Anda di halaman 1dari 11

MODUL PERKULIAHAN

PERILAKU
ORGANISASI
Persepsi dan Pembelajaran
sebagai proses dasar perilaku
Manusia

Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

05
Ekonomi dan Bisnis S1 Manajemen 31077 Ryani Dhyan Parashakti, SE.MM

Abstract Kompetensi
Pengertian Persepsi, Faktor-faktor Proses pembentukannya persepsi dan
yang mempengaruhi persepsi beberapa teorinya
PERSEPSI DAN PEMBELAJARAN
SEBAGAI PROSES DASAR PERILAKU MANUSIA

Definisi Persepsi
Banyak ahli yang mencoba membuat definisi dari ‘persepsi’. Beberapa di antaranya adalah:
1. Persepsi merupakan proses yang terjadi di dalam diri individu yang dimulai dengan
diterimanya rangsang, sampai rangsang itu disadari dan dimengerti oleh individu
sehingga individu dapat mengenali dirinya sendiri dan keadaan di sekitarnya (Bimo
Walgito).
2. Persepsi merupakan proses pengorganisasian dan penginterpretasian terhadap
stimulus oleh organisme atau individu sehingga didapat sesuatu yang berarti dan
merupakan aktivitas yang terintegrasi dalam diri individu (Davidoff).
3. Persepsi ialah interpretasi tentang apa yang diinderakan atau dirasakan individu
(Bower).
4. Persepsi merupakan suatu proses pengenalan maupun proses pemberian arti terhadap
lingkungan oleh individu (Gibson).
5. Persepsi juga mencakup konteks kehidupan sosial, sehingga dikenallah persepsi sosial.
Persepsi social merupakan suatu proses yang terjadi dalam diri seseorang yang
bertujuan untuk mengetahui, menginterpretasi, dan mengevaluasi orang lain yang
dipersepsi, baik mengenai sifatnya, kualitasnya, ataupun keadaan lain yang ada dalam
diri orang yang dipersepsi sehingga terbentuk gambaran mengenai orang lain sebagai
objek persepsi tersebut (Lindzey & Aronson).
6. Persepsi merupakan proses pemberian arti terhadaplingkungan oleh seorang individu
(Krech).
7. Persepsi merupakan suatu proses yang dimulai dari penglihatan hingga terbentuk
tanggapan yang terjadi dalam diri individu sehingga individu sadar akan segala sesuatu
dalam lingkungannya melalui indera-indera yang dimilikinya.

Apa itu persepsi?


Persepsi setiap orang terhadap suatu objek berbeda-beda. Kita mungkin sering
mendengar kata-kata ini. Namun apa dan bagaimana persepsi itu? saya mencoba
menjelaskannya agar kita mengetahui lebih dalam mengenai persepsi.

‘14 Perilaku Organisasi/ Modul 5 Pusat Bahan Ajar dan eLearning


2 Ryani Dhyan Parashakti, SE.MM http://www.mercubuana.ac.id
Pengertian Persepsi
Kotler (2000) menjelaskan persepsi sebagai proses bagaimana seseorang
menyeleksi, mengatur dan menginterpretasikan masukan-masukan informasi untuk
menciptakan gambaran keseluruhan yang berarti. Mangkunegara (dalam Arindita, 2002)
berpendapat bahwa persepsi adalah suatu proses pemberian arti atau makna terhadap
lingkungan. Dalam hal ini persepsi mecakup penafsiran obyek, penerimaan stimulus (Input),
pengorganisasian stimulus, dan penafsiran terhadap stimulus yang telah diorganisasi kan
dengan cara mempengaruhi perilaku dan pembentukan sikap.
Adapun Robbins (2003) mendeskripsikan persepsi dalam kaitannya dengan lingkungan,
yaitu sebagai proses di mana individu-individu mengorganisasikan dan menafsirkan kesan
indera mereka agar memberi makna kepada lingkungan mereka.
Walgito (1993) mengemukakan bahwa persepsi seseorang merupakan proses aktif
yang memegang peranan, bukan hanya stimulus yang mengenainya tetapi juga individu
sebagai satu kesatuan dengan pengalaman-pengalamannya, motivasi serta sikapnya yang
relevan dalam menanggapi stimulus. Individu dalam hubungannya dengan dunia luar selalu
melakukan pengamatan untuk dapat mengartikan rangsangan yang diterima dan alat indera
dipergunakan sebagai penghubungan antara individu dengan dunia luar. Agar proses
pengamatan itu terjadi, maka diperlukan objek yang diamati alat indera yang cukup baik dan
perhatian merupakan langkah pertama sebagai suatu persiapan dalam mengadakan
pengamatan. Persepsi dalam arti umum adalah pandangan seseorang terhadap sesuatu
yang akan membuat respon bagaimana dan dengan apa seseorang akan bertindak.
Leavitt (dalam Rosyadi, 2001) membedakan persepsi menjadi dua pandangan, yaitu
pandangan secara sempit dan luas. Pandangan yang sempit mengartikan persepsi sebagai
penglihatan, bagaimana seseorang melihat sesuatu. Sedangkan pandangan yang luas
mengartikannya sebagai bagaimana seseorang memandang atau mengartikan sesuatu.
Sebagian besar dari individu menyadari bahwa dunia yang sebagaimana dilihat tidak selalu
sama dengan kenyataan, jadi berbeda dengan pendekatan sempit, tidak hanya sekedar
melihat sesuatu tapi lebih pada pengertiannya terhadap sesuatu tersebut.
Persepsi berarti analisis mengenai cara mengintegrasikan penerapan kita terhadap
hal-hal di sekeliling individu dengan kesan-kesan atau konsep yang sudah ada, dan
selanjutnya mengenali benda tersebut. Untuk memahami hal ini, akan diberikan contoh
sebagai berikut: individu baru pertama kali menjumpai buah yang sebelumnya tidak kita
kenali, dan kemudian ada orang yang memberitahu kita bahwa buah itu namanya mangga.
Individu kemudian mengamati serta menelaah bentuk, rasa, dan lain sebagainya, dari buah
itu secara saksama. Lalu timbul konsep mengenai mangga dalam benak (memori) individu.
Pada kesempatan lainnya, saat menjumpai buah yang sama, maka individu akan

‘14 Perilaku Organisasi/ Modul 5 Pusat Bahan Ajar dan eLearning


3 Ryani Dhyan Parashakti, SE.MM http://www.mercubuana.ac.id
menggunakan kesan-kesan dan konsep yang telah kita miliki untuk mengenali bahwa yang
kita lihat itu adalah mangga (Taniputera, 2005).
Dari definisi persepsi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa persepsi merupakan
suatu proses bagaimana seseorang menyeleksi, mengatur dan menginterpretasikan
masukan-masukan informasi dan pengalaman-pengalaman yang ada dan kemudian
menafsirkannya untuk menciptakan keseluruhan gambaran yang berarti.

Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi


Thoha (1993) berpendapat bahwa persepsi pada umumnya terjadi karena dua
faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal berasal dari dlam diri individu,
misalnya sikap, kebiasaan, dan kemauan. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor-faktor
yang berasal dari luar individu yang meliputi stimulus itu sendiri, baik sosial maupun fisik.
Dijelaskan oleh Robbins (2003) bahwa meskipun individu-individu memandang pada satu
benda yang sama, mereka dapat mempersepsikannya berbeda-beda. Ada sejumlah faktor
yang bekerja untuk membentuk dan terkadang memutar-balikkan persepsi. Faktor-faktor ini
dari:
1) Pelaku persepsi (perceiver)
2) Objek atau yang dipersepsikan
3) Konteks dari situasi dimana persepsi itu dilakukan
Berbeda dengan persepsi terhadap benda mati seperti meja, mesin atau gedung,
persepsi terhadap individu adalah kesimpulan yang berdasarkan tindakan orang tersebut.
Objek yang tidak hidup dikenai hukum-hukum alam tetapi tidak mempunyai keyakinan, motif
atau maksud seperti yang ada pada manusia. Akibatnya individu akan berusaha
mengembangkan penjelasan-penjelasan mengapa berperilaku dengan cara-cara tertentu.
Oleh karena itu, persepsi dan penilaian individu terhadap seseorang akan cukup banyak
dipengaruhi oleh pengandaian-pengadaian yang diambil mengenai keadaan internal orang
itu (Robbins, 2003). Gilmer (dalam Hapsari, 2004) menyatakan bahwa persepsi
dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain faktor belajar, motivasi, dan pemerhati
perseptor atau pemersepsi ketika proses persepsi terjadi. Dan karena ada beberapa faktor
yang bersifat yang bersifat subyektif yang mempengaruhi, maka kesan yang diperoleh
masing-masing individu akan berbeda satu sama lain.
Oskamp (dalam Hamka, 2002) membagi empat karakteristik penting dari faktor-
faktor pribadi dan sosial yang terdapat dalam persepsi, yaitu:
a. Faktor-faktor ciri dari objek stimulus.
b. Faktor-faktor pribadi seperti intelegensi, minat.
c. Faktor-faktor pengaruh kelompok.
d. Faktor-faktor perbedaan latar belakang kultural.

‘14 Perilaku Organisasi/ Modul 5 Pusat Bahan Ajar dan eLearning


4 Ryani Dhyan Parashakti, SE.MM http://www.mercubuana.ac.id
Persepsi individu dipengaruhi oleh faktor fungsional dan struktural. Faktor fungsional
ialah faktor-faktor yang bersifat personal. Misalnya kebutuhan individu, usia, pengalaman
masa lalu, kepribadian,jenis kelamin, dan hal-hal lain yang bersifat subjektif. Faktor
struktural adalah faktor di luar individu, misalnya lingkungan, budaya, dan norma sosial
sangat berpengaruh terhadap seseorang dalam mempresepsikan sesuatu.Dari uraian di
atas dapat ditarik sebuah kesimpulan, bahwa persepsi dipengaruhi oleh beberapa faktor
internal dan eksternal, yaitu faktor pemersepsi (perceiver), obyek yang dipersepsi dan
konteks situasi persepsi dilakukan.

Gambar 1 : Model dan faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi

Faktor pada perceiver:


Sikap
Motif
Kepentingan
Pengalaman
Pengharapan

Faktor dalam situasional:


Waktu
Keadaan/tempat kerja PERSEPSI
Keadaan social

Faktor pada target yang


baru
Gerakan
Bunyi
Ukuran
Latar belakang
Kedekatan
Keterangan:
1. Perceiver
Ketika seorang individu melihat suatu sasaran dan berusaha menginterpretasikan apa
yang dia lihat, interpretasi itu sangat dipengaruhi oleh karekateristik pribadi individu yang
melihat.
Karakteristik-karakteristik pribadi individu yang mempengaruhi persepsi meliputi:
a. Sikap
b. Motif
c. Kepentingan
d. Pengalaman masa lalu
e. Pengharapan
f. Kepribadian.

‘14 Perilaku Organisasi/ Modul 5 Pusat Bahan Ajar dan eLearning


5 Ryani Dhyan Parashakti, SE.MM http://www.mercubuana.ac.id
2. Target
Karakteristik sasaran/ objek/ target yang diobservasi dapat mempengaruhi apa yang
dipersepsikan. Orang yang ceria lebih menonjol dalam suatu kelompok daripada orang
yang pendiam. Begitu pula pada individu yang secara ekstrim menarik atau tidak
menarik. Karena sasaran tidak dipahami secara terisolasi, latar belakang sasaran dapat
mempengaruhi persepsi, seperti kecenderungan kita untuk mengelompokkan hal-hal
yang berdekatan dan hal-hal yang mirip satu sama lain.
3. Situation
Konteks/ situasi di mana kita melihat suatu objek atau peristiwa juga penting. Waktu
dimana suatu objek atau peristiwa dilihat dapat mempengaruhi pemahaman, seperti
lokasi, cahaya, suasana panas, atau sejumlah faktor-faktor situasional lainnya.

Persepsi adalah suatu proses pengenalan atau identifikasi sesuatu dengan


menggunakan panca indera (Dreverdalam Sasanti, 2003). Kesan yang diterima individu
sangat tergantung pada seluruh pengalaman yang telah diperoleh melalui proses berpikir
dan belajar, serta dipengaruhi oleh faktor yang berasal dari dalam diri individu.
Sabri (1993) mendefinisikan persepsi sebagai aktivitas yang memungkinkan manusia
mengendalikan rangsangan-rangsangan yang sampai kepadanya melalui alat inderanya,
menjadikannya kemampuan itulah dimungkinkan individu mengenali milleu (lingkungan
pergaulan) hidupnya. Proses persepsi terdiri dari tiga tahap yaitu tahapan pertama terjadi
pada pengideraan diorganisir berdasarkan prinsip-prinsip tertentu, tahapan ketiga yaitu
stimulasi pada penginderaan diinterprestasikan dan dievaluasi.
Mar’at (1981) mengatakan bahwa persepsi adalah suatu proses pengamatan
seseorang yang berasal dari suatu kognisi secara terus menerus dan dipengaruhi oleh
informasi baru dari lingkungannya. Riggio (1990) juga mendefinisikan persepsi sebagai
proses kognitif baik lewat penginderaan, pandangan, penciuman dan perasaan yang
kemudian ditafsirkan.
Mar'at (Aryanti, 1995) mengemukakan bahwa persepsi di pengaruhi oleh faktor
pengalaman, proses belajar, cakrawala, dan pengetahuan terhadap objek psikologis.
Rahmat (dalam Aryanti, 1995) mengemukakan bahwa persepsi juga ditentukan juga oleh
faktor fungsional dan struktural.
Beberapa faktor fungsional atau faktor yang bersifat personal antara kebutuhan
individu, pengalaman, usia, masa lalu, kepribadian, jenis kelamin, dan lain-lain yang bersifat
subyektif. Faktor struktural atau faktor dari luar individu antara lain: lingkungan keluarga,
hukum-hukum yang berlaku, dan nilai-nilai dalam masyarakat. Jadi, faktor-faktor yang
mempengaruhi persepsi terdiri dari faktor personal dan struktural. Faktor-faktor personal
antara lain pengalaman, proses belajar, kebutuhan, motif dan pengetahuan terhadap obyek

‘14 Perilaku Organisasi/ Modul 5 Pusat Bahan Ajar dan eLearning


6 Ryani Dhyan Parashakti, SE.MM http://www.mercubuana.ac.id
psikologis. Faktor-faktor struktural meliputi lingkungan keadaan sosial, hukum yang berlaku,
nilai-nilai dalam masyarakat. Pelaku orang lain dan menarik kesimpulan tentang penyebab
perilaku tersebut atribusi dapat terjadi bila: 1). Suatu kejadian yang tidak biasa menarik
perhatian seseorang, 2). Suatu kejadian memiliki konsekuensi yang bersifat personal, 3).
Seseorang ingin mengetahui motif yang melatar belakangi orang lain (Shaver, 1981; Lestari,
1999).

Proses pembentukannya persepsi dan beberapa teorinya.


Brems & Kassin (dalam Lestari, 1999) mengatakan bahwa persepsi sosial memiliki
beberapa elemen, yaitu:
a. Person, yaitu orang yang menilai orang lain.
b. Situasional, urutan kejadian yang terbentuk berdasarkan pengalaman orang untuk
menilai sesuatu.
c. Behavior, yaitu sesuatu yang di lakukan oleh orang lain.

Ada dua pandangan mengenai proses persepsi, yaitu:


1. Persepsi sosial, berlangsung cepat dan otomatis tanpa banyak pertimbangan orang
membuat kesimpulan tentang orang lain dengan cepat berdasarkan penampilan fisik
dan perhatian sekilas.
2. Persepsi sosial, adalah sebuah proses yang kompleks, orang mengamati perilaku
orang lain dengan teliti hingga di peroleh analisis secara lengkap terhadap person,
situasional, dan behaviour.
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa persepsi suatu
proses aktif timbulnya kesadaran dengan segera terhadap suatu obyek yang merupakan
faktor internal serta eksternal individu meliputi keberadaan objek, kejadian dan orang lain
melalui pemberian nilai terhadap objek tersebut.
Sejumlah informasi dari luar mungkin tidak disadari, dihilangkan atau disalahartikan.
Mekanisme penginderaan manusia yang kurang sempurna merupakan salah satu sumber
kesalahan persepsi.

Proses Mempersepsi seseorang


1. Teori atribusi  proses menerima penyebab dalam dan hasil perilaku. Teori atribusi
memberikan pengertian ke dalam proses sehingga kita mengetahui sebab dan motif
perilaku seseorang. Dengan mengetahui bagaiman orang mengambil keputusan di
antara bermacam penjelasan perilaku, kita memperoleh gambaran bagaimana sebab
perilaku dinilai. Mengamati perilaku dan menggambarkan kesimpulan dinamakan
membuat atribusi.

‘14 Perilaku Organisasi/ Modul 5 Pusat Bahan Ajar dan eLearning


7 Ryani Dhyan Parashakti, SE.MM http://www.mercubuana.ac.id
2. Perilaku seseorang ditentukan oleh
a. Faktor intern (atribut disposisi)  menjelaskan perilaku dalam kondisi di dalam diri
seseorang seperti agresifitas, rasa malu, sombong, atau kecerdasan yang
menggambarkan sebuah atribusi disposisi. Jadi, menekankan beberapa aspek
individu seperti kemampuan, keterampilan atau motivasi internal.
b. Faktor ekstern (atribut situasional)  menekankan akibat dari lingkungan terhadap
perilaku.
Dalam usaha membuat keputusan apakah perilaku harus di atribusi kepada
seseorang (internal) atau kepada keadaan (eksternal) dapat digunakan beberapa criteria
yaitu:
 Keistimewaan (Distinctiveness)  apakah perilaku tidak biasa atau tipikal untuk orang
tertentu apabila perbedaan tinggi lalu kita menyimpulkan bahwa beberapa factor
situasional hal tersebut harus bertanggung jawab. Tetapi apabila hal tersebut terjadi
secara berulangkali dan sering maka kita cenderung menyebut sebagai atribusi
personal.
 Konsensus (Consensus)  apakah banyak orang-orang lain yang mengatakan atau
mengerjakan sesuatu yang sama pada keadaan itu, jika ya kita kurang mengartikan
perilaku (contohnya mutu produksi rendah) kepada mutu seseorang yang unik.
 Konsistensi (Consistency)  apakah orang berperilaku secara konsisten, bila terjadi
perilaku yang tidak konsisten kita cenderung memakai atribusi situasional.

 Pembelajaran dan Pengetahuan


Adalah setiap perubahan yang relative permanent dari suatu kemampuan ke
mampuan berikutnya, dari perilaku yang terjadi sebagai hasil dari pengalaman. Setiap
perubahan kemampuan akan merubah perilaku ke arah yang di inginkan sehingga terdapat
perubahan kinerja sebagai hasil dari proses pembelajaran atau pengalaman.

Terdapat beberapa teori pembelajaran


a. Teori Pengkondisian Klasik (Classical Conditioning Theory)  suatu tipe
pengkondisian pembelajaran dimana seorang individu menanggapi beberapa
rangsangan yang tidak akan selalu menghasilkan respons semacam itu.
b. Teori Pengkondisian Operan (Operant Conditioning Theory)  suatu tipe
pengkondisian pembelajaran dimana secara sukarela mengarahkan perilaku yang
diinginkan terhadap imbalan atau mencegah hukuman. Teori beragumentasi bahwa
perilaku adalah fungsi dari akibat. Orang-orang belajar untuk memperoleh sesuatu yang
mereka inginkan atau menghindari sesuatu yang tidak mereka inginkan.

‘14 Perilaku Organisasi/ Modul 5 Pusat Bahan Ajar dan eLearning


8 Ryani Dhyan Parashakti, SE.MM http://www.mercubuana.ac.id
c. Teori pembelajaran kognitif (Cognitif Learning Theory)  is a form of learning
achieved by thinking about the perceived relationship between events and individual
goals and expectations.
d. Teori Pembelajaran Sosial (Social Learning Theory)  orang dapat belajar melalui
pengamatan apa yang terjadi pada orang alin atau hanya dengan diberitahu mengenai
sesuatu, atau dan pengalaman langsung, seperti dengan melihat memperhatikan
model, atasan, guru, gambar dan sebagainya.

Gambar 2 : Classical Learning Model (learning occurs through conditioned stimuli)

STIMULUS Behaviour

A person : Feels nervous, grits teech,


Sees the boss Feels nervous grits teeth
Smile & Hears
Boss’s criticism.
And later :
Sees the smile

Gambar 3 : Operant Conditioning Model

(learning occurs through consequences of behaviour)

Behaviour Consequences

A person : Gets boss’s praise


Works over time
And later :
Works over tima again

‘14 Perilaku Organisasi/ Modul 5 Pusat Bahan Ajar dan eLearning


9 Ryani Dhyan Parashakti, SE.MM http://www.mercubuana.ac.id
Gambar 4 : Social Learning Model

PERSON

Symbolic Processes Self Control


Verbal/Mental Images
That Help Guide Self –Efficacy
Behavior Control

Behavior

Modeling Behavior
Behavior Acquired By Observing Environment
& Imitating Others

‘14 Perilaku Organisasi/ Modul 5 Pusat Bahan Ajar dan eLearning


10 Ryani Dhyan Parashakti, SE.MM http://www.mercubuana.ac.id
Daftar Pustaka
James L.Gibson, John M Ivancevich, James H Donnelly, Jr 2000, Organizations, Behavior,
Structure and Process, Burr Ridge H Irwin, Bab 4
Greenberg J & Baron R.A 2004 Behavior in Organizations Understanding and Managing the
Human side of Work 9th edition Upper Saddle River, NJ Prentice Hall, Bab 3
Robbins, Stephen P (2008) Organizational Behavior Concept and Application 12th edition,
Prantice Hall USA, Bab 2

‘14 Perilaku Organisasi/ Modul 5 Pusat Bahan Ajar dan eLearning


11 Ryani Dhyan Parashakti, SE.MM http://www.mercubuana.ac.id

Anda mungkin juga menyukai