Perilaku
Organisasi
Faktor2 yang menentukan
Struktur Organisasi
04
Ekonomi dan Bisnis S1/Manajamen 31077 Ryani Dhyan Parashakti, SE.MM
Abstract Kompetensi
Struktur organisasi adalah sistem atau Struktur organisasi menetapkan cara
jaringan kerja terhadap tugas-tugas, bagaimana tugas dan pekerjaan dibagi,
sistem pelaporan dan komunikasi yang dikelompokkan dan dikoordinir secara
menghubungkan secara bersama formal.
pekerjaan individual dengan kelompok.
Pendahuluan
Struktur organisasi adalah sistem atau jaringan kerja terhadap tugas-tugas, sistem
pelaporan dan komunikasi yang menghubungkan secara bersama pekerjaan individual
dengan kelompok.
Struktur organisasi dapat didefinisikan sebagai suatu sistem atau jaringan kerja terhadap
tugas-tugas, sistem pelaporan dan komunikasi yang menghubungkan secara bersama
pekerjaan individual dengan kelompok.
1. Pembagian kerja, adalah membagi seluruh beban pekerjaan menjadi banyak tugas
yang secara wajar dan nyaman dapat dilaksanakan oleh individu dan kelompok
dengan penuh rasa tanggung jawab. Tidak ada pekerjaan tidak bisa terbagi sehingga
terlalu berat dan akhirnya tidak mungkin dikerjakan. Seluruh pekerjaan harus terbagi
habis menjadi banyak tugas yang dapat diselesaikan dengan baik, sesuai dengan
kemampuan anggota organisasi.
1) Henry Ford menjadi kaya, karena kerja dapat dilakukan dengan efisien jika
karyawan diperbolehkan berspesialisasi.
2) Pada akhir 1940-an, kebanyakan pekerjaan manufaktur dalam negara-negara
industri dijalankan dengan spesialisasi kerja yang tinggi.
3) Selama lebih dari paruh pertama abad 20, para manajer memandang
spesialisasi kerja sebagai suatu sumber yang tidak habis-habisnya dari
produktivitas yang meningkat.
4) Menjelang dasawarsa 1960-an, telah dicapai titik dalam beberapa pekerjaan
dimana disekonomi manusia yang terjadi dalam spesialisasi yang muncul
dalam bentuk kebosanan, kelelahan, stres dan lainnya.
b. Departementalisasi
Dasar yang dipakai untuk mengelompokkan bersama, sejumlah pekerjaan.
a. Konvensional
Suatu struktur organisasi yang bercirikan tingkat departementalisasi sederhana,
rentang kendali yang luas, wewenang yang dipusatkan dalam tangan satu orang dan
tingkat formalisasi rendah. Struktur jenis ini paling banyak dipraktikkan dalam bisnis
kecil dimana manajer dan pemilik hanya ada satu dan adalah orang yang sama.
Peran tetap pada manajer yang sekaligus pemilik perusahaan kekuatan struktur ini
terletak dalam kesederhanaannya. Cepat, luwes dan tidak mahal pemeliharaannya
dan tanggung jawabnya jelas: Satu kelemahan utama adalah riskan, karena
semuanya bergantung pada satu orang.
b. Birokrasi
Suatu struktur dengan tugas-tugas operasi yang sangat rutin yang dicapai lewat
spesialisasi, aturan dan pengaturan yang sangat formal, tugas-tugas yang
dikelompokkan ke dalam departemen-departemen fungsional, wewenang terpusat,
rentang kendali yang sempit, dan pengambilan keputusan yang mana mengikuti,
rantai komando. Pengelompokan berbagai bidang keahlian yang sama dalam
departemen-departemen fungsional menghasilkan skala ekonomi, memperkecil
kemungkinan duplikasi personalia dan peralatan serta karyawan yang mempunyai
kesempatan untuk berbicara dalam bahasa yang sama/sepaham diantara rekan
c. Matriks
Suatu struktur yang menciptakan lini rangkap wewenang, menggabungkan
departementalisasi fungsional dan produk (matriks memiliki rantai komando ganda).
Kekuatan matriks terletak dalam menempatkan para spesialis secara bersama,
meminimalkan jumlah, sementara itu memungkinkan pengumpulan dan penggunaan
sumber daya khusus secara bersama-sama untuk semua produk. Kelemahan utama
adalah kesulitan mengkoordinasi tugas dari spesialis fungsional yang beraneka agar
aktivitas mereka diselesaikan pada waktunya sesuai anggaran. Kekuatannya terletak
pada kemudahan koordinasi diantara spesialis untuk mencapai penyelesaian tepat
waktu dan memenuhi target anggaran serta memberikan tanggung jawab yang jelas
untuk semua aktivitas yang dikaitkan dengan suatu produk, meski dengan duplikasi
aktivitas dan biaya. Karakteristik struktural yang paling jelas dari matrik adalah
matriks memecah konsep kesatuan komando karyawan. Dalam matrik mempunyai
dua atasan yaitu manajer departemen fungsional dan manajer produknya, oleh
karena itu matriks mempunyai rantai komando rangkap dua.
Terdapat 4 (empat) paradigma dalam teori pengambilan keputusan, yaitu : (1) model
rasional, (2) model organisasional, (3) model politik dan power, dan (4) model garbage
can. Teori pengambilan keputusan telah diperkaya dengan konsep-konsep di luar ilmu
manajemen murni, disiplin ilmu lain seperti psikologi membawa konsepnya ke dalam
teori pengambilan keputusan seperti konsep tentang cognitive dan bias kognitif.
Model Rasional
Dalam model yang paling basic dalam pengambilan keputusan model rational, dimana
dalam perspektif ini diasumsikan bahwa setiap individu memiliki kesamaan perilaku
terhadap tujuan yang ingin dicapai.
Berdasarkan perspektif ini, si pengambil keputusan berada dalam situasi dimana si aktor
mengetahui secara persis tujuan yang ingin dicapai.
Perspektif ini seringkali digunakan dalam proses pengambilan keputusan karena ada
dua hal: (1) asumsi bahwa aktor pengambil keputusan adalah rasional, (2) bahwa setiap
aktivitas yang akan diambil harus beralasan logis. Tahapan proses pengambilan
keputusan dalam perspektif ini mengikuti tahapan seperti: (1) formulasi masalah, (2)
menemukan semua alternatif pemecahan masalah secara logis, (3) mengevaluasi setiap
alternatif pemecahan berdasarkan tujuan yang hendak dicapai, dan (4) pemilihan solusi
yang paling optimal. Bahwa ternyata kognitif dari aktor pengambil keputusan adalah
terbatas dan karena keterbatasan proses kognitif ini, biasanya si aktor pengambil
keputusan menggunakan ‘heuristik’ dalam memproses informasi yang digunakan untuk
pengambilan keputusan yang tidak jarang hal ini akan memunculkan bias cognitive dan
oleh karena itu maximizing sulit dicapai.
Model Organisasional
Model ini merupakan pengembangan dari model rasional dimana dalam pengambilan
keputusan, kognitif dari faktor pengambil keputusan adalah terbatas dan aspek-aspek
organisasilah yang akan menutupi keterbatasan ‘kognitif dan membentuk’ kognitif aktor
Dalam perspektif ini, pengambilan keputusan melalui proses seperti: (1) masalah muncul
ketika organisasi menganalisa informasi yang berkembang dengan tujuan awal
organisasi, (2) masalah akan di break down dan dibagi ke masing-masing unit
berdasarkan tugas masing-masing, (3) masing-masing unit akan mengolah masalah
berdasarkan prosedur yang ada didalamnya, (4) kemudian masing-masing unit
menetapkan pemecahan masalah, (5) pemecahan secara organisasi (global) merupakan
gabungan pemecahan masalah dari masing-masing unit.
Akar dari perspektif politik dalam pengambilan keputusan adalah ilmu politik. Perspektif
ini melihat bahwa para pengambil keputusan memiliki tujuan yang berbeda-beda,
mereka bekerja sama melalui proses koalisi dan preferensi dari aktor yang memiliki
pengaruh yang paling besar yang akan menang. Awalnya perspektif ini digunakan untuk
menjelaskan proses pengambilan keputusan di lembaga legislatif, dimana para faktor
saling beradu argumen dan interes, pembentukan koalisi dan pemenang.
Teori ini pertama kali dikemukakan oleh Cohen, Marc dan Olsen (1972), bahwa
keputusan dalam suatu organisasi terjadi dengan tidak sengaja atau kebetulan. Teori ini
merupakan reaksi dari model rasional dan model politik, yang menurut mereka memiliki
banyak kelemahan terutama dalam memahami proses pengambilan keputusan dalam
situasi yang kompleks, tidak stabil dan dalam dunia yang ambiguous.
Daftar Pustaka
James L.Gibson, John M Ivancevich, James H Donnelly, Jr 2000, Organizations, Behavior,
Structure and Process, Burr Ridge H Irwin,
Greenberg J & Baron R.A 2004 Behavior in Organizations Understanding and Managing the
Human side of Work 9th edition Upper Saddle River, NJ Prentice Hall,
Robbins, Stephen P (2008) Organizational Behavior Concept and Application 12th edition,
Prantice Hall USA, Bab 2