Anda di halaman 1dari 16

HUKUM TENTANG BENDA

Mata Kuliah : HUKUM PERDATA


Dosen Pengampuh :

Di Susun Oleh:

NURHIKMAH (11000121074)
ZULFAHRI (11000121072)
RINI (110001210

HUKUM EKONOMI SYARI’AH

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR

2022
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI....................................................................................................................................................i
KATA PENGANTAR.......................................................................................................................................ii
BAB I...........................................................................................................................................................iii
PENDAHULUAN...........................................................................................................................................iii
a. Latarbelakang..........................................................................................................................................iii
b.Rumusan Masalah...................................................................................................................................iv
BAB II...........................................................................................................................................................1
PEMBAHASAN.............................................................................................................................................1
A.Pengertian Hukum Benda........................................................................................................................1
B.Pembagian Benda Menurut Hukum.........................................................................................................1
C.Pengertian Hak Kebendaan......................................................................................................................2
D.Macam-Macam Hak Kebendaan..............................................................................................................4
BAB III..........................................................................................................................................................9
PENUTUP.....................................................................................................................................................9
a.kesimpulan...............................................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................................11

i
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb....

Puji syukur kehadirat tuhan yang maha kuasa atas segala limpahan rahmat,taufik dan
inayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dalam bentuk maupun isinya.semoga
makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan,petunjuk maupun pedoman bagi para
pembaca

Harapan penyusun semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca agar lebih memahami tentang “Hukum Tentang Benda”

Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karna pengalaman yang kami miliiki
sangat kurang.Oleh karena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan
masukan yang bisa membanngun untuk kesempurnaan makalah ini.

Wassalamualaikum Wr.Wb

ii
BAB I
PENDAHULUAN
a. Latarbelakang
Hukum perdata Indonesia Hukum adalah sekumpulan peraturan yang berisi perintah dan
larangan yang dibuat oleh pihak yang berwenang sehingga dapat dipaksakan pemberlakuaanya
berfungsi untuk mengatur masyarakat demi terciptanya ketertiban disertai dengan sanksi bagi
pelanggarnya. Salah satu bidang hukum yang mengatur hak dan kewajiban yang dimiliki pada
subyek hukum dan hubungan antara subyek hukum. Hukum perdata disebut pula hukum privat
atau hukum sipil sebagai lawan dari hukum publik. Jika hukum publik mengatur hal-hal yang
berkaitan dengan negara serta kepentingan umum (misalnya politik dan pemilu (hukum tata
negara), kegiatan pemerintahan sehari-hari (hukum administrasi atau tata usaha negara),
kejahatan (hukum pidana), maka hukum perdata mengatur hubungan antara penduduk atau
warga negara sehari-hari, seperti misalnya kedewasaan seseorang, perkawinan, perceraian,
kematian, pewarisan, harta benda, kegiatan usaha dan tindakan-tindakan yang bersifat perdata
lainnya.

Ada beberapa sistem hukum yang berlaku di dunia dan perbedaan sistem hukum tersebut
juga mempengaruhi bidang hukum perdata, antara lain sistem hukum Anglo-Saxon (yaitu sistem
hukum yang berlaku di Kerajaan Inggris Raya dan negara-negara persemakmuran atau negara-
negara yang terpengaruh oleh Inggris, misalnya Amerika Serikat), sistem hukum Eropa
kontinental, sistem hukum komunis, sistem hukum Islam dan sistem-sistem hukum lainnya.
Hukum perdata di Indonesia didasarkan pada hukum perdata di Belanda, khususnya hukum
perdata Belanda pada masa penjajahan.

Bahkan Kitab Undang-undang Hukum Perdata (dikenal KUHPer.) yang berlaku di


Indonesia tidak lain adalah terjemahan yang kurang tepat dari Burgerlijk Wetboek (atau dikenal
dengan BW)yang berlaku di kerajaan Belanda dan diberlakukan di Indonesia (dan wilayah
jajahan Belanda) berdasarkan azas konkordansi.
Untuk Indonesia yang saat itu masih bernama Hindia Belanda, BW diberlakukan mulai
1859. Hukum perdata Belanda sendiri disadur dari hukum perdata yang berlaku di Perancis

iii
dengan beberapa penyesuaian. Kitab undang-undang hukum perdata (disingkat KUHPer) terdiri
dari empat bagian, yaitu:

Buku I tentang Orang; mengatur tentang hukum perseorangan dan hukum keluarga, yaitu
hukum yang mengatur status serta hak dan kewajiban yang dimiliki oleh subyek hukum. Antara
lain ketentuan mengenai timbulnya hak keperdataan seseorang, kelahiran, kedewasaan,
perkawinan, keluarga, perceraian dan hilangnya hak keperdataan. Khusus untuk bagian
perkawinan, sebagian ketentuan-ketentuannya telah dinyatakan tidak berlaku dengan di
undangkannya UU nomor 1 tahun 1974 tentang perkawinan.

Buku II tentang Kebendaan; mengatur tentang hukum benda, yaitu hukum yang mengatur hak
dan kewajiban yang dimiliki subyek hukum yang berkaitan dengan benda, antara lain hak-hak
kebendaan, waris dan penjaminan. Yang dimaksud dengan benda meliputi (i) benda berwujud
yang tidak bergerak (misalnya tanah, bangunan dan kapal dengan berat tertentu); (ii) benda
berwujud yang bergerak, yaitu benda berwujud lainnya selain yang dianggap sebagai benda
berwujud tidak bergerak; dan (iii) benda tidak berwujud (misalnya hak tagih atau piutang).
Khusus untuk bagian tanah, sebagian ketentuan-ketentuannya telah dinyatakan tidak berlaku
dengan di undangkannya UU nomor 5 tahun 1960 tentang agraria. Begitu pula bagian mengenai
penjaminan dengan hipotik, telah dinyatakan tidak berlaku dengan di undangkannya UU tentang
hak tanggungan.

b.Rumusan Masalah
Dari pembahasan diatas, penulis ingin menyampaikan beberapa inti permasalahan, antara
lain :
1. Apakah pengertian Hukum Benda ?
2. Bagaimana pembagian benda menurut hukum?
3. Pengertian Hak Kebendaan, ciri-ciri Hak Kebendaan dan pembedaan Hak kebendaan
4. Apa Macam-macam Hak Kebendaan?

iv
BAB II
PEMBAHASAN
A.Pengertian Hukum Benda
Benda adalah segala obyek hukum yang dapat dihaki oleh subyek hukum yakni orang
atau badan hukum. Dalam sistem hukum perdata Barat (BW) pengerian benda sebagai objek
hukum tidak hanya meliputi benda yang berwujudyang dapat ditangkap dengan pancaindera,
tetapi juga benda yang tidak berwujudyakni hak-hak atas benda yang berwujud.
Benda berarti semua barang yang dapat menjadi alat atau hasil manusia, yaitu semua
barang, hewan dan hak-hak yang dapat dimilliki oleh orang atau badan hukum.
Sedangkan KUHS menetapkan, bahwa benda adalah semua barang dan hak yang dapat dikuasai
oleh hak milik. (Pasal 499 BW) Menurut paham undang-undang yang dinamakan kebendaan
ialah tiap-tiap barang dan tiap-tiap hak, yang dapat dikuasai oleh hak milik.

B.Pembagian Benda Menurut Hukum


a. benda yang dapat diganti dan yang tidak dapat diganti
b. benda yang dapat diperdagangkan dan yang tidak dapat diperdagangkan
c. benda yang dapat dibagi dan yang tidak dapat dibagi
d. benda tetap dan benda bergerak.
 Benda Tetap/Tidak Bergerak
Benda tetap menurut sifatnya ialah segala sesuatu yang secara langsung atau tidak
langsung baik karena perbuatan alam atau karena perbuatan manusia, digabungkan erat menjadi
satu dengan tanah.
Benda tetap menurut tujuan pemakaiannya ialah segala benda yang meskipun tidak
secara sungguh-sungguh digabungkan dengan tanah atau bangunan dimaksudkan untuk
mengikuti tanah atau bangunan itu untuk jangka waktu yang lama sesuai dengan tujuan
pemakaiannya dan selama masih melekat dengan tanah/bangunan tersebut.
 Benda Bergerak
 Karena sifatnya, ialah benda yang tidak bergabung dengan tanah atau tidak dimaksudkan untuk
mengikuti tanah atau bngunan Karena ditetapkan oleh undang-undang

1
C.Pengertian Hak Kebendaan
Hak kebendaan (zakelijk recht) adalah suatu hak yang memberikan kekuasaan langsung
atas suatu benda yang dapat dipertahankan terhadap tiap orang. Menurut Prof. L.J. van
Apeldoorn, hak-hak kebendaan adalah hak-hak harta benda yang memberikan kekuasaan
langsung atas sesuatu benda. Kekuasaan langsung berarti bahwa ada terdapat sesuatu hubungan
yang langsung antara orang-orang yang berhak dan benda tersebut. Demikian juga menurut Prof.
Sri Soedewi Masjchoen Sofwan, hak kebendaan (zakelijkrecht) ialah hak mutlak atas suatu ben-
da di mana hak itu memberikan kekuasaan langsung atas sesuatu benda dan dapat dipertahankan
terhadap siapapun juga. Menurut KUH Perdataa buku kedua tentang kebendaan, pasal
499 kebendaan adalah tiap-tiap barang dan tiap-tiap hak yang dapat dikuasai oleh hak milik.
Dari rumusan tersebut, maka dapat dikatakan bahwa, hak kebendaan merupakan suatu hak
mutlak yang memberikan kekuasaan langsung atas suatu benda yang dapat dipertahankan setiap
orang dan mempunyai sifat melekat.
 Ciri-ciri Hak Kebendaan
Pada dasarnya, ciri-ciri dari suatu hak kebendaan itu adalah sebagai berikut:
a. Merupakan hak mutlak
Hak kebendaan merupakan hak yang mutlak, yaitu dapat dipertahankan terhadap siapa pun
juga.
b. Mempunyai zaaks gevolg atau droit de suite.   
Hak kebendaan mempunyai zaaks gevolg (hak yang mengikuti), artinya hak itu terus
mengikuti bendanya di mana pun juga (dalam tangan siapa pun juga) barang itu berada. Hak itu
terus saja mengikuti orang yang mempunyainya.
c. Mempunyai sistem
Sistem yang terdapat pada hak kebendaan ialah mana yang lebih dulu terjadinya, tingkatnya
adalah lebih tinggi daripada yang terjadi kemudian. Misalnya: seorang pemilik tanah
menghipotikkan tanahnya, kemudian tanah tersebut diberikan kepada orang lain dengan hak
memungut hasil, maka dalam hal ini, hak hipotik mempunyai tingkat yang lebih tinggi daripada
hak memungut hasil yang baru terjadi kemudian
d. Mempunyai droit de preference
Hak kebendaan mempunyai droit de preference, yaitu hak yang lebih didahulukan daripada
hak lainnya.
2
e. Mempunyai macam-macam actie
Pada hak kebendaan ini, orang mempunyai macam-macam actie jika terdapat gangguan atas
haknya, yaitu berupa penuntutan kembali, gugatan untuk menghilangkan gangguan-gangguan
atas haknya, gugatan untuk pemulihan dalam keadaan semula, gugatan untuk penggantian
kerugian dan sebagainya. Pada hak kebendaan, gugatnya itu disebut dengan gugat kebendaan.
Gugatan-gugatan ini dapat dilaksanakan terhadap siapapun yang menganggu haknya.Mempunyai
cara pemindahan yang berlainan Kemungkinan untuk memindahkan hak kebendaan itu dapat
secara sepenuhnya dilakukan.
Sedangkan menurut Prof. Subekti, hak-hak kebendaan mempunyai sifat-sifat sebagai
berikut :
a. Memberikan kekuasaan langsung atas suatu benda.
b. Dapat dipertahankan terhadap setiap orang.
c. Mempunyai sifat "melekat", yaitu mengikuti benda bila inidipindahtangankan {"droit de
suite").
d. Hak yang lebih tua selalu dimenangkan terhadap yang lebih muda.

 Pembedaan Hak-hak Kebendaan
Di dalam Buku II KUHPer diatur macam-macam hak kebendaan, akan tetapi dalam
membicarakan macam-macam hak kebendaan dalam Buku II KUHPdt harus diingat berlakunya
Undang-Undang No. 5 Tahun 1960 tentang Undang-Undang Pokok Agraria. Dengan demikian,
hak-hak kebendaan yang diatur dalam Buku II KUHPdt (yang sudah disesuaikan dengan
berlakunya UUPA No. 5/1960) dapat dibedakan atas dua macam, yaitu:
Hak-hak kebendaan yang bersifat memberi kenikmatan meliputi :
a. Hak kebendaan yang memberikan kenikmatan atas bendanya sendiri, misalnya:
hak eigendom, hak bezit.
b. Hak kebendaan yang memberikan kenikmatan atas benda orang lain, misalnya:
hak opstal, hak erfpacht, hak memungut hasil, hak pakai, hak mendiami.

3
D.Macam-Macam Hak Kebendaan
 Hak Bezit
a. Pengertian Bezit
Menurut KUHPdt Bezit diterjemahkan dengan kedudukan  berkuasa, yaitu kedudukan
seseorang yang menguasai suatu kebendaan baik dengan diri sendiri maupun dengan perantaraan
orang lain dan yang mempertahankan atau menikmatinya selaku orang yang memiliki kebendaan
itu (pasal 529 KUHPdt).
Menurut Prof Subekti, SH Bezit adalah suatu keadaan lahir, dimana seorang menguasai
suatu benda seolah – olah kepunyaannya sendiri yang oleh hukum diperlindungi, dengan tidak
mempersoalkan hak milik atas benda itu sebenarnya ada pada siapa.
Menurut Prof Dr. Sri Soedewi Macjchoen Sofwan, SH Dengan mengacu pada Pasal 529
KUHPdt, maka  bezit ialah keadaan memegang atau menikmati sesuatu benda di mana seseorang
menguasainya, baik secara sendiri ataupun perantaraan  orang lain, seolah – olah  itu adalah
kepunyaan sendiri.
Dari defenisi ditas dapat disimpulkan, bahwa yang dimaksud dengan bezit adalah
hak  seseorang yang menguasai  suatu benda, baik langsung maupun dengan perantaraan orang
lain untuk bertindak seolah – olah benda itu kepunyaan sendiri.
b. Bezit jujur dan  bezit tidak jujur
Pada dasarnya, suatu bezit itu dapat berada di tangan pemilik benda itu atau dapat pula
berada ditangan orang lain. Jika orang itu mengira bahwa benda yang dikuasainya adalah
miliknya sendiri (misalnya ia memperoleh karena ia membeli  secara sah, karena pewarisan dan
sebagainya), maka bezitter yang demikian itu disebut dengan "bezit te goeder
trouw" atau bezit yang jujur (Pasal 531 KUHPdt). Sebaliknya, apabila ia mengetahui bahwa
benda yang ada padanya itu bukan miliknya  (misalnya ia mengetahui bahwa benda itu berasal
dari pencurian) maka bezitter yang demikian disebut dengan -bezit Trader trouv" atau bezit yang
tidak jujur (Pasal 532 KUHPdt).
Baik bezitter yang jujur maupun  bezitter yang tidak jujur kedua-duanya mendapat
perlindungan hukum. Dalam hukum berlaku satu asas, bahwa “kejujuran” itu dianggap selalu ada
pada setiap orang, sedangkan “ ketidakjujuran“ itu  harus dibuktikan. Dengan demikian, menurut
ketentuan Pasal 533 mengemukakan bahwa sesuatu bezit itu adalah tidak jujur, maka iawajib
membuktikannya.

4
c. Syarat – syarat adanya bezit
Untuk adanya suatu bezit, haruslah dipenuhi syarat – syarat , yaitu :
a. Adanya Corpus, yaitu harus ada hubungan antara orang yang bersangkutan dengan
bendanya
b. Adanya Animus, yaitu hubungan antara orang dengan benda itu harus dikehendaki  oleh
orang tersebut.
Dengan demikian, untuk adanya bezit harus ada dua unsur yaitu kekuasaan atas suatu
benda dan kemauan untuk memilikinya benda tersebut. Dalam hal ini, bezit harus dibedakan
dengan “detentie”, dimana seseorang menguasai suatu benda berdasarkan hubungan hukum
tertentu dengan orang lain (pemilik dari benda itu). Jadi. Seorang detentor tidak mempunyai
kemauan untuk memiliki benda itu bagi dirinya sendiri.
d. Fungsi bezit
Pada dasarnya, bezit mempunyai dua fungsi, yaitu :
1)   Fungsi polisionil
Bezit itu mendapat perlindungan hukum tanpa mempersoalkan hak milik atas benda
tersebut sebenarnya ada pada siapa. Jadi siapa yang membezit sesuatu benda, maka ia mendapat
perlindungan dari hukum sampai terbukti bahwa ia sebenarnya tidak berhak. Dengan demikian ,
bagi yang merasa haknya dilanggar, maka ia harus meminta penyelesaiannya melalui polisi atau
pengadilan. Inilah yang dimaksud dengan fungi polisionil yang ada pada setiap bezit.
2)   Fungsi zakkenrectelijk
Bezitter yang telah membezit suatu benda dan telah berjalan untuk beberapa waktu tertentu
tanpa adanya proses dari pemilik sebelumnya, maka  bezit itu berubah menjadi hak milik melalui
lembaga  verjaring (lewat waktu / daluwarsa). Inilah yang dimaksud dengan fungsi
zakenrectelijk dan fungsi  ini tidak ada pada setiap bezit.
 Hak Eigendom/Hak Milik
a.      Pengertian Eigendom
 Menurut KUHPdt Hak milik adalah hak untuk menikmati kegunaan sesuatu kebendaan
dengan leluasa, dan untuk berbuat bebas terhadap kebendaan itu dengan kedaulatan sepenuhnya,
asal tidak bertentangan dengan undang-undang atau peraturan umum yang ditetapkan oleh suatu
kekuasaan yang berhak menetapkannya, dan tidak mengganggu hak-hak orang lain; kesemuanya

5
itu dengan tak mengurangi kemungkinan akan pencabutan hak itu demi kepentingan umum
berdasar atas ketentuan undang-undang dan dengan pembayaran ganti-rugi (Pasal 570 KUHPdt).
Menurut Prof. Subekti, SH Eigendom adalah hak yang paling sempurna atas suatu
benda. Seseorang yang mempunyai hak  eigendom (milik) atas suatu benda dapat berbuat apa
saja dengan benda itu (menjual, menggadaikan, memberikan, bahkan merusak), asal saja ia tidak
melanggar undang-undang atau hak orang lain.
Menurut Prof. Dr. Sri Soedewi Masjchoen So/wan, S.H., Dengan mengacu pada Pasal
570 KUHPdt, hak milik adalah hak untuk menikmati suatu benda dengan sepenuhnya dan untuk
menguasai benda itu dengan sebebas-bebasnya, asal tak dipergunakan bertentangan dengan
undang-undang atau peraturan umum yang diadakan oleh kekuasaan yang mempunyai
wewenang untuk itu dan asal tidak menimbulkan gangguan terhadap hak-hak orang lain;
kesemuanya itu dengan tak mengurangi kemungkinan adanya pencabutan hak itu untuk
kepentingan umum, dengan pembayaran pengganti kerugian yang layak dan menurut ketentuan
undang-undang.
Melihat perumusan di atas dapat disimpulkan, bahwa hak milik adalah hak milik adalah hal
yang paling utama jika dibandingkan dengan hak – hak kebendaan yang lain. Karena yang
berhak itu dapat menikmatinya dengan sepenuhnya dan menguasainya dengan sebebas-bebasnya.
Hak milik ini tidak dapat diganggu gugat. 
 Hak Servituut ( Perkarangan)
a.      Pengertian hak servituut
Menurut KUHPdt Hak servituut disebut juga dengan pengabdian pekarangan, yaitu suatu
beban yang diberikan kepada pekarangan milik orang yang satu, untuk digunakan bagi dan demi
kemanfaatan pekarangan milik orang yang lain (Pasal 674 ayat 1 KUHPdt).
Menurut Prof. Subekti, S.H.,Yang dimaksud dengan "erfdienstbaarheitf atau "ser-
vituut" ialah suatu beban yang diletakkan di atas suatu pekarangan untuk keperluan suatu
pekarangan lain yang berbatasan.
Dengan demikian dapat disimpulkan, bahwa hak servituut atau hak pekarangan adalah suatu
beban yang diletakkan di atas suatu pekarangan untuk keperluan suatu pekarangan lain.
 Hak Erfpacht
a.      Pengertian hak erfpacht

6
Menurut Pasal 720 ayat (1) KUHPdt itu sendiri adalah suatu hak kebendaan untuk
menikmati sepenuhnya akan kegunaan suatu barang tak bergerak milik orang lain, dengan
kewajiban akan membayar upeti tahunan kepada si pemilik sebagai pengakuan akan
kepemilikannya, baik berupa uang, baik berupa hasil atau pendapatan. Prof. Subekti
mengutarakan pendapat-nya tentang pengertian hak erfpacht dengan mengacu pada Pasal 720
KUHPer, yaitu suatu hak kebendaan untuk menarik penghasilan seluas-luasnya untuk waktu
yang lama dari sebidang tanah milik orang lain dengan kewajiban membayar sejumlah uang atau
penghasilan tiap-tiap tahun, yang dinamakan "pachf atau "canon".
Dengan demikian dapat disimpulkan, bahwa yang dimaksud dengan hak erfpacht (hak
guna usaha) adalah hak kebendaan untuk menikmati sepenuhnya untuk waktu yang lama dari
sebidang tanah milik orang lain, dengan kewajiban membayar sejumlah uang atau penghasilan
tiap-tiap tahun. Hak erfpacht ini dapat juga dijual atau dipakai sebagai jaminan hutang (hipotik).
 Hak Pakai Hasil
a.      Pengertian hak pakai hasil
Menurut KUHPdt Hak pakai hasil adalah suatu hak kebendaan, dengan mana seorang
diperbolehkan menarik segala hasil dari sesuatu kebendaan milik orang lain, seolah-olah dia
sendiri pemilik kebendaan itu, dengan kewajiban memeliharanya sebaik-baiknya (Pasal 756
KUHPdt).
  Menurut Prof. Subekti, S.H., Dengan mengacu pada Pasal 756
KUHPdt, vruchtgebruik adalah suatu hak kebendaan untuk menarik penghasilan dari suatu benda
orang lain, seolah-olah benda itu kepunyaannya sendiri, dengan kewajiban menjaga supaya
benda tersebut tetap dalam keadaannya semula.
Menurut Prof. Dr. Sri Soedewi Masjchoen Sofwan, S.H., Dengan mengacu pada Pasal
756 KUHPdt, hak memungut hasil ialah suatu hak untuk memungut hasil dari barang orang lain
seolah-olah seperti eigenaar dengan kewajiban untuk memelihara barang itu supaya tetap
adanya.
Dari uraian isi pasal 756 KUHPdt ini tampaklah, bahwa hak memungut
hasil (yruchtgebruik) tidak hanya memberikan hak untuk menarik penghasilan saja, melainkan
juga hak untuk memakai benda itu.
 Hak Gadai
a.      Pengertian hak gadai

7
Menurut KUHPdt Gadai adalah suatu hak kebendaan yang diperoleh seorang berpiutang
atas suatu barang bergerak, yang diserahkan kepadanya oleh seorang berutang atau oleh seorang
lain atas namanya, dan yang memberikan kekuasaan kepada si berpiutang itu untuk mengambil
pelunasan dari barang tersebut secara didahulukan daripada orang-orang berpiutang lainnya;
dengan kekecualian biaya untuk melelang barang tersebut dan biaya yang telah dikeluarkan
untuk menyelamatkannya setelah barang itu digadaikan, biaya-biaya mana harus didahulukan
(Pasal 1150 KUHPdt).
Menurut Prof. Subekti, S.H., Dengan mengacu pada Pasal 1150
KUHPdt, pandrecht adalah suatu hak kebendaan atas suatu benda yang bergerak kepunyaan
orang lain, yang semata-mata diperjanjikan dengan menyerahkan bezit atas benda tersebut,
dengan tujuan untuk mengambil pelunasan suatu hutang dari pendapatan penjualan benda itu,
lebih dahulu dari penagih-penagih lainnya.
Menurut Prof. Dr. Sri Soedewi Masjchoen Sofwan, S.H., Gadai ialah suatu hak yang
diperoleh kreditur atas suatu barang bergerak, yang diberikan kepadanya oleh debitur atau orang
lain atas namanya untuk menjamin suatu utang, dan yang memberikan kewenangan kepada
kreditur untuk mendapat pelunasan dari barang tersebut lebih dahulu dari kreditur-kreditur
lainnya, terkecuali biaya-biaya untuk melelang barang tersebut dan biaya yang telah
dikeluarkan untuk memelihara benda itu, biaya-biaya mana harus didahulukan.

8
BAB III
PENUTUP
a.kesimpulan
Pengertian benda dalam hukum berbeda dengan pengertian umum secarafisika, karena
dalam pengertian hukum, benda adalah sesuatu yang dapat diberikan hak diatasnya. Terdapat
beberapa batasan tentang benda dipandang dari sifat/karakternya, seperti benda berwujud
/tidak berwujud, benda habis / tidak habis dibagi, benda bergerak/tidak bergerak, benda
habis/tidak habis terpakai, benda yang sudah/akan ada dan lain sebagainya.

Hak Kebendaan bersifat mutlak, berlangsung lama, bersifat tertutup,yang lebih tua


kedudukannya lebih tinggi / didahulukan, mengikuti benda dimana hak itu melekat. Hak atas
Kebendaan dibagi dalam 2 (dua) macam, yaitu hak kebendaaan yang member kenikmatan
(misalnya Bezit ; Hak Milik /eigendom; Hak Memungut Hasil; Hak Pakai) dan hak kebendaan
yang bersifat memberi jaminan (misalnya Gadai, Hipotik,).

Dasar hukum benda selain diatur di Buku II BWI, hukum benda juga diatur dalam:
a. Undang Undang Pokok Agraria No.5 Tahun 1960, dimana diatur hak hak kebendaan
yang berkaitan dengan bumi, air dan kekayaan yang terkandung didalamnya.
b. Undang Undang Merek No.21 Tahun 1961, yang mengatur tentang hak atas penggunaan
merek perusahaan dan merek perniagaan.
c. Undang Undang Hak Cipta No.6 Tahun 1982, yang mengatur tentang hak cipta sebagai
benda tak berwujud, yang dapat dijadikan obyek hak milik.
d. Undang Undang tentang Hak Tanggungan tahun 1996, yang mengatur tentang hakatas
tanah dan bangunan diatasnya sebagai pengganti hipotik dan crediet verband .
Arti penting pembedaan benda sebagai bergerak dan tidak bergerak terletak
pada :   penguasaannya (bezit), dimana terhadap benda bergerak maka orang yangmenguasai
benda tersebut dianggap sebagai pemiliknya (Ps.1977 BWI); azas ini tidak berlaku bagi benda
tidak bergerak.
Penyerahannya (levering), yaitu terhadap benda bergerak harus dilakukan secara nyata,
sedangkan pada benda tidak bergerak dilakukan dengan balik nama;

9
Kadaluwarsa (verjaaring), yaitu pada benda bergerak tidak dikenal daluwarsa, sedangkan pada
benda tidak bergerak terdapat kadaluwarsa :
a. dalam hal ada alas hak, daluwarsanya 20 tahun;
b. dalam hal tidak ada alas hak, daluwarsanya 30 tahun

Pembebanannya (bezwaring), dimana untuk benda bergerak dengan gadai, sedangkan untuk
benda tidak bergerak dengan hipotik.
Dalam hal pensitaan (beslag), dimana revindicatoir beslah (penyitaan untuk menuntut
kembali barangnya), hanya dapat dilakukan terhadap barang barang bergerak. Penyitaan untuk
melaksanakan putusan pengadilan (executoir beslah) harus dilakukan terlebih dahulu
terhadapbarang barang bergerak, dan apabila masih belum mencukupi untuk pelunasan hutang
tergugat, baru dilakukan executoir terhadap barang tidak bergerak.

10
DAFTAR PUSTAKA
Fatid,A Zainal Abidin Hukum Perdata 1 Sinar Grafika.jakarta 1999
Hamzah,A Hukum Acara Pidana Indonesia
Moct Asas-Asas Hukum Pidana PT Rineka Cipta jakarta 2005

11

Anda mungkin juga menyukai