Anda di halaman 1dari 8

MANAJEMEN LINTAS BUDAYA

ARTIKEL: “LINTAS BUDAYA: PERANAN DAN PEMAHAMAN DALAM


AKTIVITAS BISNIS INTERNASIONAL”

Oleh Kelompok 5 :

Rajja Cendana Sendana (1807521158)


Ni Made Saras Pradnyawati (1807521159)
Komang Cipta Nugraha (1807521162)
Intan Pramitha Sari (1807521167)

PROGRAM STUDI S1
MANAJEMEN FAKULTAS
EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
2020
1. IDENTITAS JURNAL
Judul Jurnal : Jurnal Manajemen Lintas budaya
Judul Artikel :LINTAS BUDAYA: PERANAN DAN PEMAHAMAN DALAM
AKTIVITAS BISNIS INTERNASIONAL
Penulis : Sri Yunan Budiarsi (Fakultas Ekonomi Universitas Katholik Widya
Mandala Surabaya)

Tahun Terbit : 2013

2. TUJUAN PENELITIAN
Artikel ini bertujuan dalam Memasuki era pasar bebas saat ini, perlu adanya kesiapan
dalam berbagai aspek. Apakah perusahaan di Indonesia sudah siap dalah hal yang perlu
mendapatkan perhatian. Salah satu aspek yang perlu diperhatikan adalah dari Sisi cultural
negara /daerah yang akan dimasuki. Dari berbagai media dapat diketahui bahwa cukup
banyak perusahaan Indonesia baik besar maupun kecil dari berbagai sector berupaya
memasuki dunia Internasional. Agaknya minat perusahaan Indonesia menjadi perusahaan
global masih memerlukan dukungan positif dari pihak, baik pemerintah maupun
masyarakat pada umumnya.

3. PERUMUSAN HIPOTESIS
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1) Perusahaan yang ingin beraktivitas global tentu juga harus berwawasan intemasional

2) Salah satu faktor penting yang pasti, berkenaan dengan hubungan dengan negara lain adalah
masalah budaya.
3) Budaya memaksa perusahaan – perusahaan untuk memahaminya dan
menyesuaikanya, jika perusahaan tersebut ingin memperluas usahanya ke seleuruh
dunia
4) Saat beraktivitas dalam skala global, perusahaan harus memiliki wawasan internasional
untuk menanggulangi perbedaan budayanya
4. KERANGKA KONSEPTUAL

Struktur Sosial
Struktur sosial merupakan dasar dari suatu masyarakat, yang merupakan keseluruhan kerangka
yang menentukan peran individu-individu dalam suatu masyarakat, tingkatan/strata dalam
masyarakat, dan mobilitas individu-individu dalam suatu masyarakat. Yang perlu ditekankan
disini adalah bagaimana antara individu/anggota ataupun antar group didalamnya berinteraksi,
karena tiap bangsa/negara/daerah sangat bervariasi, berbeda antara satu dengan yang lainnya.
Mobilitas sosial adalah kemampuan individu bergerak dari satu sfrata ke strata lainnya.
Mobilitas sosial cenderung tinggi pada masyarakat yang tidak memiliki strata. Misalnya
mobilitas sosial masyarakat di Amerika lebih tinggi daripada India. Mobilitas sosial sering
dapat mempengaruhi sikap dan perilaku dalam berbagai segi, seperti labor relations, human
capital formation, risk taking, dan sebagainya. Sehingga misalnya perusahaan ingin menambah
pabriknya di negara lain perlu memperhatikan mobilitas sosial dalam susunan maupun
komposisi karyawannya.

Bahasa
Dalam hubungan lintas-budaya, tidak diragukan lagi masalah bahasa menjadi begitu berarti,
karena merupakan alat komunikasi antar individu. Ada sekian ribu bahasa dengan sekian puluh
ribu dialek tersebar diseluruh dunia. Adanya lebih dari satu kelompok bahasa, merupakan suatu
tanda penting tentang beragamnya populasi suatu negara. Hal ini dapat juga membedakan
dalam hal pendapatannya, etika kerjanya, pendidikannya dan lain sebagainya. Secara umum,
negara-negara yang mempunyai satu kelompok bahasa yang dominan, cenderung mempunyai
sifat masyarakat yang homogen. Negara-negara yang memiliki kelompok bahasa yang multiple
cenderung bersifat heterogen, seperti misalnya Indonesia yang memiliki beragam suku dan
bahasa. Dengan bahasa dapat mengidentifikasikan arti penting perbedaan budaya dari suatu
daerah. Dari hasil penelitian di bidang Pemasaran ditemukan bahwa para pemasang iklan harus
mencari bahasa dan media yang paling sesuai untuk menyampaikan pesan mereka.

Komunikasi
Komunikasi lintas budaya, apakah berbentuk verbal atau non verbal, merupakan suatu
ketrampilan yang diperlukan oleh seorang manajer perusahaan Intemasional. Karena
kemungkinan miscommunication lebih banyak terjadi pada komunikator yang berasal dari latar
belakang budaya berbeda. Karena pengirim pesan (senders) mengirim pesannya (message)
dengan menggunakan 'saringan' budayanya, sedang si penerima pesan (receivers) menerima
pesan dengan menggunakan 'saringan' budayanya sendiri juga. Hasil penggunaan 'saringan'
yang berbeda budaya sering memicu salah paham yang sangat merugikan. Dalan hal
advertising misalnya, Pebisnis di Jerman lebih bersifat fact-oriented, sedangkan di Jepang lebih
bersifat emotion-oriented. Belum lama ini bahkan perusahaan mobil Toyota, yang sudah
terkenal dan berpengalaman di seluruh dunia, terpaksa menurunkan papan reklamenya di Cina,
hanya karena garnbar latar belakang produknya yang tidak dapat diterima dan diprotes oleh
masyarakat Cina,

Agama
Kita semua tahu bahwa agama merupakan aspek penting dan peka di hampir semua kelompok
masyarakat. Dapat mempengaruhi cara anggota kelompok suatu masyarakat berhubungan baik
dengan sesarna anggota kelompoknya maupun anggota diluar kelompok masyarakat tersebut.
Agama membentuk sikap terhadap pekerjaan, pola konsumsi, tanggung jawab individu, dan
perencanaan masa depan. Agama dapat mempengaruhi lingkungan bisnis dengan cara yang
berbeda dari faktor lainnya. Sering agama bertindak menjadi 'constraints' dalam peranan
individu di masyarakat. Contohnya, sistem kasta dalam agama Hindu, secara u•adisional
melarang individu dalam pekerjaaan yang tidak sesuai dengan kastanya, sehingga
mempengaruhi

Nilai dan Sikap


Budaya juga mempengaruhi dan mencenninkan nilai-nilai dan sikap anggota masyarakat.
Nilai-nilai adalah prinsip dan standard yang diterima oleh anggota suatu masyarakat.
Sedangkan sikap adalah tindakan, perasaan dan pikiran, hasil dari nilai-nilai tersebut. Sikap
budaya indikatomya dapat pula dilihat dari faktor waktu, usia, pendidikan dan status.
Pencerminan sikap-sikap ini merupakan nilai-nilai dalam masyarakat dan membentuk perilaku
dan peluang yang terbuka bagi aktivitas bisnis intemasional pada suatu lingkungan budaya
tertentu.

Nilai dan Sikap


Budaya juga mempengaruhi dan mencenninkan nilai-nilai dan sikap anggota masyarakat. Nilai-
nilai adalah prinsip dan standard yang diterima oleh anggota suatu masyarakat. Sedangkan sikap
adalah tindakan, perasaan dan pikiran, hasil dari nilai-nilai tersebut. Sikap budaya indikatomya
dapat pula dilihat dari faktor waktu, usia, pendidikan dan status. Pencerminan sikap-sikap ini
merupakan nilai-nilai dalam masyarakat dan membentuk perilaku dan peluang yang terbuka bagi
aktivitas bisnis intemasional pada suatu lingkungan budaya tertentu.
Waktu
Dalam menyikapi soal "waktu" sangat berbeda antara budaya yang satu dengan budaya yang
lain. Pelaku bisnis dari Barat menyikapi hal tersebut dengan
Usia
Perbedaan budaya penting lainnya adalah dalam soal ”usia”. Kalau di AS, lebih bemi
menggunakan mereka yang muda usia, maka kebanyakan negara dengan budaya Asia umumnya
dan juga Arab Saudi lebih respek pada mereka yang lebih tua dan senior serta mempunyai
korelasi dengan tingkatan manajemennya. Pada budaya perusahaan Jepang, usia dan tingkatan
manajemen korelasinya sangat tinggi.
Pendidikan
Sistem pendidikan formal di suatu negara baik pemerintah maupun swasta merupakan perantara
penting dan mencerminkan nilai-nilai budaya dalam suatu masyarakat. Karena tiap-tiap negara
menekankan pada faktor-faktor yang berbeda. Ada yang menekankan pada peranan kemampuan
individual dan pengembangan kema:npuan diri, kreativitas serta harga diri, ada yang
menekankan pada programprogram keframpilan yang mumpuni disektor industri seperti negara
Jerman, ada pula yang memfokuskan pada luasnya pengetahuan umum dan sebagainya.
Status
Pengertian ”status” juga sangat bervariasi di berbagai negara. Di beberapa kelompok
masyarakat, status berkaitan dengan kekayaan atau tingkatan keturunan. Di kelompok yang lain,
dapat merupakan tingkatan pencapaian kedudukan/pendidikan individual. Di Jepang, status
seseorang tergantung pada status kelompok dimana dia berada. Di India dan juga di sebagian
daerah Indonesia (Bali) status masih ditentukan oleh kastanya, bahkan dapat pula mempengaruhi
ritme kehidupannya, mulai dari cara makannya sampai pada jenis pekerjaannya.
REFERENSI

Abidin, N. Z., Adros, N. A., & Hassan, H. 2014. Competitive strategy and performance of
quantity surveying firms in Malaysia. Journal of Construction in Developing
Countries, 19(2), 15– 32.
Aykan, E., Aksoylu, S., Sönmez, E. 2013, Effects of support programs on corporate strategies
of small and mediumsized enterprises. Procedia - Social and Behavioral Sciences,
99, 938-946.
Barney,J.B. 2010. Gaining and Sustaining Competitive Advantage, Fourth Edition. Addison
Wesley, Massachusetts.
Ciemleja, G., & Lace, N. (2012). The Sustainable Performance of Small And Medium-Sized
Enterprise: Case From Latvia. InzinerineEkonomika-Engineering Economics.
Vol.22. No.5501-509.
C, Teti dan Mulyana, Asep. 2018. Model Pengembangan Usaha Kecil Menengah (UKM)
Kreatif di Sumatera Barat dengan Pendekatan Terintegrasi Zaman Now. Best paper
in Seminar Universitas Muhamadiyah Jember.
Dahlan, Siamat. 2005. Manajemen Lembaga Keuangan. “Kebijakan Moneter dan
Perbankan”, Jakarta :Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, edisikesatu.
Dess, G. G and Lumpkin, G. T. (2005). The roel of Entrepreneurial Orientation in
Stimulating Effective Corporate Entrepreneur- ship. Journal Academy of
Management Executif 19(1): 147-156.
Firdaus, Ahmad. 2009. “Akuntansi Biaya”. Edisi 2. Salembaempat.
Gisip, I., Harun, H. 2013, An assessment of government support programs in the
development of SMEs in Malaysia: Issues and challenges. Scottish Journal of Arts,
Social Sciences and Scientific Studies, 8(2), 9-18.
Keegan, W.J. dan Green, M.C. 2005. Global Marketing. Fourth Edition. USA: Pearson
Prentice Hall. 1. Kotler, Philip. 2005. Manajemen Pemasaran. Jilid 1 dan 2. Jakarta :
PT IndeksKelompokGramedia.
Lin, Carol Yeh-Yun dan Mavis Yi-Ching Chen. 2007. Does Innovation Lead to Performance?
Management Research News, 30(2), pp: 115-132.
Madura, Jeff. 2007. Introduction to Business. Fourth Edition. Canada: Thomson SouthWestern
Muharam, Harjum. Rita, R.M, Wahyudi, Sugeng. 2018. The Dynamics of Female
Entrepreneurs in Fulfilling Their Financial Needs. Demand Side Entrepreneurial
Finance Perspective of Small and Medium-sized Entreprises, Journal of Applied
Economic Sciences, Volume XII, Issue 8(54) Winter.
Muhammad. 2005. Manajemen Pembiayaan Syariah. Yogyakarta: UPP AMP YKPN.
Mejia et al. (2004). Managing Human Resources. New Jersey: Pearson Prentice Hall. Fourth
Edition.
Noor, Munawar. (2011). Pemberdayaan Masyarakat. JurnalI lmiahCIVIS. Vol.1. No.2.
Papulova, E., & Papulova, Z. 2006. Competitive Strategy and Competitive Advantage of
Small and Midsized Manufacturing Enterprises in Slovakia. E-Leader, Slovakia, 1–
6. https://doi.org/10.1002.
Porter, M. E. 2011. The Competitive advantage of nations. Harvard Business Review, 2(202),
96–97. https://doi.org/10.1207/s15327000em0101_4.
Prakosa, Bagas. 2005. Pengaruh Orientasi Pasar, Inovasi Dan orientasi Pembelajaran
Terhadap Kinerja Perusahaan Untuk Mencapai Keunggulan Bersaing (Studi Empiris
Pada Industri Manufaktur Di Semarang). Jumal Studi Manajemen & Organisasl Vol.
2 No. 1 Januari 2005.
Prastiawati, Fitriani, Darma, S., & Emile. (2016). Peran Pembiayaan Baitul Maal Wat
Tamwil Terhadap Perkembangan Usaha dan Peningkatan Kesejahteraan Anggotanya
dari Sektor Mikro Pedagang Pasar Tradisional. Jurnal Akuntansi Dan Investasi,
17(2), 197–208. https://doi.org/10.18196/jai.2016.0055.197-208.
Runyan, R., Huddleston, P., and Swinney, J., 2006, Entrepreneurial Orientation. and Social
Capital as Small Firm Strategies: a Study of Gender Differences from a Resource-
Based Mew, Entrepreneurship Managemenf, Vol. 2, pp. 455-477.
Rifa’i, Bachtiar. (2013). Efektivitas Pemberdayaan Umkm Krupuk Ikan Dalam Program
Pengembangan Labsite Pemberdayaan Masyarakat Desa Kedung Rejo Kecamatan
Jabon Kabupaten Sidoarjo. Kebijakan dan Manajemen Publik. Vol.1 No.3.
ISSN.2303-341X.
Sadalia, Isfenti. 2018. Peningkatan Kapasitas Financial Behavior Management dan Penjualan
berbasis IT Pada Pelaku UMKM Di Pesisir Kota Medan, Pengabdian Kepada
Masyarakat, Universitas sumatera Utara.
Southiseng, N., Walsh, J. 2010. Competition and management issues of SME entrepreneurs
in laos: Evidence from empirical studies in vientiane municipality, Savannakhet and
Luang Prabang. Asian Journal of Business Management, 2(3), 57-72.
Saiman,L. 2014. Kewirausahaan (Teori, Praktik, dan Kasus- Journal of critical reviews 240
kasus), edisikedua. Jakarta: SalembaEmpat.
Salim, Emil. (1990). Konsep Pembangunan Berkelanjutan. Jakarta.
Sudaryanto, Ragimun, , R. R. (2014). Strategi Pemberdayaan UMKM Menghadapi Pasar
Bebas Asean.
Sutamihardja. (2004). Perubahan Lingkungan Global. Program Studi Pengelolaan Sumber
Daya Alam dan Lingkungan Sekolah Pascasarjana. IPB.
Sugiono. 2010. Metode Penelitian Bisnis (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D).
Bandung: Alfabeta.
Sentsho, J., Maiketso, J.T., Sengwakets, M., Anderson, V.N., Kayawe, T. 2007. Performance
and Competitiveness of Small and Medium Sized Manufacturing Enterprises in
Botswana. Gaborone, Botswana: BIDPA.
Urata, Shujiro. (2000). Policy Recommendation: Outline of Tentative Policy
Recommendation for SME Promotion in Indonesia. Publikasi JICA 17 M.
Utaminingsih, Adijati, 2016, Pengaruh orientasi pasar, inovasi dan kreativitas strategi
pemasaran terhadap kinerja pemasaran pada UKM Kerajinan rotan di desa teluk
wetan, Welahan Jepara, Jurnal Media Ekonomi dan Manajemen Vol. 31 No. 2.
Vincenzo, E.V., L. Trincher & S. Amato. 2010. Handbook of Partial Least Square. Springer-
Verlag Berlin Heidelberg

Anda mungkin juga menyukai