BENDA
Mendefinisikan objek (zaak) dalam istilah hukum mempunyai dimensi yang kaya dan
beragam, mencakup berbagai konteks dan penafsiran yang diakui oleh para ahli hukum dan
hukum. Menurut Pasal 499 KUH Perdata, benda diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat
menjadi subyek hak milik. Oleh karena itu, objek kepemilikan dapat mencakup barang
menyatakan bahwa benda mencakup seluruh barang dan hak yang berwujud, tidak termasuk
hak milik. Profesor Sri Soedewi Masjchoen Sofwan memperluas definisinya dengan mencakup
benda-benda yang dapat dilihat oleh indera tetapi juga mencakup benda-benda yang tidak
berwujud. Profesor Subekti memandang benda secara luas adalah segala sesuatu yang dapat
Perspektif hukum ini juga tercermin dalam Pasal 500 KUH Perdata yang
menggambarkan benda sebagai badan hukum. Pasal ini menegaskan bahwa benda adalah
segala sesuatu yang dapat dijadikan subyek hak milik, baik yang meliputi barang berwujud
maupun hak tertentu. Oleh karena itu, secara hukum, benda tidak hanya terbatas pada benda
fisik seperti kendaraan atau tanah, tetapi juga mencakup hak immaterial seperti hak cipta atau
paten.
menggambarkan benda sebagai kepentingan. Dalam konteks ini, benda tidak hanya dipandang
sebagai benda atau hak secara fisik saja, melainkan juga sebagai kepentingan atau hak yang
dapat menjadi subjek suatu kontrak atau perjanjian. Fleksibilitas ini mengakui nilai dan
pentingnya suatu benda dalam berbagai konteks hukum, dengan menegaskan bahwa benda
dapat mempunyai nilai tidak hanya sebagai kesatuan fisik tetapi juga sebagai kesatuan yang
mencerminkan kepentingan atau hak tertentu.
Sedangkan Pasal 1263 KUH Perdata menghadirkan cara pandang yang menekankan
objek sebagai realitas hukum. Hal ini menyoroti bahwa objek juga dapat merupakan kenyataan
hukum yang menjadi dasar suatu perbuatan hukum tertentu. Pemahaman tersebut menunjukkan
bahwa objek bukan hanya merupakan suatu kesatuan atau hak yang bersifat fisik, tetapi juga
mencerminkan realitas hukum yang dapat mempengaruhi dan membentuk hubungan hukum
Selain itu, Pasal 1792 KUH Perdata mengeksplorasi dimensi lain, menandai benda
sebagai perbuatan hukum. Dengan demikian, obyek tidak hanya sekedar obyek pasif dalam
suatu hubungan hukum, tetapi juga dapat menjadi subyek perbuatan hukum seperti perjanjian
atau transaksi. Hal ini menunjukkan bahwa benda berperan aktif dalam membentuk hubungan
hukum, dimana benda dapat dijadikan sebagai alat untuk mencapai tujuan hukum tertentu.
Oleh karena itu, pengertian hukum terhadap benda tidak hanya terbatas pada konsep
fisik atau materi saja, melainkan menyangkut berbagai dimensi, antara lain kepemilikan,
kompleksitas hubungan antara individu dan badan hukum serta peran yang dimainkan oleh
objek dalam membentuk dan mengatur hubungan tersebut. Oleh karena itu, dalam kerangka
hukum, objek mempunyai makna yang luas dan beragam, memberikan landasan untuk
memahami dan mengelola hak, tanggung jawab, dan kewajiban yang terkait dengan objek
Hukum benda, juga dikenal sebagai "zakenrecht" dalam bahasa Belanda, merujuk pada
seperangkat norma hukum yang mengatur definisi benda dan hak-hak yang terkait dengannya.
Menurut Profesor Soediman Kartohadiprodjo dan Profesor L.J.Apeldoorn, hukum kebendaan
menangani hak-hak yang terkait dengan benda, sementara Profesor Sri Soedewi Masjchoen
Sofwan menyoroti peraturan yang berkaitan dengan definisi, jenis benda, dan berbagai hak
kebendaan. Oleh karena itu, hukum benda mencakup aturan-aturan yang berkaitan dengan hak-
hak kebendaan yang bersifat mutlak. (Sumber: P.N.H.Simanjuntak, 2015, hal. 177)
Sistem pengaturan hukum benda memiliki sifat yang tertutup, yang berarti bahwa
individu tidak dapat menciptakan hak-hak kebendaan baru selain yang telah dijelaskan dalam
undang-undang. Oleh karena itu, mereka hanya dapat membentuk hak kebendaan yang terbatas
sesuai dengan ketentuan yang sudah ada dalam undang-undang (Sri Soedewi Masjchoen
Sofwan, 1981, hal. 2). Perbedaan pendekatan ini terlihat dalam sistem hukum perikatan yang
bersifat terbuka, memungkinkan individu untuk membuat perjanjian tentang berbagai hal, baik
yang sudah diatur dalam undang-undang maupun yang belum. Dengan prinsip kebebasan
berkontrak, siapapun dapat membuat perikatan atau perjanjian tentang apapun, meskipun tetap
1. Benda yang dapat diganti dan tidak dapat diganti: Contohnya, uang dapat diganti,
2. Benda yang dapat diperdagangkan dan tidak dapat diperdagangkan: Semua barang
luar perdagangan.
3. Benda yang dapat dibagi dan tidak dapat dibagi: Beras dapat dibagi, sedangkan
seekor kudatidak.
4. Benda yang bergerak dan tidak bergerak: Perabot rumah adalah contoh benda
bergerak,sementara tanah adalah benda yang tidak bergerak (Soebekti, 1979: 50-51).
Kepentingan dari perbedaan antara benda bergerak dan tidak bergerak, serta benda
terdaftar dan tidak terdaftar, terletak pada pembuktian kepemilikan untuk menjaga ketertiban
umum (Sri Soedewi Masjchoen Sofwan, 1981: 20). Perbedaan ini memengaruhi metode
pembuktian kepemilikan, dimana benda terdaftar memerlukan tanda pendaftaran atau sertifikat
atas nama pemiliknya, sementara benda tidak terdaftar (tanpa nama) mengikuti prinsip "yang
KU Perdata Indonesia tidak mengakui perbedaan ini, NBW mengakui dan menarik batasan di
Terkait hukum benda, ada sepuluh asas-asas umum yang mengaturnya. Adapun sepuluh
asas hukum benda menurut Sri Soedewi Masjchun Sofwan adalah sebagai berikut.
3. Asas individualiteit: objek dari hak kebendaan adalah suatu barang yang dapat
ditentukan. Dengan kata lain orang tidak dapat mempunyai hak kebendaan selain
4. Asas totaliteit: hak kebendaan selalu melekat atas keseluruhan daripada objeknya.
Dengan kata lain, yang memiliki hak kebendaan berarti memiliki hak kebendaan atas
keseluruhan barang dan atas bagian-bagiannya. Lalu, jika benda itu sudah lebur dalam
benda lain, hak kebendaan atas benda yang pertama (sebelum lebur) menjadi lenyap,
namun ada beberapa konsekuensi lain sebagaimana diatur dalam KUH Perdata,
misalnya milik bersama atas barang baru (Pasal 607 KUH Perdata); leburnya benda itu
dalam benda lain (Pasal 602, 606, dan 608 KUH Perdata); dan ada hubungan hukum
antara kedua pemilik yang bersangkutan (lihat Pasal 714, 725, dan 1567 KUH Perdata).
5. Asas tidak dapat dipisahkan: pemilik tidak dapat memindahtangankan sebagian hak
6. Asas prioriteit: semua hak kebendaan memberikan kewenangan yang sejenis dengan
benda orang lain, dan tidak mungkin atas hak miliknya sendiri.
8. Asas perlakuan yang berlainan terhadap benda bergerak dan benda tidak
9. Asas publicitet: penyerahan benda yang tidak bergerak berlaku kewajiban untuk
10. Sifat perjanjian: orang yang mengadakan hak kebendaan, misalnya hak memungut
hasil, gadi, hipotek, dan lain-lain sama halnya sedang mengadakan perjanjian. Dalam
arti ini, perjanjian yang diadakan adalah perjanjian untuk mengadakan hak kebendaan.
HAK KEBENDAAN
Menurut Djaja S. Meliala (2015: 8), hak kebendaan adalah hak mutlak terhadap suatu
benda yang memberikan kekuasaan langsung dan dapat dipertahankan terhadap siapa pun.
Subekti (1979) dan van Apeldoorn (1980) juga menyatakan bahwa hak kebendaan memberikan
kekuasaan langsung atas suatu benda dan dapat dipertahankan terhadap setiap orang.
Sri Soedewi Masjchoen Sofwan (1981) menekankan bahwa hak kebendaan adalah hak
mutlak terhadap suatu benda yang memberikan kekuasaan langsung dan dapat dipertahankan
terhadap siapa pun. Hak kebendaan memiliki sifat melekat dan dapat dibedakan menjadi hak
menikmati (seperti hak milik, bezit, hak memungut hasil, hak pakai, dan hak mendiami) serta
hak memberi jaminan (seperti gadai, fidusia, hak tanggungan, hipotek, dan sistem resi gudang).
Dalam ilmu hukum, hak-hak manusia dibagi menjadi hak kebendaan dan hak
perorangan. Hak kebendaan memberikan kekuasaan langsung atas suatu benda dan dapat
dipertahankan terhadap siapa pun. Hak perorangan, di sisi lain, hanya dapat dipertahankan
Hak penuntutan dibagi menjadi actions in rem (penuntutan kebendaan) dan actiones in
antara hak kebendaan dan hak perorangan. Hak kebendaan bersifat absolut, dapat
dipertahankan terhadap setiap orang, dan jangka waktunya tidak terbatas. Hak kebendaan juga
memiliki droit de suite (zaaksgevolg) yang mengikuti benda di mana pun berada. Pada hak
perorangan, wewenangnya terbatas, jangka waktunya terbatas, dan pemilik hak perorangan
hanya dapat menikmati apa yang menjadi haknya. Hak ini hanya dapat dialihkan dengan
persetujuan pemilik.
Dalam hak kebendaan, urutan terjadinya menentukan kekuatan hak (asas prioritas/droit
memberikan wewenang luas kepada pemilik, dapat dijual, dijaminkan, disewakan, atau
dipergunakan sendiri. Hak perorangan memberikan wewenang yang terbatas, hanya dapat
yang sifatnya memberikan jaminan (zakelijk zakenheidsrecht) antara lain gadai, hipotek, hak
tanggungan, fidusia, dan hak kebendaan yang sifatnya memberikan kenikmatan (zakelijk
Buku II KUHPerdata juga mengatur hak-hak lain yang, meskipun bukan hak kebendaan,
memiliki persamaan dengan hak kebendaan karena memberikan jaminan, seperti Privilage (hak
Menurut Pasal 16 UUPA (UU No.5 Tahun 1960), terdapat berbagai hak atas tanah, antara lain:
1. Hak Milik (Pasal 20 ayat 1 UUPA) adalah hak turun temurun yang kuat dan penuh,
dimana setiap orang dapat memiliki tanah, dengan mempertimbangkan fungsi sosial
2. Hak Guna Usaha (Pasal 28 ayat 1 UUPA) adalah hak untuk mengusahakan tanah yang
dikuasai oleh Negara selama maksimal 25 tahun untuk keperluan pertanian, perikanan,
atau peternakan.
3. Hak Guna Bangunan (Pasal 35 ayat 1 UUPA) adalah hak untuk mendirikan dan
memiliki bangunan atas tanah bukan miliknya sendiri, dengan jangka waktu maksimal
30 tahun.
4. Hak Pakai (Pasal 41 ayat 1 UUPA) adalah hak untuk menggunakan dan/atau
memungut hasil dari tanah yang dikuasai langsung oleh Negara atau tanah milik orang
lain, sesuai dengan keputusan pemberi hak atau perjanjian dengan pemilik tanah, yang
5. Hak Sewa untuk Bangunan (Pasal 44 ayat 1 UUPA) adalah hak seseorang atau badan
hukum untuk menggunakan tanahmilik orang lain untuk keperluan bangunan dengan
pembayaran sewa.
6. Hak Membukahutan dan Memungut Hasil Hutan (Pasal 46 UUPA) adalah hak untuk
membuka tanah dan memungut hasil hutan, terbatas pada warga Negara Indonesia,
dan penggunaan hak ini tidak memberikan hak milik atas tanah.
7. Hak Guna Air, Pemeliharaan, dan Penangkapan Ikan (Pasal 47 ayat 1 UUPA) adalah
hak untuk memperoleh dan mengalirkan air di atas tanah orang lain untuk keperluan
tertentu.
8. Hak Guna Ruang Angkasa (Pasal 48 ayat 1 UUPA) adalah hak untuk menggunakan
tenaga dan unsur-unsur dalam ruang angkasa untuk usaha-usaha memelihara dan
dalamnya.
9. Hak-hak Tanah untuk Keperluan Suci dan Sosial (Pasal 49 ayat 1 UUPA) adalah hak
milik tanah bagi badan-badan keagamaan dan sosial, selama digunakan untuk usaha
dalam bidang keagamaan dan sosial yang diakui dan dilindungi, termasuk jaminan
untuk memperoleh tanah yang cukup untuk bangunan dan kegiatan mereka.
Bezit, sebagaimana dijelaskan oleh Subekti, merujuk pada keadaan di mana seseorang
sebagai suatu kedudukan kekuasaan yang menyangkut penguasaan langsung terhadap suatu
benda, baik dengan cara langsung maupun melalui keterlibatan orang lain, dengan tetap
Syarat bezit meliputi adanya corpus (hubungan antara individu dengan suatu benda) dan
animus (niat individu untuk memiliki benda tersebut). Bezit harus dibedakan dengan
“detentie”, yaitu seseorang menguasai suatu benda berdasarkan hubungan hukum tertentu
Fungsi bezit meliputi perlindungan hukum (fungsi kepolisian) sampai terbukti bahwa
seseorang tidak berhak atasnya. Fungsi zakenrechtelijk menegaskan bahwa setelah bezit
menetap dalam jangka waktu tertentu tanpa ada keberatan dari pemilik sebelumnya, maka bezit
Proses memperoleh bezit, menurut Pasal 538 KUHPerdata, meliputi perbuatan menarik
suatu benda ke dalam penguasaan seseorang dengan maksud untuk menyimpannya bagi dirinya
sendiri. Pasal 540 KUH Perdata menguraikan dua cara memperoleh bezit: okupasi
(pengambilan benda) dan tradisi (penyerahan). Bezit juga dapat diperoleh melalui pewarisan,
Penghentian bezit dapat terjadi apabila penguasaan suatu benda berpindah kepada
orang lain, benda tersebut ditinggalkan, dimusnahkan, atau hilang. Pasal 542-547 KUH Perdata
Pada tahun 2015, Mariam Darus Badrulzaman menyebutkan bahwa orang yang
mempunyai gangguan ingatan tidak dapat memperoleh bezit, namun anak di bawah umur dan
wanita yang sudah menikah dapat memperoleh bezit (Pasal 593 KUHPerdata).
Pasal 570 KUH Perdata menjelaskan bahwa hak milik memberikan hak penuh untuk
menikmati dan menguasai suatu benda tanpa pembatasan, sepanjang tidak bertentangan dengan
undang-undang atau peraturan umum yang ditetapkan oleh penguasa. Hak milik juga
memperbolehkan perampasan demi kepentingan umum, dengan ganti rugi yang dibayarkan
Hak milik memberikan dua hak mendasar: pertama, hak untuk menikmati penggunaan
benda tersebut, dan kedua, hak untuk bertindak secara bebas dengan benda tersebut. Pemilik
menjadikan benda itu sebagai jaminan utang, asalkan tidak melanggar undang-undang atau
Pasal 571 dan 574 KUH Perdata memberikan dua hak tambahan kepada pemilik, yaitu
hak untuk memanfaatkan tanah secara vertikal dan hak untuk menuntut kembali hak milik
melalui revindicatie.
Hak milik mempunyai beberapa ciri, antara lain merupakan hak yang lebih unggul dari
hak kebendaan lainnya, hak yang paling menyeluruh dan abadi, serta merupakan hak pokok
Pasal 584 KUH Perdata mengatur lima cara memperoleh hak milik, antara lain melalui
kepemilikan atau pengakuan, penyitaan, lewat waktu, pewarisan, dan penyerahan. Cara
Hak memungut hasil menurut Pasal 756 KUH Perdata adalah hak kebendaan untuk
memperoleh hasil dari harta milik orang lain seolah-olah pemegangnya adalah pemiliknya.
Berakhirnya hak memungut keuntungan dapat terjadi karena berbagai sebab, antara lain
Pasal 807 KUH Perdata mengatur syarat-syarat hilangnya hak memungut keuntungan.