Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

HUKUM PERDATA
“HUKUM BENDA PERDATA”
Dosen Pengampu : Lalu fahrizal cahyadi,Lc,M.H.

Di Susun Oleh :
1. Nuril Hojang (220204026)
2. Sida Amir (220204032)

PROGRAM STUDI ILMU FALAK


FAKULTAS SYARI’AH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MATARAM
2023/2024

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang atas segala rahmat dan karunianya
makalah ini dapat selesaikan dengan tepat waktu. Sholawat serta salam semoga senantiasa
dilimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, serta keluarganya,sahabat,dan kita selaku umatnya
hingga akhir zaman. Dengan kemampuan yang sangat terbatas dan makalah ini sangat jauh dari
kata sempurna baik dalam pengertian maupun isinya. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik
dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat
memberi informasi yang bermanfaat untuk membangun wawasan dan peningkatan ilmu
pengetahuan bagi kita semua.

Akhir kata penulis mengharapkan permohonan maaf yang sebesar-besarnya kepada para
pembaca,jika didalam makalah ini terdapat banyak hal yang masih salah atau kurang jelas serta
kekeliruan. Semoga kritik dan saran serta solusi yang membangun dari para pembaca dapat
mendatangkan manfaat yang bisah di jadikan sebagai motivasi untuk berkarya dalam penulisan
makalah berikutnya.

Mataram, 21 September 2023

Kelompok I

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL………………………………………………………………………...……i
KATA PENGANTAR……………………………………………………………………………ii
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………….……iii

BAB I. PENDAHALUAN………………………………………………………………………..1
A. Latar Belakang…………………………………………………………...………………1
B. Rumusan Masalah…………………………………………………………..……………1

BAB II. PEMBAHASAN………………………………………………………..……………….2


A. Pengertian Benda…………………………………………………………….…………..2
B. Pengertian Hukum Benda………………………………………………….……………3
C. Macam-Macam Benda…………………………………………………..……………….4
D. Hak Kebendaan Bersifat Kenikmatan……………………………...…………………..5
E. Hak Kebendaan Bersifat Jaminan………………………………………………………6

BAB III. PENUTUP………………………………………………………….………………….8


A. Kesimpulan……………………………………………………………..………………..8

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………….………………..9

iii
BAB I
PENDAHALUAN

A. LATAR BELAKANG

Hukum perdata Indonesia adalah sekumpulan peraturan yang berisi perintah dan
larangan yang dibuat oleh pihak yang berwenang sehingga dapat dipaksakan
pemberlakuaannya yang berfungsi untunk mengatur masyarakat demi terciptanya
ketertiban disertai dengan sangsi bagi pelanggarnya. Salah satu bidang hukum yang
mengatur hak dan kewajiban yang dimiliki pada subyek hukum dan hubungan antaran
subyek hukum. Hukum perdata disebut juga sebagai hukum privat atau hukum sipil,yang
mengatur tentang hubungan antara pendududuk atau warga negara sehari-hari.

Ada bebebrapa sistem hukum yang berlaku didunia dan perbedaan sistem hukum
tersebut juga mempengaruhi bidang hukum perdata,hukum perdata di Indonesia didasarkan
pada hukum perdata di Belanda,khususnya pada masa penjajahan

Pada umumnya hukum memiliki beberapa cabang hukum. Hukum kebendaan


adalah peraturan-peraturan hukum yang mengatur mengenai hak-hak kebendaan.
Sedangkan hukum perikatan adalah suatu hubungan hukum dalam lapangan harta
kekayaan antara dua orang atau lebih di mana pihak yang satu berhak atau sesuatu dan
pihak lain berkewajiban atas sesuatu itu.

B. RUMUSAN MASALAH

Dari pemamaparan latar belakang di atas, maka dapat di tarik rumusan masalahnya sebagai
berikut :

1. Apa yang dimaksud dengan Benda ?


2. Apa yang dimaksud dengan Hukum Benda
3. Apa saja macam-macam benda ?
4. Apa yang dimaksud dengan hak kebendaan bersifat kenikmatan ?
5. Apa yang dimaksud dengan hak kebendaan bersifat jaminan ?

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN BENDA

Pengertian yang paling luas perkataan benda (zaak) adalah segala sesuatu yang
dapat dihaki oleh orang. Yang berarti benda sebagai obyek dalam hukum. Ada juga
perkataan benda dipakai dalam arti yang sempit, yaitu sebagai barang yang dapat dilihat
saja, ada juga dipakai jika yang dimaksud kekayaan seorang.

Jika benda itu dipakai dalam arti kekayaan seorang maka, benda itu meliputi
barang-barang yang tak dapat dilihat yaitu hak-hak, misalnya hak-hak piutang atau
penagihan.sebagai mana seorang dapat menjual dan menggadaikan hak-haknya. Begitu
pula perkataan penghasilan telah mempunyai dua macam pengertian yaitu selain berarti
penghasilannya sendiri dari suatu benda, ia dapat berarti juga hak untuk memungut
penghasilan itu, misalnya hak memungut uang sewa atau bunga dari suatu modal.
Penghasilan semacam ini yang oleh undang-undang dinamakan “burgerlijke vruchten”
sebagai lawan dari “natuurlijke vrechten.

Menurut Pasal 499 KUHPerdata, pengertian benda (zaak) adalah segala sesuatu
yang dapat menjadi obyek hak milik. Yang dapat menjadi obyek hak milik dapat berupa
barang dan dapat pula berupa hak, seperti hak cipta, hak paten, dan lain-lain.

Namun pengertian benda yang dimaksud oleh KUHPerdata adalah benda berwujud
seperti kendaraan bermotor, tanah, dan lain – lain. Sedangkan benda tak berwujud seperti
hak cipta, paten, tdak diatur oleh KUHPerdata, melainkan diatur dalam undang-undang
tersendiri, yaitu Undang-Undang Perlindungan HKI (Hak Atas Kekayaan Intelektual).1

Menurut Prof. Soediman Kartohadiprodjo, “Benda adalah semua barang yang


berwujud dan hak (kecuali hak milik)”.

Menurut Prof. Sri Soedewi Masjchoen Sofwan, “Pengertian benda ialah barang
yang berwujud yang dapat ditangkap dengan panca indra, tapi barang yang tak berwujud
termasuk benda juga”.

Menurut prof. subekti, “Perkataan benda (zaak) dalam arti luas ialah segala sesuatu
yang dapat dihaki oleh orang, dan perkataan dalam arti sempit ialah sebagai barang yang
dapat terlihat saja”.

1
Djaj S. Meliala, 2015, Perkembangan Hukum Perdata Tentang Benda Dan hukum Perikatan”. Nuansa Aulia,
Bandung. Hal, 4.

2
Menurut Prof.L.J.van Apeldoorn, “Benda dalam arti yuridis ialah sesuatu yang
merupakan obyek hukum. Hakikat benda (zaak) adalah sesuatu hakikat yang diberikan oleh
hukum obyektif”.2

Jadi di dalam KUHPerdata, kata zaak mempunyai dua arti, yaitu barang berwujud
yang bagian dari pada harta kekayaan, dan barang yang tak berwujud. Selain pengertian
tersebut, benda (zaak) dapat berarti bermacam-macam, yaitu:

a. Benda sebagai obyek hukum (Pasal 500KUHPerdata)


b. Benda sebagai kepentingan (Pasal 1354 KUHPerdata)
c. Benda sebagai kenyataan hukum (Pasal 1263 KUHPerdat)
d. Benda sebagai perbuatan hukum (Pasal 1792 KUHPerdata).

B. PENGERTIAN HUKUM BENDA

Hukum benda adalah terjemahan dari istilah bahasa Belanda, yaitu “zakenrecht”.
Menurut Prof. Soediman Kartohadiprodjo, hukum kebendaan ialah semua kaidah hukum
yang mengatur apa yang diartikan dengan benda dan mengatur hak-hak atas benda.

Adapun menurut Prof. L.J.Apeldoorn, hukum kebendaan adalah peraturan


mengenai hak-hak kebendaan.

Menurut Prof. sri Soedewi Masjchoen Sofwan, yang diatur dalam Hukum Benda,
ialah pertama-tama mengatur pengertian dari benda, kemudian pembedaan macam-macam
benda, dan selanjutnya bagian yang terbesar mengatur mengenai macam-macam hak
kebendaan.

Jadi hukum benda adalah peraturan-peraturan hukum yang mengatur mengenai


hak-hak kebendaan yang sifatnya mutlak.3

2
P.N.H. Simanjuntak, 2015, Hukum Perdata Indonesia, edisi Pertama, Kencana, Jakarta. Hal, 176.
3
Ibid. hal, 177

3
C. MACAM - MACAM BENDA

Undang – undang membagi benda dalam beberapa macam, yaitu :

a. Benda yang dapat diganti (contoh : uang ) dan yang tak dapat diganti (Contoh : seekor
kuda)
b. Benda yang dapat diperdagangkan (praktis tiap barang dapat diperdagangkan) dan yang
tidak dapat diperdagangkan atau diluar perdagangan (contoh : jalan-jalan dan lapangan
umum)
c. Benda yang dapat dibagi (contoh : beras) dan yang tidak dapat dibagi (contoh: seekor
kuda)
d. Benda yang bergerak (contoh: perabot rumah) dan yang tak bergerak (contoh: tanah).4

Menurut 540 KUHPerdata, tiap-tiap kebendaan adalah benda bergerak dan tidak bergerak.
a. Benda bergerak adalah benda-benda yang karena sifatnya atau karena penetapan
undang-undang dinyatakan sebagai benda bergerak, misalnya kendaraan, surat-surat
berharga, dan sebagainya. Dengan demikian kebendaan bergerak ini sifatnya adalah
kebendaan yang dapat dipindah atau dipndahkan (Pasal 509 KUHPerdata). Menurut
Pasal 505 KUHPerdata, benda bergerak ini dapat dibagi atas benda yang dapat
dihabiskan dan benda yang tidak dapat dihabiskan.

b. Benda tidak bergerak adalah benda-benda yang karena sifatnya, tujuan pemakaiannya
atau karena penetapan undang-undang dinyatakan sebagai benda tak bergerak,
misalnya tanah, bangunan, dan sebagainya.5

➢ Pembedaan Antara Benda

a. Benda Terdaftar, misalnya : kendaraan bermotor, tanah, kapal, hak cipta, hak
tanggungan, fidusia, telepon, dll.

b. Benda Tidak Terdaftar (tidak atas nama), adalah benda-benda bergerak yang
tidak sulit pembuktian pemiliknya karena berlaku asas “yang menguasai

4
Subekti, 1979, Pokok – Pokok Hukum Perdata, Cet, ke. 14, PT. Intermasa, Jakarta. Hal, 50-51.
5
Sri Soedewi Masjch oen Sofwan,Hukum Perdata Hak Jaminan Atas Tanah, Cet.Pertama, Liberty, Yogyakarta. Hal,
20.

4
dianggap sebagai pemiliknya”, seperti alat-alat rumah tangga, pakian,
perhiasan, hewan-hewan peliharaan, dll.
Pentingnya pembedaan ini terletak pada pembuktian pemiliknya (untuk ketertiban
umum). Benda terdaftar dibuktikan dengan tanda pendaftaran, atau sertifikat atas nama
pemiliknya, sedangkan untuk benda tidak terdaftar (tidak atas nama) berlaku asas “yang
menguasai dianggap sebagai pemiliknya. 6
KUHPerdata Indonesia tidak mengenal pembedaan antara benda terdaftar dan tidak
terdaftar, tetapi BW baru (NBW) mengenalnya. Benda terdaftar ada yang atas nama dan
ada yang tidak atas nama. Sebaliknya benda atas nama ada yang terdaftar dan ada yang
tidak terdaftar. Benda atas nama yangb terdaftar contohnya seperti saham-saham, piutang
atas nama, dan lain-lain.7

D. HAK KEBENDAAN BERSIFAT MEMBERI KENIKMATAN

1. Hak Milik

Menurut Pasal 570 KUHPerdata, menyebutkan, bahwa hak milik adalah hak untuk
menikmati suatu benda dengan sepenuhnya dan untuk menguasai benda itu dengan
sebebas-bebasnya, asalkan tidak bertentangan dengan undang-undang atau peraturan
umum yang diadakan oleh kekuasaan yang mempunyai wewenang untuk itu dan asal
tidak mengganggu hak orang lain; kesemuanya dengan tidak mengurangi kemungkinan
akan pencabutan hak itu untuk kepentingan umum, dengan pembayaran pengganti
kerugian yang layak dan menurut ketentuan undang-undang.

Dengan demikian dapat diketahui bahwa hak milik memberikan dua hak dasar kepada
pemegangnya, yaitu :

a. Hak untuk menikmati kegunaan dari suatu kebendaan, dan


b. Hak untuk berbuat bebas terhadap kebendaan itu dengan kedaulatan sepenuhnya.

Ciri-ciri Hak Milik :


a. Hak milik merupakan hak induk terhadap hak kebendaan yang lain, sedangkan hak
kebendaan lain merupakan hak anak terhadap hak milik.

6
Abdulkadir Muhammad, 1990, Hukum Perdata Indonesia, Citra Aditya Bakti, Bandung. Hal, 1310.
7
Djaj S. Meliala, 2015, Perkembangan Hukum Perdata Tentang Benda Dan hukum Perikatan,Nuansa Aulia,
Bandung. Hal,5.

5
b. Hak milik dilihat dari segi kualitasnya merupakan hak yang selengkap-lengkapnya.

c. Hak milik bersifat tetap, artinya tidak akan lenyap terhadap hak kebendaan yang
lain, sedangkan hak kebendaan yang lain dapat lenyap jika menghadapi hak milik.

d. Hak milik adalah merupakan nhak yang paling pokok (utama), sedangkan hak
kebendaan lain hanya merupakan bagian daripada hak milik.

2. Hak Pakai Dan Mendiami

Pasal 818 KUHPerdata menentukan hak pakai dan hak mendiami diperoleh dan
berakhir dengan cara yang sama seperti hak pakai hasil Hak pakai sama dengan hak
mendiami.

Istilah hak mendiami dipergunakan jika mengenai rumah (Pasal 826 KUHPerdata).

Hak mendiami tidak boleh diserahkan atau disewakan kepada orang lain (Pasal
827 KUHPerdata).

Hak pakai dibedakan antara barang bergerak dan barang tak bergerak. Hak pakai
barang bergerak diatur dalam Buku II KUHPerdata, sedangkan hak pakai barang tak
bergerak (tanah) diatur dalam UUPA (UU No.5 Tahun 1960).

Menurut pasal 1164 KUHPerdata, hak pakai tidak termasuk obyek hipotek karena
hak pakai bukan merupakan hak kebendaan. Hak pakai adalah hak perorangan dan
tidak dapat dialihkan tanpa persetujuan pemilik.

E. HAK KEBENDAAN YANG BERSIFAT MEMBERI JAMINAN

1. Hak Gadai

Menurut pasal 1150 KUHPerdata, Gadai adalah suatu hak yang diperoleh
seseorang berpiutang atas sesuatu barang bergerak, yang diserahkannya kepadanya
oleh seorang berutang atau oleh seorang lain atas Namanya dan memberikan kepuasan
kepada si berpiutang itu untuk mengambil pelunasan dari barang tersebut secara
didahulukan dari pada orang.

6
Sedangkan menurut pendapat R. Wiyono Prodjodikoro Yaitu, “Gadai adalah suatu
hak yang didapat oleh seorang berpiutang suatu benda bergerak yang padanya
diserahkan oleh si berutang atau oleh seseorang lain atau Namanya untuk menjamin
pembayaran hutang dan memberikan hak kepada si berutang untuk dibayar lebih
dahulu dari berpiutang lainnya, yang diambil dari uang pendapatan penjualan barang
itu”.8

2. Hak Tanggungan

Hak tanggungan adalah salah-satu bentuk jaminan yang digunakan dalam transaksi
bisnis dan perbankan di Idnonesia.

Menurut UU No.4, Tanggal 9 April 2996 Pasal 1 ayat 1 adalah “Hak tanggungan
atas tanah beserta benda-benda yang berkaitan dengan tanah,yanag selanjutnya disebut
hak tanggungan,adalah hak jaminan yang dibebankan pada ha katas tanah
sebagaiamana dimaksud dalam undang-undang nomor 5 tahun 1960 tentang peraturan
dasar pokok-pokok agrarian,berikut atau tidak verikut benda-benda lain yang
merupakan satu kesatuan dengan tanah itu,untuk pelunasan utang tertentu terdapat
kreditor-kreditor lain”.

Contoh nya adalah Ketika seseorang memberikan jaminan atas tanahnya sebagai
bentuk agunan atau jaminan atas suatu utang piutang.

8
R. Wiryono, Prodjodikoro, “Hukum Perdata Hak Atas Benda”. (Jakarta : Pembimbing Massa, 1993). Hal, 180.

7
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Pengertian yang paling luas perkataan benda (zaak) adalah segala sesuatu yang
dapat dihaki oleh orang. Yang berarti benda sebagai obyek dalam hukum. Ada juga
perkataan benda dipakai dalam arti yang sempit, yaitu sebagai barang yang dapat dilihat
saja, ada juga dipakai jika yang dimaksud kekayaan seorang.

Hukum benda adalah terjemahan dari istilah bahasa Belanda, yaitu “zakenrecht”.
Menurut Prof. Soediman Kartohadiprodjo, hukum kebendaan ialah semua kaidah hukum
yang mengatur apa yang diartikan dengan benda dan mengatur hak-hak atas benda.

Undang – undang membagi benda dalam beberapa macam, yaitu : a. Benda yang
dapat diganti (contoh : uang ) dan yang tak dapat diganti (Contoh : seekor kuda), b. Benda
yang dapat diperdagangkan (praktis tiap barang dapat diperdagangkan) dan yang tidak
dapat diperdagangkan atau diluar perdagangan (contoh : jalan-jalan dan lapangan umum),
c. Benda yang dapat dibagi (contoh : beras) dan yang tidak dapat dibagi (contoh: seekor
kuda), d. Benda yang bergerak (contoh: perabot rumah) dan yang tak bergerak (contoh:
tanah.

Hak kebendaan bersifat Kenikmatan, Hak Milik; Menurut Pasal 570 KUHPerdata
menyebutkan, bahwa hak milik adalah hak untuk menikmati suatu benda dengan
sepenuhnya dan untuk menguasai benda itu dengan sebebas-bebasnya, asalkan tidak
bertentangan dengan undang-undang atau peraturan umum yang diadakan oleh kekuasaan
yang mempunyai wewenang untuk itu dan asal tidak mengganggu hak orang lain.
Sedangkan untuk Hak Pakai adalah Pasal 818 KUHPerdata menentukan hak pakai dan hak
mendiami diperoleh dan berakhir dengan cara yang sama seperti hak pakai hasil Hak pakai
sama dengan hak mendiami.
Hak kebendaan bersifat Jaminan, Hak Gadai; Gadai adalah suatu hak yang didapat
oleh seorang berpiutang suatu benda bergerak yang padanya diserahkan oleh si berutang
atau oleh seseorang lain atau Namanya untuk menjamin pembayaran hutang dan
memberikan hak kepada si berutang untuk dibayar lebih dahulu dari berpiutang lainnya,
yang diambil dari uang pendapatan penjualan barang itu”. Sedangkan Hak tanggungan
adalah salah-satu bentuk jaminan yang digunakan dalam transaksi bisnis dan perbankan di
idnonesia.

8
DAFTAR PUSTAKA

Abdulkadir Muhammad, 1990, Hukum Perdata Indonesia, Citra Aditya Bakti, Bandung
Djaj S. Meliala, 2015, Perkembangan Hukum Perdata Tentang Benda Dan hukum
Perikatan,Nuansa Aulia, Bandung
P.N.H. Simanjuntak, 2015, Hukum Perdata Indonesia, edisi Pertama, Kencana, Jakarta
Sri Soedewi Masjchoen Sofwan,Hukum Perdata Hak Jaminan Atas Tanah, Cet.Pertama,
Liberty, Yogyakarta
Subekti, 1979, Pokok – Pokok Hukum Perdata, Cet, ke. 14, PT. Intermasa, Jakarta.
R. Wiryono, Prodjodikoro, “Hukum Perdata Hak Atas Benda”. (Jakarta : Pembimbing
Massa, 1993).

Anda mungkin juga menyukai