Desen Pembimbing:
Aswar S.Pd.,M.Pd
Disusun Oleh:
Kelompok 9
2022
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas Rahmat-Nya
dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini guna memenuhi
tugas kelompok pada mata kuliah Dasar-Dasar Psikologi Sosial yang berjudul
“Perilaku Prososial & Altruis”
Kelompok 9
i
DAFTAR ISI
A. Kesimpulan ................................................................................. 15
B. Saran ........................................................................................... 15
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia dilahirkan sebagai makhluk individu dan sosial, namun
perilaku manusia yang mementingkan diri sendiri sering kali terlihat
ketika ada orang yang mengalami kesulitan tidak mendapatkan
bantuan orang lain. Sebagian orang ketika menyaksikan orang lain
dalam kesulitan langsung membantunya sedangkan yang lain diam saja
walaupun mereka sebenarnya mampu membantu. Ada sebagian orang
lain cenderung menimbang-nimbang terlebih dahulu sebelum
bertindak untuk menolong dan ada yang ingin membantu tetapi dengan
motif yang bermacam-macam.
Perilaku prososial merupakan suatu tindakan menolong yang
menguntungkan orang lain tanpa harus menyediakan suatu keuntungan
langsung pada orang yang melakukan tindakan tersebut, dan mungkin
bahkan melibatkan suatu resiko bagi orang yang menolong (Baron &
Byrne, 2005).
Meskipun tindakan prososial dimaksudkan untuk memberikan
keuntungan kepada orang lain, namun tindakan ini dapat muncul
karena beberapa alasan. Misalnya, seorang individu mungkin
membantu orang lain karena punya motif untuk mendapatkan
keuntungan pribadi (mendapat hadiah), agar dapat diterima orang lain,
atau karena memang dia benar-benar bersimpati, atau menyayangi
seseorang.
Manusia akan selalu berinteraksi dengan orang yang ada di
sekitarnya, sehingga manusia dituntut untuk mampu berhubungan
baikantar sesama. Kemampuan individu dalam menciptakan hubungan
baik antar sesama ini akan berpengaruh pada kehidupan selanjutnya.
Menjaga hubungan baik dapat dilakukan melalui perilaku yang baik
yaitu dengan cara saling menghargai, menyapa, tolong menolong serta
saling peduli. Perilaku tersebut adalah altruisme.
1
Altruisme merupakan perilaku penting yang harus dilakukan oleh
setiap manusia, karena altruisme sangat dibutuhkan oleh setiap
manusia selama mereka hidup. Altruisme dapat dimiliki seseorang
melalui hasil belajar dari keluarga yang merupakan lingkungan
pertama. Namun, pada kenyataanya justru tidak semua anak dapat
belajar melalui lingkungan pertama yaitu keluarga, hal tersebut salah
satunya dikarenakan mereka sudah tidak memiliki orang tua atau
keluarga. Sehingga anak tersebut dibesarkan dan dididik oleh pihak
lain yaitu Panti Asuhan.
Menurut Depsos RI (2004) (dalam Ifan, 2012) Panti Sosial Asuhan
Anak adalah suatu lembaga usaha kesejahteraan sosial yang
mempunyai tanggung jawab untuk memberikan pelayanan
kesejahteraan sosial pada anak terlantar dengan melaksanakan
penyantunan dan pengentasan anak terlantar, memberika pelayanan
pengganti orang tua/wali anak dalam memenuhi kebutuhan fisik,
mental dan sosial kepada anak asuh sehingga memperoleh kesempatan
yang luas, tepat dan juga memadai bagi pengembangan kepribadiannya
sesuai dengan yang diharapkan sebagai bagian dari generasi penerus
cita-cita bangsa dan sebagai insan yang akan turut serta aktif dalam
bidang pembangunan nasional.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud perilaku prososial & altruisme?
2. Apa saja aspek-aspek prososial & altruisme?
3. Apa saja faktor yang mempengaruhi perilaku prososial?
4. Bagaimana tahap-tahap perilaku prososial?
5. Apa faktor pendorong perilaku altruisme?
6. Bagaimana tahap dalam perilaku altruisme?
2
C. Tujuan
1. Agar dapat memahami apa yang dimaksud prososial & altruisme
2. Agar dapat memahami aspek-aspek prososial & altruisme
3. Agar dapat mengetahui faktor yang mempengaruhi perilaku
prososial
4. Agar dapat memahami tahapan-tahapan perilaku prososial
5. Agar dapat memahami dan mengetahui faktor pendorong dari
perilaku altruisme
6. Agar dapat mengetahui tahapan dalam perilaku altruisme
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Perilaku Prososial
1. Pengertian Perilaku Prososial
Perilaku prososial adalah segala tindakan yang ditujukan untuk
memberikan keuntungan bagi seorang atau banyak orang (Batson,
2003). Twenge, Ciarocco, Baumaister dan Bartels (2007)
mendefinisikan perilaku prososial sebagai tindakan yang
menguntungkan orang lain atau masyarakat secara umum. Perilaku
prososial sebagai “voluntary actions are intended to help or benefit
another individual or group of individual”. Bagi Einsenberg dan
Mussen dalam Rahman (2013) perilaku prososial tidak hanya
ditujukan kepada bagi kesejahteraan individu atau kelompok, tapi juga
harus dilakukan secara sukarela.
Passer & Smith (2007) dalam Bashori (2017) mengartikan
prososial sebagai suatu tindakan heroik dengan tujuan untuk menolong
orang lain. Perilaku prososial atau tingkah laku prososial adalah suatu
tindakan yang menguntungkan orang lain tanpa harus menyediakan
suatu keuntungan langsung pada orang yang melakukan tindakan
tersebut, dan mungkin bahkan melibatkan suatu resiko bagi orang yang
menolong (Baron & Byrne, 2005). Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa perilaku prososial merupakan segala bentuk
tindakan menolong yang menguntungkan bagi orang lain dan tidak
harus menyediakan keuntungan langsung pada orang yang melakukan
perilaku prososial, dan mungkin melibatkan suatu resiko bagi orang
yang menolong.
Dalam perilaku prososial terdapat maksud untuk mengubah
keadaan fisik atau psikologis penerima bantuan dari kurang baik
menjadi lebih baik. Berbagai upaya yang dilakukan untuk
meringankan beban, memperbaiki keadaan orang lain yang
membutuhkan pertolongan dapat digolongkan sebagai perilaku
prososial. Dapat dikatakan, tingkah laku prososial menimbulkan
4
konsekuensi positif bagi kesejahteraan fisik maupun psikis orang lain
yang dibantu. Perilaku prososial meliputi banyak hal yang dapat
menguntungkan orang lain, dari yang mulai sifatnya sederhana sampai
yang bersifat kompleks seperti meminjamkan uang, memberikan
donasi, bekerja sama dalam membersihkan lingkungan, sosialisasi
informasi mengenai kesehatan, menulis buku inspiratif, menciptakan
lapangan kerja, membangun jembatan dan lain-lain.
Schroeder, Penner, Dovidio, dan Piliavin (1995) menyatakan
bahwa perilaku prososial lebih luas daripada perilaku menolong.
Menurut mereka perilaku prososial terbagi menjadi 3 sub-kategori: ada
perilaku menolong (helping behavior), altruisme, kerja sama
(cooperation). Jadi, perilaku prososial memiliki makna yang sangat
luas dan perilaku menolong hanyalah salah satu bentuk dari perilaku
prososial.
5
d. Kerja sama (cooperating), yaitu kesediaan untuk bekerja sama
dengan orang lain guna tercapainya suatu tujuan. Kerja sama
biasanya saling menguntungkan, saling memberi, saling menolong
dan menenangkan.
e. Bertindak jujur (honesty), yaitu kesediaan seseorang untuk
bertindak dan berkata apa adanya, tidak membohongi orang lain
dan tidak melakukan kecurangan terhadap orang lain.
6
besarnya kelompok atau pemerhati terhadap perbuatan menolong.
Karena dalam situasi kelompok besar terjadi apa yang disebut diffusion
of responsibility (kekaburan tanggung jawab).
b. Karakteristik orang yang terlibat
Terdapat beberapa hal mendasar yang mempengaruhi tindakan
prososial seseorang berkaitan dengan hal ini, yaitu:
1) Persamaan antara penolong dan orang yang ditolong. Semakin
banyak persamaan akan memperpendek jarak sosial antara
keduanya. Makin sedikit jarak sosial makin mudah orang untuk
menolong.
2) Kedekatan hubungan. Orang pada umumnya akan lebih cepat
atau mudah memberi pertolongan kepada orang lain yang
memiliki kedekatan hubungan.
3) Daya tarik. Orang yang memiliki daya tarik lebih
memungkinkan untuk mudah ditolong, karena daya tarik
tersebut dapat menimbulkan rasa senang. Dari rasa ini akan
menimbulkan motivasi positif untuk mendekati atau menolong.
c. Faktor-faktor internal
Faktor internal adalah faktor yang ada dalam individu yang
bersangkutan. Hal tersebut antara lain mencakup tiga hal, yaitu:
1) Mood, yaitu dorongan yang besar pada orang itu untuk
menolong.
2) Empati, ada hubungan antara besarnya empati pada perilaku
menolong. Makin besar rasa empati maka keinginan menolong
akan menjadi besar.
3) Dorongan atau keinginan pada orang tertentu yang muncul
dengan aktivitas untuk berbuat menolong.
d. Latar belakang kepribadian
Latar belakang kepribadian juga menentukan sikap seseorang untuk
berperilaku prososial. Terdapat tiga hal yang berkaitan dalam hal
tersebut, yaitu:
7
1) Orentasi nilai. Seorang individu yang di dalam pribadinya telah
tertanam jiwa ringan tangan akan lebih suka menolong orang
lain yang sedang membutuhkan.
2) Pemberian atribut. Kecenderungan orang yang paling dominan
untuk lebih berperilaku prososial, menolong orang yang
dikenal baik daripada dengan orang tak dikenal.
3) Sosialisasi. Di samping hal tersebut di atas, peningkatan
melalui sosialisasi juga menumbuhkan sifat menolong atau
sikap prososial. Contohnya adalah setiap mengajarkan sifat
ringan tangan kepada anak-anak sekolah sejak dini.
8
d. Mengetahui apa yang harus dilakukan. Bahkan individu yang
sudah mengasumsikan adanya tanggung jawab, tidak ada hal
berarti yang dapat dilakukan kecuali orang tersebut tahu bagaimana
ia dapat menolong.
e. Mengambil keputusan untuk menolong. Meskipun sudah sampai ke
tahap dimana individu merasa bertanggung jawab memberi
pertolongan pada korban, masih ada kemungkinan ia memutuskan
tidak memberi pertolongan. Berbagai kekhawatiran bisa timbul
yang menghambat terlaksananya pemberian pertolongan.
Pertolongan pada tahap akhir ini dapat dihambat oleh rasa takut
(sering kali merupakan rasa takut yang realistis) terhadap adanya
konsekuensi negatif yang potensial.
B. Altruisme
1. Pengertian Altruisme
Menurut Richard (2015), altruisme berasal dari bahasa latin,
yaitu alter yang berarti orang lain. Kata altruisme ini pertama kali
digunakan oleh Auguste Comte untuk menunjukkan pada hilangnya
keakuan dan egoisme, dan pengabdian hidup untuk kesejahteraan
orang lain. Batson (1991) dalam Richard (2015) mendefinisikan
altruisme sebagai perilaku menolong yang didasari keinginan untuk
mensejahterakan orang lain. Menurut Schroeder, Penner, Dovidio, dan
Piliavin (1995) altruisme sebagai “sejenis perilaku menolong yang
dilakukan tanpa mengharapkan apa-apa”. Menurut Widyarini (2009)
dalam Harjo (2018) perilaku menolong atau altruisme merupakan sifat
yang dimiliki oleh seseorang untuk memberikan pertolongan demi
kesejahteraan orang yang akan ditolong. Menurut Eisenberg & Mussen
altruisme adalah tindakan sukarela untuk memberi manfaat kepada
orang lain yang dimotivasi secara instrinsik (internal) seperti perhatian
dan simpati kepada orang lain, serta nilai dan penghargaan diri.
Dari pengertian di atas menunjukkan bahwa altruisme bisa
merupakan bagian dari perilaku prososial atau perilaku menolong yang
9
memiliki tujuan yang khas, yaitu untuk mensejahterakan orang lain
atau tanpa mengharapkan keuntungan apa-apa atau karena motif-motif
internal.
2. Aspek-aspek Altruisme
Altruisme tidak dapat diukur secara kuantitatif (angka atau
bilangan), namun bisa dianalisis melalui perbuatan-perbuatan yang
dilakukan secara nyata. Menurut Myers (2012), terdapat beberapa
aspek atau karakteristik seseorang yang memiliki sifat altruisme, yaitu:
a. Empati. Perilaku altruisme akan terjadi dengan adanya empati
dalam diri seseorang. Seseorang yang paling altruis merasa diri
mereka paling bertanggung jawab, bersifat sosial, selalu
menyesuaikan diri, toleran, dapat mengontrol diri, dan termotivasi
untuk membuat kesan yang baik.
b. Belief on a just world (meyakini keadilan dunia). Seorang yang
altruis yakin akan adanya keadilan di dunia, yaitu keyakinan bahwa
dalam jangka panjang yang salah akan dihukum dan yang baik
akan dapat hadiah. Orang yang keyakinannya kuat terhadap
keadilan dunia akan termotivasi dengan mudah menunjukkan
perilaku menolong.
c. Sosial responsibility (tanggung jawab sosial). Setiap orang
bertanggung jawab terhadap apapun yang dilakukan orang lain,
sehingga ketika ada orang lain yang membutuhkan pertolongan
orang tersebut harus menolongnya.
d. Kontrol diri secara internal. Karakteristik dari perilaku altruism
selanjutnya adalah mengontrol dirinya secara internal. Hal-hal
yang dilakukan dimotivasi oleh kontrol dari dalam dirinya
(misalnya kepuasan diri).
e. Ego yang rendah. Seseorang yang altruis memiliki keegoisan yang
rendah. Dia lebih mementingkan orang lain dari pada dirinya
sendiri.
10
Sedangkan menurut Dayakisni dan Hudaniyah (2015),
karakteristik altruisme pada seseorang dapat diketahui melalui hal-hal
sebagai berikut:
a. Cooperative (kerja sama). Individu yang memiliki sifat altruis
lebih senang melakukan pekerjaan secara bersama-sama, karena
mereka berfikir dengan bekerja sama mereka dapat lebih
bersosialisasi dengan sesama manusia dan dapat mempercepat
menyelesaikan pekerjaannya.
b. Helping (menolong). Individu yang memiliki sifat altruis senang
membantu orang lain dan memberikan sesuatu yang berguna ketika
orang lain sedang membutuhkan pertolongan karena hal tersebut
dapat menimbulkan perasaan positif dalam diri si penolong.
c. Honesty (kejujuran). Individu yang memiliki sifat altruis memiliki
suatu sikap yang lurus hati, tulus serta tidak curang karena mereka
mengutamakan nilai kejujuran dalam dirinya.
d. Gonerosity (kedermawanan). Individu yang memiliki sifat altruis
memiliki sikap suka beramal dan murah hati terhadap orang lain.
11
2) Menolong jika orang lain menolong. Sesuai dengan prinsip
timbal balik dalam teori norma sosial, adanya individu yang
sedang menolong orang lain akan lebih memicu kita untuk ikut
menolong.
3) Desakan waktu. Biasanya orang yang sibuk dan tergesa-gesa
cenderung untuk tidak menolong, sedangkan orang yang santai
lebih besar kemungkinannya untuk memberi pertolongan
kepada yang memerlukan.
4) Kemampuan yang dimiliki. Bila individu merasa mampu dalam
melakukan pertolongan, ia akan cenderung menolong.
Sebaliknya bila seseorang tidak memiliki kemampuan untuk
menolong, ia tidak akan melakukan perbuatan menolong.
b. Pengaruh dari dalam diri individu (Internal)
Pengaruh dari dalam diri individu sangat berperan dalam
menumbuhkan tindakan altruisme. Terdapat beberapa pengaruh
internal yang menjadi faktor altruisme pada seseorang, yaitu sebagai
berikut:
1) Empati. Empati merupakan tanggapan manusia yang universal
yang dapat diperkuat atau ditekan oleh pengaruh lingkungan.
Manusia memiliki dorongan alamiah untuk mengesampingkan
motif pribadi dalam membantu dan meringankan penderitaan
orang lain.
2) Faktor personal dan situasional. Faktor personal dan situasional
sangat mungkin berpengaruh dalam perilaku menolong,
seseorang lebih suka menolong orang yang disukainya,
memiliki kesamaan dengan dirinya dan membutuhkan
pertolongan, faktor-faktor diluar diri suasana hati, pencapaian
reward pada perilaku sebelumnya dan pengamatan langsung
tentang derajat kebutuhan yang ditolong.
3) Nilai-nilai agama dan moral. Faktor lain yang mempengaruhi
seseorang untuk menolong sangat tergantung dari penghayatan
12
terhadap nilai- nilai agama dan moral yang mendorong
seseorang dalam melakukan pertolongan.
4) Norma tanggung jawab sosial. Tanggung jawab sosial (sosial-
responsibility norm) adalah keyakinan bahwa seseorang harus
menolong mereka yang membutuhkan pertolongan, tanpa
memperdulikan adanya timbal-balik.
5) Suasana hati. Orang lebih terdorong untuk memberikan
bantuan apabila mereka berada dalam suasana hati yang baik.
6) Norma timbal balik. Norma timbal balik (reciprocity norm)
bersifat universal yaitu harapan bahwa menolong orang lain
akan meningkatkan kemungkinan bahwa mereka akan
menolong kita di masa yang akan datang.
13
altruisme yaitu perhatian pada suatu kejadian, interpretasi,
tanggung jawab, keputusan untuk bertindak dan kesungguhan
untuk bertindak.
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perilaku prososial merupakan kemauan orang untuk membantu atau
menolong orang lain yang dalam kondisi sedang mengalami kesulitan.
Sedangkan altruisme merupakan bagian dari perilaku prososial, altruisme
adalah tindakan sukarela untuk membantu orang lain tanpa pamrih, atau
sekedar ingin beramal baik. Perbedaan dari perilaku prososial dan
altruisme yaitu jika prososial merupakan tindakan membantu atau
menolong orang lain yang terjadi secara tiba-tiba dilakukan seseorang,
sedangkan altruisme merupakan tindakan membantu orang ikhlas tanpa
pamrih. Singkatnya altruisme adalah salah satu bentuk perilaku prososial.
Perilaku prososial terdiri atas beberapa faktor yang terdiri dari Selfgain,
Personal values and norm, dan Empathy. Perilaku prososial juga memliki
beberapa tahapan-tahapan. Sedangkan perilaku altruisme terdiri atas faktor
situasi dan internal. Serta aspek-aspek altruisme yang tersusun atas
Sharing (memberi), Cooperative (kerja sama), Donating (menyumbang),
Helping (menolong), Honesty (kejujuran), dan Generosity
(kedermawanan).
B. Saran
Kami menyadari sepenuhnya, bahwa dalam penulisan makalah ini
jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari para pembaca agar nantinya kami dapat
memperbaiki dan meyempurnakan makalah ini serta makalah kedepannya.
15
DAFTAR PUSTAKA
Baron, R.A. dan Byrne, D. (2005). Psikologi sosial. Edisi kesepuluh: jilid 2.
Jakarta: Erlangga.
Rahman, Agus Abdul. (2020). Psikologi Sosial Integrasi Pengetahuan Wahyu dan
Pengetahuan Empirik. Depok: Rajawali Pers
16