1.1.1 Koordinasi Koordinasi (coordination) adalah proses pengintegrasian tujuan-tujuan dan kegiatan-kegiatan pada satuan-satuan yang terpisah (departemen atau bidang- bidang fungsional) suatu organisasi untuk mencapai tujuan organisasi secara efisien. Tanpa koordinasi, individu-individu dan departemen-departemen akan kehilangan pegangan atas peranan mereka dalam organisasi. Masalah-masalah Pencapaian Koordinasi yang Efektif Peningkatan spesialisasi akan menaikkan kebutuhan akan koordinasi. Tetapi semakin besar derajat spesialisasi, semakin sulit bagi manajer untuk mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan khusus dari satuan-satuan yang berbeda. Paul R. Lawrence dan Jay W. Lorch telah mengemukakan empat tipe perbedaan dalam sikap dan cara kerja diantara bermacam-macam individu dan departemen- departemen dalam organisasi yang mempersulit tugas pengkoordinasian bagian- bagian organisasi secara efektif, yaitu: 1. Perbedaan dalam orientasi terhadap tujuan tertentu Para anggota dari departemen yang berbeda mengembangkan pandangan mereka sendiri tentang bagaiamana cara mencapai kepentingan organisasi yang baik. 2. Perbedaan dalam orientasi waktu Manajer produksi akan lebih memperhatikan masalah-masalah yang harus dipecahkan segera atau dalam periode waktu pendek. Bagian penelitian dan pengembangan lebih terlibat dengan masalah-masalah jangka panjang. 3. Perbedaan dalam orientasi antarpribadi Kegiatan produksi memerlukan komunikasi dan pembuatan keputusan yang cepat agar prosesnya lancar, sedangkan bagian penelitian dan pengembangan mungkin dapat lebih santai dan setiap orang dapat mengembangkan pendapat serta berdiskusi satu dengan yang lain. 4. Perbedaan dalam formalitas struktur Setiap tipe satuan dalam organisasi mungkin mempunyai metoda-metoda dan standar-standar yang berbeda untuk mengevaluasi program terhadap tujuan dan untuk balas jasa bagi karyawan. Pendekatan-pendekatan untuk Pencapaian Koordinasi yang Efektif Komunikasi adalah kunci koordinasi yang efektif. Koordinasi secara langsung tergantung pada perolehan, penyebaran dan pemrosesan informasi. Semakin besar ketidakpastian tugas yang dikoordinasikan maka semakin membutuhkan informasi. Untuk alasan ini, koordinasi pada dasarnya merupakan tugas pemrosesan informasi. Ada tiga pendekatan untuk pencapaian koordinasi yang efektif. Pertama, hanya mempergunakan teknik-teknik manajemen dasar. Pendekatan kedua menjadi diperlukan bila bermacam-macam satuan organisasi menjadi lebih saling tergantung dan lebih luas dalam ukuran dan fungsi. Pendekatan ketiga, di samping peningkatan koordinasi potensial, mengurangi kebutuhan akan koordinasi. 1. Mekanisme-mekanisme Pengkoordinasian Dasar Mekanisme-mekanisme dasar untuk pencapaian koordinasi adalah komponen-komponen vital manajemen yang secara ringkas dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Hirarki manajerial. Rantai perintah, aliran informasi dan kerja, wewenang formal, hubungan tanggung jawab dan akuntabilitas yang jelas dapat menumbuhkan integrasi bila dirumuskan secara jelas serta dilaksanakan dengan pengarah yang tepat. 2. Aturan dan prosedur. Aturan-aturan dan prosedur-prosedur adalah keputusan- keputusan manajerial yang dibuat untuk menangani kejadian-kejadian rutin, sehingga dapat juga menjadi perlatan yang efisien untuk koordinasi dan pengawasan rutin. 3. Rencana dan penetapan tujuan. Pengembangan rencana dan tujuan dapat digunakan untuk pengkooridinasian melalui pengarahan seluruh satuan organisasi terhadap sasaran-sasaran yang sama. 2. Meningkatkan Koordinasi Potensial Bila mekanisme pengkoordinasian dasar tidak cukup, maka koordinasi potensial ini dapat ditingkatkan dengan dua cara, yaitu vertikal dan menyamping (horizontal). 1. Sistem informasi vertikal. Sistem informasi vertikal adalah perlatan melalui man data disalurkan melewati tingkatan-tingkatan organisasi. Komunikasi dapat terjadi di dalam atau di luar rantai perintah. 2. Hubungan-hubungan lateral (horizontal). Ada beberapa hubungan lateral, yang dapat diperinci sebagai berikut: a. Kontak langsung antara individu-individu yang dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi kerja. b. Peranan penghubung c. Panitia dan satuan tugas d. Pengintegrasian peranan-peranan, misalkan yang dilakukan oleh manajer prodk atau proyek. e. Peranan penghubung manajerial, yang mempunyai kekuasaan menyetujui perumusan anggaran oleh satuan-satuan yang diintegrasikan dan implementasianya. f. Organisasi matriks 3. Pengurangan Kebutuhan akan Koordinasi Kebutuhan akan koordinasi yang sangat besar dapat menyebabkan kelebihan beban bahkan memperluas mekanisme-mekanisme pengkoordinasian. Ada dua metoda pengurangan kebutuhan koordinasi, yaitu: 1. Penciptaan sumber daya-sumber daya tambahan. Sumber daya-sumber daya tambahan memberikan kelonggaran bagi satuan-satuan kerja. Penambahan tenaga kerja, bahan baku atau waktu, tugas diperingan dan masalah-masalah yang timbul berkurang. 2. Penciptaan tugas-tugas yang dapat berdiri sendiri. Teknik ini mengurangi kebutuhan koordinasi dengan mengubah karakter, satuan-satuan organisasi. Kelompok tugas yang dapat berdiri sendiri diserahi satuan tanggung jawab penuh salah satu organisasi operasi (perusahaan). 4. Penentuan Mekanisme Koordinasi yang Tepat Pertimbangan penting dalam penentuan pendekatan yang paling baik untuk koordinasi adalah menyesuaiakan kapasitas organisasi untuk koordinasi dengan kebutuhan organisasi. Bila kebutuhan lebih besar dari kemampuan, organisasi harus menetukan pilihan yaitu meningkatkan koordinasi potensial atau mengurangi kebutuhan. Sebaliknya, terlalu besar kemampuan pemrosesan informasi relatif terhadap kebutuhan ekonomis tidak efesien, karena untuk menciptakan dan memelihara mekanisme-mekanisme tersebut adalah mahal.
1.1.2 Delegasi Wewenang
Delegasi dapat didefinisikan sebagai pelimpahan wewenang dan tanggung jawab formal kepada orang lain untuk melaksanakan kegiatan tertntu. Delegasi wewenang adalah proses dimana para manajer mengalokasikan wewenang ke bawah kepada orang-orang yang melapor kepadanya. Alasan-alasan Pendelegasian Ada beberapa alasan mengapa perlu pendelegasian. Pertama, pendelegasian memungkinkan manajer dapat mencapai lebih dari bila mereka manangani setiap tugas sendiri. Delegasi juga memungkinkan manajer memusatkan tenaganya pada tugas-tugas prioritas yang lebih penting. Di lain pihak, delegasi memungkinkan bawahan untuk tumbuh dan berkembang. Delegasi dibutuhkan karena manajer tidak selalu mempunyai semua pengetahuan yang dibutuhkan untuk membuat keputusan. Mereka mungkin menguasai “the big picture” tetapi tidak cukup mengerti tentang masalah terperinci. Pedoman Klasik untuk Delegasi Efektif Prinsip-prinsip klasik yang dapat dijadikan dasar untuk deelegasi yang efektif adalah: 1. Prinsip skalar. Dalam proses pendelegasian harus ada garis wewenang yang jelas mengalir setingkat demi setingkat dari tingkatan organisasi paling atas ke tingkatan paling bawah. Dalam proses pembuatan garis wewenang dibutuhkan delegasi oenuh, yang berarti bahwa semua tugas organisasi yang diperlukan harus dibagi habis. 2. Prinsip kesatuan perintah. Prinsip kesatuan perintah menyatakan bahwa setiap bawahan dalam organisasi seharusnya melapor hanya kepada seorang atasa. Pelaporan kepada lebih dari satu atasan membuat individu mengalami kesulitan untuk mengetahui kepada siapa pertanggung jawaban diberikan dan instruksi man yang harus diikuti. 3. Tanggung jawab, wewenang dan akuntabilitas. Bagi manajer, selain harus mempertanggung jawabkan tugas-tugasnya sendiri, juga harus mempertanggung jawabkan pelaksanaan tugas bawahannya. Penanggulangan Hambatan-hambatan Delegasi Agar proses pendelegasian berjalan dengan efektif diperlukan berbagai cara untuk mengatasi atau menanggulangi hambatan-hambatan yang terjadi. Louis Allen telah mengemukakan berbagai teknik khusus untuk membantu manajer melakukan delegasi dengan efektif yaitu: 1. Tetapkan tujuan. Bawahan harus diberitahu maksud dan pentingnya tugas- tugas yang didelegasikan kepada mereka. 2. Tegaskan tanggung jawab dan wewenang. Bawahan harus diberi informasi dengan jelas tentang apa yang mereka harus pertanggung jawabkan dan baian dari sumber daya-sumber daya organisasi mana yang ditempatkan di bawah wewenangnya. 3. Berikan motivasi kepada bawahan. Manajer dapat mendorong bawahan melalui perhatian pada kebutuhan dan tujuan mereka yang sensitif. 4. Meminta penyelesaian kerja. Manajer memberikan pedoman, bantuan dan informasi kepada bawahan, sedangkan para bawahan harus melaksanakan pekerjaan sesungguhnya yang telah didelegasikan. 5. Berikan latihan. Manajer perlu mengarahkan bawahan, untuk mengembangkan pelaksanaan kerjanya. 6. Adakan pengawasan yang memadai. Sistem pengawasan yang terpercaya (seperti laporan mingguan) dibuat agar manajer tidak perlu menghabiskan waktunya dengan memeriksa pekerjaan bawahan terus menerus.
Manajemen waktu dalam 4 langkah: Metode, strategi, dan teknik operasional untuk mengatur waktu sesuai keinginan Anda, menyeimbangkan tujuan pribadi dan profesional
Pendekatan sederhana untuk komunikasi profesional: Panduan praktis untuk komunikasi profesional dan strategi komunikasi bisnis tertulis dan interpersonal terbaik