Dalam bab sebelumnya telah dibahas dua aspek utama proses pengorganisasian,
pembagian kerja dan departementalisasi. Bab ini akan menguraikan 2 aspek penting
lainnya dalam proses pengorganisasian koordinasi dan rentang Manajemen
Bila kegiatan kegiatan dibagi dan didepartementalisasikan manajer perlu untuk
mengkoordinasikan kegiatan kegiatan itu untuk mencapai tujuan. Kemempuan manajer
untuk melakukan koordinasi secara efektif sebagian besar tergantung pada jumlah
bawahan yang melapor kepadanya, yang dikenal sebagai rentang Manajemen atau
rentang kendali
KOORDINASI
Koordinasi (coorniation) adalah proses pengintegrasian tujuan tujuan dan
kegiatan kegiatan pada satuan satuan yang terpisah (departemen/bidang bidang
fungsional) suatu Organisasi untuk mencapai tujuan Organisasi secara efisien. Tanpa
koordinasi, individu individu dan departemen departemen akan kehilangan pegangan
atas peranan mereka dalam Organisasi. Mereka akan mulai mengejar kepentingan sendiri,
yang sering merugikan pencapaian tujuan Organisasi secara keseluruhan.
Kebutuhan Akan Koordinasi
Kegiatan kegiatan dari satuan satuan Organisasi berbeda dalam kebutuhan
integrasi. Kebutuhan akan koordinasi tergantung pada sifat dan kebutuhan komunikasi
dalam pelaksanaan tugas derajat saling ketergantungan bermacam macan satuan
pelaksanaannya. Bila tugas tugas tsb memerlukan aliran informasi antar satuan, derajat
koordinasi yang tinggi adalah paling baik. Derajat koordinasi yang tinggi ini sangat
bermanfaat untuk pekerjaan yang tidak rutin dan tidak dapat diperkirakaan,faktor faktor
lingkungan selalu berubah ubah serta saling ketergantungan adalah tinggi. Koordinasi
juga sangat dibutuhkan bagi Organisasi Organisasi yang menetapkan tujuan yang
tinggi.
Menurut James Dan Thompson, ada 3 macam saling ketergantungan diantara
satuan satuan Organisasi, yaitu :
1. Saling ketergantungan yang menyatu (pooled interdependence), bila satuan
satuan Organisasi tidak saling tergantung satu dengan yang lain dalam
melaksanakan kegiatan harian tetapi tergantung pada pelaksanaan kerja setiap
satuan yang memuaskan untuk suatu hasil akhir
2. Saling ketergantungan yang berurutan (sequntial interdependence), dimana suatu
satuan Organisasi harus melakukan pekerjaannya terlebih dahulu sebelum satuan
yang lain dapat bekerja
3. Saling ketergantungan timbal balik (reciprocal interdependence), merupakan
hubungan memberi dan menerima antar satuan Organisasi
ketiga hubungan saling ketergantungan ini dapat digambarkan seperti terlihat pada
gambar 9.1.kebutuhan Organisasi saling yang menyatu lebih besar dari macam saling
ketergantungan yang menyatu lebih besar dari macam saling ketergantungan yang lain.
pooled interdependence
Divisi
Produk
A
Divisi
Produk
B
sequntial
interdependence
Depertemen
pembelian
Depertemen
produksi
reciprocal
interdependence
Bagian
pemeliha
raan
Bagian
operasi
Gambar 9.1. tiga macam saling ketergantungan diantara satuan satuan Organisasi
Gambar 9.2.
Mekanisme
Hirarki manajemen
Rencana dan
penetapan tujuan
Sistem informasi
vertikal dan / jasa hub
lateral
Gambar 9.1.
Sederhana
Murah
Kapasiatas
pemrosesan
informasi
Rendah
Kompleks
mahal
Tinggi
Kompleksitas
Biaya
RENTANG MANAJEMEN
Prinsip rentang manajemen berkaitan dengan jumlah bawahan yang dapat
dikendalikan secara efektif oleh seorang manajer atau atasan. Rentang Manajemen juga
dapat berarti jumlah bawahan yang secara langsung memberikan laporan kepada seorang
manajer tertentu. Rentang Manajemen sering disebut dengan istilah istilah span of
control, span of authority, span of attention atau span of supervision. Disini akan
menggunakan istilah Rentang Manajemen disamping istilah yang paling umum
digunakan rentang kendali, karena manajemen lebih dapat menunjukkan keluasan dan
ruang lingkup fungsi pengawasan. Sebagai manajer tugas yang harus dijalankan jauh
lebih banyak daripada sekedar melakukan pengawasan terhadap pekerjaan bawahan.
Rentang Manajemen dan koordinasi adalah saling berhubungan erat, ada
anggapan bahwa semakin besar jumlah rentangan semakin sulit untuk mengkoordinasi
kegiatan kegiatan bawahan Secara efektif. Tetapi hubungan tsb tidak semudah itu.
Karena bila jumlah bawahan yang melapor kesetiap manajer lebih banyak, Organisasi
hanya membutuhkan sedikit manajer. Dengan demikian pandangan manajerial yang
terlibat, para manajer mungkin akan lebih mudah mengkoordinasi kegiatan kegiatan
antar departemen. Kelemahan dan keuntungan tsb perlu dipertimbangkan seoptimal
mungkin.
Pembahasan tentang Rentang Manajemen dilakukan secara terperinci karena hal
ini adalah salah satu aspek pertama srtuktur Organisasi yang mempengaruhi seorang
individu bila ia bergabung dengan suatu Organisasi
Berapa jumlah rentangan yang ideal?
Ada 2 alasan utama mengapa penentuan rentangan yang tepat adalah penting.
Pertama, Rentang Manajemen mempengaruhi penggunaan efisien dari manajer dan
pelaksanaan kerja efektif dari bawahan mereka. Terlalu melebarnya rentangan dapat
berarti bahwa manajer harus menegdalikan jumlah bawahan yang besar sehingga
menyebabkan tidak efisien. Rentangan yang terlalu sempit dapat menyebabkan manajer
tidak digunakan sepenuhnya. Kedua, ada hub antara Rentang Manajemen diseluruh
Organisasi dan struktur Organisasi. Semakin sempit Rentang Manajemen struktur
Organisasi akan berbentuk tall dengan banyak tingkat pengawasan diantara manajemen
puncak dan tingkat paling rendah. Rentang Manajemen yang melebar akan menghasilkan
struktur yang berbentuk flat yang berarti tingkatan manajemen semakin sedikit.
Struktur ini akan mempengaruhi efektifitas manajer disetiap tigkatan
Meskipun para penulis manajemen bermaksud menemukan jumlah yang pasti,
jumlah rentang manajemen yang ideal, tetapi tidak ada jumlah yang mutlak dapat
ditentukan, karena hal ini tergantung pada banyak variabel, seperti besarnya Organisasi,
teknologi, spesialisasi, kegiatan kegiatan rutin, tingkatan manajemen dan sifat sifat
pekerjaan lainnya. Sebagian besar penulis sebenarnya baru menghasilkan pedoman
umum bagi rentangan baku melalui penentuan batas (limit) rentangan bagi Organisasi
pada umumnnya dan kemudian digunakan untuk menentukan rentangan yang optimal
untuk situasi khusus.
Henri Fayol mengemukakan bahwa jumlah maksimum bawahan yang dapat
dikendalikan oleh setiap pengawas produksi dalam Organisasi adalah 20 s/d 30 karyawan,
sedang setiap kepala pengawas (superintentent) dapat mengawasi 3 atau 4 pengawas
produksi. Ada pendapat lain yang menyatakan bahwa jumlah rentangan adalah antara 3
s/d 8 bawahan dan sebagainya.disamping itu V.A.Graicunas, seorang konsultan dan ahli
matematika perancis menyatakan bahwa dalam memilih suatu rentangan, manajer harus
mempertimbangkan tidak hanya hub satu dengan satu secara langsung dengan bawahan
dalam kelompok dua atau lebih. Jadi dengan tiga karyawan seorang manajer mempunyai
hub dengan setiap individu dan dengan tiga kelompok yang berbeda yaitu kombinasi dari
setiap dua karyawan dan dengan kelompok yang terdiri dari ketiganya.
Pendekatan Graicunas ini menunjukkan kekompleksan tugas tugas pengawasan
manajer, dan secara matematik hub tsb dapat dinyatakan dengan rumus :
n-1
R = n (2
+ n-1)
Dimana R= jumlah hubungan, dan n= jumlah bawahan. Menurut rumus ini, bila
ada lima bawahan akan ada 100 hubungan, bila ada 10 bawahan maka ada 5.210
hubungan.
Penulis manajemen lainnya, Lyndall F.Urwick menyimpilkan atas dasar rumusan
Graicunas tsb, bahwa tidak ada eksekutif yang dapat mengendalikan secara langsung
kerja lebih dari lima atau paling banyak enam bawahan. Jenderal Ian Hamilton
berdasarkan pengalaman militernya mempunyai kesimpulan yang sama dengan
Graicunas dan Urwick bahwa otak rata rata manusia hanya memiliki ruang lingkup
yang efektif dalam penanganan dari tiga sampai enam otak manusia lainnya.
Rentang Manajemen dan tingkatan Organisasional
Hub antara Rentang Manajemen dan tingkatan Organisasi digambarkan dalam
gambar 9.3. suatu Organisasi (secara teoritik) dengan 32 tenaga operatif ditunjukkan
dalam 3 struktur Rentang Manajemen, dimana setiap struktur memerlukan jumlah
manajer yang berbeda. Dalam kenyataannya adalah tidak bisa mempunyai Rentang
Manajemen yang sama pada setiap tingkatan dalam mana setiap struktur di
Organisasikan. Disisi rentangan dibuat sama untuk menggambarkan bagaimana rentangan
mempengaruhi baik jumlah tingkatan Organisasi antara atas dan bawah maupun jumlah
manajer total yang dibutuhkan.
Pada struktur A , seorang menejer mangawasi secara langsung keseluruhan 32
karyawan yang menghasilkan Rentang Manajemen yang sangat lebar dan struktur
Organisasi yang datar flat. Struktur B menunjukkan Rentang Manajemen yang lebih
sempit dan struktur Organisasi yang lebih tinggi. Pada struktur C dengan rentang
manajemen hanya 4 ada 11 manajemen dan 3 tingkatan yang membuat Rentang
Manajemen sanat sempit dan struktur Organisasi sanat tinggi.
Gambar 9.3.
8
8
8
c. 3 Tingkatan manajemen, 11 manajer
perseorangan. Koordinasi dan kooperasi tidak berkembang baik, karena setiap individu
harus mengelola fungsi sendiri dan dengan bantuan minimum dari atasan.
Banyak studi menunjukkan bahwa besarnya Organisasi dapat menjadi variabel
penting dalam penentuan rentangan yang tepat. Juga untuk beberapa tugas tertentu seperti
opersi produksi yang berulang, rentangan yang menyempit akan menaikkan moral dan
efisiensi. Tugas lain seperti riset dan pengembangan, mungkin lebih baik ditangani
melalui rentangan yang melebar.
Faktor faktor yang mempengaruhi Rentang Manajemen
Beberapa tahun lalu suatu kelompok dari lockheed berusaha untuk
mengembangkan suatu pendekatan yang memeperhitungkan segala kemungkinan
(contingency approach) untuk mendapatkan ukuran rentangan yang tepat bagi jabatan
manajer tertentu. Pada dasarnya faktor faktor pengaruh yang dipertimbangkan adalah :
1. Kesamaan fungsi fungsi : semakin sejenis fungsi fungsi yang dilaksanakan
oleh kelompok kerja rentangan semakin melebar.
2. Kedekatan geografis : semakin dekat kelompok kerja ditempatkan, secara fisik
rentangan semakin melebar.
3. Ttingkat pengawasan langsung yang dibutuhkan : semakin sedikit pengawasan
langsung yang dibutuhkan, rentangan semakin melebar
4. Tingkat koordinasi pengawasan yang dibutuhkan : semakin berkurang koordinasi
yang dibutuhkan, rentangan semakin melebar
5. Perencanaan yang dibutuhkan manajer : semakin sedikit perencanaan yang
dibutuhkan, rentangan semakin melebar
6. Bantuan Organisasional yang tersedia bagi pengawas : lebih banyak bantuan yang
diterima pengawas dalam fungsi fungsi seperti penarikan, latihan dan
pengawasan mutu, rentangan semakin melebar.
Secara ringkas tidak ada rumusan ajaib yang dapat menentukan ukuran rentang
manajemen yang tepat. Contingency appoach dalam mana ukuran rentangan bervariasi
menurut beberapa variabel memberikan pengertian tsb.
Pedoman lain yang dapat dipakai untuk menentukan Rentang Manajemen
mencakup beberapa faktor yang berhubungan dengan situasi bawahan dan atasan, yang
secara ringkas dapat ditunjukkan sbb :
1. Faktor - faktor yang berhubungan dengan situasi. Rentang Manajemen dapat
relatif melebar bila :
a. Pekerjaan bersifat rutin
b. Operasi operasi stabil
c. Pekerjaan bawahan sejenis
d. Bawahan dapat bekerja tidak tergantung satu dengan yang lain
e. Prosedur prosedur dan metoda metoda dibuat secara baik dan telah
diformalisasikan
f. Pekerjaan tidak membutuhkan tingkat pengawasan yang tinggi
2. Faktor - faktor yang berhubungan dengan bawahan. Rentang Manajemen dapat
relatif melebar bila :
a. Bbawahan adalah terlatih baik untuk pekerjaan tertentu
b. Bawahan lebih senang bekerja tanpa pengawasan ketat
3. Faktor - faktor yang berhubungan dengan atasan Rentangan Manajemen dapat
relatif melebar bila :
a. Manajer adalah terlatih baik dan berkemampuan tinggi
b. Manajer menerima bantuan dalam pelaksanaan kegiatan kegiatan
pengawasannya
c. Manajer tidak mempunyai kegiatan kegiatan tambahan selama pengawasan
dilaksanakan
d. Manajer lebih menyukai gaya pengawasan yang lepas dari pada ketat
Melalui pengenalan dan pemahaman hub diantara variabel variabel diatas dapat
diidentifikasikan faktor - faktor yang paling menentukan Rentang Manajemen
8
Karyawan
Kekuasaan paksaan
Manajer
Kekuasaan informasi
Kekuasaan panutan
Kekuasaan ahli
David McClelland mengemukakan ada dua muka dari kekuasaan, yaitu sisi
negatif dan sisi positif. Sisi negatif mengandung arti bahwa memiliki kekuasaan berarti
menguasai orang lain yang lebih lemah. Kepemimpinan yang didasarkan atas dasar sisi
negatif kekuasaan memperlakukan orang lain sebagai tidak lebih dari budak yang
digunakan atau dikorbankan bila perlu. Hal ini jelas merugikan karena orang orang
yang merasa hanya sebagai budak akan cenderung menentang kepemimpinan atau
menjadi pasif
Sisi positif kekuasaan ditandai dengan perhatian pada pencapaian tujuan
kelompok. Hal ini meliputi penggunaan pengaruh atas nama dan bukan kekuasaan diatas
orang lain. Manajer yang menggunakan kekuasaan positif mendorong anggota kelompok
untuk mengembangkan kekuatan dan kecakapan yang mereka butuhkan untuk meraih
sukses sebagai perseorangan atau anggota suatu Organisasi. Penggunaan kekuasaan
secara tepat merupakan motivator besar bagi anggota Organisasi
Keluasan Wewenang dan kekuasaan. Semua anggota Organisasi mempunyai
aturan, kode etik dan batasan batasan tertentu pada Wewenangnya, seperti yang
ditunjukkan dalam tabel 10.1. berikut ini :
Tabel 10.1.
batasan batas internal dan eksternal untuk Wewenang dan
kekuasaan
Internal
1. Anggaran dasar dan anggaran rumah tangga Organisasi
2. Anggaran (Budget)
3. Kebijaksanaan, eraturan dan prosedur
4. Deskripsi jabatan
Eksternal
1. Undang undang dan peraturan pemerintah
2. Perjanjian kerja kolektif
3. Perjanjian dengan dealer, suplier dan pelanggan
Lingkupan Wewenang dan kekuasaan manajerial ini akan semakin luas pada
manajemen puncak suatu Organisasi dan semakin menyempit pada tingkatan yang lebih
rendah dari rantai komando seperti terlihat pada gambar 10.3.
gambar 10.3. batasan batasan Wewenang dan kekuasaan
12
Direktur
Wakil Direktur
Manajer Devisi
Manajer departemen
Kepala penyelia
Penyelia lini pertama
Karyawan
Organisasi lini
Semua Organisasi mempunyai sejumlah fungsi fungsi dasar yang harus
dilaksanakan. Sebagai contoh Organisasi perusahaan biasanya paling sedikit mempunyai
3 fungsi dasar produksi (manufacturing atau operasi) pemasaran (penjualan), dan
keuangan. Fungsi fungsi dasar tsb dilaksanakan oleh semua Organisasi baik
manufacturer, pedagang eceran, perusahaan jasa ataupun Organisasi nonprofit. Fungsi
fungsi ini biasanya disusun dalam suatu Organisasi lini diamana rantai perintah adalah
jelas dan mengalir kebawah melalui tingkatan tingkatan manajerial. Gambar 10.4.
menunjukkan sebuah contoh Organisasi lini (tidak lengkap). Seperti terlihat individu
individu dalam departemen departemen melaksanakan kegiatan kegiatan utama
perusahaan produksi, pemasaran dan keuangan. Setiap orang mempunyai hubungan
pelaporan hanya dengan satua atasan sehingga ada kesatuan perintah
Gambar 10.4. Organisasi Lini
Direktur
Manajer pemasaran
Manajer produksi
Manajer keuangan
14
Staf
pembelian
Staf penelitian
&
Pengembangan
Manajer
pemasaran
Staf
Personalia
Manajer
produksi
Staf
Hukum
Manajer
keuangan
Staf
pemeliharaan
Staf teknis
Ada 2 tipe staf yaitu staf pribadi dan staf spesialis. Staf pribadi (prsonal staff)
dibentuk untuk memberikan saran, bantuan dan jasa kepada seorang manajer (individual).
Staf pribadi kadang kadang disebut sebagai asisten atau asisten staf, yang mempunyai
tugas bermacam macam untuk atasan dan biasanya generalis
Sedangkan staf spesialis memberikan saran, konsultasi, bantuan dan melayani
seluryh lini dan unsur Organisasi. Disebut staf spesialis karena fungsinya sempit dan
membutuhkan keahlian khusus. Dari gambar 10.5. diatas staf spesialis mencakup
spesialis pembelian, personalia, hukum, pemeliharaan dsb. Staf spesialis mungkin
bertanggung jawab ketingkatan tingkatan Organisasi yang bermacam macam, seperti
tingkatan divis, tingkatan bagian, ataupun tingkatan cabang yang berdiri sendiri.
Wewenang Lini, Staf dan Fungsional
Wewenang Lini
Wewenang lini (line authority) adalah Wewenang dimana atasan melakukannya
tas bawahannya langsung. Ini diwujudkan dalam Wewenang perintah dan secara langsung
tersermin sebagai rantai perintah, serta diturunkan kebawah melalui tingktan Organisasi
Wewenang Staf
Wewenang staf (staff authority) adalah hak yang dipunyai oleh satuan satuan
staf atau para spesialis untuk menyarankan, memberi rekomendasi, atau konsultasi
kepada personalia lini.ini tidak memberikan Wewenang kepada anggota staf untuk
memerintah lini mengerjakan kegiatan tertentu.
Wewenang Staf Fungsional
Wewenang staf fungsional (functional staf authority) adalah hub terkuat yang
dapat dimiliki staf dengan satuan satuan lini. Bila dilimpahi Wewenang fungsional oleh
manajemen puncak, seorang staf spesialis mempunyai hak untuk memerintah satuan lini
sesuai kegiatan fungsional dimana hal itu merupakan spesialisasi dari staf bersangkutan.
Sebagai contoh seorang spesialis keamanan mungkin mempunyai Wewenang untuk
memerintah manajer laboratorium penelitian untuk menutup laboratorium bila gas
berbahaya mencapai tingkat tertentu. Atau departemen scheduling produksi mungkin
diberi Wewenang untuk menntukan pekerjaan departemen produksi mana yang harus
dikerjakan terlebih dahulu, dsb. Seperti yang ditunjukkan gambar 10.6. Wewenang
15
fungsional dapat melanggar prinsip kesatuan perintah dan menyebabkan berbagai konflik
Organisasi. Penggunaan yang berlebihan Wewenang fungsional juga merusak integritas
departemen lini yang bertanggung jawab atas hasil. Untuk itu Wewenang fungsional
seharusnya dilimahkan kepada staf untuk dijalankan hanya bagi kejadian kejadian
khusus.
Gambar 10.6. bagan Organisasi dengan Wewenang fungsional staf
Manajer
Pabrik
Spesilais
keamanan
penyelia
penyelia
Scheduling
produksi
penyelia
penyelia
penyelia
16
not to tell, menjual kepada departemen departemen lini gagasan gagasan mereka dan
bukan memberitahu mereka bagaimana menjalankan fungsi.
Bagaimanapun juga staf spesialis perlu ditambahkan dalam Organisasi untuk
membantu kerja lini agar lebih efektif. Disamping itu dunia bisnis modern berkembang
semakin kompleks dan semua manajer tidak akan menguasai semua kecakapan,
pengetahuan maupun ketrampilan. Kegiatan kegiatan tertentu mungkin tidak efisien
bial dikerjakan oleh orang lini dan sebagainya.
Delegasi Wewenang
Delegasi dapat didefinisikan sebagai pelimpahan Wewenang dan tanggung jawab
formal kepada orang lain untuk melaksanakan kegiatan tertentu. Delegasi Wewenang
adalah proses dimana para manajer mengalokasikan Wewenang kebawah kepada orang
orang yang melapor kepadanya. 4 kegiatan terjadi ketika Delegasi dilakukan :
1. Pendelegasi menentapkan dan memberikan tujuan dan tugas kepada
bawahan
2. Ppendelegasi melimpahkan Wewenang yang diperlukan untuk mencapai
tujuan atau tugas
3. Ppenerimaan delegasi, baik implisit atau eksplisit menimbulkan kewajiban
atau tanggung jawab
4. Pendelegasi menerima pertanggung jawaban bawahan untuk hasil hasil
yang dicapai
Efektifitas Delegasi merupakan faktor utama yang membedakan manajer sukses
dan manajer tidak sukses.
Alasan alasan Pendelagasian
Ada bebarapa alasan mengapa perlu pendelagasian. Pertama, pendelegasian
memungkinkan manajer dapat mencapai lebih dari bila mereka menangani setiap tugas
sendiri. Delegasi Wewenang dari atas ke bawahan merupakan proses yang diperlukan
agar Organisasi dapat berfungsi lebih efisien. Delegasi juga memungkinkan manajer
memusatkan tenaganya pada tugas tugas prioritas yang lebih penting. Dilain pihak
Delegasi memungkinkan bawahan untuk tumbuh dan berkembang bahakan dapat
digunakan sebagai alat untuk belajar dari kesalahan
Delegasi dibutuhkan karena manajer tidak selalu mempunyai semua pengetahuan
yang dibutuhkan untuk membuat keputusan. Mereka mungkin menguasai the big
picture tetapi tidak cukup mengerti tetntang masalah lebih terperinci. Sehingga agar
Organisasi dapat menggunakan sumber daya sumber dayanya lebih efisien naka
pelaksanaan tugas tugas tertentu di Delegasikan kepada tingkatan Organisasi yang
serendah mungkin dimana terdapat cukup kemempuan dan informasi untuk
menyelesaikannya.
Pedoman klasik untuk Delegasi efektif
Prinsip - prinsip klasik yang dapat dijadikan dasar untuk Delegasi yang efektif :
1. Prinsip skalar. Dalam proses pendelegasian harus ada garis Wewenang
yang jelas mengalir setingkat demi setingkat dari tingkatan Organisasi
paling atas ketingkatan paling bawah. Garis Wewenang yang jelasa akan
membuat lebih mudah bagi setiap anggota Organisasi untuk mengetahui:
a. Kepada siapa dia dapat mendelegasikan
b. Dari siapa dia akan menerima Delegasi
c. Kepada siapa dia harus memberikan pertanggung jawaban
dalam proses pembuatan garis Wewenang dibutuhkan Delegasi penuh, yang
berarti bahwa semua tugas Organisasi yang diperlukan harus dibagi habis.
Proses ini untuk menghindari terjadinya :
a. Gaps, yaitu tugas tugas yang tidak ada penanggung jawabnya
17
b. Overlaps, yaitu tanggung jawab atas tugas yang sama diberikan kepada
lebih dari satu orang individu
c. Splits, yaitu tanggung jawab atas tugas yang sama diberikan kepada lebih
dari satu satuan Organisasi. Bila hal hal ini terjadi akan menimbulkan
kegalauan Wewenang dan akuntabilitas
2. Prinsip kesatuan perintah, prinsip kesatuan perintah menyatakan bahwa
setiap bawahan dalam Organisasi seharusnya melapor hanya kepada
seorang atasan. Pelaporan kepada lebih dari satu orang atasan membuat
individu mengalami kesulitan untuk mengetahui kepada siapa per
tanggung jawaban diberikan dan instruksi mana yang harus diikuti.
Disamping itu bawahan dapat menghindari tanggung jawab atas
pelaksanaan tugas yang jelek dengan alasan banyaknya tugas dari atasan
lain.
3. Tanggung jawab, Wewenang dan akuntabilitas. Seperti telah banyak
dibahas dimuka, prinsip ini menyatakan bahwa :
a. Agar Organisasi dapat menggunakan sumber daya sumber dayanya
dengan lebih efisien, tanggung jawab untuk tugas tugas tertentu
diberikan ketingkatan Organisasi paling bawah dimana ada cukup
kemempuan dan informasi untuk menyelesaiakannya
b. Konsekuensi wajar peranan tsb adalah bahwa setiap individu dalam
Organisasi untuk melaksanakan tugas yang dilimpahkan kepadanya
dengan efektif, dia harus diberi Wewenang secukupnya
c. Bagian penting dari Delegasi tanggung jawab dan Wewenang adalah
akuntabilitas penerimaan tanggung jawab dan Wewenang berarti
individu juga setuju untuk menerima tuntutan pertanggung jawaban
pelaksanaan tugas. Bagi manajer selain harus mempertanggung jawabkan
tugas tugasnya sendiri juga harus mempertanggung jawabkan
pelaksanaan tugas bawahannya.
Mengapa manajer gagal mendelegasikan ?
Delegasi adalah faktor kritis bagi manajemen yang efektif, tetapi banyak manajer
gagal untuk mendelegasikan atau mendelegasikan dengan lemah karena beberapa alasan.
Alasan alasan tsb antara lain :
1. Manajer merasa lebih bila mereka tetap mempertahankan hal pembuatan
keputusan
2. Manajer tidak bersedia menghadapi resiko bahwa bawahan akan
melaksanakan Wewenangnya dengan salah atau gagal
3. Manajer tidak atau kurang mempunyai kepercayaan akan kemampuan
bawahannya
4. Manajer merasa bahwa bawahan lebih senang tidak mempunyai ha
pembuatan keputusan yang luas
5. Manajer takut bahwa bawahan akan melaksanakan tugasnya dengan
efektif sehingga posisinya sendiri terancam
6. Atau manajer tidak mempunyai kemampuan manajerial untuk
mendelegasikan tugasnya.
Mengapa bawahan tidak menerima Delegasi ?
Hambatan hambatan proses pendelegasian tidak semuanya berasal dari manajer.
Para bawahan mungkin juga menolak adanaya Delegasi Wewenang. Pertama , Delegasi
berarti bawahan menerima tambahan tanggung jawab dan akuntabilitas. Kadang kadang
lebih mudah pergi ke manajer untuk memecahkan suatu masalah dari pada membuat
keputusan sendiri. Kedua, selalu ada perasaan bahwa bawahan akan melaksanakan
Wewenang barunya dengan salah dan menerima kritik. Ketiga, banyak bawahan kurang
mempunyai kepercayaan diri dan merasa tertekan bila dilimpahi Wewenang pembuatan
keputusan yang lebih besar.
18
baik dan sentralisasi jelek karena tidak ada Organisasi yang sepenuhnya dapat
disentralisasi atau didesentralisasi. Oleh sebab itu pertanyaannya adalah bukan apakah
Organisasi harus didesentralisasi, tetapi sampai seberapa jauh desentralisasi perlu
dilakukan.
Faktor - faktor yang mempengaruhi derajat desentralisasi
Desentralisasi mempunyai nilai hanya bila dapat membantu Organisasi mencapai
tujuannya dengan efisien. Penentuan derajat desentralisasi sangat dipengaruhi oleh faktor
- faktor sbb :
1. Filsafat manajemen, banyak manajer puncak yang sangat otokratik dan
menginginkan pengawasan pusat yang kuat. Hal ini akan mempengaruhi
kesediaan manajemen untuk mendelegasikan Wewenangnya.
2. Ukuran dan tingkat pertumbuhan Organisasi. Organisasi tidak mungkin efektif
bila semua Wewenang pembuata keputusan ada pada satu atau beberapa manajer
puncak saja. Suatu Organisasi yang tumbuh semakin besar dan kompleks ada
kecenderungan untuk meningkatkan desentralisasi. Begitu juga tingkat
pertumbuhan yang semakin cepat akan memaksa manajemen meningkatkan
Delegasi Wewenangnya.
3. Strategi dan lingkungan Organisasi. Strategi Organisasi akan mempengaruhi tipe
dasar, lingkungan teknologi dan persaingan yang harus dihadapinya. Faktor faktor ini selanjutnya akan mempengaruhi derajat desetralisasi.
4. Penyebaran geografis Organisasi. Pada umumnya semakin menyebar satua
satuan Organisasi secara geografis Organisasi akan cenderung melakukan
desentralisasi karena pembuatan keputusan akan lebih sesuai dengan kondisi lokal
masing masing
5. Kersedianya peralatan pengawasan yang efektif. Organisasi yang kekurangan
peralatan peralatan efektif untuk melakukan pengawasan satuan satuan tingkat
bawah akan cenderung melakukan sentralisasi bila manajemen tidak dapat dengan
mudah memonitor pelaksanaan kerja bawahannya.
6. Kualitas manajer. Desentralisasi memerlukan lebih banyak manajer manajer
yang berkualitas, karena mereka harus membuat keputusan sendiri
7. Keaneka ragaman produk dan jasa, makin beraneka ragam produk dan jasa yang
ditawarkan, Organisasi cenderung melakukan desentralisasi dan sabaliknya
semaikin tidak beraneka ragam lebih cenderung sentralisasi
8. Karakteristik karakteristik Organisasi lainnya. Seperti biaya dan resiko yang
berhubungan dengan pembuatan keputusan, sejarah pertumbuhan Organisasi,
kemampuan manajemen bawah dsb
faktor - faktor yang mempengaruhi derajat sentralisasi dan desentralisasi dalam
suatu Organisasi mungkin berbeda dengan berbedanya divisi atau departemen Organisasi
atau perubahan lingkungan internal maupun eksternal. Jadi pendekatan yang paling logik
yang dapat digunakan Organisasi adalah mengamati segala kemungkinan yang terjadi
(contingency approach)
20
kontak sosial karyawan pada pekerjaannya adalah juga penting dan bahwa kebosanan dan
tugas tugas yang bersifat pengulangan adalah faktor - faktor pengurang Motivasi. Mayo
dan laun lain juga percaya bahwa manajer dapat memotivasi bawahan melalui
pemenuhan kebutuhan kebutuhan sosial mereka dan membuat mereka merasa berguna
dan penting.
Sebagai hasilnya karyawan diberi berbagai kebebasan untuk membuat keputusan
sendiri dalam pekerjaannya. Perhatian yang lebih besar diarahkan pada kelompok
kelompok kerja Organisasi informal. Lebih banyak informasi disediakan untuk karyawan
tentang perhatian manajer dan operasi Organisasi
Model Sumber Daya Manusia
Kemudian para teoritisi seperti McGregor dan Maslow dan para peneliti seperti
Argyris dan Likert melontarkan kritik kepada model hubungan manusiawi dan
mengemukakan pendekatan yang lebih Sophisticated untuk memanfaatkan para
karyawan. Model menyatakan bahwa para karyawan di Motivasi oleh banyak faktor tidak
hanya uang atau keinginan untuk mencapai kepuasan tetapi juga kebutuhan untuk
berprestasi dan memperoleh pekerjaan yang berarti. Mereka beralasan bahwa kebanyakan
orang telah di Motivasi untuk melakukan pekerjaan secara baik dan bahwa mereka tidak
secara otomatis melihat pekerjaan sebagai sesuatu yang tidak dapat menyenangkan.
Mereka mengemukakan bahwa para karyawan lebih menyukai pemenuhan kepuasan dari
suatu prestasi kerja yang baik. Jadi para karyawan dapat diberi tanggung jawab yang
lebih besar untuk pembuatan keputusan keputusan dan pelaksanaan tugas
Para manajer dapat menggunakan model Motivasi hubungan manusiawi dan
sumber daya manusia secara bersama. Dengan bawahannya manajer cenderung
menerapkan model hubungan manusiawi. Mereka mencoba untuk mengurangi penolakan
bawahan dengan perbaikan moral dan kepuasan. Bagi dirinya sendiri manajer akan lebih
menyukai model sumber daya manusia. Mereka merasa kemampuannya tidak digunakan
secara enuh oleh sebab itu mereka mencari tanggung jawab yang lebih besar dari atasan
atasan mereka.
Tabel 12.1. pola umum pendekatan pendekatan manajerial terhadap Motivasi
No
Mode Tradisional
Mode Hubungan
Manusiawi
Anggapan (asumsi)
Model Sumber
Daya Manusia
Manajer harus
membuat setiap
karyawan merasa
22
Manajer harus
memanfaatkan
potensi sumber daya
beruguna dan
penting
Dia harus
senantiasamemberi
informasi pada
Dia harus memerinci tugas tugas
bawahan dan
menjadi sedaerhana bersifat
mendengar
pengulangand operasi mudah
keberatan
dipelajari
keberatan atas
rencana rencananya
Manajer harus
memperbolehkan
Dia harus menetapkan prosedur
bawahan untuk
dan rutinisasi pekerjaan secara
melakukan disiplin
terperinci, serta menjalankannya
diri dan
dengan adil tetapi ketat
pengendalian diri
atas kegiatan
kegiatan rutin
Harapan
Pembagian
informasi Kepada
bawahan dan
keterlibatan
keputusan
keputusan rutin
akan memuaskan
kebutuhan untuk
memiliki dan
merasa penting
Pemuasan
kebutuhan
kebutuhan tsb akan
meningkatkan
semangat kerja dan
mengurangi
penolakan terhadap
Wewenang formal
sehingga bawahan
akan bersedia
bekerja sama
manusia
Dia harus
menciptakan
lingkungan dimana
seluruh anggota
dapat menyumbang
kemampuan mereka
Dia harus
mendorong
partisipasi penuh,
peningktatan
disiplin diri dan
pengendalian diri
Perluasan pengaruh,
disiplin diri dan
pengendalian diri
akan mengarahkan
pencapaian
peningkatan efisien
operasi
Kepuasan kerja
akan meningkat
sejalan dengan
pemanfaatan
sumber daya
mereka
23
kerjasama, kewibawaan pribadi serta rasa tanggung jawab untuk mencapai hasil prestasi
yang tinggi dari karyawan
Proses diatas menunjukkan bahwa kebutuhan kebutuhan saling tergantung dan
saling menopang. Kebutuhan yang telah terpuaskan akan berhenti menjadi Motivasi
utama dari perilaku, digantikan kebutuhan kebutuhan selanjutnya yang mendominasi.
Tetapi meskipun suatu kebutuhan telah terpuaskan, kebutuhan itu masih mempengaruhi
perilaku dan tidak hilang, hanya intensitasnya lebih kecil.
Gambar 12.1. juga menunjukkan bagaimana hirarki kebutuhan dapat digunakan
dalam Manajemen Motivasi. Teori Maslow ini harus dipandang sebagai pedoman umum
bagi manajer, karena konsepnya relatif dan bukan merupakan penjelasan mutlak tentang
semua perilaku manusia. Bagaimanapun juga, teori Maslow banyak berguna bagi manajer
dalam usaha memotivasi karyawan paling tidak untuk memperkirakan tidak hanya
perilaku individual tetapi juga perilaku kelompok dengan melihat rata rata kebutuhan
yang menjadi Motivasi mereka. Kedua, teori ini menunjukkan bahwa bila tingkat
kebutuhan terendah relatif terpuaskan, faktor - faktor tsb akan berhenti menjadi motivator
penting dari perilaku tetapi dapat menjadi sangat penting bila mereka menghadapi situasi
khusus, seperti disingkirkan, diancam atau dibuang.
Gambar 12.1. hirarki kebutuhan dari Maslow, dalam teori dan penerapannya sebagai
Motivasi manajerial
25
Terapan
Terapan
26
Jadi secara ringkas, penemuan penting dari penelitian Herzberg dan kawan
kawannya adalah bahwa manajer perlu memahami faktor - faktor apa yang dapat
digunakan untuk memotivasi para karyawan. Faktor - faktor pemeliharaan sebagai faktor
negatif (yang ekstrinsik) dapat mengurangi dan menghilangkan ketidakpuasan kerja dan
menghindarkan masalah, tetapi tidak akan dapat digunakan untuk memotivasi bawahan.
Hanya faktor - faktor positiflah, motovators (yang instrinsik), yang dapat memotivasi
para karyawan untuk melaksanakan keinginan para manajer
Tabel 12.3. perbandingan antara teori hirarki kebutuhan Maslow dan teori Motivasi
pemeliharaan Herzberg
27
Faktor - faktor
Motivasional
Aktualisasi diri /
pemenuhan diri dan
penghargaan
Penghargaan
Sosial
Faktor - faktor
pemeliharaan
Keamanan / rasa aman
fisiologis
Teori Motivasi
Pemeliharaan Herzberg
Pekerjaan yang kretif dan
menentang
Prestasi
Penghargaan
Tanggung jawab
Kemungkinan meningkat
kemajuan
Status
Hubungan hubungan
antar pribadi dengan atasan,
bawahan dan rekan sejawat
Pengawasan
Kebijaksanaan dan
administrasi perusahaan
Keamanan kerja
Kondidi kerja
Pengupahan
Kehidupan pribadi
28
Motivasi =
Penghargaan
bahwa peningkatan
usaha
akan
mengarah
ke
peningkatan balas
jasa
Penilaian individu
terhadap balas jasa
sebagai hasil dai
usaha usahanya
demikian perilaku individu diwaktu mendatang dapat diperkirakan atau dipelajari dari
pengalaman diwaktu yang lalu.
Proses pembentukan perilaku ini secara sederhana dapat digambarkan sbb :
Rangsangan
Stimulus
Konsekuensi
Konsekuensi
Tanggapan diwaktu
yang akan datang
Jadi, Perilaku ( tanggapan) individu terhadap suatu situasi atau kejadian (stimulus)
adalah penyebab konsekuensi tertentu. Bila konsekuensi itu positif, individu akan
memberikan tanggapan sama terhadap situasi yang sama, tetapi bila konsekuensi tidak
menyenangkan individu akan cenderung merubah perilakunya untuk menghindarkan dari
konsekuensi tsb.
Hal ini memberikan petunjuk bila manajer akan mengubah perilaku bawahan, dia
harus mengubah konsekuensi dari perilaku tsb. Sebagai contoh, seorang karyawan yang
sering datang terlambat dapat di Motivasi agar datang tepat pada waktunya (pengubahan
perilaku), dengan memberikan penghargaan untuk kedatangan yang tepat. Keterlambatan
juga dapat dihentikan dengan pernyataan celaan yang keras. Namun penelitian
menunjukkan bahwa pada umumnya lebih efektif dengan memberikan penghargaan atas
perilaku yang diinginkan dibanding hukuman bagi perilaku yang tidak diinginkan.
Ada 4 teknik yang dapat dipergunakan manajer untuk mengubah perilaku
bawahan :
1. Penguatan positif, bila penguat primer seperti minuman atau makanan yang
memuaskan kebutuhan kebutuhan biologis, ataupun penguat sekunder seperti
penghargaan berwujud hadiah, promosi dan uang
2. Penguatan negatif, dimana individu akan mempelajari perilaku yang membawa
konsekuensi tidak menyenangkan dan kemudian menghindari perilaku tsb dimasa
mendatang (avoidance learning)
3. Pemadaman, dilakukan dengan peniadaan penguatan.
4. Hukuman, melalui mana manajer mencoba untuk mengubah perilaku bawahan
yang tidak tepat dengan pemberian konsekuensi konsekuensi negatif
W. Clay Hammer, telah mengidentifikasikan 6 pedoman penggunaan teknik teknik
pembentukan perilaku, atau disebut teori belajar ( learning theory) yaitu :
1. Jangan memberikan penghargaan yang sama kepada semua orang
2. Perhatikan bahwa kegagalan untuk memberi tanggapan dapat juga mengubah
perilaku
3. Beritahu karyawan tentang apa yang harus dilakukan mendapatkan penghargaan
4. Beritahu karyawan tentang apa yang dilakukan secara salah
5. Jangan memberi hukuman didepan karyawan lain
6. Bertindaklah adil
Teori Porter lawler
Model porter lawler adalah tidak pengharapan dari Motivasi dengan versi
orientasi masa mendatang, dan juga menekankan antisipasi tanggapan tanggapan atau
hail hasil. Para manajer tergantung terutama pada pengharapan dimasa yang akan
datang, dan bukan pengalaman biasa yang lalu. Atas dasar probabilitas usaha
pengharapan yang dirasakan usaha dijalankan, prestasi dicapai, penghargaan ditrima,
kepuasan terjadi, dan ini mengarahkan ke usaha dimasa yang akan datang.
Secara teoritik, model pengharapan ini berjalan sbb (menurut nomor dalam
gambar 12.2.) :
1. Nilai penghargaan yang diharapkan karyawan dikombinasikan dengan,
30
2. Persepsi orang tsb tentang usaha yang mencakup dan probabilitas dari
pencapaian penghargaan untuk menyebabkan atau menimbulkan,
3. Suatu tingkat usaha tertentu yang dikombinasikan dengan,
4. Kemanapun sifat sifat karyawan dan
5. Perspsiannya mengenai kegiatan kegiatan yang dibutuhkan untuk mencapai
6. Tingkat prestasi yang diperlukan atau disyaratkan untuk menerima penghargaan
penghargaan intrinsik yang melekat pada penyelesaian tugas (7A), dan
penghargaan penghargaan ekstrinsik dari Manajemen bagi pencapaian prestasi
yang diinginkan (7B).
7. Persepsi individu mengenai, keadilan dari penghargaan penghargaan
ekstrinsik yang diterima, ditambah perasaan yang dihasilkan dari
prestasinya,menghasilkan
8. Tingkat kepuasan yang dialami oleh karyawan. Pengalaman ini kemudian akan
diterapkan pada penilaian individu dimasa mendatang terhadap nilai penghargaan
dan oleh karena itu akan mempengaruhi pencapaian tugas dan kepuasan diwaktu
yang datang
model pengharapan ini menyajikan sejumlah implikasi bagi manajer tentang
bagaimana seharusnya memotivasi bawahan dan juga implikasi bagi Organisasi. Seperti
yang diutarakan oleh Nadler dan Lawler implikasi implikasi model tsb bagi manajer
mencakup :
1. Pemberian penghargaan yang sesuai dengan kebutuhan bawahan
2. Penentuan prestasi yang diinginkan
3. Pembuatan tingkat prestasi yang dapat dicapai
4. Penghubungan penghargaan dengan prestasi
5. Penganalisaan faktor - faktor apa yang bersifat berlawanan dengan efektifitas
penghargaan
6. Penentuan penghargaan yang mencukupi atau memadai
sedangkan implikasi implikasi bagi Organisasi adalah meliputi :
1. Sistem penghargaan Organisasi harus dirancang untuk memotivasi prestasi yang
beringinkan
2. Pekerjaan itu sendiri dapat dibuat sebagai pemberian penghargaan secara intrinsik
3. Atasan langsung mempunyai peranan penting dalam proses Motivasi
Teori Keadilan
Teori lain tentang Motivasi sebagai hasil dari berbagai penelitian adalah teori
keadilan dan ketidak adilan. Teori ini mengemukakan bahwa orang akan selalu cenderung
membandingkan antara
1. Masukan masukan yang nereka berikan pada pekerjaannya dalam bentuk
pendidikan, pengalaman, latihan dan usaha, dengan
2. Hasil hasil ( penghjargaan penghargaan ) yang mereka terima seperti juga
mereka membandingkan balas jasa yang diterima karyawan lain dengan yang
diterima dirinya untuk pekerjaan yang sama.
Keyakinan, atas dasar pembandingan, tentang adanya ketidakadilan, dalam bnetuk
pembayaran kurang atau lebih akan mempunyai pengaruh pada perilaku dalam
pelaksanaan kegiatan. Faktor kunci bagi manajer adalah mengetahui apakah keadilan
dirasakan, dan bukan apakah ketidakadilan secara nyata ada. Ketidakadilan ini akan
ditanggapai dengan bermacam macam perilaku yang berbeda, misal dengan
menurunkan prestasi, mogok, minta berhenti, dsb. Bagi manajer, teori keadilan
memberikan implikasi bahwa penghargaan sebagai Motivasi kerja harus diberikan sesuai
yang dirasa adil oleh individu individu yang bersangkutan
31
Persepsi penghargaan
yang adil
Nilai penghargaan
Usaha
kepuasan
Prestasi
Penghargaan
ekstrinsik
Probabilitas
penghargaan
diterima
Persepsi
peranan
Orang orang bukan Organisasi yang berkomunikasi, oleh karena itu suatu sistem
Komunikasi Organisasi mencerminkan berbagai macam individu dengan latar belakang,
pendidikan, kepercayaan, kebudayaan, keadaan jiwa dan kebutuhan yang berbeda beda.
Tetapi bila individu individu dalam Organisasi berkomunikasi apa yang diperbuat?
Berikut ini akan dibahas model Komunikasi dasar agar dapat dipahami mengapa
Komunikasi sering gagal dan kegiatan kegiatan yang perlu diambil manajer untuk
meningkatkan efektifitas Komunikasi.
Model Komunikasi antar pribadi
Model proses Komunikasi yang paling sederhana adalah sbb :
Pengeirim
Berita
Penerima
Model ini menunjukkan 3 unsur esensi Komunikasi. Bial bila salah satu hilang
Komunikasi tidak dapat berlangsung. Sebagai contoh seseprang dapat mengirimkan
berita tetapi bila tidak ada yang menerima atau mendengar, Komunikasi tidak terjadi.
Meskipun modelnya sederhana proses Komunikasi adalah kompleks. Sebagai satu
gambaran kompleksnya proses Komunikasi adalah telepon diamana pengirim
menyampaikan suatu berita, tetapi penerima mungkin mendengar atau menerima berita
bukan yang dimaksudkan pengirim. Model Komunikasi yang lebih terperinci dengan
unsur unsur penting yang terlibat dalam Komunikasi antara dan diantara para anggota
Organisasi dapat digambarkan pada gambar 13.1.
Gambar 13.1. proses Komunikasi
Sumber mempunyai gagasan, pemikiran
atau keasan yang
34
persetujuan, komentar atau perilaku atau sampai telah adanya pengujian untuk melihat
apakah kebijaksanaan dijalankan atau tidak, manajemen tidak akan tahu seberapa efektif
pernyataan tsb.
Komunikasi Organisasi
Semua faktor yang dibahas dalam model proses Komunikasi diatas dapat juga
diterapkan dalam Organisasi. Komunikasi efektif dimana saja, menyangkut penyampaian
berita dari seseorang kepada orang lain secara akurat. Hanya bedanya efektifitas
Komunikasi dalam Organisasi dipengaruhi oleh beberapa faktor khusus. Raymond V.
Lesikar telah menguraikan 4 faktor yang mempengaruhi efektifitas Komunikasi
Organisasi yaitu saluran Komunikasi formal, struktur Organisasi, spesialisasi jabatan dan
apa yang disebut Lesikar sebagai pemilikan informasi.
Saluran Komunikasi formal mempengaruhi efektifitas Komunikasi dalam 2 cara.
Pertama, liputan saluran formal semakin melebar sesuai perkembangan dan pertumbuhan
Organisasi. Sebagai contoh Komunikasi efektif biasanya semakin sulit dicapai dalam
Organisasi yang besar dengan cabang cabang yang menyebar. Kedua, saluran
Komunikasi formal dapat menghambat aliran informasi antar tingkat tingkat
Organisasi. Sebagai contoh karyawan lini perakitan hampir selalu akan
mengkomunikasikan maslah maslah kepada penyelia (mandor) mereka dan bukan pada
manajer pabrik. Keterbatasan ini mempunyai kebaikan (seperti menghindarkan manajer
atas dari kebanjiran informasi), tetapi juga mempunyai kelemahan (seperti
menghindarkan manajer atas dari informasi yang seharusnya mereka peroleh)
Struktur Wewenang Organisasi mempunyai pengaruh yang sama terhadap
efektifitas Organisasi. Perbedaan kekuasaan dan kedudukan (status) dalam Organisasi
akan menentukan pihak pihak yang berkomunikasi dengan seseorang serta isi dan
ketepatan Komunikasi. Sebagai contoh, percakapan antara direktur perusahaan dengan
karyawan akan dibatasi formalitas dan kesopanan, sehingga tidak ada pihak yang
berkehendak untuk mengatakan sesuatu yang penting.
Spesialisasi jabatan biasanya akan mempermudah Komunikasi dalam kelompok
kelompok yang berbeda. Para anggota suatu kelompok kerja yang sama akan cenderung
berkomunikasi dengan istilah, tujuan, tugas, waktu dan gaya yang sama. Komunikasi
antara kelompok kelompok yang sangat berbeda akan cenderung dihambat.
Pemilikan informasi berarti bahwa individu individu mempunyai informasi
khusus dan pengetahuan tentang pekerjaan pekerjaan mereka. Sebagai contoh manajer
produk akan mempunyai pengamatan yang lebih tajam dalam perumusan strategi
strategi produksi. Kepala departemen mungkin mempunyai cara tertentu yang efektif
untuk menangani konflik diantara para bawahannya. Individu individu yang memiliki
informasi khusus ini dapat berfungsi lebih efektif daripada lainnya, dan banyak diantara
mereka yang tidak bersedia membagikan informasi tsb kepada yang lain.
Jaringan Komunikasi dalam Organisasi. Organisasi dapat merancang jaringan atau
struktur Komunikasi dalam berbagai cara. Jaringan Komunikasi mungkin dirancang kaku,
seperti bahwa karyawan dilarang berkomunikasi dengan siapapun kecuali atasannya
langsung. Jaringan semacam ini biasanya dimaksudkan untuk menghindarkan manajer
atas dari informasi berlebihan yang tidak perlu dan menjaga kekuasaan dan statusnya.
Sebaliknya jaringan mungkin dirancang lebih bebas dimana individu individu dapat
berkomunikasi dengan setiap Orang pada setiap tingkat. Jaringan seperti ini digunkan bila
aliran Komunikasi yang lebih bebas sangat diperlukan seperti dalam departemen riset.
Ada 4 macam jaringan Komunikasi seperti terlihat dalam gambar 13.2. dalam jaringan
lingkaran sebagai contoh B hanya dapat berkomunikasi dengan A dan C. untuk
berkomunikasi dengan E, Bawahan harus melalui A atau melalui C dan D. pola rantai
menunjukkan 2 bawahan (A dan E) yang melapor kepada atasan mereka (B dan D)yang
selanjutnya oleh B dan Ddilaporkan ke C. pada jaringan bintang C dapat berkomunikasi
langsung dengan A, B, D dan E. walaupun mereka ini tidak dapat berkomunikasi
langsung satu sama lain. Sebagai contoh 4 tenaga penjual (A, B, D, E)melapor ke
manajer cabang(C), sedangkan jaringan huruf Y bisa terdpat dalam bagian sekretariat
dimana surat surat diterima oleh E, disortir oleh D dan didistribusikan oleh C.
36
Jaringan huruf Y dan bintang adalah Komunikasi yang terpusat dengan C pada
posisi pusat. Komunikasi yang disentralisasi ini lebih efektif untuk menyelesaikan
masalah maslah rutin dan tidak kompleks, karena lebih cepat dan lebih akurat. Tetapi
bila maslah masalahnya komplek jaringan lingkaran dan rantai akan didesentralisasi
akan lebih cepat dan akurat penyelesaiannya. Kepuasan anggota kelompok juga
cenderung lebih tinggi dalam jaringan - jaringan yang didesentralisasi.
Gambar 13.2 Tipe tipe jaringan Komunikasi
A
B
C
e
EB
C
C
D
C
Lingkaran
D A
E
Rantai
E
Huruf Y
E
Bintang
37
Manajer Pemasaran
Manajer Produksi
Manajer keuangan
Komunikasi kebawah :
Prosedur, pengarahan,
intruksi, penugasan, saran,
kebijaksanaan dan tujuan
Manajer personalia
Komunikasi keatas :
Laporan, masalah,
gagasan, sikap, klasifikasi,
penyelesaian, penjelasan
Komunikasi lateral
Usaha usaha koordinasi, pemecahan Masalah dsb
38
Ketepatan Komunikasi
cenderung berkurang
bila melalui rantai
perintah
Direktur
Wakil direktur
Manajer devisi
Manajer pabrik
Manajer pabrik
Penyelia
Penyelia
Karyawan
Karyawan
39
Persepsi selektif
Status komunikator
Keadaan membela diri
Pendengaran lemah
Ketidakpastian bawahan
Hambatan Komunikasi
Sumber
Encoding
Pengirima
n
Umpan
balik
40
Decoding
penerimaa
n
41
43
KEPEMIMPINAN
Dalam kenyataannya para Pemimpin dapat mempengaruhi moral dan kepuasan
kerja, keamanan, kualitas kehidupan kerja dan terutama tingkat prestasi suatu Organisasi.
Para Pemimpin juga memainkan peranan kritis dalam membantu kelompok, Organisasi
atau masyarakat untuk mencapai tujuan mereka. Kemudian timbul pertanyaan : apa yang
membuat seorang Pemimpin efektif ? hampir semua orang bila diajukan pertanyaan itu
akan menjawab bahwa Pemimpin yang efektif mempunyai sifat sifat atau kualitas
tertentu yang diinginkan. Sebagai contoh, karisma, berpandangan kedepan, intensitas dan
keyakinan diri. Hal ini akan menjadi salah satu topik bahasan dalam bab ini.
Bagaimanapun juga kemampuan dan keterampilan kepemimpinan dalam
pengarahan adalah faktor penting efektifitas manajer. Bila Organisasi dapat
mengidentifikasikan kualitas kualitas yang berhubungan dengan dengan kepemimpinan,
kemampuan untuk menyeleksi Pemimpin Pemimpin efektif akan meningkat. Dan bila
Organisasi dapat mengidentifikasikan perilaku dan teknik kepemimpinan efektif,
Organisasi barankali akan dapat mempelajari berbagai perilaku dan teknik tsb. Oleh
karena itu akan dicapai pengembangan efektifitas personalia dan Organisasi
Pengertian kepemimpinan
Seperti manajemen, kepemimpinan (Leadership) telah diidentifikasikan dengan
berbagai cara yang berbeda oleh berbagai orang yang berbeda pula. Menurut Stoner,
kepemimpinan manajerial dapat didefinisikan sebagai suatu proses pengarahan dan
pemberian pengaruh pada kegiatan kegiatan dari sekelompok anggota yang saling
berhubungan tugasnya.ada 3 implikasi penting dari definisi ini :
Pertama, kepemimpinan menyangkut orang lain, bawahan atau pengikut.
Kesediaan mereka untuk menerima pengarahan dari Pemimpin, para anggota kelompok
membantu penentuan status atau kedudukan pemimpin dan membuat proses
kepemimpinan dapat berjalan. Tanpa bawahan semua kualitas kepemimpinan seorang
manajer akan menjadi teknik relevan
Kedua, kepemimpinan menyangkut suatu pembagian kekuasaan yang teknik
seimbang diantara para Pemimpin dan anggota kelompok. Para Pemimpin mempunyai
Wewenang untuk mengarahkan berbagai kegiatan para anggota kelompok. Tetapi para
anggota kelompok tidak dapat mengarahkan kegiatan kegiatan Pemimpin secara
langsung, meskipun dapat juga melalui sejumlah cara secara tidak langsung.
Ketiga, selain dapat memberikan Pengarahan kepada para bawahan atau pengikut,
Pemimpin dapat juga mempergunakan pengaruh. Dengan kata lain Pemimpin tidak hanya
dapat memerintah bawahan apa yang harus dilakukan tetapi juga dapat mempengaruhi
bagaimana bawahan melaksanakan perintahnya. Sebagai contoh, seorang manajer dapat
mengarahkan seorang bawahan untuk melaksanakan suatu tugas tertentu, tetapi dia dapat
juga mempengaruhi bawahan dalam menentukan cara bagaimana tugas itu dilaksanakan
dengan tepat.
Kepemimpinan adalah bagian penting manajemen tetapi tidak sama dengan
manajemen. kepemimpinan merupakan kemampuan yang dipunyai seorang untuk
mempengaruhi orang orang lain agar bekerja mencapai tujuan dan ssaran. Manajemen
mencakup kepemimpinan, tetapi juga mencakup fungsi fungsi lain seperti perencanaan,
pengorganisasian dan pengawasan.
Pendekatan pendekatan studi kepemimpinan
Penelitian penelitian dari teori teori kepemimpinan dapat diklasifikasikan
sebagai pendekatan pendekatan kesifatan, perilaku dan situasional (contingency) dalam
studi tentang kepemimpinan.
Pendekatan pertama memandang kepemimpinan sebagai suatu kombinasi sifat
sifat (traits) yang tampak. Pendekatan kedua bermaksud mengidentifikasikan perilaku
perilaku (behaviors) pribadi yang berhubungan dengan kepemimpinan efektif. Kedua ,
pendekatan ini mempunyai anggapan bahwa seorang seorang individu yang memiliki
44
sifat sifat tertentu atau memperagakan perilaku perilaku tertentu akan muncul sebagai
pemimpin dalam situasi kelompok apapun dimana dia berada.
Pemikiran dan Penelitian sekarang mendasarkan pada pendekatan ketiga yaitu
pandangan situasional tentang kepemimpinan. Pandangan ini menganggap bahwa kondisi
yang menentukan efektifitas kepemimpinan bervariasi dengan situasi, tugas tugas yang
dilakukan, keterampilan dan pengharapan bawahan, lingkungan Organisasi, pengalaman
masa lalu Pemimpin dan bawahan dsb. Pandangan ini telah menimbulkan pendekatan
contingency papa kepemimpinan yang bermaksud untuk menetapkan faktor - faktor
sitiasional yang menentukan seberapa besar efektifitas situasi gaya kepemimpinan
tertentu
Kegiatan pendekatan tersebut akan dibahas secara kronologik sbb :
Sifat sifat
Perilaku
Situasional
Contingency
45
48
9
8
7
6
5
4
3
2
1
Rendah
Rendah
49
Tinggi
Pertimbangan
(tinggi)
(rendah)
Struktur rendah
dan
pertimbangan
tinggi
Struktur tinggi
dan
pertimbangan
tinggi
Struktur rendah
dan
pertimbangan
rendah
Struktur tinggi
dpertimbangan
tinggi
(rendah)
struktur pemrakarsaan
(tinggi)
Mereka menemukan bahwa tingkat putaran karyawan adalah paling rendah dan
kepuasan karyawan tertinggi dibawah pemimpin yang tingkat pertimbangannya tinggi.
Sebaliknya, pemimpin yang tingkat pertimbangannya rendah dan struktur pemrakarsaan
tinggi menimbulkan banyak keluhan dan tingkat perputaran karyawan yang tinngi. Para
peneliti juga menemukan bahwa penilaian bawahan terhadap efektifitas pemimpin tidak
tergantung pada gaya tertentu dari pemimpin tetapi pada situasi dimana gaya tsb
digunaklan.sb contoh, para penyelia dan manajer bukan produksi dalam perusahaan
perusahaan besar dinilai lebih efektif bila mereka mempunyai pertimbangan tinggi. Dilain
pihak komandan angkatan udara dengan pertimbangan tinggi diniali kurang efektif
dibanding komandan dengan orientasi - tugas.
Adakah gaya kepemimpinan ideal ?
Telah terjadi pedebatan dalam waktu cukup lama untuk mencari jawaban apakah
adalah gaya kepemimpinan normatif atau ideal. Perdebatan ini biasanya terpusat pada
gagasan bahwa gaya ideal itu ada: yaitu gaya yang secara aktif melibatkan bawahan
dalam penetapan tujuan dengan menggunakan teknik teknik Manajemen patisipasif dan
memusatkan perhatian baik terhadap karyawan sengketa tugas. Gagasan ini didukun oleh
bebrapa penelitian dalam kepemimpinan yang dilakukan dari tahun 1940 1950, bahwa
sampai tahun 1960-an, oleh seperti McGregor, Likert, Lewin serta Blake dan Mouton.
Penelitian penelitian teori Motivasi sebelumnya juga mendukung bahwa pendekatan
Manajemen partisipatif sebagai yang ideal. Banyak para praktisi Manajemen merasa
konsep konsep tsb membuat peningkatan prestasi dan perbaikan sikap.
Silain pihak, beberapa penelitian membuktikan pula bahwa pendekatan otokratik
dibawah berbagai kondisi, pada kenyataanya lebih efektif dibanding pendekatan lain. Jadi
pengalaman pengalaman kepemimpinan mengungkapkan bahwa dalam berbagai
50
siyuasipendekatan otokratik mungkin yang paling baik, dalam berbagai situasi lain
pendkatan partisipatif yang lebih efektif ; atau pendekatan orientasi - tugas dibanding
pendekatan orientasi - karyawan dari sisi lain. Kesimpulan yang dapat dibuat, bahwa
kepemimpinan adalah kompleks dan gaya kepemimpinan yang paling tepat tergantung
pada beberapa veriabel yang saling berhubungan seperti ditunjukkan pembahasan
berikut.
Pendekatan situasional Contingency
Pendekatan kesifatan dan perilaku belum sepenuhnya dapat menjelaskan
kepemimpinan. Disamping itu, sebagian besar penelitian masa kini menyimpilkan bahwa
ada satupun gaya kepemimpinan yang tepat bagi setiap manajer dibawah seluruh kondisi.
Pendekatan situasional Contingency mnggambarkan bahwa gaya yang digunakan
adalah bergantung pada faktor - faktor seperti situasi, karyawan , tugas, Organisasi dan
variabel variabel lingkungan lainnya. Teori teori situasional yang terkenal dan akan
dibahas adalah :
1. Rangkaian kesatuan kepemimpinan dari Tannembaum dan Schmitdt
2. Teori Contingency dari Fiedler
3. Teori siklus kehidupan dari Hersey dan Blanchard
faktor - faktor yang mempengaruhi perilaku kepemimpinan
seperti ditunjukkan teori teori dimuka, ada berbagai faktor yang mempengaruhi
situasi kepemimpinan. Mary Parker Follett, yang mengembangkan hukum situasi,
mengatakan bahwa ada 3 variabel kritis yang mempengaruhi gaya pemimpin yaitu:
1. Pemimpin
2. Pengikut atau bawahan
3. Situasi
ketiganya saling berhubungan dan berinteraksi, seperti ditujukan gambar 14.3.
Follett juga menyatakan bahwa para pemimpin seharusnya berorientasi pada kelompok
dan bukan berorientasi pada kekuasaan
gambar14.3. Hubungan Antara Pemimpin, Bawahan Dan Situasi
Kemampuan
dan kualitas Pemimpin
Kemampuan
dan kualitas bawahan
Situasi
51
Organisasional
Pengharapan dan
perilaku atasan
Tingkatan
Organisasi dan
besarnya kelompok
Perilaku
kepemimpinan
Kepribadian dan
latar belakang
Pemimpin
Pengharapan dan
perilaku bawahan
Kondisi perekonomian
Industri
52
Manajer membuat
keputusan &
menumumkannya
Manajer mengemukakan
gagasan gagasan dan
mengundang pertanyaan
Manajer menjual
keputusan
Manajer mengemukakan
masalah, memproses saran
saran dan membuat
keputusan
Manajer menutarakan
keputusan sementara yang
dapat diubah
Manajer merumuskan
batasan batasan,
meminta kelompok
membuat keputusan
Manajer memperbolehkan
bawahan berfungsi dalam
batasan batasan yang
ditentukan atasan
Prestasi
Motivasi tugas
Motivasi hubungan
Menguntungkan
Moderat
Tidak Mnguntungkan
Jelek
1
Baik
Baik
Baik
Baik
Jelek
Jelek
Jelek
Jelek
Lemah
Kuat
Lemah
Kuat
Lemah
Kuat
Lemah
Konsep dasar teori siklus kehidupan adalah bahwa strategi dan perilaku
pemimpin harus situasional dan terutama didasarkan pada kedewasaan atau
ketidakdewasaan para pengikut. Dfinisi dfinisi berikut akan membantu memahami teori
ini
Kedewasaan (Maturity) adalah kapasitas / kemampuan individu atau kelompok
untuk menentapkan tujuan tinggi tetapi dapat dicapai dan keinginan dan kemampuan
mereka untuk mengambil tanggung jawab. Variabel variabel kdewasaan ini yang
merupakan hasil dari pendidikan dan atau pengalaman, harus dipertimbnagkan hanya
dalam hubungannya dengan tugas tertentu yang dilaksanakan.
Perilaku tugas adalah tingkat dimana pemimpin cenderung untuk
mengorganisasikan dan menentukan peranan peranan para pengikut, menjelaskan setiap
kegiatan yang dilaksanakan, kapan, dimana, dan bagaimana tugas tugas diselesaiakan.
Ini tergantung pola pola perancangan Organisasi, saluran komunikasi, dan cara cara
penyelesaian pekerjaan.
Perilaku hubungan, berkenaan dengan hubungan pribadi pemimpin dengan
individu atau para anggota kelompoknya. Ini mencakup besarnya dukungan yang
disediakan pemimpin dan tingkat dimana pemimpin menggunkan komunikasi antar
pribadi dan perilaku pelayanan.
Gambar 14.7. menunjukkan hubungan antara kedewassan antara pengikut dan
gaya kepemimpinan yang didaarkan atas perilaku tugas dan hubungan pemimpin. Gaya
pemimpin harus diubah sesuai dengan peningktan kedewasaan para pengikut
Bagan tsb dapat digunakan sbb. Pertama, menentukan tingkat kedewasaan para
anggota kelompok (dewasa atau tidak dewasa). Kemudian, tarik garis keatas sampai
memotong garis kurva. Perpotongan ini menentukan gaya kepemimpinan dasar mana
(diantara 4) adalah paling efektif bagi situasi itu
Gambar 14.7. teori siklus kehidupan kepemimpinan
Gaya gaya efektif
Tugas tunggi dan
hubungan tinggi
Perilaku hubungan
Tinggi
(rendah)
Gaya
Pemimpin
perilaku tugas
(tinggi)
Kedewasaan
Para
pengikut
Dewasa
Belum dewasa
Pentingnya fleksibilitas
Dalam Organisasi, seperti juga dalam kehidupan lainnya, dibutuhkan fleksibilitas.
Ini membantu untuk menaggapi terhadap orang orang dan situasi situasi secara tepat
55
dan membuat penyesuian bila terjadi penyimpangan dari antisipasi. Sebagai manajer,
semua orang harus berhati hati terhadap berbagai macam gaya kepemimpinan yang
tersedia. Pengetahuan tentang teori teori yang telah dibahas dimuka dalam bab ini, akan
membantu untuk mengidentifikasikan, perilaku kepemimpinan yang paling tepat. Tetapi
smua orang juga harus menggunkan pengamatannya sendiri untuk memepelajari
kepemimpinan dlam situasi nyata. Pnting juga dilakukan percobaan dengan berbagai
pendekatan yang berbeda dan mempelajarinya melalui analisa terhadap hasil - hasil.
Sebagai manajer, perilaku kepemimpinannya akan dipelajari pada jabatannya, saat
berinteraksi dengan para bawahan dan tugas tugas mereka.
56
Pendidikan
Sosial
Kegiatan kegiatan
karyawan
Tujuan
Organisasi
Strategi
kebijak
sanaan
Teknologi
Politik
Teknologi
ekonomi
hari itu, dan situasi situasi yang timbul selama sehari. Manusia juga memberikan
tanggapan terhadap rangsangan internal seperti kebutuhan untuk makan, apakah mrasa
demam atau sehat, apakah lelah atau cukup istirahat, dsb. Organisasi mempunyai situasi
yang sangat seruap dengan situasi ini.
Kekuatan kekuatan eksternal
Walaupun sulit menyamaratakan kekuatan kekuatan penyebab perubahan
perubahan eksternal, dalam kenyataan ada banyak kekuatan eksternal yang sangat
mempengaruhi perubahan Organisasi, dengan Organisasi mempunyai sedikit kemampuan
untuk mengendalikan kekuatan kekuatan tsb. Organisasi bergantung dan ahrus
berinteraksi denagn lingkungan eksternal bila ingin kelangsungan hidupnya terjaga.
Sumber daya sumber daya fisik, keuangan dan manusia didapatkan dari luar, begitu
juga para klien dan langganan bagi barang barang dan jasa jasa Organisasi. Oleh
karena itu segala sesuatu yang tercakup dalam atau merubah lingkungan dapat
memepengaruhi berbagai operasi Organisasi dan menyebabkan tekanan perubahan.
Perubahan Organisasi terjadi karena adanya perubahan perubahan dalam
bebagai variabel ekternal, seperti sistem politik, ekonomi, teknologi, pasar dan nilai
nilai. Bberapa tipe khusus kekuatan eksternal penyebab perubahan dapat dijabarkan
berikut. Kenaikan biaya dan kelangkaan berbagai sumber daya alam, keamanan karyawan
dan peraturan peraturan anti polusi, boikot pelanggan, tingkat pendidikan yang lebih
tinggi dalam pasar tenaga kerja, tingkat bunga yang tinggi adalah beberapa contoh
faktor faktor lingkungan yang merubah kehidupan orang baik sebagai karyawan
maupun langganan dalam tahun tahun terakhir ini. Berbagai kekuatan eksternal dari
kemajuan teknologi sampai kegiatan kegiatan persaingan dan perubahan pola
kehidupan, dapat menekan Organisasi mengubah tujuan, struktur dan metode operasinya
Kekuatan kekuatan internal
Tekanan tekanan untuk perubahan dapat juga datang dari dalam Organisasi.
Kekuatan kekuatan perubahan internal ini merupakan hasil dari faktor faktor seperti
tujuan, strategi, kebijaksanaan manajerial dan teknologi baru, serta sikap dan perilaku
para karyawan. Sebagai contoh, keputusan manajer puncak untuk mengganti tujuan dai
pertumbuhan jangka panjang menjadi pencapaian laba jangka pendek akan
mempengaruhi berbagai tujuan banyak departemen dan bahkan mungkin mmerlikan
reorganisasi. Pengenalan peralatan otomatik atau bahkan sekarang robot robot untuk
melaksanakan pekerjaan yang sebelumnya dilakukan oleh manusia akan meyebabkan
perubahan perubahan dalam layout dan pekerjaan rutin, program program latihan dan
insentif, kebijaksanaan dan prosedur pesonalia. Sikap dan ketidakpuasan karyawan
seperti ditujukan dalam tingkat perputaran atau pemogokan, dapat meyebabkan berbagai
perubahan dalam kebijaksanaan dan praktek Manajemen.
Kekuatan eksternal dan intenal penyebab perubahan adalah sering saling
berhubungan. Hubungan ini terutama merupakan hasil perubahan perubahan dalam
niali nilai dan sikap sikap yang mempengaruhi orang dalam sistem. Orang orang
dengan berbagai sikap baru memasuki Organisasi dan menyebabkan perubahan dari
dalam. Sebagai contoh, banyak perubahan perubahan seperti program program
perluasan kerja dan kecenderungan menuju partisipasi bawahan yang lebih besar dalam
pembuatan keputusan, ksamaan perlakuan terhadap tenaga kerja wanita, keamanan kerja,
kesempatan jabatan yang sama dan prhatian terhadap polusi menunjukkan tanggapan
tanggapan pada perubahan perubahan sikap orang orang terhadap wewenang dan
pengharapan akan kepuasan kerja
Cara cara penaganan perubahan
Ada dua pendekatan utama penanganan perubahan Organisasi yang dapat
digunakan para manajer, seperti ditunjukkan dalam gambar 15 .2. pertaman adalah proses
perubahan reaktif, dimanan manajemen bereaksi atas tanda tanda bahwa perubahan
58
Perubahan proaktif
(sebelum masalah
terjadi)
Masalah
Perubahan reaktif
(dilakukan setelah
masalah terjadi)
Pendekatan pertama yang lebih sederhana dan lebih murah dibanding pendekatan
kedua diperlukan manajer dalam pemecahan masalah sederhana (keci) dan penyesuian
hari kehari yang integral dalam jabatannya. Beberapa contoh, bila saudara manajer
sebuah toko serba ada dan keluhan keluhan tentang tenaga penjual tiba tiba
meningkat saudara mungkin menetapkan program latihan jangka pendek untuk
membetulkan masalah ; bila salah satu penyedia mengalami kebangkrutan, manajer
dengan cepat mencari sumber bahan lainnya; bila peraturan pemerintah baru
mensyaratkan perusahaan untuk mempunyai perlindungan terhadap kebakaran, manajer
mungkin membeli alat alat pemadam kebakaran; dua manajer yang sedang bekerja
sama pada proyek berorientasi tinggi, sementara pindah menempati kantor samapai
proyek selesai; manajer yunior sedang mempunyai kesulitan dengan tugas tugas yang
menyangkut analisa keuangan, sehingga dia mengadakan seminar keuangan selama dua
minggu. Perubahan perubahan ini memerlukan perencanaan minimal karena dapat dan
seharusnya ditangani dengan cara cara yang tepat dan rutin, dimana manajer
memberikan reaksi setelah masalah terjadi
Pendekatan kedua, program perubahan yang direncanakan menyangkut kegiatan
kegiatan yang disengaja untuk mengubah status quo. Thomas dan Bennis mendefinisikan
perubahan yang direncanakan sebagai perancangan dan implementasi inovasi struktural,
kebijaksanaan atau tujuan baru atau suatu perubahan dalam filsafat, iklim atau gaya
pengoperasian secara sengaja. Pendekatan ini tepat bila keseluruhan Organisasi atau
sebagian besar satuan Organisasi harus menyiapkan diri untuk menyesuaikan dengan
perubahan.
Perubahan yang direncanakan mempunyai ruang lingkup yang lebih luas dan
besar dibanding perubahan reaktif. Ini merupakan sarana penanganan perubahan
perubahan yang menyangkut kelangsungan hidup Organisasi. Pendekatan ini
mengantisipasi perubahan perubahan dalam lingkungan eksternal dan internal,
melibatkan kererikatan waktu dan sumber daya lebih besar. Memerlukan keterampilan
dan pengetahuan yang lebih bagi kesusksesan implementasinya dan dapat menimbulkan
masalah masalah yang lebih besar bila implementasinya gagal. Karena kompleksitas
dan kecepatan perubahan yang terjadi manajer harus lebih memahami pentingnya dan
menggunakan perubahan Organisasi yang direncanakan.
Peranan pengantar perubahan
Pengantar perubahan (change agent) adalah individu yang bertanggung jawab atas
peranan kepemimpinan dalam proses pengelolaan perubahan. Individu, kelompok atau
Organisasi yang merupakan sasaran perubahan disebut sistem klien. Pengantar perubahan
dapat berasal dari para anggota Organisasi atau dapat sebagai konsultan dari luar
Organisasi. Program program perubahan yang kompleks dan jangka panjang biasanya
memerlukan pengantar perubahan dari luar, mungkin karena keterampilan atau keahlian
khusus diperlukan atau agar tidak mengganggu operasi harian. Konsultan dari luar yang
59
tanpa vested interest dalam Organisasi lebih sering dipercaya, didengarkan dan dapat
melakukan pertimbangan pertimbangan obyektif.
Penolakan terhadap perubahan
Bila perubahan terjadi, para manajer dan karyawan akan bereaksi baik positif
ataupun negatif. Berbagai reaksi khas terhadap perubahan adalah sbb :
1. Orang mungkin menyangkal bahwa perubahan sedang terjadi. Bila ini terjadi
Organisasi kemungkinan akan terus kehilanga efektifitasnya
2. Orang mungkin mengabaikan perubahan. Manajer mungkin menangguhkan
keputusan keputusan dengan harapan bahwa masalah akan hilang dengan
sendirinya
3. Orang mungkin menolak perubahan. Karena berbagai alasan manajer dan
karyawan mungkin menentang perubahan.
4. Orang mungkin menerima perubahan dan menyesuiakan diri dengan perubahan
tsb
5. Oorang juga mungkin mengantisipasi perubahan dan merencanakannya, seperti
yang banyak dilakukan perusahaan perusahaan progresif
manajer dan karyawan akan cenderung mendukung perubahan bila mereka
diarahkan pada penyebab nyata Masalah, dimana hal ini merupakan suatu penyelesaian
efektif dan tidak memepengaruhi mereka secara merugikan. Disamping itu tanggapan
netral sikap wait and see juga merupakan tanggapan karyawan yang paling sering
dilakukan
bagaimanapun juga hambatan utama implementasi kebijaksanaan, tujuan atau
metoda operasi baru adalah penolakan para anggota Organisasi terhadap perubahan
(resistance to change). Petunjuk tentang seberapa kuat penolakan dapat terjadi sering
diperlukan bagi keberhasilan program program perubahan, walaupun kemungkinan
terjadinya kecil. Ada 3 sumber umum penolakan terhadap perubahan :
1. Ketidakpastian tentang akibat dan pengaruh perubahan. Para anggota Organisasi
mungkin secara psikologik menolak perubahan karena mereka menghindari
ketidakpastian. Cara cara tradisional pelaksanaan tugas sudah menjadi pedoman
kegiatan kegiatan para anggota dan konsekuensinya aturan, norma atau prosedur
yang telah ditetapkan memerlukan waktu lama untuk mengubahnya.
Ketidaksediaan ini mengubah tugas dan hubungan yang telah lazim dapat
menyebabkan penolakan terhadap perubahan. Apalagi bila perubahan
menimbulkan masalah masalah praktek, seperti kebutuhan untuk mempelajari
teknologi baru atau menyesuaikan dengan aturan, norma atau prosedur baru.
Salah pengertian dapat timbul ketika perubahan diperkenalkan, dan ini merupakan
tugas manajer untuk menjelaskan dan menjernihkannya sejak permulaan. Para
karyawan mungkin merasa tidak yakin akan kemampuan mereka untuk
mempelajari keterampilan baru atau melaksanakan pekerjaan baru yang
memerlukan mereka. Mereka juga mungkin menolak karena mereka sepenuhnya
tidak mempercayai setiap perubahan yang diusulkan dari atas. Para karyawan
akan merasa tidak diikutsertakan dalam proses perubahan atau mungki
menginterpretasikan perubahan sebagai suatu tanda bahwa mereka telah
melaksanakan pekerjaan mereka dengan tidak tepat. Bahkan perubahan yang
dipahami oleh karyawan sebagai sesuatu yang baik bagi Organisasi mungkin
ditolak. Salah satu pengertian ini dapat juga semata mata karena salah informasi
karena Komunikasi Organisasi yang tidak efektif
2. Ketidaksediaan untuk melepaskan keuntungan keuntungan yang ada. Perubahan
yang akan memberikan banyak manfaat bagi Organisasi secara keseluruhanbelum
tentu akan menguntungkan sekelompok orang atau individu. Sekelompok orang
(individu) yang merasa terancam kedudukannya dengan adanya perubahan akan
berusaha memeprtahankan status yang dinikmatinya dan berusaha menolak
perubahan. Beberapa contoh, manajer penjualan yang berpindah kedaerah
pemasaran yang tidak menyenangkan, para pengetik senior dikantor perusahaan
60
ini mengandung banyak resiko dan membuat usaha usaha perubahan selanjutnya
sulit mendapat dukungan.
Penanggulangan penolakan terhadap perubahan akan melibatkan penggunaan
lebih dari satu pendekatan pendekatan diatas. Teknik mana yang akan dipakai dan
bagaimana menterjemahkannya menjadi kegiatan kegiatan efektif, akan tergantung
pada ciri ciri situasi.
Gambar 15.1. Metoda metoda penanganan penolakan terhadap perubahan
No
Pendekatan
Pendidikan dan
Komunikasi
Partisipasi dan
keterlibatan
Kemudahan dan
dukungan
Kemudahan dan
dukungan
Manipulasi dan
bekerja sama
Paksaan eksplisit
dan implisit
Kebaikan
Kelemahan
Ada kekurangan
informasi dan
ketidak tepatan
informasi dan
analisa
Pengambil inisiatif
tidak mempunyai
semua informasi
yang dibutuhkan
untuk merancang
perubahan dan
orang orang
lainnya, mempunyai
kekuasaan untuk
menolak
Setelah diyakinkan
orang Orang sering
akan membantu untuk
mengimplementasikan
perubahan
Orang orang yang
berpartisipasi akan
terikat dalam
mengimplementasikan
perubahan, dan setiap
informasi yang
relevan dari mereka
akan terintegrasi
dalam rencana
perubahan
Tidak ada pendekatan
lain yang dapat
digunakan sebaik
pendekatan ini dalam
menangani masalah
masalah penyesuaian
Dapat sangat
memakan
waktu bila
orang orang
dilibatkan
Orang orang
melakukan
penolakan karena
masalah masalah
penyelesaian
Dapat sangat
memakan
waktu bila para
partisipan
merancang
perubahan
yang tidak
tepat
Dapat sangat
memakan
waktu mahal
dan masih
gagal
Dapat sangat
mahal bila hal
Banyak orang atau
Kadang kadang ini
ini
kelompok dengan
merupakan cara yang menyadarkan
kekuasaan cukup
relatif mudah untuk
orang lain
besar untuk menolak
menghindari
untuk
akan kalah dalam
penolakan
berorganisasi
suatu perubahan
bagi
kerelaannya
Dapat
menimbulkan
Dapat merupakan
masalah
penyelesaian yang
Taktik taktik lain
masalah
relatif cepat dan tidak
tidak akan bekerja
diwaktu
mahal untuk
atau mahal
mendatang bila
penolakan masalah
orang orang
masalah
merasa di
manipulasi
Kecepatan adalah
Pendekatan ini cepat
Dapat
esensial dan para
dan cepat mengatasi
mengandung
pengusul perubahan segala jenis penolakan resiko cukup
mempunyai
besar bila
kekuasaan cukup
orang orang
62
dibiarkan
marah terhadap
para pengambil
inisiatf
besar
Tahap 1
Tekanan
pada
manajemen
puncak
Tahap 2
Desakan
untuk
mengambil
tindakan
Intervensi
pada
puncak
Tahap 3
Reaksi struktur
Kekuasaan
Reorientasi
masalah
masalah
internal
Diagnosa
bidang
bidang
masalah
Tahap 4
Pengenalan
masalah
masalah
tertentu
Penemuan
penyelesaian
penyelesaian
baru
Tahap 5
Komitmen
pada
serangkaian
kegiatan baru
Percobaan
dengan
penyelesaian
baru
Tahap 6
Pencarian
hasil - hasil
Penguatan
dari hasil
hasil positif
Penerimaan
praktek
praktek
baru
1. Unfreezing, yaitu keadaan dimanan orang akan menjadi siap sedia untuk
memperoleh atau memepelajari perilaku baru. Orang akan mengakui ketidak
efektifan pola perilakunya sekarang dan bermaksud untuk belajar perilaku baru
yang akan membuatnya lebih efektif. Ini mungkin sulit dilakukan karena sikap
sikap positif yang berhubungan dengan perilaku diwaktu yang lalu.
2. Changing, terjadi bila orang mulai melakukan percobaan dengan perilaku baru.
Orang mencoba pola perilaku baru dengan harapan menaikkan efektifitasnya.
3. Refreezing, telah terjadi bila orang memandang bahwa pola perilaku baru yang
telah dicobanya selama periode changing menjadi bagian dari orang tsb.
Perilaku baru menjadi metode operasi normal dan setiap timbal balik sebagai hasil
pelaksanaan perilaku baru sangat membantu dalam refreezing
Berbagai Pendekatan Perubahan Organisasi
bila manajemen merencaakan suatu perubahan maka harus menentukan unsur
unsur apa dalam Organisasi yang akan diubah. Harold J. Leavitt menyatakan bahwa
Organisasi dapat diubah melalui pengubahan struktur, teknologi dan atau orang
orangnya. Pengubahan struktur Organisasi menyangkut modifikasi dan pengaturan
kembali berbagai sistem internal seperti hubungan hubungan tanggung jawab
Wewenang , sistem Komunikasi, aliran kerja, ukuran dan komposisi kelompok kerja atau
hirarki manajerial. Pengubahan teknologi Organisasi berarti pengubahan atau modifikasi
faktor - faktor seperti peralatan, proses teknik, teknik teknik riset atau sistem produksi
yang menyangkut layout, metode dan prosedur. Pengubahan orang orang Organisasi
mencakup pengubahan :
1. Kebijaksanaan dan prosedur penarikan dan seleksi
2. Kegiatan kegiatan latihan dan Pengembangan
3. Sistem balas jasa
4. Keterampilan keterampilan kepemimpinan dan Komunikasi manajerial
5. Sikap, kepercayaan, peranan atau karakteristik karakteristik karyawan lainnya.
Karena struktur dan teknologi telah banyak dibicarakan dalam bab bab lain,
maka pusat bahas bab ini menentukan faktor orang. Pembahasan selanjutnya mencoba
untuk menunjukkan bagaimana 3 unsur Organisasi diatas, struktur teknologi dan orang
yang saling tergantung memperbaiki perilaku karyawan yang akan mengarah pada
peningkatan efektifitas Organisasi seperti terlihat dalam gambar 15.4.
Pendekatan struktural
Menurut Leavitt usaha usaha untuk melakukan perubahan Organisasi melalui
pengubahab struktur dapat dibagi menjadi 3 kelompok. Dalam kelompok pertama adalah
perubahan perubahan struktural yang diciptakan melalui aplikasi prinsip prinsip
perancangan Organisasi klasik. Para teoritisi klasik berusaha untuk memperbaiki prestasi
Organisasi melalui perumusan secara jelas dan hati hati tanggung jawab jabatan para
anggota Organisasi. Mereka menekankan pentingnya penciptaan pembagian kerja dan
garis Wewenang yang tepat. Pada saat sekarang banyak manajer masih dapat
memperbaiki prestasi Organisasi mereka dengan pengubahan rentang manajemen,
deskripsi jabatan, bidang bidang tanggung jawab , hubungan hubungan pelaporan dsb.
Pendekatan perubahan struktural lainnya adalah pengubahan Organisasi melalui
Desentralisasi. Pendekatan ini didasarkan atas gagasan bahwa penciptaan saluran
saluran Organisasi yang lebih kecil dan dapat beridiri sendiri atau meningkatkan Motivasi
para anggota satuan satuan tsb dan membantu mereka untuk memusatkan perhatiannya
pada kegiatan kegiatan berprioritas tinggi. Hasil yang diharapkan adalah perbaikan
prestasi kerja setiap satuan. Desentralisasi juga memungkinkan setiap satuan untuk
menyesuaikan struktur dan teknologinya sesuai dengan tugas tugas yang harus
dilaksanakan dan lingkungan eksternal yang melingkupinya.
Pendekatan struktural ketiga bermaksud melakukan perbaikan prestasi Organisasi
melalui modifikasi aliran kerja dalam Organisasi. Pendekatan ini didasarkan atas
65
pemikiran bahwa aliran kerja yang tepat dan pengelompokkan keahlian akan meyebabkan
perbaikan produktifitas secara langsung dan cenderung memperbaiki semangat dan
kepuasan kerja
Gambar 15.4. Efektifitas Organisasi sebagai hasil Ppengubahan Struktur, Tteknologi dan
Orang
Struktur
Manajer, konsultan,
pengantar perubahan
Mengubah
Teknologi
Orang
Memperbaiki
Perilaku
karyawan
Efektifitas
Organisasi
Hasil
Pendekatan Teknilogis
Aplikasi sitematik pendekatan perubahan teknologi mulai dengan hasil karya
Frederick Taylor da Manajemen ilmiah nya. Taylor dan para pengikutnya menganalisa
dan memperbaiki interaksi interaksi antara para karyawan dan mesin mesin untuk
meningkatkan efisiensi. Dengan studi waktu dan gerak, penetapan tingkat upah borongan
dan usaha usaha lain untuk merancang kembali operasi operasi kerja dan sistem bals
jasa, taylor dan para teknisi indutri mencoba untuk memperbaiki prestasi Organisasi.
Walaupun perubahan perubahan teknologi kadang kadang diperkenalkan
dalam Organisasi tanpa rencana pengubahan unsur unsur Organisasi, hal ini sering sulit
untuk di implementasikan dengan sukses. Masalah yang umum yang terjadi sehubungan
dengan perubahan teknologi adalah bahwa perubahan yang dilakukan ternyata sering
tidak cocok dengan struktur Organisasi. Ketidakcocokan ini dapat menciptakan
ketidaksenangan dan pemutusan hubungan diantara para anggota Organisasi. Hasilnya
justru penurunan produktifitas, terjadi lebih banyak kecelakaan dan tingkat perputaran
karyawan yang tinggi.
Penggabungan pendekatan struktural dan teknologikal. Penggabungan pendekatan
perubahan struktural dan teknologikal (teknostruktural) bermaksud untuk memperbaiki
prestasi melalui pengubahan berbagai aspek baik struktur Organisasi maupun
teknologinya. Sebagai contoh, pengenalan teknologi baru yang diikuti pengorganisaian
kembali bagian bagian menjadi kelompok kelompok lebih kecil.
Contoh contoh pendekatan perubahan teknostruktural lain adalah perluasan
jabatan dan pengembangan jabatan. Dalam program program ini, tugas tugas yang
membuat suatu jabatan, cara cara berbagai tugas dilaksanakan, dan hubungan
hubungan karyawan diubah untuk memperbaiki kepuasan karyawan dan barangkali
meningkatkan produktifitas. Dalam pengembangan jabatan, berbagai kegiatan dari suatu
bagian vertikal Organisasi digabungkan menjadi satu jabatan untuk membuatnya lebih
menantang. Dengan perluasan jabatan, berbagai tugas pada tingkatan Organisasi yang
sama digabungkan untuk memberikan kepada para karyawan suatu jabatan yang lebih
beraneka ragam dan meningktkan perasaan keterlibatan kerja mereka.
Pendekatan Orang
Baik pendekatan Teknik maupun struktural bermaksug untuk memperbaiki
prestasi kerja Organisasi melalui perubahan situasi kerja. Pendekatan pendekatan tsb
66
didasarkan atas anggapan bahwa penciptaan situasi kerja yang tepat akan meyebabkan
perilaku karyawan menjadi lebih produktif. Pendekatan pendekatan orang, dilain
pihak,bermaksu untuk mengubah secara langsung perilaku karyawan melalui pemusatan
pada keterampilan, sikap, persepsi dan pengharapan mereka sehingga mereka akan
melaksanakan tugas dengan lebih efektif. Keterampilan dan sikap baru ini juga dapat
mendorong para karyawan untuk memprakarsai perubahan dalam struktur dan teknologi
Organisasi, yang mengarah pada perbaikan prestasi Organisasi.
Usaha usaha untuk mengubah perilaku dan sikap orang dapat diarahkan kepada
perseorangan, kelompok, atau Organisasi sebagai keseluruhan. Teknik yang sering
diguanakan adalah pengembangan Organisasi. Teknik teknik lain yang bukan
pendekatan pengembangan Organisasi meliputi pengembangan Manajemen, modifikasi
perilaku dan Managemeny by objektives
Gambar 15.5. Tiga Pendekatan Perubahan
Pengantar
Perubahan
Pengubahan
struktur
Perancangan kembali
Organisasi, desentralisasi
modifikasi aliran kerja
Pendekatan
tekno
struktur
Perancangan kembali
struktur dan operasi kerja
Pengubahan
teknologi
Perancangan kembali
operasi operasi kerja
Peningkatan
perbaikan
Moral dan
kepuasan
Perbaiakn
Prestasi
Organisasi
Peningkatan
produktifitas
Pengubahan
Orang
Perubahan perubahan
dalam sikap, keterampilan,
pengharpan, persepsi
Diagnose
Riset
Perencaan
kegiatan
Implementasi
68
Evaluasi
69
MANAJEMEN KONFLIK
70
71
No
Pandangan lama
Pandangan baru
Konflik tidak dapat
dihindarkan
Konflik timbul karena
banyak sebab, termasuk
struktur Organisasi,
perbedaan tujuan yang tidak
dapat dihindarkan,
perbedaan dalam persepsi
dan nilai nilai pribadi dsb
Konflik dapat membantu
atau menhambat
pelaksanaan kegiatan
Organisasi dalam berbagai
derajat
Pelaksanaan kegiatan
Organisasi yang optimal
membutuhkan tingkat
konflik yang moderat
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa konflik dapat fungsional ataupun
berperan salah (dysfunctional). Secara sederhana hal ini berarti bahwa konflik
mempunyai potensi pengembangan atau pengganggu pelaksanaan kegiatan Organisasi
tergantung pada bagaimana konflik tsb dikelola. Segi fungsional konflik antara lain :
1. Manajer menemukan cara penggunaan dana yang lebih baik
2. Lebih memepersatukan para anggota Organisasi
3. Manajer mungkin menemukan cara perbaikan prestasi Organisasi
4. Mendatangkan kehidupan baru didalam hal tujuan serta nilai Organisasi
5. Penggantian manajer yang lebih cakap, bersemangat dan bergagasan baru
tetapi bagaimanapun juga, konflik mungkin akan berperan salah. Sebagai contoh,
kerjasama antar manajer dapat rusak, membuat sulit koordinasi kegiatan kegiatan
Organisasi.
Hubungan antar pra konflik dan prestasi kerja (performace) Organisasi dapat
dilihat dalam gambar 16.1. berikut. Seperti tampak pada gambar, ada tingkat konflik
optimal, yaitu tingkat konflik yang sangat fungsional dimana performance Organisasi ada
maksimum. Bial tingkat konflik terlalu rendah, performance Organisasi bisa mengalami
(tinggi)
stagnasi.
Perubahan perubahan Organisasi terlalu lambat menysuiakan diri dengan
berbagai tuntutan baru, dan kelangsungan hidup Organisasi terancam.dilain pihak bial
tingkat konflik terlalu tinggi, kekacauan dan prpecahan juga bisa membahayakan
kelangsungan hidup Organisasi
Performance Organisasi
Jenis jenis konflik
Ada lima jenis konflik dalam kehidupan Organisasi :
1. Konflik dalam diri individu, yang terjadi bila seorang individu menghadapi
ketidakpastian tentang pekerjaan yang diharapkan untuk melaksanakannya, bila
berbagai permintaan pekerjaan saling bertentangan, atau bila individu diharapkan
untuk melakukan lebih dari kemampuannya.
2. Konflik antar individu dalam Organisasi yang sama, dimana hal ini sering
diakibatkan oleh perbedaan perbedaan kepribadian. Konflik ini juga berasal dari
adanya konflik antar peranan (seperti antara anajer dan bawahan)
3. Konflik antar individu dan kelompok, yang berhubungan dengan cara individu
menanggapi tekanan untuk keseragaman yang dipaksakan oleh kelompok kerja
mereka. Sebagai contoh, seorang individu mungkin dihukum atau diasingkan oleh
kelompok kerjanya karena melanggar norma norma kelompok
4. Konflik antar kelompok dalam Organisasi yang sama, karena terjadi pertentangan
kepentingan antar kelompok
5. Konflik antar Organisasi, yang timbul sebagai akibat bentuk persaingan ekonomi
dalam sistem perekonomian suatu negara. Konflik ini telah mengarahkan
timbulnya pengembangan produk baru, teknologi, dan jasa, harga harga lebih
rendah, dan penggunaan sumber daya lebih efisien.
Jenis konflik keempat, konflik antar kelompok dalam Organisasi yang sama,
adalah jenis konflik yang banyak dibahas dalam bab ini.
Metoda metoda pengelolaan konflik
Ada 3 bentuk Manajemen konflik : 1, stimulasi konflik dalam satuan satuan
Organisasi dimana pelaksanaan kegiatan lambat karena tingkat konflik terlalu rendah, 2.
pengurangan atau penekanan konflik bila terlalu tinggi atau menurunkan produktifitas;
dan 3, penyesuaian konflik.
Metode stimulasi konflik
Seperti telah disebut dimuka, konflik dapat menimbulan dinamika dan pencapaian
cara cara yang lebih baik dalam pelaksanaan kegiatan kerja suatu kelompok. Situasi
dimana konflik terlalu rendah akan menyebabkan para karyawan takut berinisiatif dan
menjadi pasif. Kejadian kejadian, perilaku dan informasi yang dapat mengarahkan
orang orang bekerja lebih baik diabaikan; para anggota kelompok saling bertoleransi
73
terhadap kelemahan dan kejelekan pelaksanaan kerja. Manajer dari kelompok seperti ini
perlu merangsang timbulnya persaingan dan konflik yang dapat mempunyai efek
penggembelengan.
Metode stimulasi konflik meliputi :
1. Pemasukan atau penempatan orang luar kedalam kelompok
2. Penyusunan kembali Organisasi
3. Penawaran bonus, pembayaran insentif dan penghargaan untuk mendorong
persaingan
4. Pemilihan manajer manajer yang tepat
5. Perlakuan yang berbeda dengan kebiasaan
metode pengurangan konflik
manajer biasanya lebih terlibat dengan pengurangan konflik dari pada stimulasi
konflik. Metode pengurangan konflik menekan terjadinya antagonisme yang ditimbulkan
oleh konflik. Jadi, metode ini mengelola tingkat konflik melalui pendinginan suasana
tetapi tidak menangani masalah masalah yang semula menimbulkan konflik
dua metode dapat digunakan untuk mengurangi konflik. Pendekatan efektif
pertama adalah mengganti tujuan yang menimbulkan persaingan dengan tujuan yang
lebih bisa diterima kedua kelompok. Metode faktor kedua adalah mempersatuakan kedua
kelompok yang bertentangan untuk menghadapi ancaman atau musuh yang sama.
Metode penyelesaian konflik
Metode penyelesaian konflik yang akan dibahas berikut berkenaan dengan
kegiatan kegiatan para manajer yang adapat secara langsung mempengaruhi pihak
pihak yang bertentangan. Metode metode penyelesaian konflik lainnya yang dapat
digunakan, mencakup perubahan dalam struktur Organisasi, mekanisme koordinasi dsb.
Telah dibahas dalam bab bab sebelumnya
Ada 3 metode penyelesaian konflik yang sering digunakan, yaitu dominasi atau
penekanan kompromi, dan pemecahan masalah integratif. Metode metode ini berbeda
dalam hal efektifitas dan kreatifitas penyelesaian konflik serta pencegahan situasi konflik
dimasa mendatang
Dominasi dan penekanan. Dominasi dan penekanan dapat dilakukan dengan
beberapa cara, yaitu : 1, kekerasan (forcing), yang bersifat penekanan otokratik; 2,
penenangan (smoothing), merupakan cara yang lebih diplomatis; 3, penghindaran
(avoidance) dimana manajer menghindar untuk mengambil posisi yang tegas; 4, aturan
mayoritas (majority rule), mencoba untuk menyelesaikan konflik anatar kelompok
dengan melalakukan pungutan suara (voting) melalui prosedur yang adil
Kompromi, melalui kompromi manajer mencoba menyelesaikan konflik
melaksanakan pencarian jalan tengah yang dapat diterima oleh pihak pihak yang
bersangkutan. Bentuk bentuk kompromi meliputi pemisahan (sparation) dimana pihak
pihak yang sedang bertentangan dipisahkan samapai memencapai tujuannya; arbitrasi
(perwasitan) diamana pihak ketiga (biasanya manajer) diminta memberi pendapat;
kembali keperaturan peraturan yang berlaku, dimana kemacetan dikembalikan pada
ketentuan ketentuan tertulis yang belaku dan menyetujui bahwa peraturan peraturan
yang memutuskan penyelesaian konflik; dan penyuapan (bribing) dimana salah satu
pihak menerima kompensasi dalam pertukaran untuk tercapainya penyelesaian konflik.
Namun tidak satupun metode metode tsb yang dapat memuaskan sepenuhnya pihak
pihak yang bertentangan maupun menghasilkan penyelesaian yang kreatif
Pemecahan masalah integratif. Dengan metode ini konflik antar kelompok diubah
menjadi situasi pemecahan masalah bersama yang dapat diselesaikan melalui teknik
teknik pemecahan masalah. Secara bersama pihak pihak yang bertentangan mencoba
untuk memecahkan masalah yang timbul diantara mereka. Disamping penekanan konflik
atau pencarian kompromi, pihak pihak secara terbuka mencoba menemukan
penyelesaian yang dapat diterima semua pihak. Dalam hal ini, manajer perlu mendorong
bawahannya bekerja untuk tujuan bersama, melakukan pertukaran gagasan seacara bebas,
74
dan menekankan usaha usaha pencarian penyelesaian yang optimum, agar tercapai
penyelesaian integratif
Ada 3 jenis metode penyelesaian konflik integratif :
1. Konsensus, diaman pihak pihak yang sedang bertentangan bertemu bersama
untuk mencari penyelesaian terbaik masalah mereka, dan bukan mencari
kemenangan sesuatu pihak.
2. Konfrontasi, dimana pihak pihak yang salaing berhadapan menyatakan
pendapatnya secara langsung satu sama lain, dan dengan kepemimpinan yang
terampil dan kesediaan untuk menerima penyelesaian, suatu penyelesaian konflik
yang rasional sering dapat ditemukan
3. Pengunaan tujuan tujuan yang lebih tinggi (suuperordidate goals) dapat juga
menjadi metode penyelesaian konflik bial tujuan tsb distujui bersama.
Konflik struktural
Dalam Organisasi klasik adalah 4 daerah struktural diaman konflik sering timbul :
1. Konflik Hirarki. Yaitu konflik antara berbagai tingkatan Organisasi. Manajemen
menengah mungkin konflik dengan personalia penyelia, dewan direktur mungkin
konflik dengan Manajemen dan para karyawan.
2. Konflik fungsional, yaitu konflik antara berbagai departemen fungsional
Organisasi. Sebagai contoh klasik, konflik antara departemen produksi dan
pemasaran dalam sutau Organisasi perusahaan.
3. Konflik lini staf, yaitu konflik antara lini dan staf. Hal ini sering merupakan
hasil adanya pebedaan perbedaan yang melakat pada personalia lini dan staf
4. Konflik formal informal. Yaitu konflik antara Organisasi formal dan informal
konflik lini dan staf akan dibahas lebih lanjut dibelakang
perancangan Organisasi medern juga mengandung situasi situasi konflik
potensial. Seacara khusus, Organisasi proyek dan matriks secara struktural menciptakan.
Manajer konflik dengan tanggung jawab tetapi tanpa wewenang, dan manajer pada suatu
struktur matriks dengan seorang atasan fingsional serta pimpinan proyek menyajikan
situasi situasi konflik. Seperti telah dikemukakan dimuka bahwa keberadaan konflik
dalam perancangan konflik dalam perancangan Organisasi modern juga dapat
menunjukkan manfaat. Dalam banyak kasus perancangan konflik ternyata dapat sangat
membantu Manajemen.
Konflik lini dan staf
Bentuk umum konflik Organisasi yang sering terjadi adalah konflik antara
anggota anggota lini dan staf. Berbagai sumber konflik lini dan staf telah dibahas
sebelumnya. Berikut ini akan diuraiakan lebih terperinci perbedaan pandangan para
anggota lini dan staf yang adapat menimbulkan konflik diantara mereka, walaupun
perbedaan perbedaan tersebut juga dapat meningkatkan efektifitas pelaksanaan tugas
tugas mereka
Pandangan lini
Para anggota lini sering memandang para anggota staf dalam hal hal sbb :
1. Staf melangkahi wewenangnya. Karena manajer garis merupakan penegang
tanggung jawab atas hasil akhir, mereka cenderung menolak rongrongan staf
atas wewenangnya
2. Staf tidak memberi nasehat yang bermanfaat. Ppara anggota staf seing tidak
terlibat dalam kegiatan operasional harian yang dihadapi oleh para anggota lini,
sehingga saran sarannya sering tidak diterapkan.
3. Staf menumpang keberhasilan lini. Para anggota staf sering lebih dekat dengan
manajer puncak dibanding orang orang lini, sehingga dapat mengambil
keuntungan atas posisi mereka
75
PENGAWASAN
DASAR DASAR PROSES PENGAWASAN
76
Kasus kasus yang sering terjadi dalam banyak Organisasi tidak diselesaikannya
suatu penugasan, tidak ditepatinya waktu penyelesaian (deadline), suatu anggaran yang
berlebihand kegiatan kegiatan lain yang menyimpang dari rencana. Bab ini akan
membahasa proses pengawasan manajerial melalui mana manajemen berusaha
memperoleh jaminan bahwa kegiatan kegiatan yang dilakukan sesuai dengan yang
direncanakan. Juga akan dibahas konsep pengawasan secara luas dan umum.
Ada banyak sebutan bagi fungsi pengawasan (controlling) antara lain evaluating,
appraising atau correcting. Sebutan controlling lebih banyak digunakan karena lebih
banyak mengandung konotasi yang mencakup penetapan standar, pengukuran kegiatan.
Dan pengambilan tindakan korektif. Bab selanjutnya akan menguraikan berbagai teknik
dan Metode pengawasan yang sangat berguna bagi manajemen
Pengertian pengawasan
Pengawasan dapat di definisikan sebagai proses untuk menjamin bahwa tujuan
tujuan Organisasi dan manajemen tercapai. Ini berkenaan dengan cara cara membuat
kegiatan kegiatan sesuai yang direncanakan. Pengertian ini menunjukkan adanya
hubungan yang sangat erat antara perencanaan dan pengawasan. Seperti terlihat dalam
kenyataan langkah awal proses pengawasan adalah sebenarnya langkah perencanaan,
penetapan tujuan, standar atau sasaran pelaksanaan suatu kegiatan. Karena kadang
kadang sulit untuk membedakan antara remcana, standar atau apa itu pengawasan, maka
perlu dipahami terlebih dulu pengertian pengertian tujuan, sasaran prosedur dsb yang
telah dibahas sebelumnya. Fungsi pengawasan manajemen juga berhubungan erat dengan
fungsi fungsi manajerial lainnya seperti yang ditunjukkan dalam gambar 17.1.
pengawasan membantu penilaian apakah perencanaan, pengorganisasian, penyusunan
personalia dan pengarahan telah dilaksanakan secara efektif. Sebagai contoh, apakah
laporan laporan pengawasan akurat ? apakah sistem pengawasan memberikan informasi
yang tepat pada waktunya ? apakah kegiatan diukur dengan interval frekwensi waktu
yang mencukupi ? semua ini merupakan aspek pengawasan pada fungsi pengawasan.
Gambar 17.1. hubungan pengawasan dengan fungsi fungsi manajemen lainnya
Perencanaan
Pengorgani
sasian
Penyusunan
personalia
Pengarahan
Pengawasan
Pengawasan
Definisi pengawasan yang dikemukakan oleh Robert J. Mockler berikut ini telah
memperjelas unsur unsur esensial proses pengawasan :
Pengawasan manajemen adalah suatu usaha sistematik untuk menentapkan
standar pelaksanaan dengan tujuan tujuan perencanaan, merancang sistem informasi
umpan balik, membandingkan kegiatan nyata dengan standar yang telah ditetapkan
sebelumnya, menentukan dan mengukur penyimpangan penyimpangan serta
mengambil tindakan koreksi yang diperlukan untuk menjamin bahwa semua sumber daya
perusahaan dipergunakan dengan cara paling efektif dan efisien dalam pencapaian tujuan
tujuan perusahaan.
77
Kegiatan belum
dilaksanakan
Kegiatan sedang
dilaksanakan
Kegiatan telah
dilaksanakan
Feedforward
Control
Concurent
Control
Feedback
Control
Ketiga bentuk pengawasan tsb sangat berguna bagi manajemen. pengawasan pendahuluan
dan berhenti terus cukup memadai untuk memungkinkan manajemen membuat
tindakan koreksi dan tetap dapat mencapai tujuan. Tetapi ada beberapa faktor yang perlu
dipertimbangkan disamping kegunaan dua bentuk pengawasan itu. Pertama, biaya
keduanya mahal. Kedua, Banyak kegiatan tidak memungkinkan dirinya dimonitor secara
terus menerus. Ketiga, Pengawasan yang berlebihan akan menjadikan produktifitas
berkurang. Oleh karena itu manajemen harus menggunkan sistem pengawasan yang
paling sesuai bagi situasi tertentu.
Tahap tahap dalam proses pengawasan
Proses pengawasan biasanya teridiri paling sedikit lima tahap (langkah) seperti
ditunjukkan gambar 17.3. tahap tahapnya adalah :
1. Penetapan standar pelaksanaan (perencanaan)
2. Penentuan pengukuran pelaksanaan kegiatan
78
Penetapan standar
pelaksanaan
Penentukuan
pengukuran
pelaksanaan
kegiatan
Pengukuran
pelaksanaan
kegiatan
Pembandingan
dengan standar;
evaluasi
Pengambilan
tindakan koreksi bila
perlu
= tindakan koreksi
bermacam macam pasar Organisasi, luar dan dalam negeri, perlu selalu
dimonitor. Disamping itu Organisasi sekarang lebih bercorak desentralisasi,
dengan banyak agen agen atau cabang cabang atau dan kantor kantor
pemasaran, pabrik - pabrik yang terpisah secara geografis, atau fasilitas
fasilitas penelitian yang tersebar luas. Semuanya memerlukan pelaksanaan
fungsi pengawasan dengan efektif dan efisiensi.
3. Kesalahan kesalahan. Bila para bawahan tidak pernah membuat kesalahan,
manajer dapat secara sederhana melalukukan fungsi pengawasan. Tetapi
kebanyakan anggota Organisasi sering membuat keslahan kesalahan, memesan
barang atau komponen yang salah, membuat penentuan harga yang terlalu
rendah, masalah masalah didiagnosa secara tidak tepat. Sistem pengawasan
memungkinkan manajer mendeteksi kesalahan kesalahan tsb sebelum menjadi
kritis.
4. Kebutuhan manajer untuk mendelegasikan . bila manajer mendelegasikan
wewenang kepada bawahannya. Tanggung jawab atasan itu sendiri tidak
berkurang. Satu satunya cara manajer dapat menentukan apakan bawahan telah
melakukan tugas tugas yang telah dilimpahkan kepadanya adalah dengan
mengimplementasikan sistem pengawasan. Tanpa sistem tsb, manajer tidak dapat
memeriksa pelaksanaan tugas bawahan.
Kata pengawasan sering mempunyai konotasi yang tidak menyenangkan, karena
dianggap akan mengancam kebebasan dan otonomi pribadi. Padahal Organisasi sangat
memerlukan pengawasan untuk menjamin tercapainya tujuan. Sehingga tugas manajer
adalah menemukan kesimbangan antara pengawasan Organisasi dan kebebasan pribadi
atau mencari tingkat pengawasan yang tepat. Pengawasan yang berlebihan akan
menimbulkan birokrasi, mematikan kreatifitas, dsb yang akhirnya merugikan Organisasi
sendiri. Sebaliknya pengawasan yang tidak mencukupi dapat menimbulkan pemborosan
sumber daya dan membuat sulit pencapaian tujuan.
Perancangan proses pengawasan
William H. Newman telah mengemukakan prosedur penetapan sistem
pengawasan. Pendekatannya terdiri atas lima langkah dasar yang dapat diterapkan untuk
semua tipe kegiatan pengawasan :
1. Merumuskan hasil yang diinginkan. Manajer harus merumuskan hasil yang
akan dicapai sejelas mungkin. Tujuan yang dinyatakan seacara umum atau
kurang jelas seperti pengurangan biaya overhead atau meningkatkan pelayanan
langganan, perlu dirumuskan lebih jelas seperti pengurangan biaya overhead
dengan 12% atau menyelesaiakan setiap keluhan konsumen dalam waktu paling
lama 3 hari. Disamping itu, hasil yang diinginkan harus dihubungkan dengan
individu yang bertanggung jawab atas pencapaiannya.
2. Menetapkan penunjuk (predictors) hasil. Tujuan pengawasan sebelum dan selama
kegiatan dilaksanakan adalah agar manajer dapat mengatasi dan memperbaiki
adanya penyimpangan sebelum kegiatan diselesaiakan. Tugas penting manajer
adalah merancang program pengawasan untuk menemukan sejumlah indikator
indikator terpercaya sebagai penunjuk apabila tindakan koreksi perlu diambil
atau tidak. Newman telah mengidentifikasikan beberapa early warning pridictor
yang dapat membantu manajer memikirkan apakah hasil yang diinginkan tercapai
tercapai atau tidak, yaitu :
a.
Pengukuran masukan. Perubahan dalam masukan pokok akan
mengisyaratkan manajer untuk merubah atau mengambil tindakan koreksi.
Sebagai contoh, pesan pesan yang masuk akan menunjukkan volume
produksi, atau biaya bahan baku akan mempengaruhi harga produk.
b.
Hasil hasil pada tahap tahap permulaan.bila hasil dari tahap
permulaan lebih baik atau jelek dari pada yang diperkirakan maka perlu
dilakukan penilaian kembali. Penjualan awal yang menggemberikan akan
81
82
Kegiatan kegiatan
Hasil
yang
diinginka
n
Peramalan faktor faktor ekstern dan
masukan yang akan
mempengaruhi hasil
akhir
Standar untuk
hasil yang
diinginkan
dan untuk
penunjuk
Peramalan
hasil akhir
penilai
Tindakan
koreksi
Disamping itu, penting juga untuk menentukan titik titik kritis dalam sistem
dimana monitoring dan pengumpulan informasi harus dilakukan, atau yang disebut titik
titik pengawasan strategik (strategic control). Metode penentuannya adalah dengan
menganalisa bidang - bidang operasi dimanan perubahan selalu terjadi dan pemusatan
pada unsur insur paling vital dalam operasi tertentu.
Alat bantu pengawasan manajerial
Ada banyak teknik yang dapat membantu manajer agar pelaksanaan pengawasan
menjadi lebih efektif. Dua teknik yang paling terkenal adalah manajer dengan
pengecualian (management by exception) dan sistem informasi Manajemen (management
information systems).
Management by exception (MBE)
MBE, atau prinsip pengecualian, memungkinkan manajer untuk mengarahkan
pwerhatiannya pada bidang - bidang pengawasan yang paling kritis dan memperisilahkan
para karyawan atau tingkatan Manajemen untuk menangani variasi variasi rutin (lihat
gambar 17.5). hal ini dapat dipraktekkan oleh manajer manajer penjualan, produksi,
keuangan, personalia, pembelian, pengawasan mutu, dan bidang - bidang fungsional
lainnya. Bahkan manajer manajer lini pertama dapat mempergunakan prinsip ini dalam
pengawasan harian mereka.
Pengawasan yang ditunjukkan pada terjadinya kekecualian ini murah, tetapi
penyimpangan baru dapat diketahui setelah kegiatan terlaksana. Biasanya pengawasan ini
dipergunakan untuk operasi operasi Organisasi yang bersifat otomatis dan rutin
Management information systems (MIS)
sistem informasi Manajemen atau management information system, memainkan
peranan penting dalam pelaksanaan fungsi fungsi Manajemen perencanaan dan
pengawasan dengan efektif. MIS dapat di definisikan sebagai suatu metode formal
pengadaan dan penyediaan bagi Manajemen, informasi yang diperlukan dengan akurat
83
dengan tepat waktu untuk membantu proses pembuatan keputusan dan memungkinkan
fungsi fungsi perncanaan, pengawasan dan operasional Organisasi dilaksanakan secara
efektif. MIS adalah sistem pengadaan, pemrosesan, penyimpanan dan penyebaran
informasi yang direncanakan agar keputusan keputusan Manajemen yang efektif dapat
dibuat. Sismtem penyediaan informasi waktu yang lalu sekarang dan yang akan datang
serta kejadian kejadian didalam dan diluar Organisasi.
Gambar 17.5. Manajemen by Exception
Penetapan
standar
Mengukur
pelaksanaan
kegiatan
Apakah ada
penyimpangan
Tidak
(Tidak Memerlukan
Tindakan koreksi)
Ya
Apakah penyimpangan
bersifat pengecualian
Tidak
(Tidak Memerlukan
Tindakan koreksi)
Ya
Mengambil
tindakan koreksi
Menganalisa dan
mengevasluasi
penyimpangan
84
85
Ada banyak alasan untuk menentukan penyebab kegagalan suatu Organisasi atau
keberhasilan Organisasi lainnya. Tetapi masalah yang selalu berulang dalam semua
Organisasi yang gagal adalah tidak atau kurang adanya pengawasan yang memadai.
Prinsip prinsip pengawasan telah dibicarakan dalam bab sebelummnya. Pada bab ini
akan diuraikan berbagai tekni dan metode pengawasan yang dapat digunakan agar fungsi
pengawasan dapat berjalan dengan efektif dan efisiensi.
Pengawasan sebenarnya mngandung arti penjagaan stabilitas equailibirum. Untuk
mencapai keseimbangan, bagaimanapun juga manajer harus selalu merubah apa yang
dikerjakannya atau merubah standar yang dugunakan sekarang untuk mengukur
pelaksanaan. Dan teknik teknik serta metode metode pengawasan hendaknya
digunakan secara simultan, tidak berdiri sendiri sendiri
Perbedaan tipe metode pengawasan
Metode pengawasan terdiri atas dua kelompok, yautu metode bukan kuantitatif
(non-kuantitative) dan metode kuantitatif.
Metode pengawasan non kuantitatif
Metode pengawasan non kuantitatif adalah metode metode pengawasan yang
digunakan manajer dalam pelaksanaan fungsi fungsi Manajemen. Pada umumnya hal
ini mengawasi keseluruhan (overall) performance Organisasi. Dan sebagian besar
mengawasi sikap dan performance pada karyawan
Teknik teknik yang sering digunakan meliputi :
1. Pengamatan (control banyak observation)
2. Inspeksi teratur dan langsung (control by rgular and spot inspection)
3. Pelaporan lisan dan tertulis (control banyak report)
4. Evaluasi pelaksanaan
5. Diskusi antara manajer dan bawahan tentang pelaksanaan suatu kegiatan
ukuran ukuran tsb biasanya digunakan dalam pengarahan dan pengawasan
satuan kerja.
Sistem sistem dan metode metode Manajemen yang digunakan untuk tujuan
pengawasan mencakup juga Management banyak objektives (MBO), Manajemen by
exception (MBE), dan Management inforamtion system (MIS), yang semuanya telah
dijelaskan dalam bab bab sebelumnya
Teknik teknik pengawasan kuantitatif
Sebagian besar teknik teknik pengawasan kuantitatif cenderung untuk
menggunakan data khusus dan metode metode kuantitatif untuk mengukur dan
memeriksa kuantitas dan kualitas keluaran (output). Metode metode kuantitatif tsb
terdiri dari :
1. Anggaran (budget) seperti a. anggaran operasi, anggaran pembelanjaan
modal,anggaran penjualan, anggaran kas, dll, b. anggaran anggaran khusus,
seperti planning programming budgeting systems (PPBS), zero- base
budgeting (ZBB), human resource accounting (HRA).
2. Audit seperti a. internal audit, b. eksternal audit dan c. Manajemen audit
3. Analisa break event
4. Analisa rasio
5. Bagan dan teknik yang berhubungan dengan waktu pelaksanaan kegiatan, seperti
a. bagan grantt, b. program evaluation and rview technique (PERT) dan c. critical
path method (CPM)
86
Dasar dasar
perncanaan
(asumsi
asumsi)
Anggaran
anggaran
yang
direncanakan
Standar bagi
pelaksanaan
yang
diharapkan
Jumlah nyata
yang
dilaporkan
untuk setiap
anggaran
Pembandingan
pelaksanaan
nyata dan yang
direncanakan
Umpan balik
Analisa
variance
dalam setiap
anggaran
Menentukan
penyebab
penyimpangan
Tindakan koreksi
bila dibutuhkan
89
Anggaran Operasional
Rencana rencana kegiatan
Anggaran biaya
Rencana Laba
Pemasaran
Penghasilan
Anggaran Finansial
Pengiklanan
Penjualan
pembelanjaan
Biaya
administrasi
Kas
Penelitian
Produksi
Manufacturing
Fasilitas dan
personalia
Pembelanjaan
modal
Neraca
Jenis anggaran
Anggaran penjualan
Anggaran produksi
Anggaran biaya
Anggaran kas
Anggaran neraca
1. Pelaksanaan analisa dan spesfikasi tujuan tujuan dasar dalam setiap kegiatan
utam atau lingkupan program
2. Pelaksanaan analisa keluaran setiap program dalam bentuk tujuan tujuan
khusus.
3. Pengukuran biaya total program untuk beberapa tahun dimuka.
4. Penentuan alternatif alternatif yang paling efektif dalam pencapaian tujuan
tujuan dasar pada biaya terkecil
5. Pelaksanaan implementasi PPBS dalam bentuk sistematik dan teratus sehingga
keputusan keputusan anggaran diwaktu yang akan datang menjadi sasaran
analisa sejenis berikutnya.
Gambar 18.3. menunjukkan unsur- unsur PPBS yang telah dimidifikasi
Gambar 18.3. langkah langkah dalam implementasi PPBS
Langkah 1
Planning
Langkah 2
Programming
Langkah 3
Budgeting
Langkag 4
Pengerjaan
Langkah 5
Evaluasi
Definisi
tujuan atau
sasaran
Analisa biaya
dan kegunaan
yang
diantisipasi
oleh setiap
program
Alokasi
sumber daya
ken program
program
yang telah
ditetapkan
Penyelesaian
program
program
yang telah
ditetapkan
Analisa hasil
hasil setiap
program
92
1984
?
1984
?
Teknik ini tidak dapat memecahkan semua masalah yang berhubungan dengan
pengawasan anggaran, tetapi ZBB menciptakan suatu sistem dimana sumber daya
sumber daya Organisasi dialokasikan keprogram program dengan prioritas lebih tinggi.
Dengan sistem ini, program program prioritas rendah dapat dikurangi atau dihilangkan.
Akuntansi sumber daya manusia (ASDM)
Human resource accounting (HRA), selanjutnya disebut Akuntansi sumber daya
manusia (ASDM), bermaksud memperlakukan biaya biaya yang cukup berarti dari
penarikan, latihan, dan pelayanan unsur manusia sebagai suatu investasi jangka panjang
dalm sumber daya manusia pada laporan keuangan. ASDM menunjukkan dan
menekankan arti pentingnya sumber daya manusia karyawan berpengetahuan tinggi,
terlatih dan loyal dalam suatu proses pencapaian penghailan dan total aktiva
perusahaan. ASDM mencakup konsep sumber daya manusia sebagai aktiva, penentuan
biaya unvestasi, dan biaya yang telah digunakan (expired), dan dalam beberapa hal
memeperkirakan dan menyarankan pemeliharaan atas nilai ekonomis manusia dalam
Organisasi.
Teknik ini dikembangkan oleh Likert dan teman temannya dilembaga riset
sosial universitas Michigan. Likert telah mencoba untuk mengembangkan metode
pengukuran nilai aktiva sumber daya manusia. Pendekatan ini memungkinkan manajer
untuk mempekirakan pelaksanaan diwaktu yang akan datang bila tingkat konsumsi
sumber daya manusia rlatif terhadap penggantian sumber daya ini diketahui. Tabel 18.2.
menggambarkan contoh penerapan ASDM dalam laporan keuangan. Jumlah investasi Rp
1.964.243.000,- menunjukkan pengeluaran yang meliputi penarikan, latihan, program
orientai karyawan baru dan pengembangan karyawan lama dan baru.
Tabel 18.2. contoh laporan keuangan akuntansi sumber daya manusia (ASDM)
PT AMP
Neraca
93
31 Desember 1983
(dalam ribuan rupiah)
ASDM
Konvensional
Aktiva
Total aktiva lancar
Bangunan pabrik dan peralatan
Kelebihan nilai atas penbelian diatas
aktiva bersih yang dibutuhkan
* Investasi sumber daya manusia
Pajak pendapatan dibayar dimuka dan
aktiva lain lain
Total aktiva
Rp 18.311.713
Rp 18.311.713
3.500.227
3.500.227
1.285.829
1.285.829
1.964.243
213.500
213.500
Rp 25.275.512
Rp 23.311.269
Rp 3.909.083
Rp 3.909.083
6.970.000
6.970.000
7.548.768
7.548.768
Laba ditahan
4.883.418
4.883.418
Pasiva
Total hutang lancar
982.121
Total pasiva
Penjualan bersih
982.122
Rp 25.275.512
PT AMP
Laporan Rugi Laba Periode 1983
(dalam ribuah rupiah)
Rp 43.161.564
Rp 23.311.269
Rp 43.161.564
Biaya penjualan
28.621.050
28.621.050
Laba kotor
14.540.514
14.540.514
10.783.922
10.783.922
Laba operasi
3.756.592
3.756.592
Biaya bunga
598.846
598.846
3.157.746
3.157.746
184.293
3.342.039
3.157.746
1.615.147
1.523.000
Rp 1.726.892
Rp 1.634.746
94
konsep ini, karena menyadari pentingnya sumber daya manusia sebagai aktiva
perusahaan.
Penggunaan pemeriksaan akuntan (Auditing) untuk pengawasan
Metode pengawasan efektif lainnya adalah dengan menggunakan pemeriksaan
akuntan (auditing) yaitu suatu proses sistematik untuk memperoleh bukti secara obyektif
tentang pernyataan pernyataan berbagai kejadian ekonomi dengan tujuan untuk
menetapkan tingkat kesesuaiakan antara pernyataan pernyataan tsb dengan kritria yang
telah ditetapkan, dan menyampaikan hasil hasilnya kepada para pemakai yang
berkepentingan. Upaya pemeriksaan ini bertujuan untuk membuktikan efektifitas,
ketepatan, kebenaran dan kejujuran pernyataan pernyataan itu yang biasanya berbentuk
laporan laporan. Secara tradisional pemeriksaan akuntan berarti penilaian bebas
(independent) terhadap kebenaran dan kejujuran laporan laporan keuangan Organisasi.
Alat pengawasan ini dapat dibagi menjasi tiga kategori: 1. pemeriksaan akuntan publik
(audit ekstern) 2. pemeriksaan intern (audit intern) dan tiga audit Manajemen.
Pemeriksaan akuntan ekstern (eksternal auditing) adalah pemeriksaan secara
obyektif terhadap laporan keuangan suatu perusahaan atau Organisasi yang lain dengan
tujuan untuk menentukan apakah laporan laporan keuangan tsb menyajikan secara
wajar keadaan keuangan dan hasil usaha perusahaan atau Organisasi itu. Audit ekstern
dilakukan oleh akuntan publik atau kantor kantor akuntan yang telah didaftar negara.
Tujuan pemeriksaan adalah bukan menyiapkan laporan keuangan perusahaan, tetapi
untuk menilai kewajaran informasi yang tercantum didalam laporan keuangan. Atau
dengan kata lain, pemeriksaan akuntan ekstern bertujuan untuk menentukan secara
obyektif dapat dipercaya tidaknya informasi yang disampaikan Manajemen didalam
laporan keuangan. Oleh karena itu pangaruh Manajemen dan harus dapat dipercaya
ditinjau dari sudut profesinya. Hasil pemeriksaan disajikan dalam bentuk laporan
pemeriksaan akuntan yang biasanya terikat pada bentuk standar dan mengikuti prinsip
prinsip akuntansi yang telah disetujui (diindonesia prinsip prinsip akuntansi indonesia
yang ditatapkan oleh ikatan akuntan Indonesia).
Pemeriksaan intern (internal auditing), dilain pihak, merupakan kegiatan penilaian
bebas yang terdapat dalam Organisasi yang dilakukan dengan cara memriksa akuntansi,
keuangan dan kegiatan kegiatan lain untuk memberikan jasa kepada Manajemen.
Tujuan pemeriksaan inter adalah semua anggota Manajemen dalam Melaksanakan
tanggung jawab mereka, dengan cara menyajikan analisis, penilaian, rekomendasi dan
komentar komentar penting mengenai kegiatan kegiatan mereka. Pemeriksaan intern
berhubungan dengan semua tahap kegiatan perusahaa, sehingga tidak hanya tebatas pada
pemeriksaan terhadap catatan catatan akuntansinya saja, tetapi juga struktur keuangan
perusahaan, dan mencakup penilaian tidak hanya ketepatan afitas tetapi juga efisiensi
operasional (operational auidting). Untuk mencapai tujuan tsb pemeriksa intern
melaksanakan kegiatan kegiatan berikut :
1. Pemeriksaan dan penilaian terhadap baik tidaknya pengendalian akuntansi dan
pengendalian administratif dan mendorong penggunaan cara cara efektif dengan
biaya minimum
2. Menentukan sampai seberapa jauh pelaksanaan kebijaksanaan Manajemen atas
dipatuhi
3. Menentukan sampai seberapa jauh kekayaan peruahaan di tanggung jawabkan dan
dilindungi dari segala macam bahaya kerugian
4. Menentukan dapat dipercaya tidaknya informasi yang dihasilkan oleh berbagai
bagian didalam perusahaan
5. Memeberikan rekomendasi perbaikan kegiatan kegiatan perusahaan
pemeriksaan intern dapat dilakukan sebagai suatu proyek terpisah yang
ditugaskan kepada beberapa personalia departemen keuangan, atau departemen lainnya,
atau staf bagian pemeriksaan intern. Pemeriksaan intern mempunyai ruang lingkup lebih
luas dan pelaksanaannya tergantung pada kebijaksanaan perusahaan.
Penerapan teknik auditing sebagai suatu cara penilaian efektifitas Manajemen
secara keseluruhan disebut audit Manajemen. Audit Manajemen memiksa tidak hanya
95
laba
Biaya dan
penghasilan
(rupiah)
Penghasilan Total
Biaya Total
Biaya tetap
Kuantitas (dalam unit)
Rugi
Sebagai contoh perhitungan misalkan ada suatu perusahaan yang menjual produk
yang dihasilkan dengan harga Rp 10.000 per unit. Biaya tetap tahunan sebesar Rp
40.000.000 dan biaya variabel Rp 5.200 per unit. Secara matematik titik Break - Even
dapat dihitung sbb :
biaya tetap
BEP (dalam unit) =
Haraga jual per unit) (biaya variabel per unit)
Sehingga
Rp 40.000.000
BEP
=
96
Rp 10.000 Rp 5.200
= 8.333 unit
Titik Break - Even ini dapat digambarkan secara grafik sbb (lihat gambar 18.6.)
Gambar 18.6. contoh analisa Break - Even
Biaya dan
Penghasilan (Rp)
14.000 -
TR
12.000 -
TC
10.000 83.330
TC = FC + VC
biaya total =
biaya tetap +biaya variabel
FC
2.000 0
8.333
2.
3.
4.
5.
6.
7.
98
99
a. Waktu optimis (To), waktu kegiatan bila semuanya berjalan baik tanpa hambatan
atau penundaan penundaan
b. Waktu raelistik (Tm), waktu yang mestinya terjadi bila sesuatu kegiatan dalam
keadaan normal (ada penundaan yang ditotelir)
c. Waktu pesimis (Tp), waktu kegiatan bila terjadi hambatan atau penundaan
melebihi dari seharusnya.
Waktu kegiatan yang diperkirakan (Te) dapat dihitung dengan rumus :
To + (4) Tm + Tp
Te =
6
Langkah langkah penyelesaian jarinangan PERT :
1. Pengidentifikasian dan penentuankm kegiatan kegiatan yang harus dilaksanakan
2. Penentuan urutan, dimana kegiatan kegiatan dalam jaringan tsb akan
dilaksanakan
3. Penganalisaan estimasi waktu kegiatan yang diperlukan untuk menyelesaikan
setiap kegiatan dan keseluruhan proyek
4. Pencarian jalur kritis (critical path), yaitu jalur terpanjang pada jaringan proyek
dari peristiwa pertama samapi terakhir
5. Perbaikan rencana mula mula melalui modifikasi jaringan kerja
6. Pengawasan proyek
Ada sejumlah program komputer yang tersedia untuk melakukan mekanisme
perhitungan jalur kritis, disamping metode metode algoritma, matriks, programmasi
linear dan labeling
Sebagai contoh penyusunan jaringan PERT akan digunakan kasusu suatu
perusahaan yang merencanakan memasang alat pendingin didalam ruang operator mesin.
Deskripsi
To
100
Waktu (minggu)
Tm
Tp
12
23
24
45
46
57
67
48
89
3 10
7 10
8 10
9 10
10 10
2
1
2
1
4
1
4
2
8
3
8
2
6
5
16
5
20
3
2
1
5
4
4
10
8
10
18
12
0
1
0
2
0
5
101