Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Stuktur

Mata Kuliah Hadis Tarbawi II

Dosen Pengampu:

DISUSUN OLEH :

ASEP NASOIH
ESA KURBIAWATI
HELMI MUHAMMAD RIZKI

INSTITUT AGAMA ISLAM DARUSSALAM (IAID) CIAMIS


FAKULTAS TARBIYYAH PRODI PENDIDIKAN AGAMA
ISLAM TAHUN AKADEMIK 2022/2023

Jl. Kiyai Ahmad Fadil No.8 Ciamis 46276


Tlp./Fax. : (0265)774376; email : darussalam@gmail.com
Homepage : www.iaid.ac.id
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur mari kita panjatkan ke hadirat Allah SWT.,
karena atas berkat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah
sebagai salah satu tugas stuktur mata kuliah Ulumul Hadits.
Sholawat beserta salam semoga selamanya tercurah limpahkan
kepada baginda alam yakni Nabi Muhammad SAW., beserta para
keluarganya, para sahabatnya, para tabi’in dan tabi’atnya serta sampai
kepada kita selaku umatnya. Mudah-mudahan di yaumil akhir, kita semua
mendapat syafaat darinya. Aamiin.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah


Hadist Tarbawi yang telah mengajar dan membimbing penulis bersama
dengan mahasiswa/i lainnya sehingga dapat memahami saat pembelajaran
dilaksanakan.

Penulis memahami bahwa dalam pembuatan makalah ini masih


terdapat kekurangan. Untuk itu, penulis meminta maaf apabila terdapat
kekurangan dalam pembuatan makalah ini, baik dari segi tata cara
pembuatannya, segi materinya maupun hal lainnya. Mudah-mudahan
makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis pribadi dan
umumnya bagi semua orang yang membaca makalah ini serta dapat
dijadikan referensi untuk pembuatan makalah lainnya di masa yang akan
datang.

Ciamis, Oktober 2022

Penulis.

I
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................I
DAFTAR ISI............................................................................................II
BAB I PENDAHULUAN........................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................1
C. Tujuan Penulisan.............................................................................1
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................2
A. Pengertian Kepedulian Sosial.........................................................2
B. Dalil Kepedulian sosial...................................................................4
C. Tahapan Kepedulian Sosial.............................................................8
D. Faktor faktor yang mempengaruhi................................................11
BAB III PENUTUP................................................................................13
A. Kesimpulan....................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................14

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Mengetahui tentang kepedulian sosial, menjadi salah satu bagian dari peguasaan
yang harus dimiliki peserta didik. Pembelajaran Hadist Tarbawi yang dimulai sejak dini
diharapkan akan memberikan hasilyang lebih baik. Untuk menjembatani itu, diperlukan
upaya yang serius dari guru agar anak didiknya mampu dan terampil.

Selanjutnya, pada kegiatan belajar seorang guru harus mengetahui berbagai


alternativ Hadist Tarbawi. Mulai dari mengetahui hadist hadist tarbawi dilanjutkan
dengan memahami isi serta kandungan yang terdapat di dalam hadist serta
mengamalkan apa yang ada di dalamnya.

B. RUMUSAN MASALAH

a. Apa pengertian kepedulian social ?


b. Bagaimana bunyi dalil kepedulian sosial ?
c. Bagaimana tahapan pembentukan kepedulain social ?
d. Bagaimana faktor faktor kepedulian social ?

C. TUJUAN MASALAH

a. Untuk mengetahui pengertian kepedulian sosial


b. Untuk mengetahui dalil – dalil mengenai kepedulian sosial
c. Untuk mengetahui tahapan tahapan dalam pembentukan kepedulain social
d. Untuk mengetahui faktor – faktor dalam kepedulian social

3
BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian Kepedulian Sosial


Kepedulian Sosial adalah perasaan bertanggung jawab atas kesulitan yang
dihadapi oleh orang lain di mana seseorang terdorong untuk melakukan sesuatu untuk
mengatasinya. “Kepedulian Sosial” dalam kehidupan bermasyarakat lebih kental
diartikan sebagai perilaku baik seseorang terhadap orang lain di sekitarnya. Kepedulian
sosial dimulai dari kemauan “memberi” bukan “menerima”. Bagaimana ajaran Nabi
Muhammad untuk mengasihi yang kecil dan menghormati yang besar, orang-orang
kelompok besar hendaknya mengasihi dan menyayangi orang-orang kelompok kecil,
sebaliknya orang kecil agar mampu menempatkan diri, menghormati, dan memberikan
hak kelompok besar. (Alim Matan, 2004 : 3-4)
Menurut Zakiah Drajat dalam surah Al-Baqarah ayat 195, ajaran-ajaran yang
berkenaan dengan iman tidak banyak dibicarakan dalam Al-Quran. Tidak sebanyak
ajaran yang berkenaan dengan amal perbuatan, sebab semua amal perbuatan manusia
dalam hubungannya dengan Allah, dengan dirinya sendiri, dengan sesama (masyarakat),
dengan alam dan lingkungannya, dengan makhluk lainnya, termasuk dalam ruang lingkup
amal soleh.
Kepedulian sosial adalah rasa ingin membantu kepada sesama manusia baik
dalam bentuk materi maupun bantuan tenaga. Tujuan peduli dengan orang lain adalah
untuk meringankan kesusahan atau kesulitan orang lain agar orang tersebut dimudahkan
dalam segala kesulitannya. Kepedulian sosial menurut penulis dapat juga disebut sebagai
tingkah laku prososial. Di dalam psikologi, pengertian Tingkah laku prososial adalah
tindakan suka rela yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang lain tanpa
mengharapkan imbalan apapun. (David O.Sears, 1994:47)
Desmita (2012) mengungkap beberapa pendapat para ahli tentang tingkah laku prososial.
Menurut Eisenberg (1998) mendefinisikan tingkah laku prososial sebagai “voluntary
behavior intended do benefit another”. Menurut Baron Byrne (1991) tingkah laku
prososial adalah tingkah laku menolong orang lain. Sementara itu Sears, Dkk (1992)

4
mendefinisikan tingkah laku prososial sebagai tingkah laku yang menguntungkan orang
lain. Sehingga menurut Sears tingkah laku terseebut mencakup kategori yang lebih luas
meliputi segala tindakan yang dilakukan atau direncakan untuk menolong orang lain
tanpa mempedulikan motivasi penolong.
Hal tersebut dipertegas oleh Rusthon (dalam buku Sears, Dkk 1992) bahwa tingkah
laku prososial berkisar dari tindakan alturisme yang tidak mementingkan diri sendiri atau
tanpa pamrih atau tindakan menolong yang sepenuhnya dimotivasi oleh kepentingan
dirinya sendiri. Alturisme itu sendiri adalah tindakan suka rela yang dilakukan seseorang
atau sekelompok orang lain tanpa mengharapkan imbalan apapun (kecuali mungkin
perasaan telah melakukan kebaikan-kebaikan). Lead menyatakan ada tiga kriteria yang
menentukan tingkah laku alturistic, yaitu :
a) Tindakan yang bertujuan khusus menguntungkan orang lain tanpa mengharapkan
balasan.
b) Tindakan yang dilakukan dengan suka rela.
c) Tindakan yang menghasilkan sesuatu yang baik. (Desmita, 2012:237)
Menurut Staub (1978) tingkah laku prososial adalah tindakan suka rela dengan
mengambil tanggung jawab menyejahterakan orang lain. Tindakan suka rela mengambil
tanggung jawab tersebut sangat penting, karena secara langsung mempengaruhi individu
dan kelompok sosial secara keseluruhan, dalam interaksi akan menghilangkan
kecurigaan, menghasilkan perdamaian, dan meningkatkan toleransi hidup sesama.
(Desmita, 2012:237)
Dari beberapa definisi di atas, dapat dipahami bahwa tingkah laku prososial adalah
tingkah laku sosial positif yang menguntungkan atau membuat kondisi fisik atau psikis
orang lain menjadi lebih baik, yang dilakukan atas dasar suka rela tanpa mengharapkan
balasan. Dalam penelitian ini tingkah laku tersebut meliputi membantu atau menolong,
berbagi, dan menyumbang.

2. Dalil Kepedulian Sosial

Berbicara tentang kepedulian sosial maka tidak terlepas dari kesadaran sosial.
Kesadaran sosial adalah kemampuan seseorang atau kelompok orang untuk memahami

5
arti dari situasi sosial. Hal tersebut sangat tergantung dari bagaimana empati seseorang
terhadap orang lain atau sekelompok orang.
Hal ini dijelaskan dalam Al-Quran (QS. Al-Hasyr [59]:9) :

‫ْؤ ثِرُوْ نَ ع َٰلٓى‬Y ُ‫اجةً ِّم َّمٓا اُوْ تُوْ ا َوي‬ َ ‫ص ُدوْ ِر ِه ْم َح‬ ُ ‫َوالَّ ِذ ْينَ تَبَ َّو ُءو ال َّدا َر َوااْل ِ ْي َمانَ ِم ْن قَ ْبلِ ِه ْم يُ ِحبُّوْ نَ َم ْن هَا َج َر اِلَ ْي ِه ْم َواَل يَ ِج ُدوْ نَ فِ ْي‬
ٰۤ ُ
َ‫ك هُ ُم ْال ُم ْفلِحُوْ ۚن‬
َ ‫ول ِٕى‬ ‫ق ُش َّح نَ ْف ِس ٖه فَا‬َ ْ‫صةٌ ۗ َو َم ْن يُّو‬ َ ‫اَ ْنفُ ِس ِه ْم َولَوْ َكانَ بِ ِه ْم َخ‬
َ ‫صا‬

"Dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman (Anshor)
sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka (Anshor) ´mencintai´ orang yang
berhijrah kepada mereka (Muhajirin). Dan mereka (Anshor) tiada menaruh keinginan
dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin); dan
mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri, sekalipun
mereka dalam kesusahan. Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka
itulah orang orang yang beruntun" (QS. Al-Hasyr [59]:9).

Dan ( QS. Al-Maidah [5]: 2)

ۤ ‫هّٰللا‬
َ ‫ٰيٓاَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُوْ ا اَل تُ ِحلُّوْ ا َش َع ۤا ِٕى َر ِ َواَل ال َّش ْه َر ْال َح َرا َم َواَل ْالهَ ْد‬
ْ َ‫وْ نَ ف‬YY‫ َرا َم يَ ْبتَ ُغ‬Y‫ي َواَل ْالقَاَل ۤ ِٕى َد َوٓاَل ٰا ِّم ْينَ ْالبَيْتَ ْال َح‬
‫اًل ِّم ْن‬Y ‫ض‬
‫اونُوْ ا َعلَى‬Y َ ‫َّربِّ ِه ْم َو ِرضْ َوانًا ۗ َواِ َذا َحلَ ْلتُ ْم فَاصْ طَا ُدوْ ا َۗواَل يَجْ ِر َمنَّ ُك ْم َشن َٰانُ قَوْ ٍم اَ ْن‬
َ Y‫ ُد ۘوْ ا َوتَ َع‬Y َ‫ص ُّدوْ ُك ْم ع َِن ْال َم ْس ِج ِد ْال َح َر ِام اَ ْن تَ ْعت‬
‫هّٰللا‬ ‫هّٰللا‬
ِ ‫د ْال ِعقَا‬Yُ ‫ْالبِ ِّر َوالتَّ ْق ٰو ۖى َواَل تَ َعا َونُوْ ا َعلَى ااْل ِ ْث ِم َو ْال ُع ْد َوا ِن ۖ َواتَّقُوا َ ۗاِ َّن َ َش ِد ْي‬
‫ب‬

"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syi´ar-syi´ar Allah, dan
jangan melanggar kehormatan bulan-bulan haram, jangan (mengganggu) binatang-
binatang had-ya, dan binatang-binatang qalaa-id, dan jangan (pula) mengganggu
orang-orang yang mengunjungi Baitullah sedang mereka mencari kurnia dan keridhaan
dari Tuhannya dan apabila kamu telah menyelesaikan ibadah haji, maka bolehlah
berburu. Dan janganlah sekali-kali kebencian(mu) kepada sesuatu kaum karena mereka
menghalang-halangi kamu dari Masjidilharam, mendorongmu berbuat aniaya (kepada
mereka). Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan
jangan tolongmenolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu
kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya." (QS. Al-Maidah [5]: 2).

6
Dan kedua ayat tersebut menjelaskan bahwa kita sebagai sesama manusia haruslah
mengutamakan kepentingan orang lain, saling tolong menolong dalam kebaikan dan
Allah melarang kita untuk saling tolong menolong dalam kejahatan terhadap orang lain.
Jadi hendaklah kita mendahulukan kepentingan orang lain yang sangat membutuhkan
bantuan kita dan tidak mementingkan kepentingan kita sendiri atau bersikap egois dan
janganlah saling tolong menolong dalam kejahatan misalnya membuat kerusakan dan
permusuhan.
3. Tahapan Pembentukan Kepedulian Sosial

Sikap sosial tidak dapat terbentuk secara kebetulan atau merupakan pewarisan
sifat. Terbentuknya suatu sikap banyak dipengaruhi perangsang oleh lingkungan sosial
dan kebudayaan seperti keluarga, sekolah, norma golongan agama dan adat istiadat. Hal
ini mengakibatkan perbedaan sikap antara individu yang satu dengan yang lain karena
perbedaan pengaruh status lingkungan ysng diterima. Sikap tidak akan terbentuk tanpa
interaksi manusia terhadap suatu objek tertentu.
Salah satu sumber penting yang dapat membentuk sikap yaitu dengan mengadopsi sikap
orang lain melalui proses pembelajaran sosial. Pandangan terbentuk ketika berinteraksi
dengan orang lain atau mengobservasi tingkah laku mereka. Pembelajaran ini terjadi
melalui beberapa proses yaitu:
1. Classical conditioning yaitu pembelajaran berdasarkan asosiasi, ketika sebuah
stimulus muncul berulang-ulang diikuti stimulus yang lain, stimulus pertama akan
dianggap sebagai tanda munculnya stimulus yang mengikutinya.
2. Instrumental conditioning yaitu belajar untuk mempertahankan pandangan yang
benar.
3. Observational learning yaitu pembelajaran melalui observasi atau belajar dari contoh,
proses ini terjadi ketika individu mempelajari bentuk tingkah laku atau pemikiran
baru dengan mengobservasi tingkah laku orang lain.
4. Perbandingan sosial yaitu proses membandingkan diri dengan orang lain untuk
menentukan pandangan kita terhadap kenyataan sosial benar atau salah.

7
Terjadinya perbahan sikap akan semakin besar apabila sumber dapat dipercaya dan
secara umum disukai oleh orang tersebut. Pengulangan pesan merupakan sesuatu yang
penting apabila perubahan sikap dipertahankan. Pengulangan yang terlalu banyak akan
menimbulkan kebosanan dan mengurangi dukungan terhadap perubahan siap. Dengan
begitu maka terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan sikap sosial yaitu:
Faktor internal, yaitu faktor yang terdapat dalam pribadi manusia itu sendiri. Faktor ini
berupa selectivity atau daya pilih seseorang untuk menerima dan mengolah
pengaruhpengaruh dari luar yang biasanya disesuaikan dengan motif dan sikap didalam
diri manusia, terutama yang menjadi minat perhatian.
Faktor eksternal, yaitu faktor yang terdapat diluar pribadi manusia. Faktor ini berupa
interaksi sosial didalam maupun diluar kelompok.
Pembentukan dan perubahan sikap tidak terjadi dengan sendirinya, terbentuk karena
hubungan dengan suatu objek, orang, kelompok, lembaga, nilai, melalui hubungan antar
individu, hubungan didalam kelompok, komunikasi surat kabar, buku, poster, radio,
televisi, dan sebagainya lingkungan yang terdekat dengan kehidupan sehari-hari banyak
memiliki peranan seperti lingkungan sekolah, lingkungan keluarga, dan lingkungan
masyarakat.
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Kepedulian Sosial (Prososial).
Manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat hidup sendiri, oleh karena itu di dalam
menjalani kehidupannya manusia akan senantiasa bersama dan bergantung pada yang
lainnya. Manusia saling membutuhkan dan harus bersosialisasi dengan yang lainnya. Hal
ini disebabkan manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya tidak dapat memenuhinya
sendiri, ia akan bergabung dengan yang lainnya dan membentuk sebuah kelompok dalam
rangka untuk memenuhi kebutuhan dan tujuan hidupnya yang di dalamnya terdapat
interaksi antara yang satu dengan yang lainnya. Di dalam menjalani hal tersebut
diperlukan adanya kepedulian terhadap sesama. (Herimanto dan Winarto, 2011:43)
Interaksi sosial adalah hubungan antara individu dengan individu yang lainnya, individu
yang satu dapat mempengaruhi individu yang lainnya atau sebaliknya. Dengan demikian
terdapat suatu hubungan yang saling timbal balik. Hubungan tersebut dapat terjadi antara
individu dengan individu, individu dengan kelompok, atau kelompok dengan kelompok.

8
Di dalam interaksi tersebut ada kemungkinan individu tersebut dapat menyesuaikan
dengan yang lainnya ataupun sebaliknya. (Bimo Walgito, 2003:65)
Menurut Desmita (2012) Kepedulian sosial atau tingkah laku prososial dapat dipandang
sebagai tingkah laku yang di perlukan untuk mempertahankan kehidupan. Melalui hal
tersebut, manusia menjalani fungsi kehidupan sebagai penolong dan yang di tolong. Sulit
dibayangkan apabila individu dalam kelompok tidak ada bantu membantu, berbagi dan
menyumbang satu dengan yang lainnya. Mengingat pentingnya , tingkah laku prososial
dipertimbangkan menjadi salah satu aspek tertinggi dari kualitas kehidupan.
Perbaikan menjadi salah satu obyek dari masyarakat modern. Oleh karena itu tidak
mengherankan jika individu mencoba membangun hubungan interpersonal yang
berdasarkan pada perhatian terhadap orang lain, pemahaman, dan kemauan untuk
memberikan pertolongan. Dapat juga dikatakan bahwa bentuk-bentuk tingkah laku
prososial adalah suatu penangkal tingkah laku yang tidak diinginkan. Menurut Desmita
(2012) Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan tingkah laku
prososial, di antaranya :
a. Faktor Orng Tua
Orang tua mempengaruhi secara signifikan hasil sosialisasi anak mereka. Orang tua
mungkin menggunakan tiga hal untuk mengajarkan anak-anak mereka bertingkah
laku altruistik, yaitu :
1) Reinforcement
Reinforcemen adalah proses dimana tingkah laku diperkuat oleh konsekuensi
yang mengikuti tingkah laku tersebut. Penggunaan reinforcement tingkah laku
menolong pada anak usia muda menentukan apakah tingkah laku tersebut akan
terulang atau tidak. Orang tua dapat menggunakan reinforcement yang berbeda
sesuai dengan usia mereka. Tingkah laku prososial menekankan makna penting
proses belajar. Dimana pada usia awal orang tua biasanya menggunakan reward
nyata untuk memotivasi anakanaknya untuk bertingkah laku menolong, dan pada
usia lebih dewasa reward sosial dapat diberikan sehingga pada akhirnya prinsip
pelatihan diarahkan untuk memotivasi anak untuk bertingkah laku menolong
tanpa mengharapkan reward. Orang belajar menolong melalui penguatan, atau
peneguhan, efek ganjaran dan hukuman, dan peniruan. (Sears, Dkk. 1994:53)

9
2) Modeling
Tingkah laku prososial anak juga dipengaruhi oleh pengamatan terhadap tingkah
laku orang tuanya. Orang tua yang menginginkan anaknya bertingkah laku
altiristik seharusnya memulai dari diri sendiri bertingkah laku tersebut.
3) Induction (arahan)
Menggunakan arahan verbal untuk membentuk tindakan menolong dan penjelasan
mengapa individu harus menolong adalah tehnik penting yang dapat digunakan
oleh orang tua untuk mengajarkan anak-anaknya bertingkah laku menolong
dengan kualitas yang tinggi. Tehnik yang digunakan oleh orang tua tersebut dapat
menunjukkan arah yang diinginkan dari tingkah laku menolong dan dapat menjadi
pengarahan langsung perhatian anak terhadap bahaya tingkah lakunya.
b. Guru.
Eisenberg di dalam buku Desmita (2012) mengatakan meskipun keluarga merupakan
agen sosialisasi yang utama, sekolah juga mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap tingkah laku anak. Di sekolah guru mungkin memudahkan perkembangan
tingkah laku menolong dengan menggunakan beberapa tehnik. Meskipun mereka
mungkin tidak selalu dapat menciptakan hubungan yang berarti dengan anak, anak-
anak dapat dilatih dan diarahkan dengan menggunakan tehnik yang efektif misalnya
menggunakan tehnik bermain peran dan story contens, dimana keduanya merupakan
penyajian dan pelatihan khusus.
c. Teman Sebaya
Pengaruh teman sebaya terhadap tingkah laku individu, khususnya selama periode
remaja telah ditulis oleh Bronfenbrener, 1970; Coleman, 1962; Staub, 1979. Ketika
anak tumbuh dewasa, kelompok sosial menjadi sumber utama dalam memperoleh
informasi, termasuk tingkah laku yang diinginkan. Meskipun kelompok teman sebaya
jarang merasakan tujuan mereka sebagai pengajaran aktif tingkah laku menolong,
mereka dapat memudahkan tingkah laku tersebut melalui penguatan, pemodelan, dan
pengarahan.
d. Televisi dan media social
bukan sekedar hiburan, televisi juga merupakan agen sosialisasi yang penting.
Meskipun banyak penelitian tentang pengaruh televisi difokuskan pada pengamatan

10
tentang agresif lebih dari model tingkah laku menolong, namun sekarang ini orang
mulai mengamati pengaruh televisi terhadap perkembangan tingkah laku prososial
(Rushton, 1997). Melalui penggunaan muatan prososial, televisi mempengaruhi
pemirsa sebagai modeling. Anak mungkin meniru tingkah laku menolong dengan
mengidentivikasi karakter yang dilihat di televisi.

5. Indikator Sikap Sosial


Berikut ini adalah indikator-indikator umum sikap kepedulian sosial:
a. Jujur
Yaitu prilaku yang dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan. Indikator
jujur antara lain:
1) Tidak berbohong
2) Tidak menyontek dalam mengerjakan tugas.
3) Mengungkapkan perasaan apa adanya.
b. Pengabdian
Memilih diantara dua alternatif yaitu merefleksikan sifatsifat Tuhan yang mengarah
menjadi pengabdian-pihak-lain (Ar-Rahman dan Ar-Rohim) atau pengabdian-diri-
sendiri. Pengabdian-pihak-lain bukan berarti tidak ada perhatian sama sekali terhadap
diri sendiri, sehingga mendzholimi diri sendiri, qseperti tidak makan dan tidak
berpakaian. Tapi berusaha mencintai orang lain seperti mencintai diri sendiri.
Perhatiannya sama besar baik terhadap diri sendiri maupun orang lain. Apa yang
patut diperlakukan terhadap dirinya tidak patut diperlakukan terhadap diri orang lain.
Senantiasa memberi dengan kecintaan tanpa pamrih dan membalas kebaikan pihak
lain dengan yang lebih baik hanya karena kecintaan
c. Tolong menolong
Firman Allah dalam ( Q.S al-Maidah[5] :2) sebagai berikut:

ۤ ‫هّٰللا‬
‫اًل‬Y‫ض‬ َ ‫ٰيٓاَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُوْ ا اَل تُ ِحلُّوْ ا َش َع ۤا ِٕى َر ِ َواَل ال َّشه َْر ْال َح َرا َم َواَل ْالهَ ْد‬
ْ َ‫ن ف‬Yَ ْ‫و‬YY‫ي َواَل ْالقَاَل ۤ ِٕى َد َوٓاَل ٰا ِّم ْينَ ْالبَيْتَ ْال َح َرا َم يَ ْبتَ ُغ‬
َ ‫وْ ٍم اَ ْن‬YYَ‫ن َٰانُ ق‬Y ‫ ِر َمنَّ ُك ْم َش‬Y ْ‫طَا ُدوْ ا ۗ َواَل يَج‬Y ‫اص‬
‫ ُد ۘوْ ا‬Y َ‫ َر ِام اَ ْن تَ ْعت‬Y‫ ِج ِد ْال َح‬Y ‫ ُّدوْ ُك ْم َع ِن ْال َم ْس‬Y ‫ص‬ ْ َ‫ َوانًا ۗ َواِ َذا َحلَ ْلتُ ْم ف‬Y ‫ض‬
ْ ‫ِّم ْن َّربِّ ِه ْم َو ِر‬
‫هّٰللا‬ ‫هّٰللا‬
ِ ‫اونُوْ ا َعلَى ْالبِ ِّر َوالتَّ ْق ٰو ۖى َواَل تَ َعا َونُوْ ا َعلَى ااْل ِ ْث ِم َو ْال ُع ْد َوا ِن ۖ َواتَّقُوا َ ۗاِ َّن َ َش ِد ْي ُد ْال ِعقَا‬
‫ب‬ َ ‫َوتَ َع‬

11
"Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu melanggar syiar-syiar kesucian
Allah, dan jangan (melanggar kehormatan) bulan-bulan haram, jangan
(mengganggu) hadyu (hewan-hewan kurban) dan qala'id (hewan-hewan kurban yang
diberi tanda), dan jangan (pula) mengganggu orang-orang yang mengunjungi
Baitulharam; mereka mencari karunia dan keridaan Tuhannya. Tetapi apabila kamu
telah menyelesaikan ihram, maka bolehlah kamu berburu. Jangan sampai
kebencian(mu) kepada suatu kaum karena mereka menghalang-halangimu dari
Masjidilharam, mendorongmu berbuat melampaui batas (kepada mereka). Dan
tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan
tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan. Bertakwalah kepada Allah,
sungguh, Allah sangat berat siksaan-Nya."
Ayat ini secara eksplisit menegasakan bahwa setiap individu mempunyai kewajiban
saling tolong menolong dalam berbuat kebaikan dan dilarang tolong-menolong
didalam berbuat kejelekan dan dosa. Dalam ayat ini Allah memerintahkan seluruh
manusia saling memberikan semangat terhadap apa yang Allah telah perintahkan
kepada setiap individu.
d. Kekeluargaan
Jika rasa kekeluargaan dalam rumah atau keluarga memang lebih terasa atau mudah
dirasakan akan tetapi ketika sudah berada diluar lingkup keluarga sepertinya rasa itu
sulit untuk didapatkan. Memang rasa kekluargaan tidak mudah untuk dirasakan,
orang sering bertanya pada diri merka masing-masing apakah telah tumbuh rasa
kekeluargaan kepada individunya diluar rumahnya, individupun tidak bisa
menjeaskan bagaimana bentuk kekeluargaan yang diinginkan olrhnya. Meski
demikian, intinya kekeluargaan sangat dibutuhkan setiap individu. Dengan terjalinnya
hubungan kekeluargaan orang akan merasakan kedamaian dan kebahagiaan.
e. Kesetiaan
Firman Allah (Q.S Al-An‟am [6]: 162-163):
َ‫اي َو َم َماتِ ْي هّٰلِل ِ َربِّ ْال ٰعلَ ِم ْي ۙن‬ َ ‫قُلْ اِ َّن‬
َ َ‫صاَل تِ ْي َونُ ُس ِك ْي َو َمحْ ي‬
َ‫ت َواَن َ۠ا اَ َّو ُل ْال ُم ْسلِ ِم ْين‬ َ ِ‫ك لَهٗ َۚوبِ ٰذل‬
ُ ْ‫ك اُ ِمر‬ َ ‫اَل َش ِر ْي‬

12
“Katakanlah: sesungguhnya sembahyangku, ibadahku, hidupku, dan matiku
hanyalah untuk Allah, tuhan semesta alam. Tiada sekutu bagi-Nya; dan demikian
itulah yang diperintahkan kepadaku dan akulah orang yang pertama-tama
menyerahkan diri (kepada Allah).”(QS. Al-An‟am [6]: 162-163).
Rangkaian ayat-ayat diatas sering sekali diucapkan langsung kepada Allah dalam
setiap sholat. Sebagai bukti kesetiaan dan kepasrahan diri seutuhnya kepada Allah.
Setia dan rela hanya Allah lah Tuhan pencipta alam semesta. Dengan
mendeklarasikan kepasrahan dan keputusan seglanya untuk Allah. Sholat, ibadah,
hidup, bahkan matipun hanya untuk Allah semata. Ini mendeskripsikan betapa
setianya makhluk kepada Kholiknya sehingga setiap waktu diucapkan.
Kesetiaan yang sekaligus perwujudan kepasrahan kepada Allah dan hanya Allah yang
maha pengatur makhluk-Nya, hanya Allah lah yang berhak dan wajib disembah dan
ditaati segala perintah-Nya. Sebagai muslim yang berusaha untuk berbuat yang benar
dalam kehidupan ini.
f. Kepedulian
Kepedulian sosial dalam islam terdapat dalam bidang akidah dan keimanan, tertuang
dalam syariat serta menjadi tolak ukur dalam akhlak seorang muslim. Konsep
kepedulian sosial dalam islam sungguh cukup jelas dan tegas. Bila diperhatikan
dengan seksama, sangat mudah ditemui masalah kepedulian sosial dalam islam
terdapat dalam bidang akidah dan keimanan, tertuang jelas dalam syari‟ah serta
menjadi tolak ukur dalam akhlak seorang muslim.
g. Responsibility (tanggung jawab)
1) Nilai Rasa Memiliki
Pendidikan nilai membuat anak tumbuh menjadi pribadi tahu sopan santun,
memiliki cita rasa, mampu menghargai diri sendiri dan orang lain, bersifat hormat
terhadap keluhuran martabat manusia, memiliki cita rasa moral dan rohani.
2) Disiplin
Bagi setiap orang tua harus sejak dini memberikan pembelajaran dan contoh
kedisiplinan terhadap anak, termasuk tentang moralitas yang dapat diterima oleh
masyarakat. Tujuan utamanya adalah memberitahu dan menanamkan pengertian
dalam diri anak tentang prilaku yang baik yang harus dibiasakan dan prilaku

13
buruk yang harus dihindari sesuai dengan standar disiplin itu sendiri. Dalam
disiplin, ada tiga unsur yang penting yaitu: hokum atau peraturan yang berfungsi
sebagai pedoman penilaian, sanksi atau hukuman bagi pelanggaran peraturan itu,
dan hadiah untuk prilaku yang baik. Indikator displin diantaranya: Datang tepat
waktu, patuh pada tata tertib peraturan yang berlaku, mengumpulkan tugas tepat
waktu.
3) Empati
Empati adalah kemampuan individu dalam menyelami perasaan orang lain tanpa
harus tenggelam didalamnya. Empati adalah kemampuan individu dalam
merasakan perasaan orang lain tanpa harus larut. Empati adalah kemampuan
dalam merespon keinginan orang lain yang tidak berbalistik. Kemampuan ini
dipandang sebagai kunci menaikkan intensitas dan kedalaman hubungan dengan
orang lain
h. Life Harmony (keserasian hidup)
1) Nilai Keadilan
Nilai keadilan adalah memberikan hak dan perlakuan yang sama kepada orang-
orang atau kelompok. Keadilan dapat diartikan memberikan hak seimbang dengan
kewajiban, atau memberi seseorang sesuai kebutuhannya. Firman Allah yang
menjelaskan tentang keadilan antara lain (QS. AlA‟raf:[7]:29):
َ‫ت هّٰللا ِ لَ َعلَّهُ ْم يَ َّذ َّكرُوْ ن‬ َ ِ‫ك خَ ْي ۗ ٌر ٰذل‬
ِ ‫ك ِم ْن ٰا ٰي‬ َ ِ‫اريْ َسوْ ٰاتِ ُك ْم َو ِر ْي ًش ۗا َولِبَاسُ التَّ ْق ٰوى ٰذل‬ ٰ
ِ ‫يَا بَنِ ْٓي ا َد َم قَ ْد اَ ْنزَ ْلنَا َعلَ ْي ُك ْم لِبَاسًا ي َُّو‬
"Wahai anak cucu Adam! Sesungguhnya Kami telah menyediakan pakaian untuk
menutupi auratmu dan untuk perhiasan bagimu. Tetapi pakaian takwa, itulah yang
lebih baik. Demikianlah sebagian tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan
mereka ingat."
2) Toleransi
Toleransi artinya menahan diri, bersikap sabar, membiarkan orang berpendapat
yang berbeda dengannya, dan berhati lapang terhadap orang-orang yang memiliki
pendapat yang berbeda, sikap toleransi tidak berarti membenarkan pandangan
yang dibiarkan tersebut, tetapi mengakui kebebasan serta hak-hak asasi. Indikator
toleransi diantaranya:

14
Tidak menggangu teman yang berbeda pendapat, menerima kesepakatan
meskipun ada perbedaan pendapat, dapat mengurangi kekurangan orang lain,
dapat memafkan kesalahan orang lain, mampu dan mau bekerjasama dengan siapa
pun yang memili keberagaman latar belakang, pandangan dan keyakinan, tidak
memaksa pendapat, terbuka untuk menerima sesuatu yang baru.
3) Kerjasama (gotong royong)
Semangat kerjasama ini haruslah diajarkan secara berkesinambungan kepada
anak. Jangan melakukan aktivitasaktivitas yang mendorong adanya semangat
kompetisi. Tetapi gunakan bentuk-bentuk aktivitas yang saling membantu.
Tunjukkan bahwa usaha setiap kerjasama tidak menganggap diri lebih dominan
dan menganggap paling unggul. Indikator gotong royong:
a) Terlibat aktif dalam kerja bakti.
b) Aktif dalam kerja kelompok.
c) Tidak mendahulukan kepentingan pribadi.
d) Mendorong orang lain bekerja sama demi mencapai tujuan bersama
4) Demokrasi
Demokrasi adalah komunitas warga yang menghirup udara kebebasan dan bersifat
egalitarian, sebuah masyarakat dimana individu begitu dihargai dan diakui oleh
suatu masyarakat dengan tidak memandang pada perbedaan keturunan, kekayaan,
atau bahkan kekuasaan tertinggi. Salah satu cara akan pentingnya demokrasi sejati
adalah adanya jaminan terhadap hak memilih dan kebebasan menentukan pilihan.

Daftar Pustaka

Ahmadi Abu, Psikologi sosial. Jakarta: Rineka Cipta, 2000

Baron, R.A dan byrne, D. Psikologis Sosial. Jilid 1. Edisi 10. Alih bahasa: Ratna Juwita, dkk,
Erlangga: Jakarta: 2004.

15
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, Panduan, Penilaian Oleh Pendidik dan Satuan
Pendidikan Untuk Sekolah Menengah Atas. (Jakarta: Kementrian Pendidikan danKebudayaan,
2016.

M. Sitorus, Sosiologi, Bandung: Cahaya Budi, Soekanto, 2000

Lickona Thomas, Mendidik Untuk Membentuk Karakter, Penerjemah Juma Abdu Wamaungo,
Jakarta: Bumi Aksara, 2013.

Zubaidi, Desain Pendidikan Karakter, Jakarta: Kencana Prenada Media, 2006

16

Anda mungkin juga menyukai