Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH HUKUM PERDATA

“HUKUM KEBENDAAN”
Dosen Pembimbing : Wardani Rizkianti, S.H., M.Kn.

Penyusun:
Iqbal Ilyasa
1710611241

Fakultas Hukum
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta
Kata pengantar
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat,
Inayah, Taufik dan Hinayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan
makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga
makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun
pedoman bagi pembaca dalam administrasi pendidikan dalam profesi keguruan.

Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan


pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk
maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.

Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang saya
miliki sangat kurang. Oleh kerena itu saya harapkan kepada para pembaca untuk
memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan
makalah ini.
Daftar Isi
KATA PENGANTAR ...........................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang...................................................................................................1
1.2 Perumusan Masalah...........................................................................................1
1.3 Tujuan Penelitian ..............................................................................................1
BAB II ISI ..............................................................................................................2
2.1 Hukum Benda ....................................................................................................2
A. Pengertian.....................................................................................................2
B. Peraturan Hukum Benda..............................................................................2
C. Macam-macam.............................................................................................3
2.2 Hak Kebendaan..................................................................................................4
A. Pengertian.....................................................................................................4
B. Ciri-ciri.........................................................................................................4
C. Sifat-sifat......................................................................................................4
D. Pembedaan...................................................................................................5
E. Asas-asas......................................................................................................5
2.3 Macam-macam Hak Kebendaan .......................................................................7
A. Hak Gadai.....................................................................................................7
B. Hak Hipotek.................................................................................................7
C. Jaminan Fidusia............................................................................................7
D. Hak Tanggungan ..........................................................................................7
2.4 Hak Tanggungan................................................................................................8
i. Pengertian Hak Tanggungan........................................................................8
ii. Dasar Hukum Hak Tanggungan...................................................................8
iii. Unsur Hak Tanggungan...............................................................................8
iv. Ciri Hak Tanggungan...................................................................................9
v. Objek Hak Tanggungan.............................................................................10
BAB III Penutup..................................................................................................11
3.1 Kesimpulan......................................................................................................11
3.2 Saran.................................................................................................................11
HALAMAN LAMPIRAN....................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 13
Bab I
Pendahuluan

1.1 Latar belakang

Kitab Undang-undang Hukum Perdata (dikenal KUHPer.) yang berlaku di Indonesia


tidak lain adalah terjemahan yang kurang tepat dari Burgerlijk Wetboek (atau dikenal dengan
BW)yang berlaku di kerajaan Belanda dan diberlakukan di Indonesia (dan wilayah jajahan
Belanda) berdasarkan azas konkordansi. Untuk Indonesia yang saat itu masih bernama Hindia
Belanda, BW diberlakukan mulai 1859. Hukum perdata Belanda sendiri disadur dari hukum
perdata yang berlaku di Perancis dengan beberapa penyesuaian. Kitab undang-undang hukum
perdata (disingkat KUHPer) terdiri dari empat bagian, yaitu:

Buku I tentang Orang; mengatur tentang hukum perseorangan dan hukum keluarga, yaitu
hukum yang mengatur status serta hak dan kewajiban yang dimiliki oleh subyek hukum.
Antara lain ketentuan mengenai timbulnya hak keperdataan seseorang, kelahiran,
kedewasaan, perkawinan, keluarga, perceraian dan hilangnya hak keperdataan. Khusus untuk
bagian perkawinan, sebagian ketentuan-ketentuannya telah dinyatakan tidak berlaku dengan
di undangkannya UU nomor 1 tahun 1974 tentang perkawinan.

 Buku II tentang Kebendaan; mengatur tentang hukum benda, yaitu hukum yang
mengatur hak dan kewajiban yang dimiliki subyek hukum yang berkaitan dengan benda,
antara lain hak-hak kebendaan, waris dan penjaminan. Yang dimaksud dengan benda
meliputi (i) benda berwujud yang tidak bergerak (misalnya tanah, bangunan dan kapal
dengan berat tertentu); (ii) benda berwujud yang bergerak, yaitu benda berwujud lainnya
selain yang dianggap sebagai benda berwujud tidak bergerak; dan (iii) benda tidak berwujud
(misalnya hak tagih atau piutang). Khusus untuk bagian tanah, sebagian ketentuan-
ketentuannya telah dinyatakan tidak berlaku dengan di undangkannya UU nomor 5 tahun
1960 tentang agraria. Begitu pula bagian mengenai penjaminan dengan hipotik, telah
dinyatakan tidak berlaku dengan di undangkannya UU tentang hak tanggungan.

Buku III tentang Perikatan; mengatur tentang hukum perikatan (atau kadang disebut juga
perjanjian (walaupun istilah ini sesunguhnya mempunyai makna yang berbeda), yaitu hukum
yang mengatur tentang hak dan kewajiban antara subyek hukum di bidang perikatan, antara
lain tentang jenis-jenis perikatan (yang terdiri dari perikatan yang timbul dari (ditetapkan)
undang-undang dan perikatan yang timbul dari adanya perjanjian), syarat-syarat dan tata cara
pembuatan suatu perjanjian. Khusus untuk bidang perdagangan, Kitab undang-undang hukum
dagang (KUHD) juga dipakai sebagai acuan. Isi KUHD berkaitan erat dengan KUHPer,
khususnya Buku III. Bisa dikatakan KUHD adalah bagian khusus dari KUHPer.1

1
http://usmanrofiq1.blogspot.co.id/
1.2 Rumusan masalah

1.      Apakah devinisi dari hukum benda ?


2.      Bagaimanakah dasar dari pada hukum benda ?
3.      Seperti apakah asas-asas hukum benda ?
4.      Bagaimanakah Macam-macam benda dalam perpekstif hukum perdata ?
5.      Bagaimana dan seperti apakah yang dimaksud hak kebendaan ?

1.3 Tujuan penulisan

1.      Mengetahui devinisi dari hukum benda


2.      Mengetahui dasar dari pada hukum benda
3.      Mengethaui asas-asas dari pada hukum benda
4.      Mengetahui Macam-macam benda dalam perpektif hukum perdata
5.      Mengerti maksud dan pembahasan dari hak kebendaan
Bab II
ISI
2.1 Hukum benda
A. Pengertian
Serangkaian ketentuan hukum yang mengatur hubungan hukum secara langsung antara
seseorang (subyek hukum) dengan benda (objek dari hak milik) yang melahirkan berbagai
hak kebendaan. Hak kebendaan memberikan kekuasaan langsung kepada seseorang dalam
penguasaan dan kepemilikan sesuatu benda dimanapun bendanya berada.
Pengertian benda (zaak) dinyatakan dalam pasal 499 KUH Perdata :“ Menurut paham
undang-undang yang dinamakan dengan kebendaan ialah tiap-tiap barang dan tiap- tiap hak
yang dapat dikuasai oleh hak Berdasarkan ketentuan tersebut pengertian benda meliputi
segala milik.” sesuatu yang dapat dimiliki oleh subjek hukum, baik itu berupa barang (goed)
maupun hak (recht), sepanjang objek dari hak milik itu dapat dikuasai oleh subjek hukum.

B. Peraturan hukum benda

Hukum benda didalam buku II KUHPdt. Hukum benda ialah keseluruhan aturan hukum yang
mengatur tentang benda. Pengaturan tersebut pada umumnya meliputi pengertian benda,
pembedaan macam – macam benda, hak – hak kebendaan. Pengaturan hukum benda
menggunakan “system tertutup”, artinya orang tidak boleh mengadalan hak – hak kebendaan
selain dari yang sudah diatur dalam undang – undang. Hukum benda bersifat memaksa
(dwingend) , yang artinya harus dipatuhi, dituruti, tidak boleh disimpangi dengan
mengadakan ketentuan baru mengenai hak – hak kebendaan.

C. Macam-macam

1. Benda berwujud dan benda tidak berwujud.


2. Benda Bergerak dan Benda Tidak Bergerak
3. Benda sudah ada dan benda akan ada
4. Benda dalam perdagangan dan benda luar perdagangan.
5. Benda dapat dibagi dan benda tidak dapat dibagi.
6. Benda terdaftar dan benda tidak terdaftar.2

2
http://sonofshalom.blogspot.co.id/2011/05/hukum-benda.html
http://frintiskarianto.blogspot.co.id/2014/09/hukum-harta-kekayaan-dan-hukum-benda.html
2.2 Hak kebendaan
A. Pengertian

hak yang dapat memberikan kekuasaan langsung kepada seseorang yang berhak menguasai
sesuatu benda di dalam tangan siapapun juga benda itu berada. Hubungan ini menimbulkan
hak kebendaan yang bersifat mutlak (absolut).

Setiap manusia dapat memiliki atau menguasai dari pada benda-benda untuk kepentingannya.
Oleh karena itu, diperlukan peraturan-peraturan hukum yang mengatur hubungan manusia
dengan benda-benda tersebut. Menurut Buku 2 KUH Perdata (Pasal 499 sampai dengan
1232) mengenai benda (van Zaken), meletakkan dasar dari peraturan-peraturan hukum yang
mengatur hubungan-hubungan hukum antara seseorang atau badan hukum dengan benda.
Hubungan hukum dengan orang menimbulkan hak kebendaan (zakelijkreht).

Dalam Buku 3 KUH Perdata (Pasal 1233 sampai dengan 1864) mengenai perikatan (van
Vebertenissen), meletakkan dasar peraturan-peraturan hukum yang mengatur hubungan
hukum antara seseorang dengan seseorang (badan hukum). Hubungan ini menimbulkan hak
perorangan yang bersifat relatif (nisbi).

Perbedaan antara hak kebendaan dan hak perorangan di bidang perdata berhubungan erat
dengan masalah penggugatan di muka pengadilan, yang di mana gugatan harus didasarkan
secara benar. Suatu gugatan yang didasarkan pada perbuatan melanggar perjanjian
(wanptrestasi), berhubung erat dengan persoalan gugatan di muka hakim ini disebabkan oleh
karena isi dari pada BW mendapat pengaruh besar dari hukum Romawi yang menitikberatkan
pelaksanaan hukum acara menggugat di muka hakim. Hukum Romawi membedakan gugatan
menjadi 2 (dua) yaitu : yang dapat diajukan setiap orang dan yang hanya dapat diajukan
terhadap orang-orang tertentu saja.

Dalam Hukum Perdata dan Perundang-Undangan membagi hak keperdataan tersebut di


dalam 2 (dua) hal, yaitu hak mutlak dan hak nisbi.

1. Hak Mutlak (absolut)


Pengertian Hak Mutlak adalah suatu hak yang berlaku dan harus dihormati oleh setiap
orang. Yang termasuk di dalam hak mutlak antara lain :
a.Hak kepribadian
contohnya : hak atas namanya, hak kehormatannya, hak hidup, hak kemerdekaan dan
sebagainya.
b. Hak-hak yang terletak di dalam hukum keluarga
contohnya : hak-hak yang timbul karena adanya hubungan antara suami isteri dan
sebagainya.
c. Hak mutlak atas sesuatu benda atau hak kebendaan, yaitu suatu hak yang diberikan kepada
seseorang yang memberikan kekuasaan langsung atau suatu benda yang dapat
dipertahankan
terhadap setiap orang.

2. Hak Nisbi (relatif) atau Hak Perseorangan (personlijk)

Pengertian Hak Perseorangan adalah hak yang hanya dipertahankan terhadap orang tertentu
saja (hak suatu tuntutan atau penagihan terhadap seseorang). Hak ini timbul akibat dari
perjanjian, UU dan sebagainya.

B. Ciri-ciri

Pada dasarnya, Ciri Ciri Hak Kebendaan meliputi :


1. Merupakan hak yang mutlak, yaitu dapat dipertahankan terhadap siapun juga.
2. Mempunyai zaaksgevolg atau droit de suit (hak yang mengikuti), yaitu hak itu terus
mengikuti bendanya di mana juga benda itu berada.
3. Yang lebih dahulu terjadinya, tingkatannya lebih tinggi dibandingkan yang terjadi
kemudian.
4. Droit de preference, yaitu memberikan kedudukan yang diutamakan atau mendahului
kepada pemegangnya.
5. Pemindahannya secara sepenuhnya dilakukan.
6. Gugatan kebendaan, yaitu hak untuk menggugat jika terjadi gangguan atas hak tersebut.
Contohnya, penuntutan kembali, gugatan untuk menghilangkan gangguan atas haknya,
gugatan untuk pemulihan di dalam keadaan semula, gugatan untuk penggantian kerugian
dan sebagainya.

C. Sifat-sifat

1. Absolut (mutlak), yaitu dapat dipertahankan atau dilindungi terhadap setiap gangguan dari
pihak ketiga, contohnya : hak menyewa, mendapat perlindungan berdasarkan Pasal 1365
KUH Perdata.
2. Droit de suit, yaitu mengikuti bendanya di manapun benda itu berada. Contohnya, hak
sewa harus mengikuti bendanya.
3. Sifat prioritas, yaitu hak yang lebih dahulu terjadinya dimenangkan dengan hak yang
terjadi kemudian.

D. Pembendaan

Didalam buku II KUH Per diatur macam-macam hak kebendaan, akan tetapi dalam
membicarakan macam-macam hak kebendaan dalam Buku II KUH Per harus diingat
berlakunya Undang-Undang no. 5 Tahun 1960 tentang Undang-Undang Pokok Agraria.
Dengan demikian, hak-hak kebendaan yang diatur dalam Buku II KUH Per (yang sudah
disesuaikan dengan berlakunya UUPA No. 5/1960) dapat dibedakan atas 2 macam, yaitu:

a. Bersifat memberi kenikmatan (zakelijk genotsrecht). Meliputi :


1) Hak kebendaan yang memberikan kenikmatan atas bendanya sendiri,
misalnya hak eigendom, hak bezit
2) Hak kebendaan yang memberikan kenikmatan atas benda orang lain,
misalnya hak opstal, hak erfpacht, hak memungut hasil, hak pakai, hak
mendiami.
b. Bersifat memberi jaminan (zakelijk zakerheidsrecht).
Misalnya : Hak gadai (pand), hipotek.3

E. Asas-asas

1. Bersifat Imperatif.
2. Dapat dipindahkan
3. Azas individualiteit
4. Azas totaliteit
5. Azas tak dapat dipisahkan
6. Azas prioriteit
7. Azas percampuran
8. Perbedaan perlakuan terhadap benda bergerak dan benda tidak bergerak itu berlainan
9. Azas publiciteit
10. Sifat Perjanjiannya

3
P.N.H. Simanjuntak, S.H,Hukum Perdata Indonesia, 183-184
https://hukumperdataalfa.wordpress.com/2009/12/09/hak-kebendaan/
2.3 Macam-macam hak kebendaan

A. Gadai

hak yang diperoleh kreditor atas suatu barang yang bergerak yang diberikan kepadanya oleh
debitor atau orang lain atas namanya untuk menjamin suatu utang. Selain itu, memberikan
kewenangan kepada kreditor untuk mendapatkan pelunasan dari barang tersebut terebih
dahulu dari kreditur lainnya, terkecuali biaya untuk melelang barang dan biaya yang
dikeluarkan untuk memelihara benda itu dan biaya-biaya itu mesti didahulukan.

B. Hipotek

Satu hak kebendaan atas benda tidak bergerak untuk mengambil pergantian daripadanya bagi
perlunasan suatu perutangan.

C. Fidusia

Surat perjanjian accesor antar debitor dan kreditor yang isinya penyerahan hak milik secara
kepercayaan atas benda bergerak milik debitor kepada kreditor.

D.Tanggungan
Hak tanggungan menurut ketentuan Pasal 1 butir 1 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996
Tentang Hak Tanggungan Atas Tanah Beserta Benda-Benda Yang Berkaitan Dengan Tanah,
adalah :“Hak tanggungan atas tanah beserta benda-benda yang berkaitan dengantanah, yang
selanjutnya disebut hak tanggungan, adalah hak jaminan yang dibebankan pada hak atas
tanah sebagaimana dimaksud dalamUndang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan
Dasar Pokok-Pokok Agraria, berikut atau tidak berikut benda-benda lain yang merupakan
satu kesatuan dengan tanah itu, untuk pelunasan utangtertentu, yang memberikan kedudukan
yang diutamakan kepada kreditor tertentu terhadap kreditor- kreditor lainnya.4

4
http://alfiyahmy.blogspot.co.id/2015/04/aspek-hukum-gadai-hipotik-fidusia-dan.html
http://nicafebrina.blogspot.co.id/2010/01/pengertian-tentang-gadai-hipotik.html
2.4 Hak Tanggungan

i. Pengertian hak tanggungan

Definisi Hak tanggungan sesuai dengan undang-undang no. 4 tanggal 9April 1996 pasal 1
ayat 1 adalah:

" Hak Tanggungan atas tanah beserta benda-benda yang berkaitan dengan tanah, yang
selanjutnya disebut Hak Tanggungan, adalah hak jaminan yang dibebankan pada hak
atas tanah sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960
tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria, berikut atau tidak berikut benda-benda
lain yang merupakan satu kesatuan dengan tanah itu, untuk pelunasan utang tertentu
terhadap kreditor-kreditor lain."

ii. Dasar hukum hak tanggungan

Sebelum berlakunya UUPA (Undang-Undang Pokok Agraria), dalam hukum dikenal


lembaga-lembaga hak jaminan atas tanah yaitu: jika yang dijadikan jaminan tanah hak barat,
seperti Hak Eigendom, Hak Erfpacht atau Hak Opstal, lembaga jaminannya adalah Hipotik,
sedangkan Hak Milik dapat sebagai obyek Credietverband. Dengan demikian mengenai segi
materilnya mengenai Hipotik dan Credietverband atas tanah masih tetap berdasarkan
ketentuan-ketentuan KUH Perdata dan Stb 1908 Nomor 542 jo Stb 1937 Nomor 190 yaitu
misalnya mengenai hak-hak dan kewajiban yang timbul dari adanya hubungan hukum itu
mengenai asas-asas Hipotik, mengenai tingkatan-tingkatan Hipotik janji-janji dalam Hipotik
dan Credietverband.

Dengan berlakunya UUPA, (UU Nomor 5 Tahun 1960) maka dalam rangka mengadakan
unifikasi hukum tanah, dibentuklah hak jaminan atas tanah baru yang diberi nama Hak
Tanggungan, sebagai pengganti lembaga Hipotik dan Credietverband dengan Hak milik, Hak
Guna Usaha dan Hak Guna Bangunan sebagai obyek yang dapat dibebaninya Hak-hak barat
sebagai obyek Hipotik dan Hak Milik dapat sebagai obyek Credietverband tidak ada lagi,
karena hak-hak tersebut telah dikonversi menjadi salah satu hak baru yang diatur dalam
UUPA. Munculnya istilah Hak Tanggungan itu lebih jelas setelah Undang-Undang RI Nomor
4 Tahun 1996 telah diundangkan pada Tanggal 9 April 1996 yang berlaku sejak
diundangkannya Undang-Undang tersebut.

iii. Unsur Hak Tanggungan

Hak Tanggungan adalah jaminan atas tanah dan tidak termasuk gadai, kreditur hanya
menguasai tanah dan rumah secara yuridis saja berdasarkan Undang-undang Hak
Tanggungan. Debitur tetap merupakan pemegang hak tanah yang bersangkutan yang
menguasai secara yuridis dan fisik hak atas tanah tersebut.
Beranjak dari pengertian di atas, dapat ditarik unsur pokok dari Hak Tanggungan, sebagai
berikut:
1. Hak Tanggungan adalah hak jaminan untuk pelunasan utang. 
2. Objek Hak Tanggungan adalah hak atas tanah sesuai UUPA 
3. Hak Tanggungan dapat dibebankan atas tanahnya (hak atas tanah) saja, tetapi dapat
pula dibebankan berikut benda-benda lain yang merupakan satu kesatuan dengan
tanah itu; 
4. Utang yang dijamin adalah suatu utang tertentu; 
5. Memberikan  kedudukan  yang  diutamakan  kepada  kreditur  tertentu  terhadap
kreditur-kreditur lain.

iv. Ciri Hak Tanggungan

Ciri Hak Tanggungan adalah: (Salim HS, Perkembangan Hukum Jaminan Di Indonesia, (Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 2004), hal. 98.)

1. Memberikan kedudukan yang diutamakan atau mendahulu kepada pemegangnya atau


yang dikenal dengan droit de preference. 
2. Selalu mengikuti objek yang dijaminkan dalam tangan siapa pun objek itu berada atau
disebut dengan droit de suite. Keistimewaan ini ditegaskan dalam Pasal 7 Undang-
Undang Nomor 4 Tahun 1996. Biarpun objek Hak Tanggungan sudah dipindahkan
haknya kepada pihak lain, kreditur pemegang Hak Tanggungan tetap masih berhak
untuk menjualnya melalui pelelangan umum jika debitur cedera janji; 
3. memenuhi asas spesialitas dan publisitas sehingga dapat mengikat pihak ketiga dan
memberikan kepastian hukum bagi pihak yang berkepentingan; dan 
4. mudah dan pasti pelaksanaan eksekusinya. Dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun
1996 memberikan kemudahan dan kepastian kepada kreditur dalam pelaksanaan
eksekusi. 

v. Objek Hak Tanggungan

 Hak - hak atas tanah yaitu Hak Milik (HM),


 Hak Guna Bangunan (HGB),
 Hak Guna Usaha (HGU),
 Hak Pakai (HP) dan
 Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun (HMASRS).5

Bab III
5
https://id.wikipedia.org/wiki/Hak_Tanggungan
(Www.Notaris_Indonesia, (Wadah komunikasi Notaris & PPAT Indonesia). Diakses  tanggal 25 November
2011.)
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Hukum kebendaan mempunyai karakteristiknya sendiri yang sudah dejelaskan di dalam KUH
Per dan di bantu oleh para ahli dalam menjelaskannya seperti pengertian, ciri-ciri, sifat-sifat ,
asas-asas, unsur ,objek dan dalam makalah ini juga menjelaskan tentang hak kebendaan dan
hak tanggungan.

Hak kebendaan adalah hak yang dapat memberikan kekuasaan langsung kepada seseorang
yang berhak menguasai sesuatu benda di dalam tangan siapapun juga benda itu berada
sedangkan Hak tanggungan adalah hak jaminan yang dibebankan pada hak atas tanah.

3.3 Saran

Saran yang dapat saya berikan adalah pentingnya kita mengetahui dan mempelajari hukum
kebendaan ini, hal ini mungkin akan berguna pada kita atau orang terdekat kita karena sangat
berdekatan dengan aktivitas sehari-hari yang mungkin terjadi pada diri kita atau orang
terdekat kita.

Anda mungkin juga menyukai