NIM: 201010550654
Tugas Struktural PAI Pertemuan-3
Hadist di atas menjelaskan tentang kehidupan manusia yang seharusnya, yaitu kehidupan
yang berimbang, kehidupan dunia harus diperhatikan disamping kehidupan di akhirat. Islam
tidak memandang baik terhadap orang yang hanya mengutamakan urusan dunia saja, tapi
urusan akhirat dilupakan. Sebaliknya Islam juga tidak mengajarkan umat manusia untuk
konsentrasi hanya pada urusan akhirat saja sehingga melupakan kehidupan dunia.
Dunia adalah sarana yang akan mengantarkan ke akhirat. Kita hidup didunia memerlukan
harta benda untuk memenuhi hajatnya, manusia perlu makan, munum, pakaian, tempat
tinggal, berkeluarga dan sebagainya, semua ini harus kita cari dan kita usahakan. Kehadiran
kita di dunia ini jangan sampai menjadi beban orang lain. Maksudnya janganlah
memberatkan dan menyulitkan orang lain. Dalam hubungan ini, umat Islam tidak boleh
bermalas-malasan, apalagi malas bekerja untuk mencari nafkah, sehingga mengharapkan
belas kasihan orang lain untuk menutupi keperluan hidup sehari-hari.
Dalam Al-Quran Surah Al-Qashash ayat 77 yang artinya: “Dan carilah pada apa yang telah
dianugerahkan Allah kepadamu yaitu kebahagiaan negeri akhirat, dan janganlah kamu
melupakan bahagianmu dari kenikmatan duniawi, dan berbuat baiklah kepada orang lain,
sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di
(muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan”.
Sumber: https://kalbar.kemenag.go.id/id/opini/keseimbangan-antara-kehidupan-dunia-dan-
akhirat
Salah satu alasan keseimbangan antara kehidupan buat akhirat dan kehidupan buat dunia
dalam islam adalah karena dunia adalah tempat kita tingggal dan mencari bekal untuk
kehidupan akhirat kelak. Dengan seseorang berusaha untuk kehidupan dunia akan membuat
ia lebih mudah fokus dan termotivasi untuk mempersiapkan diri untuk kehidupan akhirat.
Akan tetapi, kita tidak boleh lalai dengan kehidupan dunia dan lupa akhirat, karena
kehidupan dunia hanya sementara dan kehidupan akhirat adalah selamanya
Penjelasan:
Ayat yang menjelaskan tentang keseimbangan kehidupan buat dunia dan dan akhirat adalah
firman Allah dalam surah al qasas ayat ke 77. Lafadz dari firman Allah dalam surah al qasas
ayat ke 77 adalah:
Sumber: https://brainly.co.id/tugas/32771396
Pada kedua ayat di atas jelas sekali bahwa Al-Qur’an –yang kita anggap sebagai satu-satunya
sumber hukum dalam Islam– itu menyebutkan keharusan untuk mengikuti dan menaati
Rasulullah saw. Mengikuti Rasulullah, tentu saja, berarti mengikuti sabda-sabdanya,
mengikuti cara-cara beliau beribadah, mengikuti ketetapan hukum yang pernah beliau
putuskan terhadap kasus-kasus yang terjadi pada masyarakat muslim ketika itu. Dan itu kita
ketahui melalui hadis. Hadis, seperti didefinisikan oleh banyak sekali ulama Ahl al-Sunnah
wa al-Jamâ‘ah, adalah apa saja yang bersumber dari Rasulullah saw., baik berupa ucapan,
perbuatan, ketentuan, sifat/karakter kepribadian, atau riwayat hidup, baik yang terjadi
sebelum beliau diutus sebagai nabi (sebelum menerima wahyu) maupun setelah diutus
sebagai nabi. (Anda bisa merujuk buku Syarh al-Manzhûmah al-Bayqûniyyah karya
Muhammad Hasan Abd al-Ghaffar, situs islamweb. net [ta’rif atau definisi hadis], juga buku
Nazhrat al-Mustasyriqîn li al-Sunnah al-Nabawiyyah al-Muthahharah karya Matni Al-Zaydi,
dan lain-lain).
Selain itu, di dalam surah Al-Baqarah, Allah swt. juga berfirman dengan redaksi doa yang
dipanjatkan oleh Nabi Ibrahim a.s. yang artinya demikian: “Ya Tuhan kami, utuslah di tengah
mereka seorang rasul dari kalangan mereka sendiri, yang akan membacakan kepada mereka
ayat-ayat-Mu dan mengajarkan Kitab dan Hikmah kepada mereka, dan menyucikan mereka.
Sungguh, Engkaulah Yang Mahaperkasa, Mahabijaksana.” (QS Al-Baqarah [2]: 129). Juga
pada ayat lain dari surah yang sama: Sebagaimana Kami telah mengutus kepadamu seorang
Rasul (Muhammad) dari (kalangan) kamu yang membacakan ayat-ayat Kami, menyucikan
kamu, dan mengajarkan kepadamu Kitab (Al-Qur’an) dan Hikmah (Sunnah), serta
mengajarkan apa yang belum kamu ketahui. (QS Al-Baqarah [2]: 151). Ulama-ulama tafsir
mengartikan kata “hikmah” pada kedua ayat itu sebagai Hadis atau Sunnah. (Lihat, misalnya,
Tafsir Al-Thabari). Artinya, Al-Qur’an dan Hadis (atau Sunnah) merupakan satu paket, satu
kesatuan, dwitunggal, yang tidak bisa dipisahkan satu dari yang lain).
Sumber: https://nikmatislam.com/kenapa-sumber-hukum-dalam-islam-harus-al-quran-dan-
hadis-kenapa-tidak-cukup-al-quran-saja/
-Islam berupaya mengakomodir ajaran-ajaran agama masa lalu dengan memberikan makna
dan semangat baru di dalamnya. Sebelum islam datang misalnya dijumpai adanya kebiasaan
melakukan kurban persembahan kepada para dewa dan arwah leluhur untuk memperoleh
keberkahan. Kebiasaan kurban ini diteruskan oleh agama islam dengan mengganti benda
yang dikurbankan bukan lagi manusia melainkan hewan ternak. Tujuan dari kurban adalah
sebagai pengabdian dan rasa syukur kepada Tuhan atas segala karunia yang diberikan Nya,
sedangkan daging kurban diberikan kepada fakir miskindan orang-orang yang kurang
mampu. Dengan kurban tersebut maka akan tercipta tujuan agama, yaitu menjalani hubungan
manusia dengan Tuhan dan hubungan manusia dengan manusia. Hal lain yang merupakan
masa lalu yang diteruskan oleh islam pada masa berikutnya dengan melakukan perubahan
adalah kebiasaan melakukan pesta paling kurang dua kali selama setahun yang diadakan
disekitar ka’bah. pada pesta tersebut mereka memperlombakan pembacaan pusi, nyayian-
nyayian, hingga mabuk-mabukan dan perbuatan-perbuatan foya-foya lainnya. Islam
melanjutkan kebiasaan tersebut dengan perayaan Idul Adha dan Idul Fitri, yang diisi dengan
memanjatkan puji syukur, ibadat salat, berkurban dan melakukan sedekah dengan
serangkaian perbuatan kebaikan yang lainnya.
-Selanjutnya ciri islam terhadap agama lainnya adalah persuasive, yaitu dari satu segi islam
melihat adanya hal-hal yang tidak disetujui dan harus dihilangkan, namun dari segi yang lain
islam mengupayakan agar menghilangkan proses yang demikian tidak menimbulakan gejolak
social yang merugikan. Upaya tersebut dilakukan secara persuasive. Proses tersebut
dilakukan secara bertahap (tadrij) sambil menjelaskan makna larangan tersebut yang
disesuaikan dengan tingkat kemampuan intelektual mereka, hingga akhirnya perbuatan
tersebut benar-benar ditinggalkan. Sebagai contoh adalah terlihat pada larangan islam
terhadap riba, judi, minuman keras, dan memuja berhala. Islam menjelaskan bahwa riba dan
judi akan menimbulakan kesengsaraan dan merugikan ekonomi sosial masyarakat.
Sedangkan minuman keras dapat merusak pikiran dan kesehatan yang dapat merugikan
kehidupan manusia.
Namun dengan demikian islam dalam proses pelarangannya menempuh cara yang persuasive.
Dimulai dengan membiarkan apa adanya, kemudian menjelaskan pengaruh positif dan
negatifnya pada saat mereka bertanya. Seteah itu minuman keras tersebut dilarang pada saat-
saat tertentu saja, yaitu pada saat akan melakukan salat, kemudian dilarang pada kapan saja.
Sumber: http://djamilawaludin.blogspot.com/2014/05/posisi-islam-di-antara-agama-agama-
di.html
ير َو َما أُ ِه َّل لِ َغي ِْر هَّللا ِ بِ ِه َو ْال ُم ْنخَ نِقَةُ َو ْال َموْ قُو َذةُ َو ْال ُمت ََر ِّديَةُ َوالنَّ ِطي َحةُ َو َما أَ َك َل ال َّسبُ ُع إِاَّل َما
ِ ت َعلَ ْي ُك ُم ْال َم ْيتَةُ َوال َّد ُم َولَحْ ُم ْال ِخ ْن ِز
ْ حُ ِّر َم
اخ َشوْ ِن ْاليَوْ َمْ س الَّ ِذينَ َكفَرُوا ِم ْن ِدينِ ُك ْم فَاَل ت َْخ َشوْ هُ ْم َو َ ِق ْاليَوْ َم يَئ ٌ ب َوأَ ْن تَ ْستَ ْق ِس ُموا بِاأْل َ ْزاَل ِم َذلِ ُك ْم فِ ْس ِ ص ُ َُّذ َّك ْيتُ ْم َو َما ُذبِ َح َعلَى الن
ُ هَّللا َ ْ
ف إِل ِ ث ٍم فإ ِ َّن َ َغفو ٌر ٍ ِص ٍة َغ ْي َر ُمت ََجان ْ ُ َ ً
َ ضيت لك ُم ا ِ ْس َم ِدينا ف َم ِن اضْ ط َّر فِي َمخ َم اَل إْل ُ َ ُ ُ َ
ِ ت َعل ْيك ْم نِ ْع َمتِي َو َر ُ ت لَ ُك ْم ِدينَ ُك ْم َوأَ ْت َم ْمُ أَ ْك َم ْل
َر ِحي ٌم
Artinya:
Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang
disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang terpukul, yang jatuh, yang ditanduk,
dan diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya, dan (diharamkan
bagimu) yang disembelih untuk berhala. Dan (diharamkan juga) mengundi nasib dengan
anak panah, (mengundi nasib dengan anak panah itu) adalah kefasikan. Pada hari ini
orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu
takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk
kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu
jadi agama bagimu. Maka barang siapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat
dosa, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Isi kandungan:
Orang-orang kafir telah berputus asa untuk mengalahkan kaum muslimin.
Tidak boleh takut kepada orang-orang kafir.
Perintah untuk takut dan taqwa kepada Allah semata.
Allah telah menyempurnakan agama-Nya, maka Islam adalah agama yang sempurna.
Nikmat terbesar adalah nikmat Islam.
Islam adalah agama yang Allah ridhai. Selain Islam, Allah tidak meridhainya.
Islam memberikan keringanan bagi orang-orang yang dalam kondisi darurat untuk
memakan makanan haram yang jika tidak dilakukannya bisa mengakibatkan kematian.
Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Sumber: https://webmuslimah.com/isi-kandungan-surat-al-maidah-ayat-3/
Menjelaskan, agama yang sempurna itu adalah, menaati Allah SWT dan sunnah Rasulullah
SAW di seluruh aspek kehidupan manusia, yaitu dalam lima sisi kehidupan manusia. Pertama
imaniyah, kedua ibadah, ketiga mu'amalah, keempat mua'syarah, dan kelima akhlak. "Dan
agama tidak akan mungkin terwujud secara sempurna tanpa diusahakan," katanya.
Sumber: https://www.republika.co.id/berita/qhvt4p320/mengapa-islam-disebut-agama-
sempurna-dan-apa-faedahnya
Bersifat universal artinya menyeluruh atau merangkum kesemua aspek. jadi maksudnya islam
itu mengatur semua hal, dari hal kecil, ringan ,besar, dan berat sekali pun telah diatur oleh
islam. Hukum Islam bersifat universal, karena ia mendasarkan berbagai ketentuannya atas
dasar maqashid al-syari’ah, yakni hifzhu al-din, al-nafs,al-aqli,al-nasi, an al-amal, yang
kesemuanya itu sangat erat kaitannya dengan kehidupan manusia, baik di zaman kuno
maupun zaman modern. Selain itu, hukum Islam mengutamakan prinsip-prinsip kebenaran,
keadilan, persamaan, tanggung jawab dan lain-lain yang sangat dibutuhkan dalam sistem
pemerintahan (negara) modern. Kesejahteraan, kebahagiaan, keamanan, ketertiban, keadilan,
dan lain-lain akan diraih oleh mereka yang mau menerapkan dan mematuhi hukum Islam,
baik di dunia maupun di akhirat. Namun demikian, manusia tetap dituntut untuk berfikir dan
berjihad agar hukum Islam senantiasa manzaman dan sesuai dengan perkembangan manusia
itu sendiri.
Salah satu bukti dari universalitas Islam adalah bahwa, Tuhan dari Islam adalah Tuhan untuk
semesta alam (Rabb al 'Alamin). Ini dibuktikan oleh al Qur'an sendiri yaitu surat al Fatihah
“Segala puji adalah bagi Allah, Tuhan semesta alam”
Sumber: https://ejournal.unisba.ac.id/index.php/mimbar/article/view/24