia, 2020).
Adapun data kasus COVID-19 oleh Satuan Tugas Penanganan
COVID-19 (2021) per 30 September 2021 di Indonesia yaitu sebanyak

2
4.215.104 kasus terkonfirmasi, 4.037.024 pasien sembuh, dan 141.939 orang
meninggal dunia. Recovery Rate (RR) nasional per 30 September 2021 adalah
95,7% yang berada di atas RR Global yaitu 90,1%, sementara Case Fatality
Rate (CFR) Nasional sebesar 3,36% yang berada di atas CFR Global yaitu
2,04% (Satuan Tugas Penanganan COVID-19, 2021a)
Adapun data COVID-19 oleh Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi
Selatan (2021) per 31 Desember 2020 di Provinsi Sulawesi Selatan, sebanyak
31.047 kasus terkonfirmasi, 26.816 pasien sembuh, dan 594 orang meninggal
dunia. Recovery Rate (RR) per 31 Desember 2020 di Sulawesi Selatan sebesar
86,4% yang berada lebih tinggi dari RR nasional yaitu 82,2% dan Case
Fatality Rate (CFR) sebesar 1,9% yang berada lebih rendah dari CFR nasional
yaitu 3,0%. Untuk Kota Makassar, kasus COVID-19 per 31 Desember 2020
mencapai 15.963 kasus terkonfirmasi, 11.439 pasien sembuh, dan 376 orang
meninggal dunia. Adapun Recovery Rate (RR) di Kota Makassar sebesar
71,7% dan Case Fatality Rate (CFR) sebesar 2,3%.
Pada 30 September 2021 di Provinsi Sulawesi Selatan, kasus COVID-
19 mencapai 108.523 kasus terkonfirmasi, 104.417 pasien sembuh, dan 2.204
orang meninggal dunia. Recovery Rate (RR) per 30 September 2021 di
Sulawesi Selatan sebesar 96,2% yang berada lebih tinggi dari RR nasional
yaitu 95,7% dan Case Fatality Rate (CFR) sebesar 2,03% yang berada lebih
rendah dari CFR nasional yaitu 3,36%. Untuk Kota Makassar, kasus COVID-
19 per 30 September 2021 mencapai 48.734 kasus terkonfirmasi, 47.563 pasien
sembuh, dan 1.010 orang meninggal dunia. Adapun Recovery Rate (RR) di
Kota Makassar sebesar 97,5% dan Case Fatality Rate (CFR) sebesar 2,07%
(Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan, 2021)
Keberadaan pandemi COVID-19 telah memaksa masyarakat tidak
hanya Indonesia namun juga dunia untuk membatasi aktivitas karena
penyebarannya yang masif dengan resiko kesakitan dan kematian yang
signifikan. Kondisi ini memaksa semua sektor untuk berupaya agar tetap bisa
menjalankan kehidupan ‘berdampingan’ dengan COVID-19 sehingga muncul
istilah New Normal atau Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB). New Normal adalah

3
perubahan perilaku/penyesuaian pola hidup agar tetap dapat menjalankan
aktivitas dengan menerapkan protokol kesehatan untuk mencegah penularan
COVID-19 (Suryani, 2020). Namun penerapan pola hidup New Normal saja
dipandang tidak cukup. Menurut Konsultan Manajemen Mckinsey, disamping
transisi ke bentuk normal yang disebut dengan New Normal, perlu dibentuk
kekebalan kelompok (herd immunity). Pada prinsipnya herd immunity
dimaknai sebagai ambang batas dari kekebalan tubuh banyak orang yang dapat
menurunkan jumlah kejadian infeksi dengan sendirinya, yang dapat
dicapai/diperoleh melalui tindakan vaksinasi. Ketika jumlah masyarakat yang
divaksinasi telah mencapai proporsi tertentu dari suatu populasi, maka peluang
terjadinya infeksi di populasi tersebut akan menurun.
Sasaran vaksinasi di Indonesia yaitu 208.265.720 hingga tahap akhir
bagi tenaga kesehatan, lanjut usia, petugas publik, masyarakat rentan dan
masyarakat umum, serta usia 12-17 tahun. Berdasarkan data Kementerian
Kesehatan Indonesia (2021) per tanggal 2 Oktober 2021, total vaksinasi dosis 1
mencapai 93.066.494 dosis (44,69%) dan dosis 2 mencapai 52.316.566 dosis
(25,12%). Persentase tersebut masih cukup jauh dari target cakupan vaksinasi.
Namun, cakupan vaksinasi COVID-19 antar-provinsi di Indonesia
dinilai belum merata setelah program vaksinasi berjalan selama kurang lebih
10 bulan. Jakarta, Bali, dan Kepulauan Riau menjadi tiga provinsi dengan
cakupan vaksinasi dosis pertama dan dosis kedua tertinggi. Sementara itu,
cakupan vaksinasi dosis pertama per 30 September 2021 di tiga provinsi di
Indonesia masih kurang dari 25%, di antaranya adalah Sumatera Barat
(22,71%), Papua (22,69%) dan Lampung (21,73%). Adapun pada dosis kedua,
masih ada 19 provinsi yang memiliki cakupan vaksinasi di bawah 20%. Tiga
provinsi yang memiliki cakupan vaksinasi dosis kedua terendah yaitu Aceh
(12,71%), Maluku Utara (12,06%) dan Sumatera Barat (11,44%) (Kementerian
Kesehatan Indonesia, 2021).
Pada Provinsi Sulawesi Selatan, sasaran vaksinasi bagi tenaga
kesehatan, lanjut usia, petugas publik, masyarakat rentan dan masyarakat
umum, serta usia 12-17 tahun yaitu sebanyak 7.058.141. Cakupan vaksinasi

4
dosis pertama di Provinsi Sulawesi Selatan per 2 Oktober 2021 mencapai
2.391.905 (33,89%) dan dosis kedua mencapai 1.396.080 (19,78%), dimana
persentase tersebut terbilang cukup jauh di bawah target cakupan vaksinasi
(Kementerian Kesehatan Indonesia, 2021).
Oleh karena itu, diperlukan berbagai strategi atau upaya untuk
meningkatkan cakupan vaksinasi COVID-19 agar dapat mencapai sasaran
sehingga kekebalan masyarakat atau herd immunity dapat tercapai.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud COVID-19 dan bagaimana etiologinya?;
2. Bagaimana transmisi COVID-19?;
3. Bagaimana patogenesis COVID-19?;
4. Apa saja faktor risiko COVID-19?;
5. Apa saja gejala COVID-19?;
6. Bagaimana epidemiologi COVID-19?;
7. Bagaimana penanggulangan COVID-19 melalui pengadaan vaksin dan
pelaksanaan vaksinasi COVID-19?;
8. Bagaimana cakupan vaksinasi COVID-19 di Indonesia dan Provinsi
Sulawesi Selatan?;
9. Bagaimana strategi peningkatan cakupan vaksinasi COVID-19?

C. Tujuan Pembelajaran
1. Untuk mengetahui pengertian COVID-19 dan etiologinya;
2. Untuk menambah wawasan mengenai transmisi COVID-19;
3. Untuk memperluas pengetahuan mengenai patogenesis COVID-19;
4. Untuk mengetahui faktor risiko COVID-19;
5. Untuk mengenali gejala COVID-19;
6. Untuk menganalisis sebaran kasus COVID-19;
7. Untuk mengetahui bagaimana penanggulangan COVID-19 melalui
pengadaan vaksin dan pelaksanaan vaksinasi COVID-19;

5
8. Untuk mengetahui keadaan cakupan vaksinasi COVID-19 di Indonesia dan
Provinsi Sulawesi Selatan;
9. Untuk mengetahui strategi peningkatan cakupan vaksinasi COVID-19.

D. Manfaat Pembelajaran
1. Menambah pengetahuan mengenai COVID-19 dan etiologinya;
2. Menambah wawasan mengenai transmisi COVID-19;
3. Memperluas pengetahuan mengenai patogenesis COVID-19;
4. Menambah pengetahuan tentang faktor risiko COVID-19;
5. Mengenali berbagai gejala COVID-19;
6. Menganalisis sebaran kasus COVID-19;
7. Menambah pengetahuan terkait penanggulangan COVID-19 melalui
pengadaan vaksin dan pelaksanaan vaksinasi COVID-19;
8. Mengetahui keadaan cakupan vaksinasi COVID-19 di Indonesia dan
Provinsi Sulawesi Selatan;
9. Mengetahui strategi peningkatan cakupan vaksinasi COVID-19.

6
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian dan Etiologi COVID-19
Coronavirus adalah suatu kelompok virus yang dapat menyebabkan
penyakit pada hewan atau manusia. Beberapa jenis coronavirus diketahui
menyebabkan infeksi saluran nafas pada manusia mulai dari batuk pilek hingga
yang lebih serius seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS) dan
Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS). Coronavirus jenis baru yang
ditemukan menyebabkan penyakit COVID-19. COVID-19 adalah penyakit
menular yang disebabkan oleh jenis coronavirus yang baru ditemukan. Virus
baru dan penyakit yang disebabkannya ini tidak dikenal sebelum mulainya
wabah di Wuhan, Tiongkok, bulan Desember 2019. COVID-19 ini sekarang
menjadi sebuah pandemi yang terjadi di banyak negara di seluruh dunia
(WHO, 2020a).
Pada akhir Desember 2019, sekelompok pasien dirawat di rumah sakit
dengan diagnosis awal pneumonia dan etiologi yang tidak diketahui. Beberapa
dari mereka bekerja di Pasar Grosir Makanan Laut Huanan di kota Wuhan.
COVID-19 dengan cepat menyebar dari satu kota ke seluruh negeri dengan
jangka waktu hanya dalam 30 hari (Wu & McGoogan, 2020). Awalnya,
penyakit ini dinamakan sementara sebagai 2019 novel coronavirus (2019-
nCoV). Kemudian WHO mengumumkan nama baru pada 11 Februari 2020,
yaitu Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) yang disebabkan oleh virus
Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus-2 (SARS-CoV-2) yang
menyerang sistem pernapasan (Susilo et al., 2020).

B. Transmisi COVID-19
SARS-CoV-2 ditransmisikan dari hewan ke manusia, dan dari
manusia ke manusia. Kontak langsung dengan hewan inang perantara atau
konsumsi susu dan daging mentah dihipotesiskan sebagai rute penularan
SARS-CoV dan MERS-CoV. Penularan dari manusia ke manusia telah diamati
terjadi melalui kontak erat (Sari, 2020).

7
SARS-CoV-2 memiliki tiga rute transmisi utama, yaitu transmisi
langsung, transmisi aerosol, dan transmisi kontak. Penularan langsung terjadi
ketika tetesan droplet (seperti yang diproduksi ketika batuk atau bersin) dicerna
atau dihirup oleh orang-orang di dekatnya dalam jarak dekat (sekitar 6 kaki);
transmisi aerosol merupakan penularan yang terjadi ketika droplet bercampur
ke udara dan membentuk aerosol sehingga menyebabkan infeksi ketika dihirup
melalui paru-paru; dan transmisi kontak terjadi ketika subjek menyentuh
permukaan atau benda yang terkontaminasi virus. Individu dapat terinfeksi
ketika mereka selanjutnya menyentuh mulut, hidung, atau mata mereka (Sari,
2020).
Dalam sejumlah penelitian, dibuktikan adanya molekul SARS-CoV-2
yang dideteksi pada beberapa sampel biologis, termasuk urine dan feses
beberapa pasien. Dalam dokumen ini pula WHO (2020b) menyebutkan, sebuah
penelitian menemukan SARS-CoV-2 hidup di urin seorang pasien, dimana tiga
penelitian mengulturkan SARS-CoV-2 dari spesimen feses. Meski demikian
belum ada laporan yang diterbitkan terkait transmisi SARS-CoV-2 melalui
feses atau urine. Selain itu juga molekul SARS-CoV-2 di dalam plasma atau
serum darah juga menjadi transmisi COVID-19 dimana virus ini dapat
bereplikasi di sel darah. Namun, peran transmisi melalui darah masih belum
dipastikan karena rendahnya konsentrasi virus di plasma dan serum. Hingga
saat ini belum ada bukti terjadinya transmisi virus SARS-CoV-2 dari ibu hamil
yang terinfeksi kepada janinnya, serta juga ibu ke anak saat proses menyusui.
Dengan mengetahui bagaimana proses transmisi COVID-19, akan
lebih mudah bagi masyarakat untuk mengantisipasi dan melakukan upaya
pencegahan. Untuk mencegah transmisi COVID-19, ada sejumlah rekomendasi
dari WHO yang dapat dilakukan, diantaranya adalah (WHO, 2020b):
1. Mengidentifikasi kasus suspek sesegera mungkin, melakukan tes, dan
mengisolasi semua kasus (orang yang terinfeksi) di fasilitas yang
disediakan.

8
2. Mengidentifikasi dan mengarantina semua kontak erat yang terinfeksi dan
melakukan tes terhadap orang-orang yang menunjukkan gejala sehingga
dapat diisolasi jika terinfeksi dan membutuhkan perawatan.
3. Bagi masyarakat tetap menggunakan masker kain dalam situasi-situasi
tertentu, misalnya di ruang publik di mana transmisi komunitas terjadi serta
saat berada di ruang tertutup yang terlalu padat untuk melindungi orang lain
dan langkah-langkah pencegahan lain seperti menjaga jarak fisik.
4. Menjalankan kewaspadaan kontak dan droplet untuk tenaga kesehatan yang
merawat pasien suspek dan terkonfirmasi COVID-19, serta menjalankan
kewaspadaan airborne jika prosedur yang menghasilkan aerosol dijalankan.
5. Tetap menggunakan masker bagi tenaga kesehatan yang bekerja di fasilitas
layanan kesehatan.
6. Rajin membersihkan tangan, menjaga jarak fisik, dan menerapkan etika
batuk dan bersin, serta sebisa mungkin menghindari tempat-tempat yang
ramai, kontak erat, dan tertutup, tempat-tempat dengan ventilasi yang buruk.

C. Patogenesis COVID-19
Coronavirus atau COVID-19 termasuk dalam genus betacoronavirus,
hasil anasilis menunjukkan adanya kemiripan dengan SARS. Pada kasus
COVID-19, trenggiling diduga sebagai perantaranya karena genomnya mirip
dengan coronavirus pada kelelawar (90,5%) dan SARS-CoV2 (91%).
Coronavirus disease 2019 COVID-19 atau yang sebelumnya disebut SARS-
CoV-2. COVID-19 pada manusia menyerang saluran pernapasan khususnya
pada sel yang melapisi alveoli. COVID-19 mempunyai glikoprotein pada
enveloped spike atau protein S. Untuk dapat meninfeksi “manusia” protein S
virus akan berikatan dengan reseptor ACE2 pada plasma membrane sel tubuh
manusia. Di dalam sel, virus ini akan menduplikasi materi genetik dan protein
yang dibutuhkan dan akan membentuk virion baru di permukaan sel. (Zhang et
al., 2020). Sama halnya SARS-CoV setelah masuk ke dalam sel selanjutnya
virus ini akan mengeluarkan genom RNA ke dalam sitoplasma dan golgi sel

9
kemudian akan ditranslasikan membentuk dua lipoprotein dan protein
struktural untuk dapat bereplikasi (De Wit et al., 2016).
Faktor virus dengan respon imun menentukan keparahan dari infeksi
COVID-19 ini. Efek sitopatik virus dan kemampuannya dalam mengalahkan
respon imun merupakan faktor keparahan infeksi virus. Sistem imun yang tidak
adekuat dalam merespon infeksi juga menentukan tingkat keparahan, di sisi
lain respon imun yang berlebihan juga ikut andil dalam kerusakan jaringan.
Saat virus masuk ke dalam sel selanjutnya antigen virus akan dipresentasikan
ke Antigen Presentation Cell (APC). Presentasi sel ke APC akan merespon
sistem imun humoral dan seluler yang dimediasi oleh sel T dan sel B. IgM dan
IgG terbentuk dari sistem imun humoral. Pada SARS-CoV IgM akan hilang
pada hari ke 12 dan IgG akan bertahan lebih lama (G. Li et al., 2020). Virus
dapat menghindar dari sistem imun dengan cara menginduksi vesikel membran
ganda yang tidak mempunyai Pattern Recognition Receptors (PRRs) dan dapat
bereplikasi di dalam vesikel tersebut sehingga tidak dapat dikenali oleh sel
imun (X. Li et al., 2020).
Pasien konfirmasi potitif COVID-19 dengan gejala klinis ringan
menunjukkan respon imun didapatkan peningkatan sel T terutama CD8 pada
hari ke 7-9, selain itu ditemukan T helper folikular dan Antibody Secreting
Cells (ASCs). Pada hari ke 7 hingga hari ke 20, ditemukan peningkatan
IgM/IgG secara progresif (G. Li et al., 2020). Jika dibandingkan dengan
kontrol sehat, jumlah monosit CD14+ dan CD16+ mengalami penurunan.
Namun pada orang konfirmasi positif COVID-19 dengan tanda dan gejala yang
ringan tidak ditemukan peningkatan kemokin dan sitokin proinflamasi (C.
Wang et al., 2020).
Pada pasien konfirmasi positif COVID-19 dengan gejala klinis berat
memberikan hasil profil imunologi yang berbeda dengan klinis ringan. Pada
kasus klinis berat ditemukan hitung limfosit yang rendah, serta hasil monosit,
basofil, dan eosinofil lebih rendah pada pasien COVID-19 dengan klinis berat.
Terdapat pula peningkatan mediator proinflamasi (TNF-α, IL 1, IL6 dan IL 8)
namun pada sel T helper, T supresor dan T regulator mengalami penurunan

10
pada kasus COVID-19 klinis berat. Pasien COVID-19 yang mengalami Acute
Distress Respiratory Syndrome (ADRS) juga ditemukan sel T CD4 dan CD 8
mengalami penurunan, limfosit CD 4 dan CD8 mengalami hiperaktivasi.
ARDS merupakan salah satu penyebab kematian pada kasus COVID-19 yang
diakibatkan oleh peningkatan mediator proinflamasi (badai sitokin) yang tidak
terkontrol. Hal itu akan mengakibatkan kerusakan paru terbentuknya jaringan
fibrosis sehingga dapat terjadinya kegagalan fungsi (Zumla et al., 2020).

D. Faktor Risiko COVID-19


Laki-laki perokok aktif adalah faktor risiko dari infeksi COVID-19.
Begitu pula dengan pasien yang sudah ada penyakit bawaan seperti diabetes
mellitus, hipertensi, dan penyakit kardiovaskular (perokok, diabetes mellitus,
serta hipertensi) terdapat peningkatan pada reseptor ACE2 (Cai, 2020). Pasien
lanjut usia yang memiliki komorbiditas seperti penyakit kardiovaskular,
hipertensi, penyakit ginjal kronis, dan diabetes mellitus memiliki faktor risiko
lebih besar terkena SARS-CoV-2 (Fang et al., 2020). Pengguna (ARB)
Angiotensin Receptor Blocker berisiko tinggi terkena COVID-19 (Diaz, 2020).
Pasien dengan kanker lebih rentan terhadap infeksi daripada orang yang tidak
memiliki kanker, karena keadaan imunosupresif sistemik mereka disebabkan
kemoterapi dan pembedahan. Karenanya, pasien kanker memiliki risiko tinggi
terkena COVID-19 dan prognosisnya buruk (Liang et al., 2020). Menurut
Centers for Disease Control and Prevention (CDC), faktor risiko yang paling
penting adalah kontak langsung dengan penderita COVID-19. Baik itu tinggal
serumah, atau memiliki riwayat berpergian ke tempat pandemik. Tenaga medis
adalah salah satu risiko paling tinggi tertular SARS-CoV-2 ini (Susilo et al.,
2020).

E. Gejala Klinis COVID-19


Rata-rata masa inkubasi adalah 4 hari dengan rentang waktu 2 sampai
7 hari. Masa inkubasi dengan menggunakan distribusi lognoral yaitu berkisar
antara 2,4 sampai 15,5 hari. Periode bergantung pada usia dan status imunitas

11
pasien. Rerata usia pasien adalah 47 tahun dengan rentang umur 35 sampai 58
tahun serta 0,9% adalah pasien yang lebih muda dari umur 15 tahun (Guan et
al., 2020).
Gejala umum di awal penyakit adalah demam, kelelahan atau myalgia,
batuk kering. Serta beberapa organ yang terlibat seperti pernapasan (batuk,
sesak napas, sakit tenggorokan, hemoptisis atau batuk darah, nyeri dada),
gastrointestinal (diare,mual,muntah), neurologis (kebingungan dan sakit
kepala). Namun tanda dan gejala yang sering dijumpai adalah demam (83-
98%), batuk (76-82%), dan sesak napas atau dyspnea (31-55%) (Huang et al.,
2020)
Pasien dengan gejala yang ringan akan sembuh dalam watu kurang
lebih 1 minggu, sementara pasien dengan gejala yang parah akan mengalami
gagal napas progresif karena virus telah merusak alveolar dan akan
menyebabkan kematian (Hamid et al., 2020). Kasus kematian terbanyak adalah
pasien usia lanjut dengan penyakit bawaan seperti kardiovaskular, hipertensi,
diabetes mellitus, dan Parkinson (Adhikari et al., 2020). Seperempat pasien
yang dirawat di rumah sakit Wuhan memiliki komplikasi serius berupa aritmia,
syok, cedera ginjal akut dan Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS) (D.
Wang et al., 2020). Pasien yang menjalani pemeriksaan penunjang CT Scan,
menunjukkan tanda pneumonia bilateral dengan opasitas bilateral ground
glass (Meng et al., 2020). Perlu diingat, terdapat kesamaan gejala antara
betacoronavirus dengan COVID-19 yaitu batuk, sesak napas, dan opasitas
bilateral ground glass pada CT Scan dada (Huang et al., 2020).

12
F. Epidemiologi COVID-19
1. Data Kasus COVID-19 per-Provinsi di Indonesia
Data kasus aktif, sembuh dan meninggal secara kumulatif per-
provinsi di Indonesia dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Gambar 1.
Data Kasus COVID-19 di Indonesia Berdasarkan Provinsi per 10 Oktober
2021

Sumber: Pusdatin Kemenkes RI, 2021


Berdasarkan Gambar 1, dapat diketahui bahwa provinsi dengan
kasus aktif COVID-19 tertinggi yaitu Jawa Tengah dengan jumlah kasus
aktif sebanyak 2.953, sedangkan provinsi dengan kasus aktif COVID-19
terendah yaitu Gorontalo dengan jumlah kasus sebanyak 23 kasus.
Selanjutnya, provinsi dengan kasus sembuh tertinggi yaitu DKI
Jakarta dengan jumlah kasus sembuh sebanyak 843.860, sedangkan provinsi
dengan kasus sembuh terendah yaitu Maluku Utara dengan jumlah kasus
sembuh sebanyak 11.622 kasus.

13
Adapun provinsi dengan kasus kematian tertinggi yaitu Jawa
Tengah dengan jumlah kasus kematian sebanyak 29.981, sedangkan
provinsi dengan kasus kematian terendah yaitu Maluku dengan jumlah
kasus kematian sebanyak 258 kasus.

2. Data Kasus COVID-19 di Indonesia Berdasarkan Kategori Umur


Data kasus COVID-19 di Indonesia berdasarkan kategori umur
dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Gambar 2.
Data Kasus COVID-19 di Indonesia Berdasarkan Kelompok Umur per
10 Oktober 2021

Sumber: Satuan Tugas Penanganan COVID-19, 2021


Berdasarkan Gambar 2, dapat diketahui bahwa kasus positif
COVID-19 paling banyak terjadi pada kategori umur 31-45 dengan
persentase sebesar 29,66%. Kategori umur 31-45 juga merupakan kategori
umur dengan persentase tertinggi pada pasien yang masih dirawat atau
isolasi maupun yang sudah sembuh. Adapun kasus kematian paling banyak
terjadi pada kategori umur ≥60 dengan persentase sebesar 49,28%.

14
3. Data Kasus COVID-19 di Indonesia Berdasarkan Jenis Kelamin
Data kasus COVID-19 di Indonesia berdasarkan jenis kelamin
dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Gambar 3.
Data Kasus COVID-19 di Indonesia Berdasarkan Jenis Kelamin per 10
Oktober 2021

Sumber: Satuan Tugas Penanganan COVID-19, 2021


Berdasarkan Gambar 3, dapat diketahui bahwa kasus positif
COVID-19 paling banyak dialami oleh perempuan dengan persentase
sebesar 51,30%, sedangkan laki-laki hanya 48,70%. Selain itu, pasien yang
sedang dirawat atau menjalani isolasi sebagian besar berjenis kelamin laki-
laki dengan persentase sebesar 50,56%, sedangkan perempuan hanya
49,44%. Selanjutnya, pasien yang sembuh sebagian besar berjenis kelamin
perempuan dengan persentase sebesar 51,44%, sedangkan laki-laki hanya
48,56%. Adapun pasien yang meninggal sebagian besar berjenis kelamin
laki-laki dengan persentase sebesar 52,33%, sedangkan perempuan hanya
47,67%.

15
4. Data Kasus COVID-19 di Provinsi Sulawesi Selatan Berdasarkan
Kategori Umur
Data kasus COVID-19 di Provinsi Sulawesi Selatan berdasarkan
kategori umur dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Gambar 4.
Data Kasus COVID-19 di Provinsi Sulawesi Selatan Berdasarkan
Kelompok Umur per 10 Oktober 2021

Sumber: Satuan Tugas Penanganan COVID-19, 2021

Berdasarkan Gambar 4, dapat diketahui bahwa kasus positif


COVID-19 di Provinsi Sulawesi paling banyak terjadi pada kategori umur
31-45 dengan persentase sebesar 31,64%. Kategori umur 31-45 juga
merupakan kategori umur dengan persentase tertinggi pada pasien yang
masih dirawat atau isolasi maupun yang sudah sembuh dengan persentase
masing-masing sebesar 25,15% dan 32,2%. Adapun kasus kematian paling
banyak terjadi pada kategori umur ≥60 dengan persentase sebesar 54,39%.

16
5. Data Kasus COVID-19 di Provinsi Sulawesi Selatan Berdasarkan Jenis
Kelamin
Data kasus COVID-19 di Provinsi Sulawesi Selatan berdasarkan
jenis kelamin dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Gambar 5.
Data Kasus COVID-19 di Provinsi Sulawesi Selatan Berdasarkan Jenis
Kelamin per 10 Oktober 2021

Sumber: Satuan Tugas Penanganan COVID-19, 2021


Berdasarkan Gambar 5, dapat diketahui bahwa kasus positif
COVID-19 di Provinsi Sulawesi Selatan paling banyak dialami oleh
perempuan dengan persentase sebesar 54,27%, sedangkan laki-laki hanya
45,73%. Selain itu, pasien yang sedang dirawat atau menjalani isolasi
sebagian besar berjenis kelamin perempuan dengan persentase sebesar
51,94%, sedangkan laki-laki hanya 48,06%. Selanjutnya, pasien yang
sembuh sebagian besar berjenis kelamin perempuan dengan persentase
sebesar 54,46%, sedangkan laki-laki hanya 45,54%. Adapun pasien yang
meninggal sebagian besar berjenis kelamin laki-laki dengan persentase
sebesar 53,50%, sedangkan perempuan hanya 46,50%.

17
G. Penanggulangan COVID-19 melalui Pengadaan Vaksin dan Pelaksanaan
Vaksinasi COVID-19
Dalam upaya mengembalikan kondisi dunia sebagaimana sebelum
pandemi, telah diusung program vaksinasi oleh pemerintah di seluruh dunia,
termasuk Indonesia. Indonesia dan negara-negara di seluruh dunia menjadikan
pemberian vaksinasi COVID-19 sebagai prioritas dalam penanggulangan
COVID-19 (Nugroho & Hidayat, 2021). Selama tahun 2020 terdapat beberapa
negara yang telah melakukan vaksinasi, seperti: Inggris, Amerika Serikat, dan
Kanada. Pemerintah Indonesia mengambil kebijakan yang dituangkan dalam
bentuk program pengadaan vaksin dan pemberian vaksinasi COVID-19 sebagai
bagian dari penanggulangan COVID-19 dan pemulihan ekonomi nasional.
Pemberian vaksin tersebut secara umum bertujuan untuk mengurangi transmisi
COVID-19, menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat COVID-19,
mencapai kekebalan kelompok di masyarakat (herd immunity), serta
melindungi masyarakat dari paparan COVID-19 agar tetap produktif secara
sosial dan ekonomi (Dewi, 2021).
Tingginya tingkat kebutuhan vaksin dan kondisi penyedia vaksin yang
terbatas ditengah banyaknya negara-negara di dunia yang juga membutuhkan
vaksin COVID-19, maka pemerintah Indonesia menempuh beberapa alternatif
melalui 3 cara untuk memenuhi kebutuhan vaksinasi dalam negeri. Pertama,
mengembangkan vaksin COVID-19 Merah Putih secara mandiri di dalam
negeri; kedua, melakukan pembelian vaksin dari luar negeri, dan ketiga,
melakukan kerja sama dengan lembaga internasional.
World Heath Organization (WHO) merekomendasikan beberapa
jenis-jenis vaksin yang telah di evaluasi dan aman untuk di gunakan
diantaranya mRNA COVID-19 BNT162b2 (Pfizer), vaksin mRNA-1273
(Moderna), vaksin ChAdOx1 nCoV-19/AZD1222 (AstraZeneca),
Ad26.COV2.S (Jessen), Sinophram dan terakhir vaksin Sinovac.
Vaksinasi COVID-19 telah mengalami perjalanan yang panjang untuk
memastikan keamanan dan keampuhannya melalui berbagai penelitian dan uji
coba. Program vaksinasi dianggap sebagai kunci dalam mengakhiri pandemi

18
karena dapat digunakan dalam rangka mengurangi angka morbiditas dan
mortalitas serta membentuk kekebalan kelompok terhadap virus COVID-19
(Satuan Tugas Penanganan COVID-19, 2021a). Namun, perjalanan vaksin
hingga diterima dengan baik dan didistribusikan kepada masyarakat luas saat
ini membutuhkan proses yang lebih panjang karena masih terdapat pro dan
kontra terhadap vaksinasi (Nugroho & Hidayat, 2021).
Sejak pengembangan vaksin COVID-19 pertama, masyarakat enggan
mengikuti vaksinasi karena khawatir akan keamanan dan efektivitasnya.
Banyak dari masyarakat yang tidak mempercayai penggunaan vaksin sebagai
solusi dalam mengakhiri pandemi. Keragu-raguan dan kesalahan informasi
vaksin menghadirkan hambatan besar untuk mencapai cakupan dan kekebalan
komunitas (Généreux et al., 2021).
Berdasarkan survei mengenai penerimaan vaksin COVID-19 yang
dilakukan oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Republik Indonesia,
Indonesian Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI), United
Nations Children’s Fund (UNICEF), dan World Health Organization (WHO)
yang dilakukan pada September 2020 dan melibatkan 115.000 responden,
mendapatkan hasil bahwa masih banyak masyarakat yang ragu bahkan
menolak vaksinasi COVID-19, di mana sebanyak 7,6% menolak dan 27%
ragu-ragu. Alasan dibalik penolakan dan keraguan mengenai vaksin tersebut
sangatlah beragam, seperti tidak yakin terhadap keamanan vaksin, ragu
terhadap efektivitas vaksin, takut terhadap efek samping vaksin, tidak
mempercayai kegunaan vaksin, dan karena keyakinan agama. Selain
masyarakat yang menolak untuk divaksin, kendala lainnya yaitu stok vaksin
COVID-19 yang tersedia saat ini belum mencukupi untuk seluruh sasaran
kebutuhan karena kedatangan stok vaksin dilakukan secara bertahap, sehingga
proses vaksinasi juga dilakukan sesuai dengan ketersediaan vaksin tersebut
(Kemenkes RI, 2020b).

19
H. Cakupan Vaksinasi COVID-19 di Indonesia dan Provinsi Sulawesi Selatan
1. Cakupan Vaksinasi COVID-19 Dosis 1 dan 2 di Indonesia
Cakupan vaksinasi COVID-19 dosis 1 di Indonesia dapat dilihat
pada gambar di bawah ini.
Gambar 6.
Cakupan Vaksinasi COVID-19 Dosis 1 di Indonesia per 10 Oktober 2021

Cakupan Vaksinasi COVID-19 Dosis 1 di Indonesia


INDONESIA 48.13
DKI Jakarta 129.41
Bali 98.82
Kepulauan Riau 87.23
DI. Yogyakarta 86.98
Kep. Bangka Belitung 53.61
Jawa Timur 52.55
Banten 51.23
Sulawesi Utara 49.65
Jambi 49.54
Jawa Tengah 49.45
Kalimantan Timur 48.4
Jawa Barat 46.57
Kalimantan Utara 45.18
Gorontalo 42.77
Nusa Tenggara Barat 42.6
Kalimantan Tengah 40.31
Sumatera Utara 38.14
Sulawesi Selatan 35.42
Riau 33.17
Nusa Tenggara Timur 32.66
Papua Barat 32.11
Sulawesi Tenggara 31.32
Sumatera Selatan 31.22
Kalimantan Selatan 30.86
Kalimantan Barat 30.36
Maluku 28.78
Bengkulu 28.51
Sulawesi Tengah 28.33
Maluku Utara 28.19
Sulawesi Barat 28.05
Lampung 27.05
Aceh 26.75
Sumatera Barat 24.88
Papua 23.3
0 20 40 60 80 100 120 140

20
Sumber: Kemenkes RI, 2021
Target nasional vaksinasi COVID-19 di Indonesia yaitu
208,265,720 penduduk. Berdasarkan Gambar 6, dapat diketahui bahwa
cakupan vaksinasi dosis 1 di Indonesia secara nasional mencapai persentase
sebesar 48,13% dari target. Adapun 3 provinsi dengan persentase tertinggi
yaitu DKI Jakarta (129,41%), Bali (98,82%) dan Kep. Riau (87,23%).
Sedangkan 3 provinsi dengan persentase terendah yaitu Papua (23,3%),
Sumatera Barat (24,88%) dan Aceh (26,75%).
Adapun cakupan vaksinasi COVID-19 dosis 2 di Indonesia dapat
dilihat pada gambar di bawah ini.
Gambar 7.
Cakupan Vaksinasi COVID-19 Dosis 2 di Indonesia per 10 Oktober 2021

21
Cakupan Vaksinasi COVID-19 Dosis 2 di Indonesia
INDONESIA 27.63
DKI Jakarta 97.46
Bali 82.38
Kepulauan Riau 61.83
DI. Yogyakarta 57.64
Banten 30.47
Jambi 29.14
Kepulauan Bangka Belitung 28.45
Sulawesi Utara 28.23
Jawa Timur 27.41
Kalimantan Timur 27.06
Jawa Barat 25.35
Kalimantan Tengah 24.32
Jawa Tengah 23.81
Kalimantan Utara 23.21
Sumatera Utara 21.61
Sulawesi Selatan 21.58
Riau 20.61
Papua Barat 20.44
Gorontalo 20.18
Sumatera Selatan 18.63
Kalimantan Barat 17.78
Kalimantan Selatan 17.54
Sulawesi Tenggara 17.43
Nusa Tenggara Timur 17.41
Bengkulu 16.83
Sulawesi Tengah 16.36
Papua 15.63
Sulawesi Barat 15.27
Maluku 15.06
Nusa Tenggara Barat 14.71
Aceh 13.56
Maluku Utara 13.41
Lampung 13.1
0 20 40 60 80 100 120

22
Sumber: Kemenkes RI, 2021
Berdasarkan Gambar 7, dapat diketahui bahwa cakupan vaksinasi
dosis 2 di Indonesia secara nasional masih rendah dengan persentase sebesar
27,63% dari target. Adapun 3 provinsi dengan persentase tertinggi yaitu
DKI Jakarta (97,46%), Bali (82,38%) dan Kep. Riau (61,83%). Sedangkan 3
provinsi dengan persentase terendah yaitu Lampung (13,1%), Maluku
(13,41%) dan Aceh (13,56%).

2. Cakupan Vaksinasi COVID-19 Dosis 1 dan 2 di Indonesia Berdasarkan


Sasaran
Cakupan vaksinasi COVID-19 dosis 1 dan 2 di Indonesia
berdasarkan sasaran vaksinasi dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Gambar 8.
Cakupan Vaksinasi COVID-19 Dosis 1 dan 2 di Indonesia Berdasarkan
Sasaran per 10 Oktober 2021

23
Cakupan Vaksinasi COVID-19 Dosis 1 dan 2 di Indonesia
Berdasarkan Sasaran
180.00% 161.28%
125.59% 135.90%
126.92%
120.00%
60.00% 33.64%21.70% 43.82%
20.08% 15.44%11.32%
0.00%
ia

an

lik

n
ta

hu
ns

ub
nt

ha

Ta
La

Re

sP

se

17
n

Ke
ga
da

2-
tu

1
um

Pe

SD

ia
m

Us
tU
ka
ra
ya
as
M

Dosis 1 Dosis 2

Sumber: Kemenkes RI, 2021


Target nasional vaksinasi COVID-19 di Indonesia menetapkan
target sebanyak 21,553,118 penduduk untuk lansia, 141,211,181 penduduk
untuk masyarakat umum dan rentan, 17,327,167 penduduk untuk petugas
publik, 1,468,764 untuk SDM Kesehatan dan 26,705,490 untuk usia 12-17
tahun.
Berdasarkan Gambar 8 di atas, dapat diketahui bahwa cakupan
vaksinasi pada petugas publik dan SDM kesehatan telah mencapai bahkan
melebihi target. Untuk petugas publik, cakupan vaksinasinya telah mencapai
27,944,625 penduduk (161,28%) untuk dosis 1 dan 21,760,867 penduduk
(125,59%) untuk dosis 2. Untuk SDM kesehatan, cakupan vaksinasinya

24
telah mencapai 1,996,110 penduduk (135,9%) untuk dosis 1 dan 1,864,086
(126,92%) untuk dosis 2. Adapun cakupan vaksinasi pada lansia,
masyarakat umum dan rentan serta remaja usia 12-17 tahun masih jauh di
bawah target nasional.

3. Cakupan Vaksinasi COVID-19 Dosis 1 dan 2 di Provinsi Sulawesi


Selatan
Tabel 1.
Tabel Frekuensi Vaksinasi COVID-19 Dosis 1 Berdasarkan
Kabupaten/Kota di Provinsi Sulawesi Selatan per 10 Oktober 2021
Vaksinasi COVID-19 Dosis 1
Kabupaten/Kota
n % dari target
Kota Makassar 753,582 68,36%
Kota Parepare 61,471 53,49%
Kab. Tana Toraja 115,571 51,64%
Kab. Toraja Utara 93,906 47,44%
Kota Palopo 65,255 46,16%
Kab. Enrekang 70,696 40,47%
Kab. Luwu Timur 88,299 39,61%
Kab. Soppeng 75,528 39,51%
Kab. Pinrang 122,348 39,18%
Kab. Luwu 90,090 32,04%
Kab. Barru 45,249 31,36%
Kab. Selayar 32,944 30,38%
Kab. Maros 90,828 30,34%
Kab. Bantaeng 44,539 28,78%
Kab. Pangkep 73,642 27,68%
Kab. Wajo 83,125 27,63%
Kab. Takalar 61,204 26,51%
Kab. Gowa 148,434 25,00%
Kab. Luwu Utara 61,938 24,73%
Kab. Sidrap 60,155 24,13%
Kab. Sinjai 47,578 23,52%
Kab. Bone 142,240 22,40%
Kab. Bulukumba 72,648 20,95%
Kab. Jeneponto 48,655 15,53%
Sumber: Kemenkes RI, 2021

Target provinsi vaksinasi COVID-19 di Sulawesi Selatan yaitu


7,058,141 penduduk. Provinsi Sulawesi Selatan telah mencapai cakupan
vaksinasi sebesar 35,42% dari target provinsi. Berdasarkan Tabel 1, dapat

25
diketahui bahwa 3 kabupaten/kota dengan persentase cakupan vaksinasi
tertinggi yaitu Kota Makassar (68,36%), Kota Parepare (53,49%) dan Kab.
Tana Toraja (51,64%) dari target masing-masing.
Adapun 3 kabupaten dengan persentase cakupan vaksinasi terendah
yaitu Kab. Jeneponto (15,53%), Kab. Bulukumba (20,95%) dan Kab. Bone
(22,40%).
Tabel 2.
Tabel Frekuensi Vaksinasi COVID-19 Dosis 2 Berdasarkan
Kabupaten/Kota di Provinsi Sulawesi Selatan per 10 Oktober 2021
Vaksinasi COVID-19 Dosis 2
Kabupaten/Kota
n % dari target
Kota Makassar 516,333 46,84%
Kota Parepare 45,076 39,22%
Kab. Tana Toraja 78,166 34,93%
Kota Palopo 44,542 31,51%
Kab. Soppeng 47,711 24,96%
Kab. Enrekang 42,728 24,46%
Kab. Luwu Timur 51,948 23,30%
Kab. Toraja Utara 45,987 23,23%
Kab. Pinrang 64,937 20,80%
Kab. Selayar 22,409 20,67%
Kab. Barru 27,705 19,20%
Kab. Maros 54,056 18,06%
Kab. Luwu 48,866 17,38%
Kab. Bantaeng 26,699 17,25%
Kab. Pangkep 41,689 15,67%
Kab. Wajo 46,901 15,59%
Kab. Sidrap 38,460 15,43%
Kab. Takalar 35,588 15,42%
Kab. Bone 94,587 14,90%
Kab. Gowa 81,685 13,76%
Kab. Sinjai 27,443 13,56%
Kab. Bulukumba 42,368 12,22%
Kab. Luwu Utara 29,806 11,90%
Kab. Jeneponto 21,994 7,02%
Sumber: Kemenkes RI, 2021
Berdasarkan Tabel 2, dapat diketahui bahwa 3 kabupaten/kota
dengan persentase cakupan vaksinasi tertinggi yaitu Kota Makassar
(46,84%), Kota Parepare (39,22%) dan Kab. Tana Toraja (34,93%) dari
target masing-masing.

26
Adapun 3 kabupaten dengan persentase cakupan vaksinasi terendah
yaitu Kab. Jeneponto (7,02%), Kab. Luwu Utara (11,90%) dan Kab.
Bulukumba (12,22%).

4. Cakupan Vaksinasi COVID-19 Dosis 1 dan 2 di Provinsi Sulawesi


Selatan Berdasarkan Sasaran
Cakupan vaksinasi COVID-19 dosis 1 dan 2 di Provinsi Sulawesi
Selatan berdasarkan sasaran vaksinasi dapat dilihat pada gambar di bawah
ini.
Gambar 9.
Cakupan Vaksinasi COVID-19 Dosis 1 dan 2 di Provinsi Sulawesi Selatan
Berdasarkan Sasaran per 10 Oktober 2021

Cakupan Vaksinasi COVID-19 Dosis 1 dan 2 di Provinsi Sulawesi


Selatan Berdasarkan Sasaran
123.40%
114.54%
120.00% 103.19%
83.67%
80.00%
28.86%15.08% 32.38%
40.00% 16.48%10.68% 16.24%
0.00%
ns
ia an lik an hu
n
La ent P ub hat
Ta
n
R
as se 17
da ug Ke -
Pe
t M 12
um SD ia
m Us
tU
aka
r
ya
as
M
Dosis 1 Dosis 2

27
Sumber: Kemenkes RI, 2021
Target provinsi vaksinasi COVID-19 di Provinsi Sulawesi Selatan
menetapkan target sebanyak 753,919 penduduk untuk lansia, 4,571,997
penduduk untuk masyarakat umum dan rentan, 694,477 penduduk untuk
petugas publik, 58,858 untuk SDM Kesehatan dan 978,890 untuk usia 12-17
tahun.
Berdasarkan Gambar 9 di atas, dapat diketahui bahwa cakupan
vaksinasi dosis 1 pada petugas publik telah mencapai bahkan melebihi
target. Cakupan vaksinasinya telah mencapai 716,636 penduduk (103,19%)
dari target 694,477. Adapun untuk dosis 2, cakupan vaksinasi petugas
publik sudah hampir mencapai target dengan cakupan vaksinasi mencapai
581,085 (83,67%).
Selain itu, cakupan vaksinasi pada SDM kesehatan juga telah
mencapai bahkan melebihi target. Cakupan vaksinasinya telah mencapai
72,633 penduduk (123,4%) untuk dosis 1 dan 67,416 penduduk (114,54%)
untuk dosis 2 dari target 58,858. Namun, cakupan vaksinasi pada lansia,
masyarakat umum dan rentan serta remaja usia 12-17 tahun masih cukup
jauh di bawah target provinsi.

I. Strategi Peningkatan Cakupan Vaksinasi COVID-19


Rendahnya tingkat penerimaan vaksin COVID-19 ini bisa menjadi
masalah utama dalam upaya global untuk mengendalikan pandemi COVID-19
yang terjadi saat ini. Kendala utama yang dialami yaitu enggannya masyarakat
untuk divaksin dan stok vaksin yang terbatas serta disalurkan secara bertahap
sehingga menyebabkan ketidakmerataan cakupan vaksinasi. Adapun strategi
pemerintah dalam peningkatan cakupan vaksinasi COVID-19 adalah sebagai
berikut:
1. Mengupayakan Ketersediaan Vaksin dan Mempercepat Program
Vaksinasi

28
Kelancaran program vaksinasi COVID-19 harus diikuti dengan
pasokan dan distribusi yang lancar hingga ke daerah. Oleh karena itu,
diperlukan perhatian khusus terhadap data stok vaksin di lapangan agar
tidak ada jeda waktu yang terlalu lama antara proses data stok vaksin yang
riil di lapangan dengan data stok yang terpantau di pusat. Kementerian
Kesehatan terus berupaya meningkatkan percepatan vaksinasi. Selain
vaksinasi massal dengan bekerja sama dengan berbagai elemen masyarakat,
Kemenkes juga telah mengeluarkan Surat Edaran yang menginstruksikan
seluruh pos pelayanan vaksinasi, Unit Pelaksana Teknis di bawah
Kemenkes, seperti Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP), RS Vertikal,
Poltekkes, di seluruh Indonesia untuk melakukan vaksinasi kepada semua
target sasaran tanpa memandang domisili atau tempat tinggal pada KTP
(Layan, 2021).
2. Memberantas Hoax tentang Vaksinasi yang Beredar dengan
Melakukan Edukasi
Perlu dilakukan sosialisasi kepada masyarakat mengenai efektivitas
dan keamanan vaksin COVID-19 sehingga dapat meningkatkan tingkat
penerimaan vaksin tersebut. Ragam saluran informasi juga dapat
dioptimalkan dalam kampanye perubahan perilaku dan vaksinasi, distribusi
pesan kunci yang berisi informasi manfaat vaksinasi, keamanan dan kualitas
vaksin, serta hukum vaksinasi dari sisi agama, upaya 3T (Test, Tracing,
Treatment) atau Tes, Telusur, Terapi yang dilakukan oleh pemerintah,
kontra narasi hoaks tentang vaksinasi yang beredar di masyarakat melalui
siaran TV dan perbanyak informasi tentang kontra narasi hoaks oleh
nakes/sumber lain yang kredibel, baik melalui saluran daring ataupun
community engagement di tingkat lokal. Strategi komunikasi yang dapat
dilakukan untuk vaksinasi COVID-19 adalah dengan melakukan
(Kepmenkes RI, 2021)
a. Segmentasi, termasuk strategi khusus pada populasi-populasi
tertentu/kunci;

29
b. Fokus pada peningkatan pengetahuan dan kesadaran masyarakat akan
pentingnya vaksin;
c. Dorongan melalui regulasi dan konsekuensi bagi yang menolak vaksin;
d. Meningkatan kualitas akses dan kemudahan dalam mendapatkan vaksin;
e. Informasi dan edukasi yang terus-menerus dan berkelanjutan.
3. Menanamkan Kepercayaan Publik
Komunikasi yang jelas dan konsisten oleh pejabat pemerintah
sangat penting untuk membangun kepercayaan publik terhadap program
vaksin. Ini termasuk menjelaskan cara kerja vaksin, serta cara
mengembangkannya, dari perekrutan hingga persetujuan peraturan
berdasarkan keamanan dan kemanjuran. Kampanye yang efektif juga harus
bertujuan untuk menjelaskan dengan hati-hati tingkat keefektifan vaksin,
waktu yang dibutuhkan untuk perlindungan (dengan berbagai dosis, jika
diperlukan) dan pentingnya cakupan seluruh populasi untuk mencapai
kekebalan komunitas. Menanamkan kepercayaan publik dalam tinjauan
badan pengawas tentang keamanan dan keefektifan vaksin akan menjadi
penting. Komunikasi kesehatan yang kredibel dan berwawasan budaya
sangat penting dalam mempengaruhi perilaku kesehatan yang positif seperti
yang telah diamati sehubungan dengan mendorong orang untuk bekerja
sama dengan langkah-langkah pengendalian COVID-19 (Macartney et al.,
2020).
4. Melakukan Gebyar Vaksinasi
Berdasarkan data nasional dan provinsi terkait cakupan vaksinasi
COVID-19 pada uraian sebelumnya, cakupan vaksinasi pada lansia,
masyarakat umum dan rentan serta remaja usia 12-17 tahun masih cukup
jauh di bawah target. Oleh karena itu, upaya yang dapat dilakukan adalah
menyelenggarakan gebyar vaksinasi baik khusus untuk lansia, remaja
maupun masyarakat umum. Sejumlah daerah, salah satunya adalah Jawa
Barat telah melaksanakan gebyar vaksinasi bagi lansia. Hal tersebut karena
cakupan vaksinasi lansia di Jawa Barat masih rendah.

30
Beberapa hal yang berkaitan dengan rendahnya capaian tersebut
antara lain adanya rasa takut atau ragu dari lansia maupun keluarga terhadap
keamanan vaksin COVID-19 bagi lansia, terbatasnya akses informasi
tentang vaksinasi, dan terbatasnya akses transportasi ke tempat vaksinasi.
Oleh karena itu perlu dilakukan langkah-langkah yang melibatkan berbagai
pihak untuk memberikan sosialisasi edukasi dan komunikasi pada
masyarakat khususnya kelompok prioritas lansia dan keluarga, serta
mempermudah akses lanjut usia untuk mendapatkan pelayanan vaksinasi
COVID-19. Khusus di Kota Bandung, pemerintah daerah setempat
mengadakan gebyar vaksinasi bagi usia di bawah 50 tahun dengan syarat
membawa dua orang lansia atau pra lansia untuk ikut melakukan vaksinasi
(Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat, 2021).
Adapun di Sulawesi Selatan, pemerintah setempat yang bekerja
sama dengan berbagai BUMN dan pihak swasta juga menggelar vaksinasi
yang dikhususkan bagi remaja (usia 12-17 tahun), mengingat cakupan
vaksinasi remaja di Sulawesi Selatan masih cenderung rendah.
5. Vaksinasi COVID-19 Door to Door
Guna mempercepat pelaksanaan vaksinasi COVID-19, pemerintah
membuka akses vaksinasi melalui door to door atau vaksinasi keliling.
Namun, langkah vaksinasi keliling dilakukan pada kondisi tertentu dan
sasarannya lansia, kelompok rentan dan penyandang disabilitas. Untuk
percepatan vaksinasi, selain door to door, rencana lain yang dilakukan
pemerintah ialah menggandeng semua pihak lebih banyak lagi mulai dari
swasta, TNI, Polri, organisasi masyarakat dan organisasi keagamaan serta
menambah jumlah vaksinator (Waseso, 2021).
6. Memperluas Lokasi Vaksinasi
Semua rumah sakit, puskesmas dan klinik yang sudah biasa
melakukan vaksinasi misalnya pada anak, dapat dioperasionalkan untuk
menjadi tempa vaksinasi COVID-19 dengan manajemen persiapan yang
baik. Hal ini mempermudah masyarakat yang akan divaksin karena lokasi
vaksin akan lebih dekat dari rumah maupun tempat kerja. Selain itu, tempat

31
umum salah satunya seperti mall kini sudah dapat dioperasionalkan menjadi
tempat vaksinasi COVID-19, seperti di Mall Ratu Indah dan Nipah Mall
Makassar.
7. Penggunaan Aplikasi PeduliLindungi Sebagai Syarat Memasuki Mall
atau Tempat Umum Lainnya
PeduliLindungi adalah aplikasi yang dikembangkan untuk
membantu instansi pemerintah terkait dalam melakukan pelacakan untuk
menghentikan penyebaran Coronavirus Disease (COVID-19). Aplikasi ini
mengandalkan partisipasi masyarakat untuk saling membagikan data
lokasinya saat bepergian agar penelusuran riwayat kontak dengan penderita
COVID-19 dapat dilakukan. Aplikasi PeduliLindungi kini digunakan untuk
berbagai kegiatan, salah satunya sebagai syarat memasuki mall atau tempat
umum lainnya dengan memperlihatkan sertifikat vaksin pengunjung dari
aplikasi tersebut (Kementerian Komunikasi dan Informatika, 2021).
8. Pelayanan untuk Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI)
Jika masyarakat memiliki keluhan sesudah divaksin, maka perlu
diberi prioritas pelayanan penting. Selain itu, baiknya jika secara berkala
disampaikan laporan terkait keadaan KIPI secara rinci, baik untuk konsumsi
masyarakat luas maupun dipublikasikan pada jurnal ilmiah. Hal ini untuk
menghindari berbagai pemberitaan tidak benar atau hoax tentang vaksinasi
COVID-19.

32
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam upaya mengembalikan kondisi dunia sebagaimana sebelum
pandemi, telah diusung program vaksinasi oleh pemerintah di seluruh dunia,
termasuk Indonesia. Berdasarkan data cakupan vaksinasi COVID-19 oleh
Kementerian Kesehatan RI, diketahui bahwa cakupan vaksinasi dosis 1 di
Indonesia secara nasional mencapai persentase sebesar 48,13% dan dosis 2
secara nasional masih rendah dengan persentase sebesar 27,63% dari target per
10 Oktober 2021. Adapun cakupan vaksinasi COVID-19 berdasarkan sasaran
vaksinasi, ditemukan bahwa cakupan vaksinasi lansia, masyarakat umum dan
rentan serta remaja usia 12-17 tahun masih jauh dibawah target. Beberapa
strategi dalam peningkatan cakupan vaksinasi COVID-19 di antaranya adalah
mengupayakan ketersediaan vaksin dan mempercepat program vaksinasi;
memberantas hoax tentang vaksinasi yang beredar dengan melakukan edukasi;
menanamkan kepercayaan publik; melakukan gebyar vaksinasi; vaksinasi
COVID-19 door to door; memperluas lokasi vaksinasi; penggunaan aplikasi
PeduliLindungi dan memberikan pelayanan untuk Kejadian Ikutan Pasca
Imunisasi (KIPI).

33
B. Saran
Adapun saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut.
1. Bagi Pemerintah
a. Kepada pihak pemerintah diharapkan agar dapat tetap menjamin
ketersediaan stok vaksin COVID-19.
b. Kepada pihak pemerintah diharapkan agar lebih memberi perhatian
khusus terhadap data stok vaksin baik di lapangan maupun di pusat. Perlu
adanya sistem data yang real time, sehingga kondisi stok sebenarnya di
lapangan bisa terpantau setiap waktu dari pusat untuk menghindari
kekosongan stok vaksin.

2. Bagi Masyarakat
a. Kepada masyarakat diharapkan dapat bersikap kooperatif dalam upaya
peningkatan cakupan vaksinasi serta mengubah pandangan buruk
terhadap vaksin COVID-19.
b. Kepada masyarakat diharapkan agar tidak menyebarluaskan informasi
tidak benar atau hoax tentang vaksinasi COVID-19 yang membuat
masyarakat lainnya menjadi ragu untuk divaksin.
3. Bagi Mahasiswa
a. Kepada mahasiswa diharapkan dapat berperan dalam mendukung
program vaksinasi COVID-19 dengan melakukan sosialisasi, edukasi
maupun kampanye mengenai pentingnya vaksinasi.
b. Kepada mahasiswa khususnya mahasiswa kesehatan diharapkan bisa
bertindak membantu pemerintah sebagai relawan dalam proses vaksinasi
COVID-19 kepada masyarakat.

34
35
DAFTAR PUSTAKA
Adhikari, S. P., Meng, S., Wu, Y., Mao, Y., Ye, R., Wang, Q., Sun, C., Sylvia, S.,
Rozelle, S., Raat, H., & Zhou, H. (2020). A scoping review of 2019 Novel
Coronavirus during the early outbreak period: Epidemiology, causes, clinical
manifestation and diagnosis, prevention and control. Infectious Diseases of
Poverty, 9(29), 1–12. https://doi.org/10.21203/rs.2.24474/v1
Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat. (2021). Tingkatkan Cakupan
Vaksinasi COVID-19 Lansia di Jabar, Menkes Launching Gebyar Vaksinasi.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/rilis-
media/20210518/2837789/tingkatkan-cakupan-vaksinasi-covid-19-lansia-di-
jabar-menkes-launching-gebyar-vaksinasi/
Cai, H. (2020). Sex difference and smoking predisposition in patients with
COVID-19. In The Lancet Respiratory Medicine (Vol. 8, Nomor 4, hal. e20).
https://doi.org/10.1016/S2213-2600(20)30117-X
De Wit, E., Van Doremalen, N., Falzarano, D., & Munster, V. J. (2016). SARS
and MERS: Recent insights into emerging coronaviruses. Nature Reviews
Microbiology, 14(8), 523–534. https://doi.org/10.1038/nrmicro.2016.81
Dewi, A. (2021). Penanggulangan Pandemi COVID-19 Melalui Program
Pengadaan Vaksin dan Pelaksanaan Vaksinasi COVID-19. Kementerian
Keuangan Direktorat Jenderal Anggaran.
https://anggaran.kemenkeu.go.id/in/post/penanggulangan-pandemi-covid-19-
melalui-program-pengadaan-vaksin-dan-pelaksanaan-vaksinasi-covid-19
Diaz, J. H. (2020). Hypothesis: angiotensin-converting enzyme inhibitorsand
angiotensin receptor blockers may increase therisk of severe COVID-19.
Journal of Travel Medicine, 27(3), 1–3.
https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/32186711/
Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan. (2021). Sulsel Tanggap COVID-19.
Dinas Kesehatan Prov. Sulsel. https://covid19.sulselprov.go.id/data
Fang, L., Karakiulakis, G., & Roth, M. (2020). Are patients with hypertension and
diabetes mellitus at increased risk for COVID-19 infection? In The Lancet
Respiratory Medicine (Vol. 8, Nomor 4, hal. e21).
https://doi.org/10.1016/S2213-2600(20)30116-8
Généreux, M., David, M. D., O’Sullivan, T., Carignan, M. È., Blouin-Genest, G.,
Champagne-Poirier, O., Champagne, É., Burlone, N., Qadar, Z., Herbosa, T.,
Hung, K., Ribeiro-Alves, G., Arruda, H., Michel, P., Law, R., Poirier, A.,
Murray, V., Chan, E., & Roy, M. (2021). Communication strategies and
media discourses in the age of COVID-19: An urgent need for action. Health
Promotion International, 36(4), 1178–1185.
https://doi.org/10.1093/heapro/daaa136
Guan, W., Ni, Z., Hu, Y., Liang, W., & Ou, C. (2020). Clinical Characteristics of
Coronavirus Disease 2019 in China. In The New England Journal of
Medicine (Vol. 382, hal. 1708–1720).
https://doi.org/10.1016/j.jemermed.2020.04.004
Hamid, S., Mir, M. Y., & Rohela, G. K. (2020). Novel coronavirus disease
(COVID-19): a pandemic (epidemiology, pathogenesis and potential
therapeutics). New Microbes and New Infections, 35(C), 1–10.
https://doi.org/10.1016/j.nmni.2020.100679
Huang, C., Wang, Y., Li, X., Ren, L., Zhao, J., Hu, Y., Zhang, L., Fan, G., Xu, J.,
Gu, X., Cheng, Z., Yu, T., Xia, J., Wei, Y., Wu, W., Xie, X., Yin, W., Li, H.,
Liu, M., … Cao, B. (2020). Clinical features of patients infected with 2019
novel coronavirus in Wuhan, China. The Lancet, 395(10223), 497–506.
https://doi.org/10.1016/S0140-6736(20)30183-5
Kemenkes RI. (2020a). Pedoman kesiapan menghadapi COVID-19. In Pedoman
kesiapan menghadapi COVID-19.
Kemenkes RI. (2020b). Survei Penerimaan Vaksin COVID-19 di Indonesia. In
Satuan Gugus Tugas Penanganan COVID-19 (Nomor November).
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
https://covid19.go.id/storage/app/media/Hasil
Kajian/2020/November/vaccine-acceptance-survey-id-12-11-2020final.pdf
Kementerian Kesehatan Indonesia. (2021). Vaksinasi COVID-19 Nasional.
https://vaksin.kemkes.go.id/#/vaccines
Kementerian Komunikasi dan Informatika. (2021). PeduliLindungi. Kementerian
Komunikasi dan Informatika. https://www.pedulilindungi.id/
Kepmenkes RI, Pub. L. No. 01.07/MENKES/4638/2021, 2021 Keputusan Menteri
Kesehatan 1 (2021).
https://www.dinkes.pulangpisaukab.go.id/2021/05/21/keputusan-menteri-
kesehatan-no-hk-01-07-menkes-4638-2021-tentang-juknis-pelaksanaan-
vaksinasi-dalam-rangka-penanggulangan-pandemi-covid-19/%0Akemenkes
magang 1
Layan, C. V. (2021). 4 Pernyataan Pemerintah soal Jaminan Ketersediaan Stok
Vaksin di Daerah. Liputan 6.com.
https://www.liputan6.com/news/read/4625918/4-pernyataan-pemerintah-
soal-jaminan-ketersediaan-stok-vaksin-di-daerah
Li, G., Fan, Y., Lai, Y., Tiantian, H., Li, Z., Zhou, P., Pan, P., Wang, W., Hu, D.,
Liu, X., Zhang, Q., & Wu, J. (2020). Coronavirus Infections and Immune
Responses. Journal of Medical Virology, 92(4), 424–432.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/31981224
Li, X., Geng, M., Peng, Y., Meng, L., & Lu, S. (2020). Molecular Immune
Pathogenesis and Diagnosis of COVID-19. In Journal of Pharmaceutical
Analysis (Vol. 10, Nomor 2, hal. 102–108).
https://doi.org/10.1016/j.jpha.2020.03.001
Liang, W., Guan, W., Chen, R., Wang, W., Li, J., Xu, K., Li, C., Ai, Q., Lu, W.,
Liang, H., Li, S., & He, J. (2020). Cancer patients in SARS-CoV-2 infection:
a nationwide analysis in China. The Lancet Oncology, 21(3), 335–337.
https://doi.org/10.1016/S1470-2045(20)30096-6
Macartney, K., Quinn, H. E., Pillsbury Alexis, J., & Koirala, A. (2020).
Transmission of SARS-CoV-2 in Australian educational settings: a
prospective cohort study. The Lancet, 4, 807–816.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC7398658/pdf/main.pdf
Meng, L., Hua, F., & Bian, Z. (2020). Coronavirus Disease 2019 (COVID-19):
Emerging and Future Challenges for Dental and Oral Medicine. Journal of
Dental Research, 99(5), 481–487.
https://doi.org/10.1177/0022034520932149
Nugroho, S. A., & Hidayat, I. N. (2021). Efektivitas Dan Keamanan Vaksin
Covid-19 : Studi Refrensi. Jurnal Keperawatan Profesional, 9(2), 61–107.
https://doi.org/10.33650/jkp.v9i2.2767
Profil Kesehatan Indonesia. (2020). Profil Kesehatan Indonesia 2020.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Sari, G. A. P. L. P. (2020). Coronavirus Disease 2019 (COVID-19). Jurnal Sains
dan Kesehatan, 2(4), 548–557. https://doi.org/10.1111/jmwh.13196
Satuan Tugas Penanganan Covid-19. (2021a). ANALISIS DATA COVID-19
INDONESIA. September.
Satuan Tugas Penanganan Covid-19. (2021b). Peta Sebaran. Bnpb.
https://covid19.go.id/
Suryani, N. L. (2020). Covid-19 dan New Normal. In R. D. M. Farida (Ed.),
Desanta Muliavisitama. Desanta Muliavisitama.
Susilo, A., Rumende, C. M., Pitoyo, C. W., Santoso, W. D., Yulianti, M.,
Herikurniawan, H., Sinto, R., Singh, G., Nainggolan, L., Nelwan, E. J., Chen,
L. K., Widhani, A., Wijaya, E., Wicaksana, B., Maksum, M., Annisa, F.,
Jasirwan, C. O. M., & Yunihastuti, E. (2020). Coronavirus disease 2019:
Tinjauan literatur terkini. Jurnal Penyakit Dalam Indonesia, 7(1), 45.
https://doi.org/10.7454/jpdi.v7i1.415
Wang, C., Horby, P., Hayden, F., & Gao, G. (2020). A novel coronavirus
outbreak of global health concern. The Lancet, 395(10223), 470–473.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC7135038/
Wang, D., Hu, B., Hu, C., Zhu, F., Liu, X., Zhang, J., Wang, B., Xiang, H.,
Cheng, Z., Xiong, Y., Zhao, Y., Li, Y., Wang, X., & Peng, Z. (2020).
Clinical Characteristics of 138 Hospitalized Patients with 2019 Novel
Coronavirus-Infected Pneumonia in Wuhan, China. JAMA - Journal of the
American Medical Association, 323(11), 1061–1069.
https://doi.org/10.1001/jama.2020.1585
Waseso, R. (2021). Vaksinasi Covid-19 Door to Door dilakukan Pada Kondisi
Tertentu. Kontan.co.id. https://nasional.kontan.co.id/news/vaksinasi-covid-
19-door-to-door-dilakukan-pada-kondisi-tertentu
WHO. (2020a). Anjuran mengenai penggunaan masker dalam konteks COVID-
19. In World Health Organization.
WHO. (2020b). Transmisi SARS-CoV-2: Implikasi terhadap kewaspadaan
pencegahan infeksi. 1–10.
https://jsk.farmasi.unmul.ac.id/index.php/jsk/article/view/230/182
Worldometer. (2021). COVID-19 Coronavirus Pandemic. Worldometer Info.
https://www.worldometers.info/coronavirus/
Wu, Z., & McGoogan, J. M. (2020). Characteristics of and Important Lessons
from the Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) Outbreak in China:
Summary of a Report of 72314 Cases from the Chinese Center for Disease
Control and Prevention. JAMA - Journal of the American Medical
Association, 323(13), 1239–1242. https://doi.org/10.1001/jama.2020.2648
Zhang, T., Wu, Q., & Zhang, Z. (2020). Probable Pangolin Origin of SARS-CoV-
2 Associated with the COVID-19 Outbreak. Current Biology, 30(7), 1346-
1351.e2. https://doi.org/10.1016/j.cub.2020.03.022
Zumla, A., Hui, D. S., Azhar, E. I., Memish, Z. A., & Maeurer, M. (2020).
Reducing mortality from 2019-nCoV: host-directed therapies should be an
option. In The Lancet (Vol. 395, Nomor 10224, hal. e35–e36).
https://doi.org/10.1016/S0140-6736(20)30305-6

Anda mungkin juga menyukai