Anda di halaman 1dari 5

BENDA

Makalah ini susun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Hukum


Jaminan yang di ampu oleh : Ibu Fenny Fatriani, S.H., M.Hum

Kelompok 1
Aulia Febriando 1163050015
Desi rahmawati 1163050020
Resi Kartini 1163050103
Samsul Muarif 1163050116
Vinneda Tyara Arifin 1163050133

JURUSAN ILMU HUKUM


FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2019
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hukum perdata adalah peraturan-peraturan hukum mengatur hubungan hukum antara
orang yang satu dengan yang lain, yang menitikberatkan kepentingan perorangan dan
pelaksanaannya diserahkan sepenuhnya kepada orang yang berkepentingan itu sendiri.
Salah satu bidang hukum yang mengatur hak dan kewajiban yang dimiliki pada subyek
hukum dan hubungan antara subyek hukum. Hukum perdata di Indonesia didasarkan pada
hukum perdata di Belanda, khususnya hukum perdata Belanda pada masa penjajahan.
Bahkan Kitab Undang-undang
Hukum perdata Belanda sendiri disadur dari hukum perdata yang berlaku di Perancis
dengan beberapa penyesuaian. Kitab undang-undang hukum perdata (disingkat KUHPer)
terdiri dari empat bagian, salah satunya adalah Buku II tentang kebendaan dan sekaligus
yang akan menjadi tema dari pembahasan dalam makalah ini.
Buku II tentang Kebendaan; mengatur tentang hukum benda, yaitu hukum yang
mengatur hak dan kewajiban yang dimiliki subyek hukum yang berkaitan dengan benda,
antara lain hak-hak kebendaan, waris dan penjaminan. Yang dimaksud dengan benda
meliputi (i) benda berwujud yang tidak bergerak (misalnya tanah, bangunan dan kapal
dengan berat tertentu); (ii) benda berwujud yang bergerak, yaitu benda berwujud lainnya
selain yang dianggap sebagai benda berwujud tidak bergerak; dan (iii) benda tidak
berwujud (misalnya hak tagih atau piutang). Khusus untuk bagian tanah, sebagian
ketentuan-ketentuannya telah dinyatakan tidak berlaku dengan di undangkannya UU
nomor 5 tahun 1960 tentang agraria. Begitu pula bagian mengenai penjaminan dengan
hipotik, telah dinyatakan tidak berlaku dengan di undangkannya UU tentang hak
tanggungan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Benda?
2. Apa saja Macam-macam benda?
3. Apa yang dimaksud Levering?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu Benda
2. Untuk mengetahui Macam-macam Benda
3. Untuk mengetahui apa itu Levering
PEMBAHASAN
A. Pengertian Benda
Pengertian benda (zaak), tidak hanya barang (goed), melainkan juga meliputi hak
(recht).[1] Dapat diketahui pengertian benda dalam arti luas dan sempit. Dalam arti luas
benda dapat diartikan sebagai ‘segala sesuatu yang dapat menjadi objek hukum” atau dapat
dihaki” oleh “orang” menurut hukum serta mempunyai nilai ekonomis. Sedangkan bila
diartikan dalam pengertian sempit, maka pengertian benda disini terbatas hanya pada
“segala sesuatu yang berwujud”, yaitu barang-barang yang dapat ditangkap oleh panca
indera.
Dapat disimpulkan bahwa hukum benda atau hukum kebendaaan adalah serangkaian
ketentuan hukum yang mengatur hubungan hukum secara langsung antara sesseorang
dengan benda, yang melahirkan berbagai hak kebendaan. Hak kebendaan memberikan
kekuatan langsung kepada seseorang dalam penguasaan dan kepemilikan atas sesuatu
benda dimanapun bendanya berada. Dengan kata lain hukum benda atau hukum kebendaan
adalah keseluruhan kaidah-kaidah hukum yang mengatur mengenai kebendaan atau yang
berkaitan dengan benda. Kebendaan disini adalah segala sesuatu menyangkut tentang
pengertian benda, pembedaan benda, hak-hak kebendaan serta hal lainnya yang
menyangkut tentang benda dan hak-hak kebendaan.
B. Pembedaan Macam-macam Benda
Menurut KUH Perdata, benda dapat dibedakan menjadi beberapa macam sebagai
berikut: [2]
1. Barang-barang berwujud dan barang-barang tidak berwujud Kebendaan berwujud
adalah kebendaan yang dapat dilihat dengan mata dan diraba dengan tangan,
sedangkan kebendaan yang tidak berwujud adalah kebendaan yang berupa hak-hak
atau tagihan-tagihan.
2. Barang-barang bergerak dan barang-barang tidak bergerak. Suatu benda di
kategorikan sebagai kebendaan apabila yangsifatnya dapat berpindah atau
dipindahkan tempat tanpa mengubah wujud, fungsi dan hakikatnya. Demikian pula
sebaliknya kategorisasi kebendaan tidak bergerak pertama, karena sifatnya adalah
benda yang apabila dipindahkan tempat mengubah wujud, fungsi dan
hakikatnya. Kedua, karena tujuan dan peruntukannya,

1 Rahmadi Usman, Hukum Kebendaan,hal,49


2 Komariah, Hukum Perdata,hal,77
3. Barang-barang yang dapat dipakai habis dan barang-barang yang tidak dipakai
habis. Kebendaan bergerak dikatakan dapat dihabiskan, apabila karena dipakai
menjadi habis dan dengan dihabiskannya menjadi berguna. Sedangkan kebendaan
bergerak dikatakan tidak dapat dihabiskan apabila kebendaan yang dipakai
menjadi tidak habis, namun nilai ekonomisnya berkurang.
4. Barang-barang yang sudah ada dan barang-barang yang masih akan ada baik secara
absolut maupun secara relative.Pembedaan kebendaan atas benda yang sudah ada
dan benda yang akan ada ini, penting bagi pelaksaan perjanjian dan pelunasan
jaminan utang. Pembedaan kebendaan yang sudah ada dan yang akan ada ibi
didasarkan kepada ketentuan dalam pasal 1334 KUH Perdata.
5. Barang-barang dalam perdagangan dan barang-barang diluar perdagangan. Suatu
barang yang dapat dikatakan barang-barang dalam perdagangan apabila barang
tersebut dapat menjadi pokok suatu perjanjian. Sebaliknya suatu benda dikatakan
sebagai barang di luuar perdagangan apabila benda itu dilarang dijadikan sebagai
objek suatu perjanjian, sehingga barang tersebut tidak dapat diperdagangkan,
dihibahkan maupun diwariskan.
6. Barang-barang yang dapat dibagi dan barang-barang yang tidak dapat
dibagi. Suatu kebendaan dikatakan benda dapat dibagi-bagi apabila kebendaan itu
dapat dipisah-pisahkan dan tetap dapat digunakan, karena tidak menghilangkan
eksistensi dari kebendaan yang dipisah-pisahan tersebut. Sedangkan suatu
kebendaan dikatakan benda tidak dapat dibagi-bagi apabila kebendaan itu tidak
dapat dipisah-pisahkan merupakan satu kesatuan yang utuh dan jika dapat dipisah-
pisahkan tidak dapat digunakan, sebab menghilangkan eksistensi dari kebendaan
yang bersangkutan.
C. Levering

Penyerahan adalah cara yang terpenting untuk memperoleh Hak Milik dan yang
paling sering terjadi dalam masyarakat. Menurut Hukum Perdata yang dimaksud dengan
penyerahan adalah penyerahan suatu benda oleh pemilik atas namanya kepada orang lain,
sehingga orang lain memperoleh hak milik atas benda itu Misalnya jual beli. Dalam
perjanjian jual beli harus di ikuti penyerahan supaya terjadi pemindahan hak. Menurut
sistem KUH Perdata, perjanjian jual beli hanya bersifat Obligator saja, yaitu hanya
melahirkan kewajiban saja tidak menyebabkan (berakibat) berpindahnya hak milik atas
barang.
Pemindahan hak atas suatu benda harus disertai dengan penyerahan (levering)
benda tersebut. Proses tungkai tidak bisa dilakukan sembarangan tanpa memandang
hukum yang mengaturnya. Kedudukannya menentukan apakah pemindahan hak
dikategorikan sah atau tidak sah. Lebih jauh jika menyimpang dari hukum dapat
dimintakan pembatalannya kepada hakim.

Menurut Prof. Dr. H. Moch. Isnaeni, SH., MS., Dalam bukunya berjudul
"Pengantar Hukum Jaminan Kebendaan", jelas Levering Sesungguhnya mengandung dua
hal penting agar Levering sampai kepada tujuan finalnya, yaitu perpindahan hak milik
suatu benda dari satu pihak ke pihak lainnya. Dua unsur tersebut adalah penyerahan nyata
( feitelijke levering ) dan penyerahan yuridis ( juridische levering ).

Pada penyerahan nyata benda bergerak, penyerahan yuridis terjadi pada saat
penyerahan dilakukan. Disini perjanjian konsensual jatuh bersamaan dengan perjanjian
kebendaan (penyerahan).

Penyerahan benda bergerak tidak begitu tampak tahapnya, saat sedang dan barang
barang melakukan penyerahan benda, disitu sudah terjadi penyerahan. Sedangkan untuk
benda tak bergerak, seperti tanah dan bangunan, sangat tampak tahapan demi tahap
penyerahan benda tersebut.

Menurut Prof. Dr. Mariam Darus Badrulzaman, SH., FCBArb., Dalam bukunya berjudul
"Sistem Hukum Benda Nasional" menjelaskan untuk sahnya penyerahan harus penuh
syarat-syarat sebagai berikut:

 Alas hak; (onderlinggende verbintenis), yaitu perjanjian konsensual obligatoir;


 Ada penyerahan (perjanjian kebendaan);
 Ada wewenang menguasai pihak yang menyerahkan (beschikking bevoegdheid);
 Ada itikad baik (te goeder strouw);

Syarat di atas bersifat komulatif, semua syarat harus dipenuhi. Salah satu tidak terpenuhi
maka pemindahan hak atas barang dapat. Misalnya saja orang yang melakukan penyerahan
bukan sebagai pemilik benda dan bukan kuasa atas itu. Jika hal itu terjadi maka sudah bisa
dipastikan kecacatan penyerahan benda, seperti cacat tentang legal standing dan kenyataan
yuridis haknya atas benda tersebut.

Penyerahan benda harus melihat syarat di atas, karena kesempurnaan yuridis pemindahan
hak atas benda dapat diukur dari penyerahan benda tersebut.

Anda mungkin juga menyukai