HUKUM KEPERDATAAN
“HUKUM BENDA”
Disusun oleh :
2019/2020
1. Pengertian Benda
Lebih lanjut, Subekti menjelaskan bahwa adapun benda yang tidak bergerak
karena sifatnya ialah tanah, termasuk segala sesuatu yang secara langsung atau tidak
langsung, karena perbuatan alam atau perbuatan manusia, digabungkan secara erat
menjadi satu dengan tanah itu. Jadi, misalnya sebidang pekarangan, beserta dengan apa
yang terdapat di dalam tanah itu dan segala apa yang dibangun di situ secara tetap
(rumah) dan yang ditanam di situ (pohon), terhitung buah-buahan di pohon yang belum
diambil.
Tidak bergerak karena tujuan pemakaiannya, ialah segala apa yang meskipun
tidak secara sungguh-sungguh digabungkan dengan tanah atau bangunan, dimaksudkan
untuk mengikuti tanah atau bangunan itu untuk waktu yang agak lama, yaitu misalnya
mesin-mesin dalam suatu pabrik. Selanjutnya, ialah tidak bergerak karena memang
demikian ditentukan oleh undang-undang, segala hak atau penagihan yang mengenai
suatu benda yang tidak bergerak.
Pada sisi lain masih menurut Subekti, suatu benda dihitung termasuk golongan
benda yang bergerak karena sifatnya atau karena ditentukan oleh undang-undang. Suatu
benda yang bergerak karena sifatnya ialah benda yang tidak tergabung dengan tanah
atau dimaksudkan untuk mengikuti tanah atau bangunan, jadi misalnya barang perabot
rumah tangga. Tergolong benda yang bergerak karena penetapan undang-undang ialah
misalnya vruchtgebruik dari suatu benda yang bergerak, lijfrenten, surat-surat sero dari
suatu perseroan perdagangan, surat-surat obligasi negara, dan sebagainya.
Untuk kebendaan bergerak dapat dibagi dalam dua golongan:
Benda bergerak karena sifatnya, yaitu benda-benda yang dapat berpindah atau dapat
dipindahkan misalnya ayam, kambing, buku, pensil, meja, kursi, dan lain-lain (Pasal
509 KUHPer). Termasuk juga sebagai benda bergerak ialah kapal-kapal, perahu-perahu,
gilingan-gilingan dan tempat-tempat pemandian yang dipasang di perahu dan
sebagainya (Pasal 510 KUHPer).
a. Kebendaan dibedakan atas benda tidak bergerak (anroe rende zaken) dan benda
bergerak (roerendes zaken) (pasal 504 KUH perdata).
b. Kebendaan dapat dibendakan pula atas benda yang berwujud atau bertubuh
(luchamelijke zaken) dan benda yang tidak berwujud atau berubah (onlichme
Lijke Zaken) (pasal 503 KUH perdata).
c. Kebendaan dapat dibedakan atas benda yang dapat dihabiskan (verbruikbare
zaken) atau tak dapat dihabiskan (pasal 505 KUH perdata).
Pembedaan kebendaan demikian ini diatur dalam pasal-pasal 503,504 dan 505 KUH
perdata yang berbunyi sebagai berikut: (pasal 503, tiap-tiap kebendaan adalah bertubuh/
tidak bertubuh), (pasal 504, tiap-tiap kebendaan adalah bergerak atau tidak bergerak,
satu sama lain menurut ketentuan-ketentuan dalam kedua bagian berikut), (pasal 505,
tiap-tiap kebendaan bergerak adalah dapat dihabiskan/tak dapat dihabiskan kebendaan
terlepas dn benda-benda sejenis itu, adalah kebendaan bergerak). Selain itu, baik
didalam buku I dan buku II KUH Perdata, kebendaan dibedakan atas benda yang sudah
ada (tegenwoordige zaken) dan benda yang baru akan ada (taekomstige zaken) (pasal
1134 KUH Perdata) dibedakan lagi atas kebendaan dalam perdagangan (zaken in de
handel) dan benda diluar perdagangan (zaken buiten de handel) (pasal 1332 KUH
Perdata), kemudian kebendaan dibedakan lagi benda yang dapat dibagi (deelbare zaken)
dan benda yang tidak dapat dibagi (ondeelbare zaken) (pasal 1163 KUH Perdata), serta
akhirnya kebendaan dibedakan atas benda yang dapat diganti (vervangbare zaken) dan
benda yang tidak dapat dibagi (onvervange zaken) (pasal 1694 KUH Perdata).
Pembedaan benda yang sangat penting yaitu pembedaan atas benda bergerak dan tidak
bergerak serta benda terdaftar dan benda tidak terdaftar. Pembedaan macam kebendaan
berdasarkan totalitas bendanya :
Didasarkan kepada ketentuan dalam pasal 500 dan pasal 501 KUHPerdata yang
menyatakan sebagai berikut :
1) Pasal 500 KUHPerdata “Segala apa yang karena hukum perlekatan termasuk
dalam sesuatu kebendaan sepertipun segala hasil dari kebendaan itu, baik hasil
karena alam maupun hasil karena pekerjaan orang lain, selama yang akhir-akhir
ini melekat paada kebendaan itu laksana dan akar terpaut pada tanahnya,
kesemuanya itu adalah bagian dari pada kebendaan tadi”
2) Pasal 501 “Dengan tak mengurai ketentuan-ketentuan istimewa menurut
undang-undang atau karena perjanjian tiap-tiap hasil perdata adalah bagian dari
pada sesuatu kebendaan, jika dan selama hasil itu belum dapat ditagih”.
Dari pasal-pasal diatas benda dapat dibagi menjadi benda pokok (utama) dan benda
perlekatan. Benda pokok adalah benda yang semula telah dimiliki oleh seseorang
tertentu, sedangkan benda perlekatan adalah setiap yang:
Benda Tak Bergerak adalah benda-benda yang karena sifatnya, tujuannya atau
penetapan undang-undang dinyatakan sebagai benda tak bergerak. Ada tiga golongan
benda tak bergerak, yaitu:
2. Benda yang menurut tujuan pemakaiannya supaya bersatu dengan benda tak
bergerak, yaitu:
a. Pada pabrik ; segala macam mesin-mesin katel-katel dan alat-alat lain yang
dimaksudkan supaya terus-menerus berada disitu untuk digunakan dalam menjalankan
pabrik.
b. Pada suatu perkebunan ; segala sesuatu yang dapat digunakan rabuk bagi tanah, ikan
dalam kolam dan lain-lain.
c. Pada rumah kediaman ; segala kacak, tulisan-tulisan, dan lain-lain serta alat-alat
untuk menggantungkan barang-barang itu sebagai bagian dari dinding, sarang burung
yang dapat dimakan (walet).
d. Barang reruntuhan dari suatu bangunan, apabila dimaksudkan untuk dipakai guna
untuk mendirikan lagi bangunan itu.
3. Benda yang menurut penetapan undang-undang sebagai benda tak bergerak, yaitu:
a. Hak-hak atau penagihan mengenai suatu benda yang tak bergerak (seperti : hak
opstal, hak hipotek, hak tanggungan dan sebagainya).
b. Kapal-kapal yang berukuran 20 meter kubik keatas (WvK).
Benda bergerak adalah benda-benda yang karena sifatnya, tujuannya atau penetapan
dalam undang-undang dinyatakan sebagai benda bergerak.
Ada 2 golongan benda bergerak, yaitu:
a. Benda yang menurut sifatnya bergerak dalam arti benda itu dapat dipindah atau
dipindahkan dari suatu tempat ketempat lain. Misalnya : kendaraan (seperti : sepeda,
sepeda motor, mobil); alat-alat perkakas (seperti : kursi, meja, alat-alat tulis).
b. Benda yang menurut penetapan undang-undang sebagai benda bergerak adalah segala
hak atas benda-benda bergerak. Misalnya : hak memetik hasil, hak memakai, hak atas
bunga yang harus dibayar selama hidup seseorang, hak menuntut dimuka pengadilan
agar uang tunai atau benda-benda beregerak diserahkan kepada seseorang (penggugat),
dan lain-lain.
Perbedaan mengenai benda bergerak dan benda tak bergerak tersebut penting artinya,
karena adanya ketentuan-ketentuan khusus yang berlaku bagi masing-masing golongan
benda tersebut, misalnya : pengaturan mengenai hal-hal sebagai berikut :
• Mengenai hak bezit; Untuk benda bergerak yang menentukan, barang siapa yang
menguasai bendaa bergerak dianggap ia sebagai pemiliknya.
• Mengenai pembebanan (bezwaring); Terhadap benda bergerak harus digunakan
lembaga jaminan gadai (pand). Sedangkan benda tak bergerak harus digunakan lembaga
jaminan hyphoteek. (pasal 1150 dan pasal 1162 BW).
• Mengenai penyerahan (levering); Pasal 612 BW menetapkan bahwa penyerahan benda
bergerak dapat dilakukan dengan penyerahan nyata. Sedangkan benda tak bergerak,
menurut pasal 616 BW harus dilakukan dengan balik nama pada daftar umum.
• Mengenai kedaluarsa (verjarinng); Terhadap benda bergerak tidak dikenal daluarsa,
sebab bezti sama dengan eigendom. Sedangkan benda tak bergerak mengenai
kadaluarsa. Seseorang dapat mempunyai hak milik karena lampaunya 20 tahun (dalam
hal ada alas yang sah) atau 30 tahun (dalam hal tidak ada alas hak), yang disebut dengan
“acquisitive verjaring”.
• Mengenai penyitaan (beslag); Revindicatior beslag adalah penyitaan untuk menuntut
kembali suatu benda bergerak miliknya pemohon sendiri yang ada dalam kekuasaan
orang lain.
Benda yang musnah
Sebagaimana diketahui, bahwa objek hukum adalah segala sesuatu yang berguna bagi
subyek hukum dan yang dapat menjadi pokok (obyek) suatu hubungan hukum. Maka
benda-benda yang dalam pemakaiannya akan musnah, kegunaan benda-benda itu
terletak pada kemusnahannya. Misalnya : makanan dan minuman, kalau dimakan dan
diminum (artinya musnah) baru memberi manfaat bagi kesehatan.
Benda yang dapat diganti dan benda yang tak dapat diganti
Menurut pasal 1694, BW pengambilan barang oleh penerima titipan harus in natura,
artinya tidak boleah diganti oleh benda lain. Oleh karena itu, maka perjanjian pada
penitipan barang umumnya hanya dilakukan mengenai benda yang tidak musnah.
Bilamana benda yang dititipkan berupa uang, maka menurut pasal 1714 BW, jumlah
uang yang harus dlkembalikan harus dalam mata uang yang sama pada waktu dititipkan,
baik mata uang itu telah naik atau turun nilainya. Lain halnya jika uang tersebut tidak
dititipkan tetapi dipinjam menggantikan, maka yang menerima pinjaman hanya
diwjibkan mengembalikan sejumlah uang yang sama banyaknya saja, sekalipun dengan
mata uang yang berbeda dari waktu perjanjian (pinjam mengganti) diadakan.
4. Asas-asas Kebendaan
a. Asas individualitas. Yaitu objek kebendaan selalu benda tertentu, atau dapat
ditentukan secara individual, yang merupakan kesatuan. Hak kebendaan selalu benda
yang dapat ditentukan secara individu. Artinya berwujud dan merupakan satu kesatuan
yang ditentukan menurut jenis jumlahnya. Contoh: rumah, hewan.
b. Asas totalitas. Yaitu hak kebendaan terletak diatas seluruh objeknya sebagai satu
kesatuan. Contoh: seorang memiliki sebuah rumah, maka otomatis dia adalah pemilik
jendela, pintu, kunci, dan benda-benda lainnya yang menjadi pelengkap dari benda
pokoknya (tanah).
c. Asas tidak dapat dipisahkan.Yaitu orang yang berhak tidak boleh memindah
tangankan sebagian dari kekuasaan yang termasuk hak kebendaan yang ada padanya.
Contoh: seseorang tidak dapat memindah tangankan sebagian dari wewenang yang ada
padanya atas suatu hak kebendaan, seperti memindahkan sebagian penguasaan atas
sebuah rumah kepada orang lain. Penguasaan atas rumah harus utuh, karena itu
pemindahannya harus juga utuh.
d. Asas publisitas. Yaitu hak kebendaan atas benda tidak bergerak diumumkan dan di
daftarkan dalam register umum. Contoh: pengumunam status kepemilikan suatu benda
tidak bergerak (tanah) kepada masyarakat melalui pendaftaran dalam buku tanah/
register.sedangkan pengumuman benda bergerak terjadi melalui penguasaan nyata
benda itu.
e. Asas spesialitas. Dalam lembaga hak kepemilikan hak atas tanah secara individual
harus ditunjukan dengan jelas ujud, batas, letak, luas tanah. Contoh Asas ini terdapat
pada hak milik, hak guna usaha, hak guna bangunan atas benda tetap.
f. Asas zaaksvelog atau droit de suit (hak yang mengikuti), artinya benda it uterus
menerus mengikuti bendanya dimanapun juga (dalam tangan siapapun juga) barang itu
berada.
g. Asas accessie/asas pelekatan. Suatu benda biasanya terdiri atas bagian-bagian yang
melekat menjadi satu dengan benda pokok. Contohnya: hubungan antara bangunan
dengan genteng, kosen, pintu dan jendela. Menurut asas ini pemilik benda pokok
dengan sendirinya merupakan pemilik dari benda pelengkap. Dengan perkataan lain
status hukum benda pelengkap mengikuti status hukum benda pokok.
h. Asas zakelijke actie. Adalah hak untuk menggugat apabila terjadi gangguan atas hak
tersebut. Misalnya: penuntutan kembali, gugatan untuk menghilangkan gangguan-
gangguan atas haknya, gugatan untuk memulihkan secara semula, gugatan untuk
menuntut ganti rugi, dll.
i. Asas hukum pemaksa (dewingen recht). Bahwa orang tidak boleh mengadakan hak
kebendaan yang sudah diatur dalam UU. Aturan yang sudah berlaku menurut UU wajib
dipatuhi atau tidak boleh disimpangi oleh para pihak.
j. Asas dapat dipindah tangankan. Yaitu semua hak kebendaan dapat dipindah
tangankan. Menurut perdata barat, tidak semua dapat dipindah tangankan ( seperti hak
pakai dan hak mendiami) tetapi setelah berlakunya undang-undang hak atas tanah
UUHT, semua hak kebendaan dapat dipindah tangankan.
a. Pendakuan (toeeigening), Yaitu memperoleh hak milik atas benda-benda yang tidak
ada pemiliknya (res nullius). Res nullius hanya atas benda bergerak. Contohnya:
memburu rusa di hutan, memancing ikan dilaut, mengambil harta karun, dll.
b. Perlekatan (natrekking), yaitu suatu cara memperoleh hak milik, dimana benda itu
bertambah besar atau berlipat ganda karena alam. Contoh: tanah bertambah besar
sebagai akibat gempa bumi, seseorang membeli seekor sapi yang sedang bunting maka
anak sapi yang dilahirkan dari induknya itu menjadi milinya juga, pohon berbuah, dll.
c. Daluarsa (verjaring), yaitu suatu cara untuk memperoleh hak milik atau
membebaskan dari suatu perikatan dengan lewatnya suatu waktu tertentu dan atas
syarat-syarat yang ditentukan dalam Undang-Undang (pasal 1946 KUH Perdata).
Barang siapa menguasai benda bergerak yang dia tidak ketahui pemilik benda itu
sebelumnya (misalnya karena menemukannya), hak milik atas benda itu diperoleh
setelah lewat waktu 3 tahun sejak orang tersebut menguasai benda yang bersangkutan.
d. Melalui penemuan. Benda yang semula milik orang lain, akan tetapi lepas dari
penguasanya, karena misalnya jatuh di perjalanan, maka barang siapa yang menemukan
barang tersebut dan ia tidak mengetahui siapa pemiliknya, menjadi pemilik barang yang
ditemukannya.
e. Melalui penyerahan. Cara ini yang lazim, yaitu hak kebendaan diperoleh melalui
penyerahan. Contoh: jual beli, sewa menyewa. Dengan adanya penyerahan maka title
berpindah kepada siapa benda itu diserahkan.
f. Pewarisan, yaitu suatu proses beralihnya hak milik atau harta warisan dari pewaris
kepada ahli warisnya. Pewarisan dapat dibedakan menjadi dua macam: karena UU dan
wasiat
g. Dengan penciptaan. Seseorang yang menciptakan benda baru, baik dari benda yang
sudah ada maupun baru, dapat memperoleh hak milik atas benda ciptaannya tersebut.
Contoh: orang yang menciptakan patung dari sebatang kayu, menjadi pemilik patung
itu. Demikian pula hak kebendaan tidak berwujud seperti hak paten, dan hak cipta.
Contohnya: hak sewa atas rumah yang habis/musnah tertimbun longsor. Hak gadai atas
sebuah sepeda motor ikut habis apabila barang tersebut musnah karena kebakaran.
Daftar Referensi:
Website:
1. http://www.hukumonline.com/klinik/detail/cl4712/mengenai-benda-bergerak-dan-
benda-tidak-bergerak.
2. http://mustain-billah.blogspot.com/2012/05/makalah-hukum-perdata-tentang-
hukum.html
3. http://blajarhukumperdata.blogspot.com/2013/01/benda-menurut-hukum-perdata.html
4. http://www.slideshare.net/mondoside/hukum-benda.
5. https://guzthie.wordpress.com/2011/12/29/hukum-benda-za/
Buku:
1. Hasbullah, Frieda Husni. 2005. Hukum Kebendaan Perdata: Hak-Hak Yang Memberi
Kenikmatan. Ind-Hil-Co.
2. Subekti. 2003. Pokok-Pokok Hukum Perdata. Jakarta: Intermasa.
3. Salim HS. 2001. Pengantar Hukum Perdata Tertulis. Jakarta: Sinar Grafika.
4. Subekti dan Tjitrosudibio. 2013. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Burgerlijk
Wetboek) dan UU No. 1 Tahun 1974. Jakarta: Pradnya Paramita.
Ahli:
1. Prof. Subekti, S.H.
2. Frieda Husni Hasbullah
3. Titik Triwulan Tutik
4. P.N.H.Simanjuntak
5. Prof. Soediman Kartihadiprojo
6. Prof Sri Soedewi Masjchoen Sofwan
7. Prof. L.J Van Apel Doorn
Home » HUKUM PERDATA » Hukum Perdata - Hukum Kebendaan (Pengertian, Asas dan
Macam-macam Hukum Benda)
Hukum Perdata - Hukum Kebendaan (Pengertian, Asas dan
Macam-macam Hukum Benda)
Add Comment HUKUM PERDATA
Hukum Perdata - Hukum Kebendaan, Hukum Kebendaan merupakan bagian dari hukum
perdata. Hukum Benda adalah semua kaidah hukum yang mengatur hak-hak apakah yang
didapatkan pada orang dalam hubungannya dengan orang lain. Kemudian kita penasaran apa
sajakah hak-hak yang didapatkan dalam hubungannya dengan orang lain? Maka dalam
kesempatan kali ini saya akan mencoba memaparkan mengenai Hukum Benda yang
merupakan lanjutan dari materi hukum perdata.
Sistem pengaturan hukum benda bersifat tertutup. Artinya orang tidak bisa atau tidak dapat
mengadakan hak-hak kebendaan baru selain yang sudah ditetapkan dalam Undang-Undang.
Jadi, hanya dapat mengadakan hak kebendaan terbatas yang sudah ditetapkan dalam undang-
undang saja.
Pengertian Benda
Menurut Pasal 499 KUHPer, benda ialah tiap-tiap barang dan tiap-tiap hak yang dapat
dikuasai oleh hak milik. Sedangkan yang dimaksud benda dalam arti ilmu hukum adalah segala
sesuatu yang dapat menjadi obyek hukum dan barang-barang yang dapat menjadi milik serta
hak setiap orang yang dilindungi oleh hukum.
Menurut Prof. Soediman Kartohadiprodjo, yang dimaksudkan dengan benda ialah semua
barang yang berwujud dan hak (kecuali hak milik)(Kartohadiprodjo, 1984: hlm 92). Menurut
Prof. Sri Soedewei Masjchoen Sofwan, pengertian benda pertama-tama ialah barang yang
berwujud yang dapat ditangkap dengan panca indra, tapi barang yang tak berwujud termasuk
benda juga (Soedewi Masjchoen, 1981: hlm 13). Sedangkan menurut Prof. Subekti, perkataan
benda (zaak) dalam arti luas ialah segala sesuatu yang dapat dihaki orang, dan perkataan
benda dalam arti sempit ialah barang yang dapat terlihat saja(Subekti, 2003: hlm 60).
Jadi dalam sistem Hukum Perdata, kata zaak mempunyai 2 arti, yaitu :
Hukum benda merupakan terjemahan dari bahasa Belanda “Zakenrecht”. Menurut Prof.
Soediman Kartohadiprodjo, hukum kebendaan ialah semua kaidah hukum yang mengatur apa
yang diartikan dengan benda dan mengatur hak-hak atas benda. Sedangkan menurut Prof. L.J
van Apeldoorn, hukum kebendaan ialah peraturan mengenai hak-hak kebendaan. Menurut
Prof. Sri Soedewi Masjchoen Sofwan, yang diatur dalam hukum benda adalah pertama-tam
mengatur pengertian dari benda, kemudian perbedaan macam-macam benda, dan selanjutnya
bagian yang terbesar mengatur mengenai macam-macam hak kebendaan.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan Hukum Benda ialah
peraturan-peraturan hukum yang mengatur mengenai hak-hak kebendaan yang sifatnya
mutlak.
Macam-macam Benda
Menurut Prof. Subekti, benda dapat dibagi atas beberapa macam, yaitu:
1. Benda yang dapat diganti (contoh: uang) dan benda yang tidak dapat diganti (contoh:
seekor kuda).
2. Benda yang dapat diperdagangkan dan benda yang tidak dapat diperdagangkan
(contoh: jalan-jalanan dan lapangan umum).
3. Benda yang dapat dibagi (contoh: beras) dan benda yang tidak dapat dibagi (contoh:
seekor kuda).
4. Benda yang bergerak (contoh: perabot rumah) dan yang tidak dapat bergerak (contoh:
tanah) (Subekti, 2003: hlm.61)
1. Barang-barang yang suatu saat sama sekali belum ada, misal: panen yang akan datang.
2. Barang-barang yang akan ada relatif, yaitu barang-barang yang pada saat itu sudah
ada, tetapi bagi orang-orang yang tertentu belum ada, misalnya barang-barang yang
sudah dibeli, tapi belum diserahkan.
3. Barang-barang yang dalam perdagangan dan barang-barang di luar perdagangan.
4. Barang-barang yang dapat dibagi dan tidak dapat dibagi.
Menurut Prof. Sri Soedewi Majchoen Sofwan, ada 10 asas umum dari hukum benda :
1. Merupakan hukum pemaksa. Menurut asas ini, atas sesuatu benda itu hanya dapat
diadakan hak kebendaan sebagaimana yang telah disebutkan dalam undang-undang.
Dengan kata lain kehendak pihak lain tidak dapat mempengaruhi isi hak kebendaan.
2. Dapat dipindahkan. Menurut asas ini, semua hak kebendaan dapat dipindah-
tangankan, kecuali hak pakai dan hak mendiami. Jadi orang yang berhak tidak dapat
menentukan bahwa tidak dapat dipindah-tangankan.
3. Asas individualiteit. Menurut asas ini, obyek dari hak kebendaan selalu adalah suatu
barang yang dapat ditentukan. Artinya, orang hanya dapat sebagai pemilik dari barang-
barang yang berwujud merupakan kesatuan. Jadi orang tidak mempunyai hak
kebendaan di atas barang-barang yang ditentukan menurut jenis dan jumlahnya.
4. Asas totaliteit. Menurut asas ini, hak kebendaan selalu melekat atas keseluruhan
daripada obyeknya. Dengan kata lain, bahwa siapa yang mempunyai hak kebendaan
atas suatu barang, ia mempunyai hak kebendaan itu atas keseluruhan barang itu dan
juga atas bagian-bagiannya yang tidak tersendiri.
5. Asas tidak dapat dipisahkan. Menurut asas ini, pemilik tidak dapat memindah-
tangankan sebagian daripada wewenang yang termasuk suatu hak kebendaan yang
ada padanya. Jadi, pemisahan daripada hak kebendaan itu tidak diperkenankan.
6. Asas priotiteit. Menurut asas ini, semua hak kebendaan memberikan wewenang yang
sejenis dengan wewenang-wewenang dari eigendom, sekalipun luasnya berbeda-beda.
7. Asas pencampuran. Menurut asas ini, hak kebendaan terbatas wewenangnya. Jadi,
hanya mungkin atas benda orang lain, dan tidak mungkin atas hak miliknya sendiri.
8. Asas perlakuan yang berlainan terhadap benda bergerak dan tidak bergerak. Asas ini
berhubungan dengan penyerahan, pembebanan, bezit dan verjaring mengenai benda-
benda bergerak dan tak bergerak berlainan.
9. Asas publiciteit. Menurut asas ini, benda-benda yang tidak bergerak mengenai
penyerahan dan pembebanannya berlaku kewajiban untuk didaftarkan dalam daftar
(register) umum. Sedangkan untuk mengenai benda yang tidak bergerak, cukup
dengan penyerahan nyata, tanpa pendaftaran dalam register umum.
10. Sifat perjanjian. Orang mengadakan hak kebendaan misalnya mengadakan hak
memungut hasil, gadai, hipotik dan lain-lain, itu sebetulnya mengadakan perjanjian.
Sifat perjanjiannya di sini merupakan perjanjian yang zakelijk, yaitu perjanjian untuk
mengadakan hak kebendaan.(Soedewi Masjchoen, 1984:hlm 36-40).
HAK KEBENDAAN
Pengertian Hak Kebendaan
Hak Kebendaan ialah suatu hak yang memberikan kekuasaan langsung atas suatu hak yang
dapat dipertahankan setiap orang (Subekti, 2003: hlm 62). Kemudian dapat disimpulkan bahwa
hak kebendaan ialah hak mutlak yang memberikan kekuasaan langsung atas suatu benda yang
dapat dipertahankan setiap orang dan mempunyai sifat melekat (Simanjuntak, 2009: hlm.
210).
Kemungkinan untuk memindahkan hak kebendaan itu dapat secara sepenuhnya dilakukan.
(Simanjuntak, 2009:hlm 210-211)
Hak Bezit
Pengertian Bezit
Dari definisi di atas dapat disimpulkan, bahwa yang dimaksud dengan bezit adalah hak
seseorang yang menguasai auatu benda, baik langsung maupun dengan perantaraan orang lain
untuk bertindak seolah-olah benda itu kepunyaannya sendiri (Simanjuntak, 2009: hlm 213).
Syarat-syarat adanya bezit
1. Adanya Corpus, yaitu harus ada hubungan antara orang yang bersangkutan dengan
bendanya.
2. Adanya Animus, yaitu hubungan antara orang dengan benda itu harus dikehendaki
oleh orang tersebut.
Dengan demikian, untuk adanya bezit harus ada 2 unsur, yaitu kekuasaan datas suatu benda
dan kemauan untuk memilikinya benda tersebut.
Fungsi bezit
1. Fungsi polisionil. Bezit itu mendapat perlindungan hukum tanpa mempersoalkan hak
milik atas benda tersebut sebenarnya ada pada siapa. Jadi siapa yang membezit
sesuatu benda, maka ia mendapat perlindungan dari hukum sampai terbukti bahwa ia
sebenarnya tidak berhak. Dengan demikian, bagi yang merasa haknya dilanggar, maka
ia harus meminta penyelesaian melalui polisi atau pengadilan.
2. Fungsi zakenrechtelijk. Bezitter yang telah membezit suatu benda dan telah berjalan
untuk beberapa waktu tertentu tanpa adanya protes dari pemilik sebelumnya, maka
bezit itu berubah menjadi hak milik melalui lembaga verjaring (lewat waktu).
Menurut Pasal 540 KUHPer, cara mendapatkan bezit ada dua macam, yaitu :
1. Dengan jalan Occupatio. Memperoleh bezit dengan jalan ini artinya memperoleh bezut
tanpa bantuan dari orang yang membezit lebih dahulu.
2. Dengan jalan traditio. Memperoleh bezit dengan jalan ini artinya memperoleh bezit
dengan bantuan dari orang yang membezit lebih dahulu.
Hapusnya bezit
Hak Eigendom
Pengertian
1. Menurut KUHPer. Hak untuk menikmati kegunaan sesuatu kebendaan dengan leluasa,
dan untuk berbuat bebas terhadap kebendaan itu dengan kedaulatan sepenuhnya,
asal tidak bertentangan dengan UU dan tidak mengganggu hak-hak orang lain.
2. Menurut Prof. Subekti. Eigendom adalah hak paling sempurna atas suatu benda.
Seseorang yang mempunyai hak eigendom bebas berbuat apa saja dengan benda itu
asal tidak melanggar UU dan hak-hak orang lain (Subekti, 2003:hlm. 69)
Dari perumusan di atas dapat disimpulkan, bahwa hak eigendom adalah hak yang paling
utama jika dibandingkan dengan hak-hak kebendaan yang lain (Simanjuntak, 2009: hlm. 217).
1. Pendahuluan
2. Ikutan
3. Lewat waktu
4. Pewarisan
5. Penyerahan
1. Seseorang memperoleh hak milik itu melaui salah satu cara untuk memperoleh hak
milik.
2. Binasanya benda itu.
3. Pemilik hak milik melepaskan benda itu.
Hak Servituut
Pengertian hak servituut
1. Menurut KUHPer. Hak servituut disebut juga dengan pengabdian, yaitu suatu beban
yang diberikan kepada pekarangan milik orang yang satu, utnuk digunakan bagi dan
demi kemanfaatan pekarangan milik orang lain
2. Menurut Prof. Subekti, S.H. Yang dimaksud dengan servituut adalah suatu beban yang
diletakkan di atas suatu pekarangan untuk keperluan suatu pekarangan lain yang
berbatasan
Dengan demikian dapat disimpulkan, bahwa hak servituut atau hak pekarangan adalah suatu
beban yang diletakkan di atas suatu pekarangan untuk keperluan suatu pekarangan lain.
1. Harus ada dua halaman, yang letaknya saling berdekatan, dibangun atau tidak
dibangun dan yang dimiliki oleh berbagai pihak.
2. Kemanfaatan dari hak pekarangan itu harus dapat dinikmati atau dapat berguna bagi
berbagai pihak yang memiliki halaman tadi.
3. Hak pekarangan harus bertujuan utnuk meninggalkan kemanfaatan dari halaman
penguasa.
4. Beban yang diberatkan itu harus senantiasa bersifat menanggung sesuatu.
5. Kewajiban-kewajiban yang timbul dalam hak pekarangan itu hanya dapat ada dalam
hal membolehkan sesuatu, atau tidak membolehkan sesuatu.
Hak Opstal
Ialah suatu hak untuk memilki bangunan-banguna di atas tanaman-tanaman di atas
tanahnya orang lain. Dapat diperoleh melalui titel ataupun juga karena lewat waktu. Hak
opstal dapat hapus karena:
1. Hak opstal jatuh ke dalam satu tangan
2. Musnahnya pekarangan
3. Selama 30 tahun tidak digunakan
4. Waktu yang telah dijanjikan telah lampau
Hak Erfpacht
Ialah suatu hak kebendaan untuk menikmati sepenuhnya untuk waktu yang lama dari
sebidang tanah milik orang lain dengan kewajiban membayar sejumlah uang tiap tahun.(PNH,
Simanjuntak, Pokok-pokok Hukum Perdata Indonesia, 2009, hlm 224). Hak erfpacht dapat
berakhir karena:
1. Musnahnya pekarangan
2. 30 tahun tidak dipergunakan
3. Waktu yang dijanjikan telah lampau
4. Diakhiri oleh pemilik tanah.
Hak Hipotik
Dengan mengacu pada Pasal 1162 KUHper, hipotik adalah suatu hak kebendaan atas benda
tidak bergerak, untuk mengambil penggantian daripadanya bagi pelunasan suatu perutangan.
Hak hipotik menurut pasal 1209 KUHPer, dapat hapus karena:
Daftar Pustaka
SOFWAN, Sri Soedewi Masjchoen, Hukum Perdata: Hukum Benda, Yogyakarta: Liberty, Cet. IV,
1981
MERTOKUSUMO, Sudikno, Mengenal Hukum (Suatu Pengantar), Yogyakarta: Liberty, Cet. III,
2007.
SIMANJUNTAK, P.N.H., Pokok-pokok Hukum Perdata Indonesia, Jakarta: Djambatan, 2009
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar belakang
Hukum benda secara singkat dapat di katakan,merupakan serangkaian
ketentuan ,norma kaidah dalam hokum yang mengatur mengenai makna benda
dalam kehidupan perdata maanusia yang memiliki nilai dalam lapangan harta
kekeyaan (ingat bahwa hokum kebendaan merupakan bagian dari hokum harta
kekayaan),bagaimana hubungan kebendaan tersebut di ciptakan dan
bagaimana hubungan hokum tersebut dapat di pertahankan.
BAB II
Hukum Benda
1. Pengertian
Yang dimaksud dengan Benda dalam konteks hukum perdata adalah
segala sesuatu yang dapat diberikan/diletakkan suatu Hak diatasnya, utamanya
yang berupa hak milik. Dengan demikian, yang dapat memiliki sesuatu hak
tersebut adalah Subyek Hukum, sedangkan sesuatu yang dibebani hak itu
adalah Obyek Hukum.[1]
Benda yang dalam hukum perdata diatur dalam Buku II BWI, tidak sama
dengan bidang disiplin ilmu fisika, di mana dikatakan bahwa bulan itu adalah
benda (angkasa), sedangkan dalam pengertian hukum perdata bulan itu bukan
(belum) dapat dikatakan sebagai benda, karena tidak / belum ada yang (dapat)
memilikinya.
Pengaturan tentang hukum benda dalam Buku II BWI ini
mempergunakan system tertutup, artinya orang tidak diperbolehkan
mengadakan hak hak kebendaan selain dari yang telah diatur dalam undang
undang ini.Selain itu, hukum benda bersifat memaksa (dwingend recht),
artinya harus dipatuhi,tidak boleh disimpangi, termasuk membuat peraturan
baru yang menyimpang dari yang telah ditetapkan .
Lebih lanjut dalam hukum perdata, yang namanya benda itu bukanlah
segala sesuatu yang berwujud atau dapat diraba oleh pancaindera saja,
melainkan termasuk juga pengertian benda yang tidak berwujud, seperti
misalnya kekayaan seseorang. Istilah benda yang dipakai untuk pengertian
kekayaan, termasuk didalamnya tagihan /piutang, atau hak hak lainnya,
misalnya bunga atas deposito .
Meskipun pengertian zaak dalam BWI tidak hanya meliputi benda
berwujud saja,namun sebagian besar dari materi Buku II tentang Benda
mengatur tentang benda yangberwujud. Pengertian benda sebagai yang tak
berwujud itu tidak dikenal dalam Hukum Adat kita, karena cara berfikir orang
Indonesia cenderung pada kenyataan belaka,berbeda dengan cara berfikir
orang Barat yang cenderung mengkedepankan apa yangada di alam
pikirannya.Selain itu, istilah zaak didalam BWI tidak selalu berarti benda, tetapi
bisa berarti yang lain, seperti : “perbuatan hukum “ (Ps.1792 BW), atau
“kepentingan” (Ps.1354 BW),dan juga berarti “kenyataan hukum” (Ps.1263
BW).
2.Dasar Hukum
Pada masa kini, selain diatur di Buku II BWI, hukum benda juga diatur
dalam:
a. Undang Undang Pokok Agraria No.5 Tahun 1960, dimana diatur hak hak
kebendaan yang berkaitan dengan bumi, air dan kekayaan yang terkandung
didalamnya.
b. Undang Undang Merek No.21 Tahun 1961, yang mengatur tentang hak atas
penggunaan merek perusahaan dan merek perniagaan .
c. Undang Undang Hak Cipta No.6 Tahun 1982, yang mengatur tentang hak
cipta sebagai benda tak berwujud, yang dapat dijadikan obyek hak milik .
d. Undang Undang tentang Hak Tanggungan tahun 1996, yang mengatur
tentang hak atas tanah dan bangunan diatasnya sebagai pengganti hipotik dan
crediet verband .[2]
Benda tidak bergerak adalah benda yang menurut sifatnya tidak dapat
dipindahpindahkan, seperti tanah dan segala bangunan yang berdiri melekat
diatasnya. Benda tidak bergerak karena tujuannya adalah benda yang
dilekatkan pada benda tidak bergerak sebagai benda pokoknya, untuk tujuan
tertentu, seperti mesin mesin yang dipasang pada pabrik.Tujuannya adalah
untuk dipakai secara tetap dan tidak untuk dipindah-pindah (Ps.507 BWI).
Benda tidak bergerak karena undang undang adalah hak hak yang melekat
pada benda tidak bergerak tersebut, seperti hipotik, crediet verband, hak pakai
atas benda tidak bergaerak,hak memungut hasil atas benda tidak bergerak
(Ps.508 BWI).
Arti penting pembedaan benda sebagai bergerak dan tidak bergerak terletak
pada :
penguasaannya (bezit), dimana terhadap benda bergerak maka orang yang
menguasai benda tersebut dianggap sebagai pemiliknya (Ps.1977 BWI); azas
ini tidak berlaku bagi benda tidak bergerak.
penyerahannya (levering), yaitu terhadap benda bergerak harus dilakukan
secara nyata, sedangkan pada benda tidak bergerak dilakukan dengan balik
nama ;
kadaluwarsa (verjaaring), yaitu pada benda bergerak tidak dikenal daluwarsa,
sedangkan pada benda tidak bergerak terdapat kadaluwarsa :
1. dalam hal ada alas hak, daluwarsanya 20 tahun;
2. dalam hal tidak ada alas hak, daluwarsanya 30 tahun
pembebanannya (bezwaring), dimana untuk benda bergerak dengan gadai,
sedangkan untuk benda tidak bergerak dengan hipotik.
dalam hal pensitaan (beslag), dimana revindicatoir beslah (penyitaan untuk
menuntut kembali barangnya),hanya dapat dilakukan terhadap barang barang
bergerak.
4.Hak Kebendaan
4.1. Sifat / Karakter Hak kebendaan.
Perbedaan antara hak kebendaan yang diatur dalam Buku II BWI dengan hak
perorangan yang diatur dalam Buku III BWI adalah sebagai berikut :
a. Hak kebendaan bersifat mutlak (absolut), karena berlaku terhadap siapa
saja, dan orang lain harus menghormati hak tersebut, sedangkan hak
perorangan berlaku secara nisbi (relatief), karena hanya melibatkan orang /
pihak tertentu saja, yakni yang ada dalam suatu perjanjian saja.
b. Hak kebendaan berlangsung lama, bisa jadi selama seseorang masih hidup,
atau bahkan bisa berlanjut setelah diwariskan kepada ahli warisnya, sedangkan
hokum perorangan berlangsung relatif lebih singkat, yakni sebatas pelaksanaan
perjanjian telah selesai dilakukan.[3]
c. Hak kebendaan terbatas pada apa yang telah ditetapkan dalam peraturan
perundangan yang berlaku, tidak boleh mengarang / menciptakan sendiri hak
yangl lainnya, sedangkan dalam hak perorangan, lingkungannya amat luas,
apa saja dapat dijadikan obyek perjanjian, sepanjang tidakbertentangan dengan
undang-undang, kesusilaan dan ketertiban umum. Oleh karena itu sering
dikatakan hokum kebendaan itu bersifat tertutup, sedangkan hukum
perorangan bersifat terbuka.
Ciri ciri Hak Kebendaan adalah :
mutlak / absolut
mengikuti benda dimana hak itu melekat, misalnya hak sewa tetap mengikuti
benda itu berada, siapapun yang memiliki hak diatasnya
hak yang ada terlebih dahulu (yang lebih tua), kedudukannya lebih tinggi;
misalnya sebuah rumah dibebani hipotik 1 dan hipotik 2, maka penyelesaian
hutang atas hipotik 1 harus didahulukan dari hutang atas hipotik 2.
memiliki sifat diutamakan, misalnya suatu rumah harus dijual untuk melunasi
hutang, maka hasil penjualannya lebih diutamakan untuk melunasi hipotik atas
rumah itu.
dapat dilakukan gugatan terhadap siapapun yang mengganggu hak yang
bersangkutan.
pemindahan hak kebendaan dapat dilakukan kepada siapapun .
4.2. Penggolongan Hak Kebendaan
Hak atas Kebendaan dibagi dalam 2 (dua) macam, yaitu :
a. Hak Kebendaaan yang memberi kenikmatan .
Selain yang mengenai tanah, karena sudah diatur dalam UUPA, maka hak
kebendaan yang termasuk dalam kategori ini adalah ;
- Bezit ; Hak Milik (eigendom) ; Hak Memungut Hasil ; Hak Pakai ;
- Hak Mendiami
Hak atas tanah yang dengan berlakunya UUPA dinyatakan tidak berlaku lagi :
- Hak bezit atas tanah ; Hak eigendom atas tanah
- Hak servitut ; Hak opstal ; Hak erfpacht ; Hak bunga atas tanah
- Hak pakai atas tanah
Dengan berlakunya UUPA, pengganti dari hak atas tanah yang dihapus
adalah :
- Hak Milik ; Hak Guna Usaha ; Hak Guna Bangunan ; Hak Pakai
- Hak Sewa untuk bangunan ; Hak membuka tanah dan memungut hasil hutan
- Hak guna air, pemeliharaan dan penangkapan ikan
- Hak guna ruang angkasa
- Hak hak tanah untuk kepentingan keagamaan dan social
b. Hak Kebendaan Yang bersifat Memberi Jaminan
Hak Gadai (pandrechts)
Hipotik
Credietverband
Privilege (piutang yang di istimewakan).
Fiducia
4.3. Perolehan Hak Kebendaan
Ada beberapa cara untuk memperoleh hak kebendaan, seperti :
a. Melaui Pengakuan
Benda yang tidak diketahui siapa pemiliknya (res nullius) kemudian didapatkan
dan diakui oleh seseorang yang mendapatkannya, dianggap sebagai
pemiliknya. Contohnya, orang yang menangkap ikan, barang siapa yang
mendapat ikan itu dan kemudian mengaku sebagai pemiliknya, dialah pemilik
ikan tersebut. Demikian pula halnya dengan berburu dihutan, menggali harta
karun dlsb.
b.Melalui Penemuan
Benda yang semula milik orang lain akan tetapi lepas dari penguasaannya,
karena misalnya jatuh di perjalanan, maka barang siapa yang menemukan
barang tersebut dan ia tidak mengetahui siapa pemiliknya, menjadi pemilik
barang yang diketemukannya .
Contoh ini adalah aplikasi hak bezit.
c.Melalui Penyerahan
Cara ini yang lazim, yaitu hak kebendaan diperoleh melalui penyerahan
berdasarkan alas hak (rechts titel) tertentu, seperti jual beli, sewa menyewa,
hibah warisan dlsb Dengan adanya penyerahan maka titel berpindah kepada
siapa benda itu diserahkan.
d.Dengan Daluwarsa
Barang siapa menguasai benda bergerak yang dia tidak ketahui pemilik benda
itu sebelumnya (misalnya karena menemukannya), hak milik atas benda itu
diperoleh setelah lewat waktu 3 tahun sejak orang tersebut menguasai benda
yang bersangkutan.
Untuk benda tidak bergerak, daluwarsanya adalah :
jika ada alas hak, 20 tahun
jika tidak ada alas hak, 30 tahun
e Melalui Pewarisan
Hak kebendaan bisa diperoleh melalui warisan berdasarkan hukum waris yang
berlaku, bisa hukum adat, hukum Islam atau hukum barat.
f. Dengan Penciptaan
Seseorang yang menciptakan benda baru, baik dari benda yang sudah ada
maupun samasekali baru, dapat memperoleh hak milik atas benda ciptaannya
itu.Contohnya orang yang menciptakan patung dari sebatang kayu, menjadi
pemilik patung itu, demikian pula hak kebendaan tidak berwujud seperti hak
paten, hak cipta dan lain sabagainya.
g.Dengan cara ikutan / turunan
Seseorang yang membeli seekor sapi yang sedang bunting maka anak sapi
yang dilahirkan dari induknya itu menjadi miliknya juga. Demikian pula orang
yang membeli sebidang tanah, ternyata diatas tanah itu kemudian tumbuh
pohon durian, maka pohon durian itu termasuk milik orang yang membeli tanah
tersebut.
4.4. Hapusnya Hak Kebendaan
Hak kebendaan dapat hapus / lenyap karena hal hal :
a. Bendanya Lenyap / musnah
Karena musnahnya sesuatu benda, maka hak atas benda tersebut ikut lenyap,
misalnya hak sewa atas sebuah rumah yang habis/musnah ketimbun longsoran
tanah gunung, menjadi musnah juga. Atau, hak gadai atas sebuah sepeda
motor, ikut habis apabila barang tersebut musnah karena kebakaran .
b. Karena dipindah-tangankan
Hak milik, hak memungut hasil atau hak pakai menjadi hapus bila benda yang
bersangkutan dipindah tangankan kepada orang lain.
DAFTAR PUSTAKA
Widjaja,Gunawan, ,2007,Seri hokum bisnis:memahami prinsip keterbukaan
dalam hokum perdata,Jakarta,raja grafindo persada
Subekti,SH,Prof,2001,pokok-pokok hokum perdata,Jakarta,pt internusa