KELOMPOK 1
KELAS BC
Arief Rahman 195020207111028
Davin Pradipta 195020201111022
Gabriella Kirana Danardono 195020207111020
Garinda Khotiamurni 195020207111024
3. Kekuatan Perubahan
Perubahan dalam organisasi merupakan aspek yang paling dapat dipercaya
namun meski begitu aspek ini terkadang masih kurang dipahami sehingga berakibat
pada gagalnya beberapa program organisasi yang telah dicanangkan.
3.1. Kekuatan yang Mendorong Perubahan
Perubahan dapat disebabkan oleh kekuatan dari luar organisasi maupun
kekuatan dari dalam organisasi.
a. Kebiasaan
b. Keamanan dan kenyamanan
c. Faktor ekonomi
d. Takut terhadap apa yang tidak diketahui
e. Kurangnya kesadaran
f. Faktor sosial
2) Sumber resistansi perubahan dari organisasi
Beberapa hal yang menjadi sumber resistansi dari organisasi adalah:
a. Overdeterminasi
b. Fokus perubahan yang sempit
c. Inersia kelompok
d. Keahlian yang terancam
e. Kekuasaan yang terancam
f. Alokasi sumber daya
3) Mengelola proses perubahan untuk mengurangi resistansi
Reaksi resistansi mungkin berfokus pada perubahan, metode perubahan
atau agen perubahan. Resistansi ini kerap kali berkembang ketika agen
perubahan dan sasaran dari perubahan memiliki perbedaan yang besar dalam
berbagai hal, seperti: pendidikan, penampilan fisik, nilai, dll. Ada beberapa
langkah yang bisa dilakukan untuk mengurangi resistansi, yaitu:
a. Menggunakan agen perubahan yang memiliki karakteristik yang sesuai
dengan karakteristik sasaran perubahan.
b. Menggunakan seremoni dan simbol dramatis yang menandakan
terputusnya ikatan dengan masa lalu.
c. Mengomunikasikan informasi mengenai perubahan baik tertulis maupun
lisan.
d. Melibatkan orang-orang penting yang akan terpengaruh oleh perubahan
yang diusulkan.
e. Manajer bisa mengerahkan sumber daya yang cukup untuk membuat
perubahan menjadi mudah agi mereka yang terkendala dampak
perubahan.
f. Melakukan negoisasi jika ada seseorang atau kelompok yang kuat dalam
resistansi.
g. Melakukan pendekatan tidak langsung terhadap sasaran perubahan.
h. Jika tidak ada pilihan lain dan perubahan harus tetap dilakukan, manajer
bisa memaksakan perubahan tersebut walau mungkin nantinya mungkin
akan jadi semakin sulit.
3.5. Fokus Perubahan Organisasi
Memilih melakukan perubahan berarti terdapat hal-hal yang nantinya harus
diubah sejalan dengan pelaksanaan perubahan. Menurut Hitt, Black, dan Porter
(dalam Kaswan, 2019) yang harus diubah adalah:
a. Strategi
Strategi merupakan sebuah pola atau rencana yang memadukan tujuan,
kebijakan, dan serangkaian tindakan menjadi satu kesatuan untuk mencapai
tujuan.
b. Struktur
Struktur organisasi berperan penting dalam pola komunikasi di antara
karyawan. Pola komunikasi ini penting agar semua karyawan dapat sinkron satu
sama lain dalam berusaha mencapai tujuan. Struktur organisasi juga penting
terhadap sikap karyawan, seperti: kepuasan kerja, motivasi, kejelasan peran, dll.
c. Sistem
Organisasi bisa dikatakan adalah suatu sistem yang di dalamnya terdapat
beberapa bagian/subsistem yang saling berkaitan satu sama lain. Komponen-
komponen dalam suatu sistem harus bekerja sama agar sistem dapat efektif.
Adanya perubahan mungkin akan mempengaruhi sistem tersebut namun sebagai
seorang pemimpin, manajer memiliki tugas bagaimana mengoptimalkan sistem
sesuai perubahan agar tetap efektif.
e. Staf
Staf disini bisa dikatakan adalah manusia yang berperan sebagai karyawan
yang mana membahas tentang aspek seperti: mengurangi atau menambah
karyawan, dan memindahkan karyawan dari satu unit ke unit lain. Aspek
tersebut dilakukan untuk menyesuaikan dengan adanya perubahan. Selain itu
hubungan interpersonal juga penting untuk diperhatikan pasalnya dengan
hubungan yang baik akan memotivasi karyawan agar lebih kreatif dan berhasil
di tempat kerja.
f. Teknologi
Dewasa ini teknologi mengalami perkembangan yang pesat, dalam melakukan
perubahan tak lepas dari teknologi yang juga harus ikut diubah agar dapat
menunjang proses pelaksanaan perubahan.
4. Model Perubahan Organisasi
Konsepsi perubahan terencana berfokus pada bagaimana perubahan bisa
diterapkan dalam organisasi atau disebut “teori perubahan”. Terdapat beberapa teori
perubahan, antara lain (1) model perubahan Lewin, (2) model riset tindakan, (3)
model perubahan Kotter, (4) model perubahan terus-menerus, dan (5) model positif.
4.1. Model perubahan Lewin
Merupakan salah satu model perubahan yang direncanakan yang
dikemukakan oleh Kurt Lewin. Dia mengungkapkan perubahan sebagai
modifikasi kekuatan yang menjaga kestabilan perilaku sistem. Lewin
memandang proses perubahan ini terdiri atas tiga langkah, yaitu unfreezing
(pencairan), moving (bergerak), dan refreezing (pembekuan kembali). Tahapan
ini juga diberi nama kesiapan, adopsi, dan institusionalisasi.
1. Unfreezing
Merupakan proses di mana orang menjadi sadar terhadap
kebutuhan untuk berubah. Jika seseorang puas dengan praktik dan
prosedur saat ini, mungkin mereka memiliki minat yang kecil atau tidak
memiliki minat sama sekali untuk melakukan perubahan. Faktor utama
unfreezing adalah membuat pegawai memahami pentingnya perubahan
dan bagaimana pekerjaan dapat terpengaruh oleh perubahan tersebut.
2. Moving
Pada langkah ini, menggeser perilaku organisasi, departemen, atau
individu ke level baru. Langkah ini juga melibatkan intervensi dalam
sistem untuk mengembangkan perilaku, nilai, dan sikap baru melalui
perubahan dalam struktur atau proses organisasi. Organisasi harus belajar
dengan cepat dan beradaptasi terhadap perubahan pesat di dalam
lingkungan baru atau mereka tidak akan bertahan.
3. Refreezing
Pada langkah ini menstabilkan organisasi pada keadaan baru yang
seimbang. Hal ini sering dicapai melalui penggunaan mekanisme
pendukung yang menguatkan keadaan organisasi baru, seperti budaya
organisasi, penghargaan, dan struktur. Refreezing membuat perilaku relatif
permanen dan tahan terhadap perubahan. Contoh refreezing adalah dengan
teknik yang meliputi pengulangan terhadap keterampilan yang baru
dipelajari dalam sesi pelatihan dan selanjutnya mempraktikan atau
memeragakan bagaimana keterampilan baru bisa digunakan dalam situasi
pekerjaan nyata. Refreezing diperlukan karena tanpa proses ini, cara-cara
lama dalam melakukan pekerjaan akan dikuatkan kembali dan cara-cara
baru bisa saja dilupakan.
4.2. Model Riset Tindakan
Model riset tindakan berfokus pada perubahan yang terencana sebagai
proses siklus dari penelitian awal tentang organisasi yang menyediakan
informasi untuk memandu tindakan lebih lanjut. Siklus ini menekankan
pengumpulan data dan diagnosis sebelum perencanaan dan implementasi
tindakan, juga evaluasi hasil secara cermat setelah tindakan diambil.
Terdapat delapan langkah utama dalam riset tindakan, antara lain.
1. Identifikasi masalah
Tahap ini biasanya dimulai ketika eksekutif dalam organisasi atau
seseorang dengan kekuasaan dan pengaruh yang besar merasakan
organisasi memiliki satu atau dua masalah yang mungkin dipecahkan
dengan bantuan praktisi pengembangan organisasi.
2. Konsultasi dengan pakar ilmu perilaku
Selama kontak pertama, praktisi dan klien pengembangan
organisasi secara cermat saling menilai. Praktisi memiliki teori atau
kerangka rujukan normatif atau pengembaangan sendiri dan harus sadar
terhadap asumsi serta nilai-nilai tersebut. Asumsi dan nilai-nilai itu
dibicarakan dengan klien dari awal untuk membangun suasana terbuka
dan kolaboratif.
3. Pengumpulan data dan diagnosis awal
Langkah ini biasanya diselesaikan oleh praktisi pengembangan
organisasi bersama anggota organisasi. Hal ini melibatkan pengumpulan
informasi yang tepat dan menganalisisnya untuk menentukan penyebab
yang mendasar masalah organisasi tersebut. Empat metode dasar
pengumpulan data yaitu wawancara, observasi proses, angket, dan data
kinerja organisasi.
4. Umpan balik terhadap klien atau kelompok kunci
Karena riset tindakan merupakan aktivitas kolaboratif, dan data
diagnostic dikembalikan kepada klien, biasanya dalam pertemuan
kelompok atau tim kerja. Langkah umpan balik, di mana para anggota
diberi informasi yang dikumpukan oleh praktisi pengembangan
organisasi, membantu mereka menentukan kekuatan dan kelemahan
organisasi atau unit yang sedang diteliti.
5. Diagnosis bersama terhadap masalah
Para anggota membahas umpan balik dan mengeksplorasi
pengembangan organisasi dengan praktik mengenai pemecahan masalah
yang diidentifikasi.
6. Perencanaan aksi Bersama
Praktisi pengembangan organisasi dan anggota klien secara
bersama menyepakati tindakan selanjutnya yang harus diambil. Ini
adalah proses awal moving dalam model Lewin, ketika organisasi
memutuskan bagaimana cara terbaik dalam mencapai keseimbangan
semu-diam yang berbeda.
7. Tindakan
Tahap ini melibatkan perubahan yang sebenarnya dari satu
keadaan organisasi ke perubahan lainnya. Hal ini meliputi penerapan
metode dan prosedur baru, yang menata ulang struktur dan desain kerja,
dan meneguhkan perilaku baru. Tindakan yang demikian secara khusus
tidak dapat diimplementasikan dengan segera, teteapi membutuhkan
periode transisi ketika organisasi bergerak dari keadaan saat ini ke
keadaan masa depan yang diharapkan.
8. Pengumpulan data setelah tindakan
Karena riset tindakan adalah proses siklus, data harus
dikumpulkan setelah tindakan diambil untuk mengukur dan menentukan
dampak tindakan dan melaporkan hasilnya kepada organisasi. Ini pada
saatnya, mungkin membawa kepada diagnosis ulang atau tindakan baru.
1. 2. 3.
Kekuatan untuk Mengenali dan Proses
Perubahan Mendefinisikan Pemecahan
Masalah Masalah
Agen
Perubahan
5. 4.
Mengukur, Mengimplemen
Mengevaluasi, tasikan
Mengendalikan Perubahan
Manajemen
Transisi
3. Cara Kerja AI
Proses AI diawali dengan discovery/penemuan. Discovery adalah
pencarian yang ektensif dan kooperatif untuk memahami “yang terbaik
tentang apa yang ada saat ini dan apa yang sudah terjadi”.
Proses discovery menghasilkan hal-hal berikut.
a. Deskripsi yang luas atau pemetaan mengenai inti positif
organisasi.
b. Berbagi cerita organisasi secara luas.
c. Pengetahuan organisasi dan kearifan kolektif yang meningkat.
d. Munculnya perubahan yang tidak direncanakan tepat sebelum
implementasi fase siklus 4D lainnya.