Anda di halaman 1dari 18

Hukum Perdata II

Makalah Hukum Kebendaan

Nama : Fikra Abdul Razaq Faraid 1133.006.021

Dosen pengajar : Ibu. Asmaniar .S.H.,MH

Universitas Krisna Dwi Payana

Fakultas Hukum

2012
Kata Pengantar

Puji syukur atas kehadirat ALLAH swt.yang telah memberikan rahmat dan

hidayahnya kepada Penulis, sehingga Penulis dapat menyelesaikan tugas ini guna

memenuhi persyaratan dalam mata kuliah Hukum Perdata II.

Atas terselesaikan tugas ini, penulis menyadari bahwa tulisan ini jauh dari

kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari

pembaca.

Jakarta 18 Juni 2012

Penulis
PENDAHULUAN

Berbicara dengan hukum benda, kita berbicara tentang hukum antar warga negara dengan

warga negara yang lain, didalam makalah yang berjudul tentang hukum benda yang mengatur

segala peraturan menurut Kitab Undang-undang Hukum Perdata disini saya akan mencoba

membahasnya sedikit demi sedikit sesuai dengan kemampuan yang saya miliki. Hukum

kebendaan termasuk pada sub system hukum perdata. Pengertian hukum perdata adalah

hukum yang mengatur hubungan hokum antara individu dengan masyarakat lain, individu

dengan Negara. Hukum perdata mengatur hak dan kewajiban seseorang dengan lingkungan

kehidupannya1.

I. RUMUSAN MASALAH

a. Pengertian benda dan hukum benda

b. Macam-macam benda dan asas-asas hukum benda

c. Hak kebendaan dan macam-macamnya

d. Cara mengalihkan hak kebendaan

II. PEMBAHASAN

1. Pengertian benda dan hukum benda

1
http://dikkyprima.wordpress.com/2009/01/06/sistematika-hukum-kebendaan-di-indonesia/
Istilah benda merupakan terjemahan dari kata zaak (belanda). Benda dalam arti ilmu

pengetahuan adalah segala sesuatu yang dapat menjadi obyek hukum yaitu sebagai lawan dari

subyek hukum. Obyek hukum adalah segala sesuatu yang berguna bagi subyek hukum

(manusia atau badan hukum) dan yang dapat menjadi pokok (obyek) suatu hubungan hukum,

karena sesuatu itu dapat dikuasai oleh subyek hukum. Pengertian benda (zaak) dalam

perpekstif hukum dinyatakan dalam pasal 499 KUH Perdata, sebagai berikut :

Menurut paham undang-undang yang dinamakan dengan kebendaan ialah tiap-tiap barang

dan tiap-tiap hak, yang dikuasai oleh hak milik.

Istilah hukum benda merupakan terjemahan dari istilah dalam bahasa belanda, yaitu

Zakenrecht. Dalam perspektif perdata (privatrecht), yaitu hukum harta kekayaan mutlak.

Dalam kamus hukum disebutkan pengertian hukum benda, yaitu :

Hukum benda adalah keseluruhan dari kaidah-kaidah hukum yang mengatur hubungan-

hubungan hukum antara subyek hukum dengan benda dan hak kebendaan. Adapula yang

menyatakan bahwa hukum benda dalah peraturan – peraturan yang mengatur hak dan

kewajiban manusia yang bernilai uang2.

Menurut tititk tri wulan tutik, hukum benda adalah suatu ketentuan yang mengatur

tentang hak-hak kebendaan dan barang-barang tak terwujud (immaterial). Hukum harta

kekayaan mutlak disebut juga dengan hukum kebendaan : yaitu hukum yang mengatur

2
http://lailamaharani.blogspot.com/2012/05/hukum-benda-zaken-recht.html
tentang hubungan hukum antara seseorang dengan benda3. Hubungan hukum ini, melahirkan

hak kebendaan (zakelijk recht) yakni yang memberikan kekuasaan langsung kepada

seseorang yang berhak menguasai ssesuatu benda didalam tangan siapapun benda itu.

Menurut titik tri wulan tutik mengemukakan pengertian hukum kekayaan relatif yang

merupakan bagian dari hukum harta kekayaan, yaitu : ketentuan yang mengatur utang piutang

atau yang timbul karena adanya perjanjian. Hukum harta kekayaan relatif disebut juga

dengan hukum perikatan. Yaitu : hukum yang mengatur hubungan hukum antara seseorang

dengan seseorang lain. Hubungan hukum ini menimbulkan hak terhadap seseorang atau

perseorangan (personalijk recht), yakni hak yang memberikan kekuasaan kepada seseorang

untuk menuntut seseorang yang lain untuk berbuay sesuatu atau tidak berbuat sesuatu.

Menurut P.N.H.Simanjuntak, hukum benda yaitu: Hukum benda adalah peraturan-

peraturan hukum yang mengatur mengenai hak-hak kebendaan yang sifatnya mutlak4.

Menurut Prof. Soediman Kartihadiprojo, bahwa hukum kebendaan ialah semua

kaidah hukum yang mengatur apa yang diartikan dengan benda dan mengatur hak-hak atas

benda5.

Menurut Prof. L.. J Van Apel Doorn, yaitu: hukum kebendaan adalah peraturan

mengenai hak-hak kebendaan.

3
Triwulan Tutik, Titik: Hukum Perdata dalam Sistem Hukum Nasional, Kencana, Jakarta, 2008

4
ibid
5
ibid
Menurut Prof Sri Soedewi Masjchoen Sofwan juga mengemukakan ruang lingkup

yang diatur dalam hukum benda itu, sebagai berikut: Apa yang diatur dalam hukum benda

itu? Pertama-tama hukum benda itu mengatur pengertian dari benda, kemudian pembedaan

macam-macam benda dan selanjutnya bagan yang terbesar mengatur macam-macam hak

kebendaan6.

Menurut subekti membagi menjadi 3 benda :

Benda dalam arti luas adalah segala sesuatu yang dapat dihaki oleh setiap orang.

Benda dalam arti sempit adalah barang yang dapat terlihat saja.

Benda adalah sebagai objek hukum.

Dari uraian diatas, intinya dari hukum benda atau hukum kebendaan itu adalah

serangkaian keetentuan hukum yang mengatur hubungan hukum secara langsung antara

seseorang (subyek hukum) dengan benda (objek dari hak milik) yang melahirkan berbagai

hak kebendaan (Zakelijk recht). Hak kebendaan memberikan kekuasaan langsung kepada

seseorang dalam penguasaan dan kepemilikan sesuatu benda dimanapun bendanya berada.

disini adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang pengertian benda, pembedaan benda

dan hak-hak kebendaan.

2. Macam-macam benda dan asas-asas hukum benda

6
Soedewi Mascjhoen Sofwan, Sri: Hukum Perdata Hukum Benda, Liberty, Yogyakarta, 2000
Pembedaan berbagai macam kebendaan dalam hukum perdata berdasarkan perspektif

kitab undang-undang hukum perdata.

KUH perdata membeda-bedakan benda dalam berbagai macam,

a. Kebendaan dibedakan atas benda tidak bergerak anroe rende zaken) dan benda bergerak

(roerendes zaken) (pasal 504 KUH perdata)

b. Kebendaan dapat dibendakan pula atas benda yang berwujud atau bertubuh (luchamelijke

zaken) dan benda yang tidak berwujud atau berubah (onlichme Lijke Zaken) (pasal 503

KUH perdata)

c. Kebendaan dapat dibedakan atas benda yang dapat dihabiskan (verbruikbare zaken) (pasal

505 KUH perdata), pembedaan kebendaan demikian ini diatur dalam pasal-pasal 503,504

dan 505 KUH perdata yang berbunyi sebagai berikut: (pasal 503, tiap-tiap kebendaan

adalah bertubuh/ tidak bertubuh), (pasal 504, tiap-tiap kebendaan adalah bergerak atau

tidak bergerak, satu sama lain menurut ketentuan-ketentuan dalam kedua bagian berikut),

(pasal 505, tiap-tiap kebendaan bergerak adalah dapat dihabiskan/tak dapat dihabiskan

kebendaan terlepas dn benda-benda sejenis itu, adalah kebendaan bergerak). Selain itu,

baik didalam buku I dan buku II KUH Perdata, kebendaan dibedakan atas benda yang

sudah ada (tegenwoordige zaken) dan benda yang baru akan ada (taekomstige zaken)

(pasal 1134 KUH Perdata) dibedakan lagi atas kebendaan dalam perdagangan (zaken in de

handel) dan benda diluar perdagangan (zaken buiten de handel) (pasal 1332 KUH

Perdata), kemudian kebendaan dibedakan lagi benda yang dapat dibagi (deelbare zaken)
dan benda yang tidak dapat dibagi (ondeelbare zaken) (pasal 1163 KUH Perdata), serta

akhirnya kebendaan dibedakan atas benda yang dapat diganti (vervangbare zaken) dan

benda yang tidak dapat dibagi (onvervange zaken) (pasal 1694 KUH Perdata). Pembedaan

benda yang sangat penting yaitu pembedaan atas benda bergerak dan tidak bergerak serta

benda terdaftar dan benda tidak terdaftar. Pembedaan macam kebendaan berdasarkan

totalitas bendanya :

Didasarkan kepada ketentuan dalam pasal 500 dan pasal 501 KUH Perdata yang menyatakan

sebagai berikut :Pasal 500

“Segala apa yang kaarena hukum perlekatan termasuk dalam sesuatu kebendaan sepertipun

segala hasil dari kebendaan itu, baik hasil karena alam maupun hasil karena pekerjaan

orang lain, selama yang akhir-akhir ini melekat paada kebendaan itu laksana dan akar

terpaut pada tanahnya, kesemuanya itu adalah bagian dari pada kebendaan tadi7”

Pasal 501

“Dengan tak mengurai ketentuan-ketentuan istimewa menurut undang-undang atau karena

perjanjian tiap-tiap hasil perdata adalah bagian dari pada sesuatu kebendaan, jika dan

selama hasil itu belum dapat ditagih8”.

Dari pasal-pasal diatas benda dapat dibagi menjadi benda pokok (utama) dan benda

perlekatan. Benda pokok adalah benda yang semula telah dimiliki oleh seseorang tertentu,

7
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
8
ibid
sedangkan benda perlekatan adalah setiap yang (1) karena perbuatan alam ; (2) karena

perbuatan manusia ; (3) karena hasil perdata yang belum dapat ditagih.

Benda tak bergerak adalah benda-benda yang karena sifatnya, tujuannya atau penetapan

undang-undang dinyatakan sebagai benda tak bergerak. Ada 3 golongan benda tak bergerak,

yaitu :

a) Benda menurut sifatnya tak bergerak dapat dibagi menjadi 3 macam :

1. Tanah

2. Segala sesuatu yang bersatu dengan tanah karena tumbuh dan berakar serta bercabang

(seperti tumbuh-tumbuhan, buah-buahan yang belum dipetik, dan sebagainya)

3. Segala sesuatu yang bersatu dengan tanah karena didirikan diatas tanah, yaitu karena

tertanam dan terpaku seperti tanaman.

b) Benda yang menurut tujuan pemakaiannya supaya bersatu dengan benda tak bergerak,

yaitu :

1. Pada pabrik ; segala macam mesin-mesin katel-katel dan alat-alat lain yang dimaksudkan

supaya terus-menerus berada disitu untuk digunakan dalam menjalankan pabrik.

2. Pada suatu perkebunan ; segala sesuatu yang dapat digunakan rabuk bagi tanah, ikan

dalam kolam dan lain-lain.


3. Pada rumah kediaman ; segala kacak, tulisan-tulisan, dan lain-lain serta alat-alat untuk

menggantungkan barang-barang itu sebagai bagian dari dinding, sarang burung yang

dapat dimakan (walet)

4. Barang reruntuhan dari suatu bangunan, apabila dimaksudkan untuk dipakai guna untuk

mendirikan lagi bangunan itu.

c) Benda yang menurut penetapan undang-undang sebagai benda tak bergerak, yaitu :

Hak-hak atau penagihan mengenai suatu benda yang tak bergerak (seperti : hak opstal,

hak hipotek, hak tanggungan dan sebagainya)

Kapal-kapal yang berukuran 20 meter kubik keatas (WvK)

Benda bergerak adalah benda-benda yang karena sifatnya, tujuannya atau penetapan dalam

undang-undang dinyatakan sebagai benda bergerak. Ada 2 golongan benda bergerak, yaitu:

Benda yang menurut sifatnya bergerak dalam arti benda itu dapat dipindah atau dipindahkan

dari suatu tempat ketempat lain. Misalnya : kendaraan (seperti : sepeda, sepeda motor,

mobil); alat-alat perkakas (seperti : kursi, meja, alat-alat tulis)

Benda yang menurut penetapan undang-undang sebagai benda bergerak adalah segala hak

atas benda-benda bergerak. Misalnya : hak memetik hasil, hak memakai, hak atas bunga yang

harus dibayar selama hidup seseorang, hak menuntut dimuka pengadilan agar uang tunai atau

benda-benda beregerak diserahkan kepada seseorang (penggugat), dan lain-lain.


Perbedaan mengenai benda bergerak dan benda tak bergerak tersebut penting artinya,

karena adanya ketentuan-ketentuan khusus yang berlaku bagi masing-masing golongan benda

tersebut, misalnya : pengaturan mengenai hal-hal sebagai berikut :

Mengenai hak bezit

Untuk benda bergera ada ketentuan dalam pasal 1997 ayat (1) BW yang menentukan, barang

siapa yang menguasai bendaa bergerak dianggap ia sebagai pemiliknya.

Mengenai pembebanan (bezwaring)

Terhadap benda bergerak harus digunakan lembaga jaminan gadai (pand). Sedangkan benda

tak bergerak harus digunakan lembaga jaminan hyphoteek. (pasal 1150 dan pasal 1162 BW).

Mengenai penyerahan (levering)

Pasal 612 BW menetapkan bahwa penyerahan benda bergerak dapat dilakukan dengan

penyerahan nyata. Sedangkan benda tak bergerak, menurut pasal 616 BW harus dilakukan

dengan balik nama pada daftar umum.

Mengenai kedaluarsa (verjarinng)

Terhadap benda bergerak tidak dikenal daluarsa, sebab bezti sama dengan eigendom.

Sedangkan benda tak bergerak mengenai kadaluarsa. Seseorang dapat mempunyai hak milik

karena lampaunya 20 tahun (dalam hal ada alas yang sah) atau 30 tahun (dalam hal tidak ada

alas hak), yang disebut dengan “acquisitive verjaring”.

Mengenai penyitaan (beslag)


Revindicatior beslag adalah penyitaan untuk menuntut kembali suatu benda bergerak

miliknya pemohon sendiri yang ada dalam kekuasaan orang lain.

Benda yang musnah

Sebagaimana diketahui, bahwa objek hukum adalah segala sesuatu yang berguna bagi

subyek hukum dan yang dapat menjadi pokok (obyek) suatu hubungan hukum. Maka benda-

benda yang dalam pemakaiannya akan musnah, kegunaan benda-benda itu terletak pada

kemusnahannya. Misalnya : makanan dan minuman, kalau dimakan dan diminum (artinya

musnah) baru memberi manfaat bagi kesehatan.

Benda yang tetap ada

Benda yang tetap ada ialah benda-benda yang dalam pemakaiannya tidak

mengakibatkan benda itu musnah, tetapi memberi manfaat bagi pemakaiannya. Seperti :

cangkir, sendok, piring, mobil, motor, dan sebagainya.

Benda yang dapat diganti dan benda yang tak dapat diganti

Menurut pasal 1694, BW pengambilan barang oleh penerima titipan harus in natura,

artinya tidak boleah diganti oleh benda lain. Oleh karena itu, maka perjanjian pada penitipan

barang umumnya hanya dilakukan mengenai benda yang tidak musnah.

Bilamana benda yang dititipkan berupa uang, maka menurut pasal 1714 BW, jumlah

uang yang harus dlkembalikan harus dalam mata uang yang sama pada waktu dititipkan, baik

mata uang itu telah naik atau turun nilainya. Lain halnya jika uang tersebut tidak dititipkan

tetapi dipinjam menggantikan, maka yang menerima pinjaman hanya diwjibkan


mengembalikan sejumlah uang yang sama banyaknya saja, sekalipun dengan mata uang yang

berbeda dari waktu perjanjian (pinjam mengganti) diadakan.

Benda yang diperdagangkan

Benda yang diperdagangkan adalah benda-benda yang dapat dijadikan objek (pokok) suatu

perjanjian. Jadi semua benda yang dapat dijadikan pokok perjanjian dilapangan harta

kekayaan termasuk benda yang dipertahankan.

Benda yang tak diperdagangkan

Benda yang tak diperdagangkan adalah benda-benda yang tidak dapat dijadikan objek

(pokok) suatu perjanjin dilapangan harta kekayaan.

III. Asas-asas hukum benda

Berdasarkan dengan asas perlekatan, KUH Perdata membedakan menjadi asas perlekatan

vertikal dan asas perlekatan horizontal :

Asas perlekatan vertikal : seegala sesuatu yang melekat pada tanah, yang merupakan hasil

alam, maupun hasil perbuatan manusia, termasuk hasil perdata dianggap merupakan dan

menjadi satu kesatuan dangan bidang tanah tersebut.

Asas perlengkapan horisontal : perlekatan yang terjadi misalnya antara balkon dengan rumah

tinggal, atau gudang bawah tanah dengan hrumah dari mana dudang tersebut dapat dimasuki

Dalam doktrin ilmu hukum benda juga dapat dibedakan :


Benda tambahan : merupakan buh-buah atau hasil-hasil dari status benda pokok yang dalam

hal ini buah atau hasil tersebut terwujud dalam bentuk hasil alam, hasil pekerjaan manusia,

dan hasil perdata yang telah dapat di tagih.

Benda ikutan : yang mengikuti status benda pokok, yang tanpa benda pokok tersebut benda

ikutan ini tidak akan mempunyai arti, meskipun benda ikutan ini sendiri tidak melekat pada

benda pokoknya.

Pembedaan macam kependaan berdasarkan kepemilikannya ;

Ketentuan dalam pasal 519 KUH Perdata menyatakan bahwa ada kebendaan yang

bukan milik siapapun juga, kebendaan lainnya milik Negara, milik badan kesatuan atau milik

seseorang. Berdasarkan ketentuan dalam pasal 519 KUH Perdata, maka suatu bisa

merupakan:

a. Kebendaan ( bergerak) yang tidak ada pemiliknya ( Rer Nullius )

b. Kebendaan milik negara

c. Kebendaan milik Badan Kesatuan, yaitu kebendaan milik bersama dari perkumpulan-

perkumpulan

d. Kebendaan milik seseorang, yaitu kebendaan milik satu orang atau lebih dalam

perseorangan.
d) Hak kebendaan dan macam-macamnya Hak kebendaan dalam hukum perdata dan

perundang-undangan membagi hak keperdataan tersebut dalam 2 hal, yaitu: hak mutlak

(absolut) dan hak nisbi

Hak absolut adalah suatu hak yang berlaku dan harus dihormati oleh setiap orang, yang

merupakan bagian dari hak keperdataan. Hak absolut ini dapat dibedakan dalam beberapa

pengertian, yaitu :

a. Hak absolut atas suatu benda, disebut juga hak kebendaan. (Zakelijke Recht) yang

diatur dalam buku II KUH Perdata

b. Hak absolut yang juga berkaitan dengan pribadi seseorang, disebut juga hak

kepribadian ( Persoonlijkheids Recht), misalnya hak hidup, hak merdeka atas

kehormatan, dll.

c. Hak absolut yang berkaitan dengan orang dan keluarga, disebut juga hak kekeluargaan (

Familieheids Recht ), misalnya hak-hak yang timbiul dari hubungan hukum antara

orang tua dan anak, antara wali dan anak.

d. Hak absolut atas benda tida berwujud, disebut juga hak immateriel recht, misalnya hak

merek, hak paten, dan hak cipta.

Hak nisbi (relatif) atau hak perseorangan (persoonlijk)

Hak nisbi yaitu suatu hak yang hanya dipertahankan terhadap orang tertentu saja (hak suatu

tuntutan/ penagihan terhadap sesorang). Hak ini timbul karena adanya hubungan

perhutangan, undang-undang, dan sebagainya.


Dalam buku II KUH Perdata diatur pula mengenai berbagai hak kebendaan,

sehubungan dengan itu ketentuan dalam pasal 528 KUH Perdata menyatakan sebagai berikut

: “Atas sesuatu kebendaan, seorang dapat mempunyai, baik suatu kedudukan berkuasa, baik

hak milik, baik hak waris, baik hak pakai hasil, baik hak pengabdian tanah, baik hak gadai

atau hipotik”.

Maka hak-hak kebendaan adalah sebagai berikut :

a. Hak Bezit atau keadaan berkuasa atas suatu benda


b. Hak milik atas suatu benda
c. Hak waris suatu benda
d. Hak pakai hasil
e. Hak pengabdian tanah
f. Hak gadai ( Pand )
g. Hak hipotik ( Hypotheek ).

Adapun beberapa hak atas tanah yang diatur dalam UUPA antara lain :

Hak milik, hak guna usaha, yaitu hak untuk mengusahakan tanah yang dikuasai oleh negara.

Hak guna bangunan, yaitu hak untuk mendirikan bangunan dan mempunyai bangunan atas

tanah yang bukan milik sendiri dalam batas waktu tertentu, maksimal 30 tahun.

Hak pakai, yaitu hak untuk menggunakan atau memungut hasil dari tanah yang dikuasai

negara atau orang lain.

Hak sewa, yaitu hak menggunakan tanah orang lain untuk keperluan bangunan dan membayar

kepada pemiliknya sejumlah uang sebagai sewa.

IV. Cara mengalihkan hukum benda


Misalnya dua orang atau lebih bersama-sama membeli sebuah buku, maka buku tersebut

akan menjadi milik bersama, apabila hak milik dari sebuah buku tersebut dirubah menjadi

hak milik perseorangan, maka harus ada kesepakatan terlebih dahulu antara orang-orang yang

sudah membeli sebuah buku tersebut, dengan kata lain buku yang telah mereka beli dengan

cara iuran atau apa bisa diganti dengan uang sesuai dengan sebuah kesepakatan yang telah

mereka buat. Dari sini hukum suatu benda akan beralih dari hukum benda suatu kelompok

menjadi hukum benda milik perorangan.

V. Penutup

Demikianlah makalah yang dapat saya buat, mungkin dalam makalah ini banyak

sekali kekurangan dalam penjelasannnya, oleh karena saya memohon kritik dan saran yang

membangun guna untuk memperbaiki makalah-makalah saya yang selanjutnya. Terima Kasih
DAFTAR PUSTAKA

Soedewi Mascjhoen Sofwan, Sri: Hukum Perdata Hukum Benda, Liberty, Yogyakarta, 2000

Triwulan Tutik, Titik: Hukum Perdata dalam Sistem Hukum Nasional, Kencana, Jakarta, 2008

http://dikkyprima.wordpress.com/2009/01/06/sistematika-hukum-kebendaan-di-indonesia/

http://lailamaharani.blogspot.com/2012/05/hukum-benda-zaken-recht.html

Anda mungkin juga menyukai