Dosen Pengajar :
(Nama Dosen)
(Nama Dosen)
Oleh :
(Nama) (NPM)
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2021
HUKUM BENDA
DALAM HUKUM PERDATA INDONESIA
Hukum Benda adalah peraturan yang mengatur mengenai hak-hak kebendaan serta
barang-barang tidak berwujud atau immaterial. 1 Sebagaimana yang kita ketahui bahwasanya
“Kebendaan” merupakan hal yang diatur di dalam Buku Kedua Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata (KUHPer) Indonesia. Pengaturan mengenai kebendaan di dalam Buku Kedua
KUHPer terbagi ke dalam total 21 (dua puluh satu) bab yang dimulai dari Pasal 499 sampai
dengan Pasal 1232. Pengaturan mengenai Hukum Benda dalam buku kedua KUHPer
mempergunakan sistem tertutup yang berarti bahwa orang tidak diperbolehkan untuk
mengadakan hak-hak kebendaan lainnya, selain dari apa yang telah diatur di dalam undang-
undang ini.2 Disamping itu, hukum benda juga memiliki sifat yang memaksa atau dwingend
recht yang artinya wajib untuk dipatuhi dan tidak dapat disimpangi, termasuk membuat suatu
peraturan baru yang menyimpang dari ketentuan yang telah ditetapkan di dalam undang-
undang ini. Untuk memahami lebih jelas mengenai Hukum Benda dalam Hukum Perdata
Indonesia, maka akan dijelaskan secara terurut mengenai Hukum Benda, dimulai dari:
1
Yulia, Buku Ajar Hukum Perdata, (Aceh: CV Biena Edukasi, 2015), hlm. 60
2
Ibid., hlm. 6.
3
Subekti, Pokok Pokok Hukum Perdata, (Jakarta: PT Intermasa, 1994), hlm. 60.
4
Pasal 499 KUHPerdata
5
Subekti, Loc.cit.
termasuk kepada barang-barang yang tidak terlihat di antaranya adalah hak-hak seperti
hak piutang atau penagihan. Selayaknya orang dapat untuk menjual ataupun
menggadaikan barang yang dapat terlihat, orang juga dapat menjual dan menggadaikan
hak-hak tersebut.6
Menurut Subekti, undang-undang membagi benda ke dalam beberapa macam
kategori, diantaranya adalah:7
a. Benda yang dapat diganti (contohnya adalah uang) dan benda yang tidak dapat
diganti (contohnya adalah seekor kuda)
b. Benda yang dapat diperdagangkan dan benda yang tidak dapat diperdagangkan
atau “di luar oerdaganagan” (contohnya adalah jalan-jalan dan lapangan umum)
c. Benda yang dapat dibagi (contohnya adalah beras) dan benda yang tidak dapat
dibagi (contohnya adalah seekor kuda)
d. Benda yang bergerak dan benda yang tidak bergerak.
Subekti menyatakan bahwa dari pembagian-pembagian ke dalam bermacam kategori
tersebut, yang paling penting untuk diketahui dan dipahami adalah yang terakhir
disebutkan, yaitu mengenai pembagian antara benda bergerak dan benda tidak bergerak,
karena pembagian itu memiliki akibat-akibat yang sangat penting dalam ranah hukum.
Sebuah benda dapat digolongkan menjadi golongan benda yang tidak bergerak atau
onroerend adalah:8
a. Yang pertama karena sifatnya. Contohnya adalah tanah, termasuk segala sesuatu
yang baik secara langsung maupun tidak langsung, yang disebabkan oleh
perbuatan alam atau perbuatan manusia, tergabung secara erat menjadi satu
dengan tanah itu.
b. Yang kedua karena tujuan pemakaiannya, yaitu segala sesuatu yang dimaksudkan
untuk mengikuti tanah atau bangunan itu untuk waktu yang lama. Misalnya adalah
mesin mesin yang ada di dalam suatu pabrik pengolahan bahan-bahan kimia.
c. Yang ketiga karena memang undang-undang telah menentukan demikian. Yang
termasuk ke dalam hal ini adalah segala hak atau penagihan yang mengenai suatu
benda yang tidak bergerak. Misalnya adalah hak penagihan dan hak erfpacht.
Kemudian mengenai benda bergerak, dapat dibagi ke dalam dua golongan yaitu benda
bergerak karena sifatnya yang berarti benda yang tidak tergabung dengan tanah atau
tidak dimaksudkan untuk mengikuti tanah atau bangunan, semisal adalah furnitur rumah.
6
Ibid., hlm 61.
7
Ibid.
8
Ibid. hlm. 62.
Yang kedua adalah benda bergerak karena memang telah ditentukan oleh undang-
undang demikian adanya. Yang termasuk benda yang bergerak karena ditetapkan oleh
undang-undang adalah misalnya penagihan mengenai sejumlah uang atau suatu benda
yang bergerak.
b. Eigendom
Eigendom merupakan suatu hak yang paling sempurna atas suatu benda. Bagi
orang yang mempunyai hak eigendom atau hak milik atas suatu benda, orang tersebut
dapat berbuat apa saja terhadap benda yang menjadi kepemilikannya itu seperti
menjual, menggadaikan, memberikan, bahhkan mungkin merusaknya, selama orang
tersebut tidak melanggar undang-undang atau hak orang lain. Pasal 574 KUHPerdata
menyebutkan bahwasanya “Setiap pemilik suatu kebendaan, berhak menuntut kepada
siapa pun juga yang menguasainya, akan pengembalian kebendaan itu”. Permintaan
kembali yang didasarkan kepada hak eigendom ini disebut sebagai revindicatie.
Berdasarkan Pasal 571 KUHPerdata juga diberikan hak kepada pemilik suatu benda
yaitu Untuk benda berupa tanah, hak untuk memanfaatkan tanah tersebut secara
vertical, yaitu untuk memperoleh hak atas tanaman atau bangunan di atasnya, serta
untuk memperoleh harta karun yang terletak di bawah tanah tersebut.
Di dalam Pasal 584 KUHPerdata dijelaskan bahwasanya eigendom hanya dapat
diperoleh dengan cara: (a) pengambilan, contohnya adalah membuka tanah atau
memancing ikan, (b) Natreking, yaitu jika suatu benda bertambah besar atau berlipat
karena perbuatan alam. Contohnya kuda yang memiliki anak, pohon yang berbuah, (c)
lewat waktu atau verjaring, (d) pewarisan, (e) penyerahan atau overdracht atau
levering berdasarkan suatu title pemindahan hak yang berasal dari seorang yang
memiliki hak untuk memindahkan eigendom.
Mengenai hak milik sebagai hak kebendaan yang paling sempurna, terdapat
beberapa ciri-ciri yang dapat dipaparkan sebagai berikut:12
1. Hak milik merupakan hak yang menjadi induk terhadap hak kebendaan yang
lainnya, dan hak kebendaan lain merupakan hak anak terhadap hak milik
2. Hak milik apabila dilihat dari segi kualitasnya merupakan hak yang sangat
lengkap
3. Hak milik memiliki sifat yang tetap, yang mana hal ini berarti tidak akan
lenyap atau hilang terhadap hak kebendaan yang lainnya.
12
I Ketut Markeling (Markeling, 2016), Hukum Perdata: Hukum Benda, (Denpasar: Universitas
Udayana, 2016), hlm.19.
4. Hak milik merupakan sebuah hak yang paling penting dan utama, sedangkan
hak kebendaan yang lainnya hanya merupakan bagian dari hak milik atau
eigendom.
C. Asas-Asas Kebendaan14
a. Asas Individualitas
Asas individualitas adalah objek kebendaan itu selalulah benda tertentu, atau dapat
ditentukan secara individual yang merupakan kesatuan. Hak kebendaan itu senantiasa
merupakan benda yang dapat ditentukan secara individu, artinya berwujud dan
merupakan satu kesatuan yang ditentukan menurut jenis jumlahnya.
Contohnya: rumah, hewan, dan lain-lain.
b. Asas Totalitas
Asas totalitas adalah hak kebendaan terletak diatas seluruh objeknya sebagai satu
kesatuan. Sebagai contoh adalah apabila seseorang memiliki sebuah rumah, maka
sudah tentu orang tersebut juga memiliki pintu, jendela, pagar, dan tembok rumah itu.
c. Asas Tidak Dapat Dipisahkan
Asas tidak dapat dipisahkan yakni orang yang berhak tidak boleh memindah
tangankan sebagian dari kekuasaan yang termasuk hak kebendaan yang ada padanya.
Sebagai contohnya adalah seseorang tidak dapat memindahtangankan sebagian dari
wewenang yang ada padanya atas suatu hak kebendaan.
d. Asas Publisitas
Asas publisitas yaitu hak kebendaan atas benda tidak bergerak diumumkan dan di
daftarkan dalam register umum. Sebagai contohnya adalah pengumunam status
kepemilikan suatu benda tidak bergerak seperti tanah kepada masyarakat melalui
pendaftaran dalam buku tanah, sedangkan terhadap benda bergerak terjadi melalui
penguasaan nyata benda tersebut.
e. Asas Spesialitas
Dalam lembaga hak kepemilikan hak atas tanah secara individual harus ditunjukan
dengan jelas wujud, batas, letak, luas tanah
f. Asas Hak yang Mengikuti
14
Ibid., hlm. 65.
Asas hak yang mengikuti atau zaaksvelog atau droit de suit artinya hak tersebut terus
menerus mengikuti bendanya di manapun juga, baik dalam penguasaan siapapun juga
barang itu berada.
g. Asas Pelekatan atau Accesie
Suatu benda biasanya terdiri atas bagianbagian yang melekat menjadi satu dengan
benda pokok. Sebagai contohnya adalah hubungan antara suatu bangunan dengan
bagian-bagiannya seperti jendela, kaca, pintu, dan lantai bangunan tersebut.
Berdasarkan asas ini, pemilik benda pokok dengan sendirinya merupakan pemilik dari
benda pelengkap, yang mana dapat kita artikan bahwasanya status hukum dari benda
yang menjadi pelengkap itu mengikuti status hukum benda pokoknya.
h. Asas Zackelijke Actie
Asas zackelijke actie adalah suatu hak untuk melakukan gugatan apabila terdapat
gangguan terhadap hak tersebut. Sebagai contoh misalnya adalah gugatan menuntut
ganti rugi, gugatan kembali, gugatan untuk memulihkan seperti semula, dan lainnya.
i. Asas Hukum Memaksa atau Dewingenrecht
Asas Hukum Memaksa atau dewingenrecht berarti bahwa orang tidak boleh untuk
mengadakan hak kebendaan yang menyimpang dari apa yang sudah diatur di dalam
undang-undang.
j. Asas Dapat Dipindahtangankan
Asas Dapat Dipindahtangankan yaitu semua hak kebendaan dapat dipindah
tangankan.
DAFTAR PUSTAKA
Buku-Buku:
Markeling, I. K. (2016). Hukum Perdata: Hukum Benda. Denpasar: Universitas Udayana.
Subekti. (1994). Pokok Pokok Hukum Perdata. Jakarta: PT Intermasa.
Yulia. (2015). Buku Ajar Hukum Perdata. Aceh: CV Biena Edukasi.
Undang-Undang:
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Indonesia