Anda di halaman 1dari 44

MATEMATIKA EKONOMI

Oleh :
DR. H. SYAFRIONT BY, SE., MS

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI (STIE)


INDONESIA MALANG
2010

BAB I
HIMPUNAN DAN SISTEM BILANGAN
1.1 Pengertian Himpunan
Himpunan adalah kumpulan dari objek tertentu atau unsure-unsur yang
dirumuskan secara jelas dan tegas, sehingga dapat dibeda-bedakan antara
satu dengan yang lainnya. Obyek tertentu atau unsure-unsur tersebut
dinamakan anggota atau elemen. Notasi himpunan biasanya dilambangkan
dengan huruf kecil, misalnya huruf a,b,c.
Contoh :
1. Suatu himpunan tiga kota besar yang ada di Pulau Jawa.
K = {Jakarta, Yogyakarta, Surabaya}
Tiap unsur dalam kurung kurawal adalah merupakan anggota dari
himpunan-himpunan tersebut diatas. Yang dalam penulisan matematika
disebut (epsilon). Maka, Jakarta K, 4 D, dan i H.
Dan sebaliknya ada unsure diluar himpunan tersebut misalnya kota Malang
untuk himpunan K, maka Malang K.
Angka 8, untuk himpunan D, maka 8 D
Huruf x, untuk himpunan H, maka x H
Artinya : obyeknya merupakan anggota dari himpunan tersebut.
1.2 Cara Penulisan Himpunan
Ada dua cara dalam penulisan himpunan
a. Cara daftar (roster method) suatu cara dengan menuliskan atau

mencantumkan semua unsure yang menjadi anggota suatu himpunan


yang bersangkutan, yang berada didalam kurung kurawal
b. Cara kaidah (Rule Method) suatu cara dengan menuliskan atau
menyebutkan karakteristik tertentu (syarat) dari obyek yang menjadi
anggota suatu himpunan tersebut.
Contoh dari cara daftar, dapat dituliskan sebagai berikut :
1. A = {x/x adalah bilangan asli <7} atau

A = {x; 0 <x <7} berarti, himpunan A beranggotakan x, dimana x


adalah bilangan asli lebih kecil dari angka 7 dan lebih besar daripada
nol.

1.3 Beberapa Pengertia Himpunan


1. Keanggotaan
Setiap obyek dalam suatu himpunan adalah merupakan anggota dari
himpunan tersebut
2. Bukan Anggota
Setiap obyek diluar suatu himpunan itu, merupakan bukan anggota dari
himpunan tersebut.
3. Sub Set (Bagian)
Himpunan yang satu disebut himpunan bagian dari himpunan yang
lainnya, jika setiap anggota yang satu merupakan anggota dari himpunan
yang lain.
Notasi untuk sub set disebut = bagian
4. Bukan Sub Set (Bukan Bagian)
Himpunan yang satu bukan sub set dari himpunan yang lainnya, karena
anggota dari anggota dari himpunan yang satu tidak merupakan bagian
dari himpunan yang lain.
Notasi untuk bukan sub set disebut = bukan bagian
5. Jumlah Semua Anggota Himpunan
Jumlah semua anggota himpunan adalah banyaknya anggota yang
termasuk kedalam himpunan tersebut. Jumlah semua anggota dalam
suatu himpunan dinotasikan dalam bilangan cardinal n (A), dimana n
menunjukkan jumlah semua anggota dari himpunan A.
6. Himpunan Kosong
Himpunan kosong adalah himpunan yang tidak mempunyai anggota.
Notasi utnuk himpunan kosong biasanya dilambangkan dengan tanda
kurung saja { } atau huruf phi, Yunani.
A adalah suatu himpunan Mahasiswa STIE Indonesia Malang yang
mendarat di bulan.

a.

Cara Kaidah
A = {x/x, Mahasiswa STIMI yang ke bulan}

b.

Cara Daftar
A={}

atau A =

7. Banyaknya Himpunan bagian dari suatu Himpunan


Banyaknya himpunan bagian dari suatu himpunan adalah sebanyak 2
(dua pangkat n), dimana 2 adalah konstanta, sedangkan n adalah jumlah
anggota dari himpunan yang diketahui.
8. Himpunan Semesta / HIMPUNAN UNIVERSAL / HIMPUNAN
BESAR
Himpunan semesta adalah himpunan keseluruhan daripada anggota atau
dengan kata lain himpunan semesta adalah merupakan induk dari semua
himpunan.
Notasi dari himpunan semesta adalah dan atau notasi dari himpunan
universal adalah

Misalnya :
1. Cara kaidah
= {x/x, bilangan bulat}

A = {x/x, bilangan bulat positif dan 0}


B = {x/x, bilangan negatif}
Maka, disebut bilangan semesta A dan B
2. Cara Daftar

= {0,1,2,3,4,5,6,7,8,9}

A = {0,1,2,3,4}
Maka

B = {5,6,7,8,9}

disebut himpunan universalnya A dan B.

9. Himpunan Sederajat
Himpunan sederajat adalah himpunan yang satu mempunyai jumlah
anggota yang sama dengan himpunan yang lainnya.
Misalnya :
A = {1,2,3}

A adalah, n = 3

B = {a,b,c}

B, adalah, n = 3

Maka A dan B adalah dikatakan sederajat, karena sama-sama


mempunyai jumlah anggota yang sama.
10. Himpunan Sama
Himpunan sama adalah himpunan yang satu mempunyai anggota yang
sama dengan himpunan yang lainnya. Walaupun urutannya berbeda.
11. Himpunan Pasangan Urut
Himpunan pasangan urut adalah himpunan yang anggota-anggotanya
disusun berurutan secara teratur menurut abjad atau angkanya.
1.4 Operasi Antar Himpunan
1. Union adalah gabungan dari dua himpunan atau lebih yang hasilnya
merupakan seluruh anggota himpunan tersebut.
Notasi dari union ini adalah

(huiruf u lepas)

Misalnya :
A = {1,2,3}
B ={3,4,5}
Maka, A
x

B adalah {1,2,3,4,5} yang akan diarsir dimana, A B = {x;

A atau x

B}

Diagram vennnya adalah sebagai berikut :


A

B adalah terlihat pada bagian yang

diarsir

2. Irisan adalah bagian yang serentak menjadi anggota kedua himpunan


tersebut atau dengan kata lain Irisan adalah himpunan semua elemen
yang merupakan anggota-anggota mempunyai unsur yang sama.
Notasi dari Irisan ini adalah
Misalnya :
A = {1,2,3}
B = {3,4,5}

(huruf en lepas).

Maka, A B = {x; x

A dan x B}

Diagram vennnya adalah sebagai berikut :


A

B adalah terlihat pada bagian yang diarsir

3. Set Pengurangan set difference adalah selisih himpunan yang satu


dengan himpunan yang lainnya.
Notasi dari set difference ini adalah (tanda minus)
Misalnya
A = {3,4,5,6,7}
B = {6,7,8,9,0}
Maka, A B = {3,4,5,, yang akan diarsisr kiri
Dimana, B A = {x; x

A dan x B}

Dan B A = {8,9,0}, yang akan diarsisr kanan


Dimana, B A = {x; x A dan x

B}

A B adalah terlihat pada bagian yang diarsir


kiri.
B A adalah terlihat pada bagian yang diarsir
kanan.
4. Komplemen adalah penyisihan himpunan yang objeknya tidak
merupakan unsur himpunan tersebut, melainkan adalah merupakan
himpunan yang lain universalnya.
Notasi dari komplemen ini adalah :
Misalnya :

= {a,b,c,d,e,f,g}

A = {a,b,c,d}
B = {d,e,f,g}
Maka, A = {e,f.g}

dan B = {a,b,c}

(aksen)

5. Disjoin adalah pasangan dua himpunan yang tidak bersinggungan /


berdempetan sama sekali. Dalam hal ini hasilnya adalah kosong,
sehingga Notasi dari Disjolin adalah (huruf phi)
1.5 Hukum hukum Teori Himpunan
1. Hukum Komunitatif adalah penggantian daripada himpunan yang satu
dengan himpunan yang lainnya, akan memberikan penghasilan yang
sama. Hukum komunitatif dikelompokkan atas dua yaitu :
a. Komutatif untuk union ;
A

= B

b. Komutatif untuk irisan ;


A

=B

2. Hukum assosiatif adalah penggantian penggabungan himpunan dari tiga


himpunan yang diajukan pada suatu persoalan. Hukum assosiatif
dikelompokkan atas dua yaitu :
a. Assosiatif untuk union :
(A

C =A

= B

C)

b. Assosiatif untuk irisan


(A

C =A

=B

C)

3. Hukum Distributif adalah pembagian pengelompokkan dua himpunan


dari tiga himpunan yang mempunyai cara berbeda dan hasil yang
berbeda. Hukum distributif dikelompokkan atas dua yaitu :
a. Distributif Irisan terhadap Union ;

(B C) = (A B) (A B)
(A B ) C = (A C ) (B C)

1. A
2.

b. Distributif union terhadap Irisan ;

B C = (A C) (B C)
A (B C) = (A B) (B C)

1. (A
2.

4. Hukum identitas adalah pasangan suatu himpunan dengan himpunan


kosong. Hukum identitas dikleompokkan atas dua yaitu :
a. Identitas untuk union

A=A

b. Identitas untuk arisan ;


A

A=

5. Hukum Idempoten adalah penggabungan dua himpunan yang sama dan


akan menghasilkan himpunan yang sama pula. Hukum idempoten
dikelompokkan atas dua yaitu :
a. Idempoten untuk Union :
A

A=A

b. Idempoten untuk irisan :


A

A=A

6. Hukum De Morgan adalah menjodohkan dua himpunan yang berlainan


dengan mengkomplementasikan kedua himpunan tersebut. Hukum de
morgan dapat dikelompokkan atas dua yaitu ;
a. De Morgan untuk Union ;
(A

B) = A B

b. De Morgan untuk Irisan ;


(A

B) = A B

7. Hukum kelengkapan adalah pengoperasian dua himpunan yang sama,


dimana himpunan yang sama tersebut satunya dikomplemenkan terlebih
dahulu. Hukum kelengkapan dikelompokkan atas dua yaitu :
a. Kelengkapan untuk Union ;
A

A = A

b. Kelengkapan untuk Irisan ;


A

A =

1.6 Sifat-sifat dalam Himpunan


1. Jika A C B dan B C C, maka A C C
1.7 Cartesius Product

Cartesius product adalah hasil perkalian perkalian dua himpunan, sehingga


hasil perkalian himpunan itu merupakan semua pasangan urut. Dimana hasil
kali cartesius tersebut anggotanya harus berurutan.
Jika A dan B dua himpunan, maka product cartesius dua himpunan tersebut
A = {a, b} dengan P = {1, 2} ditulis sebagai A x B adalah tersebut C.
Maka C = {1, a}, {1, b}, {2, a}, {2, b}
Ada dua cara untuk mewujudkan hasil kali cartesius pada himpunan
penyelesaiannya yaitu :
1. Cara pemakaian table,
AxB=C
A
B
1
2

(1, a)
(2, a)

(1, b)
(2, b)

2. Cara pemakaian diagram pohon


AxB=C
1.8 Pengertian dan Macam bilangan
Pengertian sistim bilangan adalah himpunan bilangan operasi yang dapat
dilakukan pada unsur-unsurnya.
Macam bilangan adalah sebagai berikut :
1. Bilangan asli, bilangan bulat positif yang tidak termasuk nol. Misalnya,
1,2,3,4,5 ...............
2. Bilangan cacah, semua bilangan bulat positif yang tidak termasuk nol.
Misalnya : 0, 1, 2, 3, 4,..............
3. Bilangan prima, bilangan bulat positif, kecuali an bilangan komposit,
yang dapat dinyatakan sebagai perkalian 1 dan 2 atau perkalian 1 dan
bilangan bulat positif ganjil yang bukan 1 (satu).
Misalnya : 2,3,4,5,7,11 ............
4. Bilangan riil, bilangan yang dibentuk oleh bilangan rasional dan
bilangan irrasional atau dengan kata lain bilangan riil adalah bilangan
yang dapat dinyatakan dengan desimal.

Misalnya : 0, 5, 2/4, -8, .............


5. Bilangan imajiner, bilangan yang apabila bilangan itu sendiri
menghasilkan bilangan negatif. Satuan bilangan imajiner dinyatakan
dengan huruf i =
Misalnya :

5,

1
1 ..............................

6. Bilangan rasional, bilangan yang dapat dinyatakan sebagai bilangan


pecahan desimal berulang dan setiap bilangan pecahan desimal berulang
adalah bilangan Rasional.
Misalnya :
0,42734273 ...... ; 0,923923.........
Bilangan rasional dapat dinyatakan sebagai pembagian dua bilangan
bulat dimana penyebutnya tidak sama dengan nol (
7. Bilangan Irrasional, bilangan yang tidak dapat dintatakan sebagai
pembagian dua bilangan bulat (penyebut dan pembilang bukan bilangan
bulat)
Misalnya :
2,

dsb.

Bilangan Irrasional tidak dapat dinyatakan sebagai bilangan pecahan


decimal berulang.
Misalnya :
0,453213 ., 0,56432. dsb.
8.

Bilangan Bulat, bilangan yang terdiri dari bilangan bilat positif, nol dan
bilangan bulat negative.
Misalnya :
-5, -3, -1, 0, 2, 4, ..dsb.

9. Bilangan Komposit, bilangan bulat positif, kecuali satu (1) yang dapat
dituliskan sebagai perkalian dua bilangan atau lebih, yang masingmasing bukan bilangan bulat positif satu (1)
Misalnya :
4,6,8,9,10, .dsb.

10. Bilangan Kompleks, bilangan yang digabung antara bilangan riil dengan
bilangan imajiner.
Misalnya :
1+

2 ,43

1 , .dsb.

Catatan :
-

Semua bilangan bulat adalah bilangan rasional, tetapi tidak semua


bilangan rasional adalah bilangan bulat.

Semua bilangan pecahan adalah bilangan rasional, tetapi tidak semua


bilangan rasional adalah bilangan pecahan.

Semua bilangan Irrasional adalah bilangan berdesimal, tetapi tidak


semua bilangan berdesimal adalah bilangan Irrasional.

1.9 Skema Himpunan Bilangan

Perbedaanya :
Bilangan riil dapat positif atau negatif. Sedangkan pada bilangan imajiner
mengandung sifat keduannya positif dan negatif sekaligus.
Contohnya :
Bilangan riil 4, -3, 1, 2, -1, 2 ..
Bilangan imajiner

1,46 ,

4,dll

BAB 2

DERET
Pengertin Deret
Deret adalah barisan bilangan yang disusun urut sedemikian rupa secara
teratur menurut aturan tertentu. Barisan bilangan tersebut dinamakan sukusuku dari deret tersebut.
Deret kalau kita perhatikan banyaknya suku yang berjejer, dapat kita bedakan
menjadi 2 (dua)
1. Deret berhingga
2. Deret tak berhingga
Deret berhingga adalah deret yang sama suku-sukunya mempunyai batas atau
tertentu.
Sedangkan deret tak berhingga adalah deret yang mana suku-sukunya tak
terbatas atau tak tertentu.
Sedangkan deret tak berhingga adalah deret yang mana suku sukunya tak
terbatas atau tak tertentu.
Macam-macam Deret
Deret dapat dibagi atas 3 (tiga) bagian, yaitu:
1. Deret Arithmatika
2. Deret Geometri
3. Deret Harmonis

Ad 1. Deret Arithmatika
Deret arithmatika adalah barisan bilangan yang pengurutannya dengan
menjumlahkan aturan tetap dan disusun urut menurut suku-sukunya.
Bentuk umum Deret Arithmatika adalah sebagai berikut :
Kalau kita perhatikan maka dapatlah kita simpulkan bahwa :
1. Deret arithmatika disebut naik, apabila jumlah suku-suku berikutnya
adalah bertambah besar karena beda (b) > 0
2. Deret arithmatika disebut turun, apabila jumlah suku-suku berikutnya
adalah menurun menjadi lebih kecil karena beda (b) < 0.

Jumlah semua suku-suku deret arithmatika


Jumlah semua suku-suku deret arithmatika adalah dengan menjumlahkan
semua suku-suku yang ada. Jumlah semua suku-sukunya, diberi notasi dengan
Dn.
*) Syarat untuk proses rumus tersebut adalah :

a dirobah menjadi Sn dan sebaliknya Sn dirobah menjadi di a.

Tanda positif yang ada dalam tanda kurung dirobah menjadi tanda
negatif.

Lalu dijumlahkan

Contoh soal
1. Deret : 10 ,8,6,4,2, , D10
Diketahui : a =10
b = 8-10 = -2
sehingga diperoleh :
Dn = . n {2a + (n-1) b}
D10 = . 10 {2.10 + (10-1) -2}
D10 = 5 {20 + (9) -2}
D10 = 5 (20-13)
D10 = 5 (2)
D10 = 10
Itu adalah merupakan contoh soal dalam bentuk kuantitatif, disamping ada
soal kuantitatif kita juga mengenal bentuk contoh soal dalam bentuk
kuantitatif. Dimana contoh soal kualitatif ini terlebih dahulu harus kita
formulasikan dalam bentuk kuantitatif. Adapun bentuk contoh soal
kualitatif adalah sebagai berikut :

Soal :

Harga sebuah barang di pasar besar terendah Rp. 6000,- Barang yang akan
dibeli adalah sebanyak jumlah keluarga dari pak Sopan yaitu sepuluh
orang. Diperkirakan akan mendapat perbedaan pembelian barang dengan
harga Rp. 4000,- Rencana pak Sopan, pembagian barang-barang ini adalah
merupakan hadiah, yang akan dibagikan berdasarkan umur masing-masing
keluargannya jika yang kecil mendapat harga terendah dan yang besar
mendapat harga tertinggi, berapakah yang tertua mendapatkan harga
barang tersebut dan berpakah jumlah keseluruhan uang yang akan
dikeluarkan pak Sopan.
Diketahui :
Harga Rp. 6000,- adalah harga terendah dan akan diberikan kepada yang
berumur terendah, ini adalah sama dengan a (suku awal).
Perbedaan harga barang adalah Rp. 4000,- ini adalah merupakan b (beda).
Jumlah keluarga pak Sopan seluruhnya adalah 10 orang ini adalah n
(banyak suku).
Sehingga diperoleh :
a = 6.000
b = 4.000
n = 10
Dengan diketahuinya a, b, dan n, maka dapat dicari pembagian yang terua
dan jumlah uang yang akan dikeluarkan pak Sopan, dengan memakai
bentuk rumus Sn dan Dn yaitu :
a. Sn = a + (n-1) b
S10 = 6.000 (10-1) 4.000
S10 = 6.000 + (9) 4.000
S10 = 6.000 + 36.000
S10 = 42.000]
Jadi umurnya yang tertua akan mendapatkan barang seharga Rp.
42.000,b. Dn = n{2a + (n-1) b}

D10 = 10 {2(6000) + (10-1) 4.000}


D10 = 5 {12.000 + (9) 4.000}
D10 = 5 {12.000 + 46.000}
D10 = 5 {48.000}
D10 = 240.000
Jadi jumlah uang keseluruhannya yang akan dikeluarkan pak Sopan
adalah sebesar Rp. 240.000,-

Ad 2. Deret Geometri
Deret geometri adalah barisan bilangan yang disusun urut sedemikian rupa,
sehingga bilangan yang berikutnya merupakan hasil pengganda bilangan
sebelumnya.
Bentuk umum Deret Geometri adalah sebagai berikut :
S1 = a

suku awal

S 2 = a . p2

suku awal dikali pengganda

S3 = a. pn-1

suku awal dikali pengganda pangkat 2

Sn = a. p

duku ke-n adalah suku awal dikali pengganda


pangkat n-1

Sehingga diperoleh suatu rumus


Sn = a. pn-1

dimana :
Sn = suku ke-n
a = suku awal
p = pengganda
n = banyak rumus
l = konstanta

pengganda atau p kita peroleh dari :


p=

S2
S1

atau

S3
=p
S2

Dari contoh soal tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa pengganda Deret
Geometri selalu bernilai positif atau lebih besar dari nol.

Jumlah Semua Suku-suku Deret Geometri


Jumlah semua suku-suku deret geometri adalah dengan menjumlahkan semua
suku-suku yang diketahui. Jumlah semua suku-sukunya diberi notasi dengan
Dn.
Dimana :
Dn = jumlah semua suku-suku Deret Geometri
a

= suku awal

= pengganda

= banyak rumus

= konstanta

contaoh soal
1. Deret : 1, 3, 9, 27, .., D8 = ?
Diketahui : a = 1
p=

3
=3
1

Ad 3. Deret Harmonis
Deret harmonis adalah deret yang kebalikan suku-sukunya membentuk sebuah
deret aritmatika atau dengan kata lain deret harmonis adalah deret dimana
penyebutnya adalah merupakan deret aritmatika, sedangkan sebagai
pembilangnya adalah angka konstanta satu.
Bentuk umum Deret Harmonis adalah :
S1 =

1
a

S2 =

1
ab

S3 =

1
a 2b

Sn =

1
a (n 1) b

Dimana :

S1 = suku pertama
S2 = suku kedua
S3 = suku ketiga
Sn = suku ke-n
a

= suku awal untuk deret aritmatika

= beda untuk deret aritmatika

= banyak suku

Jumlah Semua Penyebut Suku-suku Deret Harmonis


Jumlah

semua

penyebut

suku-suku

deret

harmonis

adalah

dengan

menjumlahkan semua penyebut suku-sukunya. Jumlah semua penyebut sukusukunya siberi notasi Dn.
Dengan rumus:
Dn =

1
1/2 n {2a (n - 1) b}

Dimana :
Dn = Jumlah semua penyebut suku-suku deret harmonis
n

= banyak suku

= suku awal deret aritmatika

= beda deret aritmatika

contoh soal :
1. Deret , 1/7, 1/10, , D10 = ?
Diketahui : a = 4
b = 7-4 = 3
n = 10
Sehingga diperoleh
Dn =

1
1/2 n {2a (n - 1) b}

D10 =

1
1/2(10){2(4) - (10 -1) 3

D10 =

1
5 {8 27}

D10 =

1
5 (35)

D10 =

1
175

Jadi jumlah penyebut suku-suku deret harmonis adalah

1
175

BAB 3
TEORI NILAI UANG
3.1

Teori Nilai Uang adalah salah satu penerapan deret ukur (Geometri) yang
paling konvensional di bidang ekonomi. Pada prinsipnya teori ini adalah
untuk menghitung bunga uang, baik bunga biasa, binga majemuk maupun
untuk menghitung Annuity.

3.2

Bunga Tunggal
Bunga Tunggala adalah bunga yang dikeluarkan pada modal yang tiap
tahunnya, biasanya bunga dihitung pada akhir tahun, yaitu per 31 Desember

Bentuk umum nilai uang yang akan dating


F = P (1 + i . n)
F = nilai uang yang akan dating
P = nilai uang sekarang
i = tingkat bunga
n = lamanya uang dibungakan (dalam tahunan)

3.3

Bentuk Umum Nilai Uang sekarang dari bunga biasa adalah :


F

P= 1 i.n
3.4

Bunga Majemuk
Bunga majemuk adalah bunga yang dihitung pada modal yang berubahubah (bertambah) tiap tahunnya, bertambah menurut besarnya tingkat bunga
yang berlaku.
Bentuk umum Nilai Uang yang akan dating dari tunga majemuk adalah :
F = P (I + i) n

Dimana

3.5

= Nilai uang yang akan dating (future)

= Nilai uang sekarang (present)

= Tingkat bunga (interest)

= lamanya uang dibungakan (dalam tahunan)

= konstanta

Bentuk umum nilai uang sekarang dari bunga majemuk adalah


P=

3.6

F
(l - i) n

Anuity adalah jumlah uang yang dibayarkan atau yang diterima secara
berturut-turut setiap periode pembayaran atau penerimaan.
Sifat-sifat Anuity :
1. Jumlah pembayarannya sama setiap periodenya (Equal Payments).
2. Panjangnya periode antara angsuran sama (equal periode between
payments).
3. Pembayaran pada akhir periode (ending payments periods)

3.7

Bentuk umum nilai uang yang akan datang dari Anuity adalah
A=F

i
(l i) n - 1

Dimana
A = Anuity

3.8

= Nilai uang yang akan datang

= tingkat bunga

= lamanya angsuran

= konstanta

Untuk mencari nilai uang yang akan datang dari Anuity dapat juga
dipergunakan rumus :
F=A

(1 i)n - 1
i

3.9

Bentuk umum nilai uang sekarang dari Anuity adalah :


A=P

i (l 1)n
(l i)n - 1

A = Anuity
P

= Nilai uang sekarang

= tingkat bunga

= lamanya Anuity (angsuran)

= konstanta

3.10 Untuk mencari nilai uang sekarang dari Anuity dapat juga dipergunakan
rumus :
P=A

(l i)n 1
i (l i)n

BAB 4
FUNGSI
4.1

Pengertian Fungsi dan Variabel


Fungsi adalah hubungan antara beberapa variable dengan variable lainnya.
Dimana variable-variabel ini saling pengaruh mempengaruhi satu sama
lainnya. Sebenarnya suatu fungsi berasal dari variable-variabel, dimana
variable adalah suatu besaran yang selalu berubah-ubah dan tidak menentu.
Variable juga dikatakan sebagai unsure pembentuk fungsi yang dinotasikan
dalam bentuk tertentu, seperti huruf-huruf symbol-simbol.
Misalnya : Y= a x + b
Melihat bentuk fungsi, maka variabel dapat dibedakan atas
1. Variabel terikat (Dependent Variable) adalah suatu variabel yang
nilainya ditentukan oleh variabel lainnya.
Misalnya : Y pada fungsi Y = ax + b
2. Variabel bebas (Independent Variable) adalah suatu variabel yang tidak
terikat oleh variabel lainnya.
Misalnya : x pada fungsi Y = ax + b
Melihat dari dasar fungsi, maka variabel dapat dibedakan atas :
1. Variabel Kualitatif adalah suatu variabel yang tidak dapat diukur dalam
bentuk angka-angka, variabel ini hanya dapat dilukiskan dalam kata-kata
saja.
Misalnya : rasa, karsa dan cinta
2. Variabel Kuantitatif adalah suatu variabel yang dapat diukur dalam
bentuk angka-angka.
Misalnya : buah,unit dan kg
a. Variabel kuantitatif yang dapat diukur pada hal-hal yang sekecilkecilnya.

Misalnya : satuan berat, panjang dan waktu


b. Variabel kuantitatif yang hanya dapat dihitung dengan bilangan bulat
saja.
Misalnya : ekor, orang, kotak dll
Dimana konstanta adalah suatu bilangan atau angka yang kadang-kadang
turut menentukan sebuah fungsi dan tidak terkait pada satu variabel.
Misalnya : simbol a dan b pada fungsi y = ax + b
Sedangkan koefisien adalah suatu angka atau bilangan yang terikat pada
suatu variabel dalam sebuah fungsi.
Misalnya : a pada fungsi Y = ax + b
Satuan yang dapat dijangkau oleh x dapat disebut area (wilayah) dari fungsi
dan satuan yang dapat dijangkau oleh Y disebut area (wilayah) jelajah dari
fungsi.
Dalam hal ini (x,y) adalah merupakan pasangan urut dimana x sebagai unsur
pertama dan y sebagai unsur kedua. Unsur-unsur dalam fungsi antara lain :
a. Koordinat adalah suatu titik pertemuan garis sejajar sumbu vertikal (y)
dengan garis sejajar sumbu horisontal (x), yang bersimbul (x,y)
b. Absis adalah jarak titik dengan sumbu vertikal, yang terlihat dari ukuran
pada sumbu horisontal.
Misalnya : x sebagai unsur pertama
c. Ordinat adalah jarak titik dengan sumbu horizontal yang terlihat dari
ukuran pada sumbu vertikal.
Misalnya : y sebagai unsur kedua
Melihat hubungan antara variabel-variabel pada fungsi maka fungsi
dapat dibedakan atas :
1. Fungsi implisit adalah suatu fungsi yang mana variabel terikat dan
variabel bebas bercampur menjadi satu dan tidak dapat dibedakan
dengan jelas.
Misalnya :
Ax + by + cz = 0

2. Fungsi Eksplisit adalah suatu fungsi dimana variabel terikat dan


variabel bebas dapat dibedakan dengan jelas.
Misalnya :
Y = ax + bz + c
4.2

Wilayah Fungsi
Wilayah fungsi adalah daerah dimana titik koordinat berada dan arsiran
daerah fungsi akan mengarah ke titik koordinat tersebut.
Dalam fungsi kita mengenal tiga wilayah antara lain :
1. Wilayah positif fungsi adalah wilayah dimana variabel variabelnya
mempunyai nilai lebih besar dari nol (> 0)
2. Wilayah negatif fungsi adalah wilayah dimana variabel variabelnya
mempunyai nilai lebih kecil dari nol (< 0)
3. Wilayah nol fungsi adalah wilayah dimana veriabel-variabelnya
mempunyai nilai sama dengan nol ( = 0)
Menentukan wilayah fungsi adalah dengan mengetahui titik koordinat dan
fungsi-fungsinya.

4.3

Jarak antara 2 titik


Dua buah titik P dan Q dalam suatu fungsi yaitu :
P (x1, y1) dan Q (x2, y2)

PR

= x2 x1

QR

= y2 y1

(PQ)2 = (PR)2 + (QR)2

4.4

PQ

PQ

= (x2 x1) 2 + (y2 y1)2

(PR) 2 (QR) 2

Titik Tengah
Duah buah titik P (x1, y1) dan Q (x2, y2) terdapat ditengahnya suatu titik
dinamakan titik M

Misalkan M adalah paralel tengah diantara PQ, maka :


-

Garis sejajar sumbu horizontal dari titik tengah misalkan Xm

Garis sejajar sumbu vertikal dari titik tengah misalkan Ym

Xm

1
( x1 x 2 )
2

Ym

1
( y1 y 2 )
2

maka :
1
1
M { ( x1 x 2 ), ( y1 y 2 )}
2
2

Kalau tadi kita menentukan titik M adalah titik tengah dan bagaimana kalau
titik M itu bukan terletak di tengah-tengah PQ tetapi titik M terletak diantara
dua titik P dan Q dengan perbandingan MP : MQ = a : b
Dapat ditentukan rumusnya :
Xm=

bx1 ax 2
ab

Ym=

by1 ay 2
ab

maka titik M diperoleh :


M = {(

bx1 ax 2 by1 ay 2
),
)}
ab
ab

4.5

Macam-macam Fungsi

1. Fungsi Aljabar :
a.

Fungsi linier ............. y = ax + b

b.

Fungsi kuadrat .......... y = ax2 + bx + c

c.

Fungsi pangkat tinggi y = ax3 + bx2 + cx

d.

Fungsi pecah ............. y =

ax b
bx c

2. Fungsi Transenden :
a.

Fungsi Genometri ......... y = sin x


y = Cos x

b.

Fungsi siklometri .......... y = arc Sin x


y = arc tg x

c.

Fungsi exponen ............. y = ax

d.

Fungsi logaritma ............ y = a log x

3. Selain fungsi fungsi tersebut diatas masih terdapat lagi beberapa fungsi
sebagai berikut :
a.

Fungsi yang diartikan pada selang yang berbeda.


Misalnya :
F (x)

x untuk x 0, x positif
x untuk x 0, x negatif

Fungsi tersebut diatas disebut juga dengan fungsi harga mutlak.


b.

Fungsi yang didefinisikan sebagai parameter, dimana variabel x dan y


dituliskan secara terpisah.
Misalnya :
x = r cos t
y = r sin t
Karena fungsi ini dinyatakan dengan suatu parameter maka disebut juga
dia sebagai fungsi parameter.

4.6

Fungsi Linier (Bentuk Eksplisit)


Fungsi linier adalah suatu fungsi dimana variabel-variabelnya mempunyai
pangkat tertinggi sama dengan satu atau suatu fungsi yang berderajat satu
(linier) akan menghasilkan sebuah garis lurus.
Bentuk umum fungsi linier adalah y = ax + b
Untuk menentukan grafiknya cukup dengan membuat satu titik potong
melalui kedua sumbu pada grafik tersebut.
Dua cara untuk menentukan titik potong grafik fungsi :
1. Cara sederhana yaitu suatu cara dalam menentukan titik potong grafik
suatu garis lurus dengan membuat tabel x dan y (kedua sumbu grafik itu)
Dengan mengisikan nol pada tiap sumbu secara bergantian. Misalnya :
Fungsi linier
X
Y

0
4

y = 2x + 4
-2
0

Cara curve tracing process (CTP)


Dengan cara ini akan kita temukan x = -2 dan y = 4
2. Cara biasa yaitu suatu cara dalam menentukan titik potong suatu garis
lurus dengan memisalkan variabel secara bergantian sama dengan nol.
Misalnya :
Fungsi linier
*

y = 2x + 4

Titik potong melalui sumbu x y dimisalkan sama dengan nol, maka


x = -2

** Titik potong melalui sumbu y x dimisalkan sama dengan nol, maka


y=4
4.7

Persamaan Garis Lurus (bentuk implisit)


Ditentukan persamaan garis lurus ax + by + c = 0
Dari persamaan garis lurus tersebut diatas akan terjadi beberapa
kemungkinan.
1. Garis sejajar dengan sumbu x

ax + by + c = 0
a atau x

=0

maka : by + c = 0
c=-

c
(p)
b

(P) terdapat garis lurus sejajar (//) dengan sumbu x (sumbu horizontal)
2. Garis sejajar dengan sumbu y
ax + by + c = 0
b atau y

=0

maka ; ax + c = 0
ax = - c
x=-

c
(Q)
a

(Q) terdapat garis lurus sejajar (//) dengan sumbu y (sumbu vertikal)
3. Garis lurus meliputi pusat salib sumbu dengan memperoleh koefisien
arah tg

=M

ax + by + c = 0
c dimisalkan = 0
maka, ax + by = 0
y=-

a
x..............(R)
b

(R) terdapat garis melalui pusat salib sumbu


4.8

Persamaan garis melalui satu titik


Bentuk umumnya : y = ax + b
P melalui (x1, y1) : y = ax1 + b (-)
y y1 = ax ax1
y y1 = a = ax ax1
y y1 = a (x x1) 1)
a (x x 1 )
y y1
a

y y1
. 2)
x x1

Catatan : Koefisien arah (a)


1. Apabila diketahui koefisien arahnya lebih besar dari nol maka sudutnya
lancip.
Contoh soal diatas (1)
A > 0 sudutnya lancip, < 90o
2. Apabila diketahui koefisien arahnya lebih kecil dari nol maka sudtnya
tumpul.
Contoh soal 2 diatas.
A < 0 sudutnya tumpul, > 90o
3. Apabila diketahui koefisien arahnya sama dengan nol, maka sejajar garis
horizontal sumbu x
A = 0 sejajar sumbu x, = 180o
4.9

Persamaan garis melalui dua titik


Titik P (x1, y1) dan titik Q (x2, y2)
Bentuk umumnya adalah .y = ax + b .1)
Garis melalui titik P (x1, y1) ..... y1 = ax1 + b .2)
Garis melalui titik Q (x2, y2) . y2= ax2 + b .3)
y y1
x x1

y 2 y1 x 2 x1

4.10 Fungsi Kuadrat


Fungsi kuadrat adalah suatu fungsi dimana variable-variabelnya mempunyai
pangkat tertinggi sama dengan dua. Grafik fungsinya bila digambarkan akan
berbentuk parabola atau garis tidak lurus.
Bentuk umum fungsi kuadrat dapat dibagi atas
1. Bentuk y = f (x)
y = ax2 + bx + c
dimana : y adalah variabel terikat
x adalah variabel bebas
a, b, dan c adalah konstanta
2. Bentuk x = f (y)

x = ay2 + by + c
dimana : x adalah variabel terikat
y adalah variabel bebas
a, b, dan c adalah konstanta
4.11 Langkah-langkah Pemecahan Fungsi Kuadrat Bentuk y = f (x)
1. Mencari titik potong melalui x dimana y misalkan = 0 maka, x adalah
diskriminan (D)
Diskriminan dapat dicari dengan rumus :
D = b2 4 . a . c
Ada 3 kemungkinan yang akan dihasilkan oleh diskriminan yaitu :
a.

D > 0, maka akan terdapat dua titik potong pada sumbu x, yaitu : x 1
dan x2
Untuk mencari x1 dan xn dapat dicari dengan cara langsung dengan
perkalian dan dapat juga dicari dengan pakai rumus Bantu, yaitu
ABC.
ABC

b2 4 a . c
2.a

Bentuk fungsinya adalah sebagai berikut :


menghadap ke atas

b.

D < 0, maka tidak terdapat titik potong pada sumbu x.


Bentuk fungsinya adalah sebagai berikut :
menghadap ke atas

c.

D = 0, maka terdapat hanya satu titik potong pada sumbu x.


Bentuk fungsinya adalah sebagai berikut :
Y

menghadap ke atas

2. Mencari titik potong melalui y, dimana x misalkan = 0 maka y = c (0,c)


3. Mencari titik puncak (ekstrim) yaitu suatu titik yang terletak pada
puncak fungsi (parabola), dimana arah fungsinya kembali kea rah
semula (kea rah atas).

Titik puncak (P) x

b
D
,y

2a
4a

4. Mencari sumbu simetris yaitu merupakan sumbu yang membagi dua


fungsi kuadrat sama besar, yang bergerak dari titik, puncak kea rah
fungsi kuadrat.

Sumbu simetris (SS) : x

b
2a

5. Membuat tabel x dan y atau Curve Tracing Process dengan menentukan


nilai x sebagai variable bebas terlebih dahulu dan diikuti oleh nilai y
sebagai varia Curve Tracing Process (CTP) :
x
y
6. Membuat grafik fungsi dengan menentukan sumbu x sebagai sumbu
horizontal dan y sebagai sumbu vertical.
Contoh soal 1.
Fungsi kuadrat y = x2 x 6
Melalui langkah-langkah pemecahan fungsi kuadrat, maka dapat
diselesaikan sebagai berikut :
1. Titik potong melalui sumbu x y = 0
Maka, x adalah Diskriminan (D)
D = b2 4 . a. c
D = (-1)2 4 (1) (6)
D = 1 + 24
D = 25
adalah lebih besar dari nol (D > 0)
Terdapat dua titik potng pada sumbu x1, yaitu :
y = x2 x 6
(x 3) (x + 2)

dapat dipecahkan langsung


diperoleh x1 = 0 dan x2 = -2

(Dalam soal ini tidak usah memakai rumus ABC)


4.12 Langkah-langkah Pemecahan Fungsi Kuadrat bentuk x = f (y)
1. Mencari titik potong melalui sumbu x dimana y dimisalkan = 0 makan, x
adalah = c
2. Mencari titik potong sumbu y dimana x dimisalkan = 0 maka, ya dalah
Diskriminan dapat dicari dengan rumus :
D = b2 4 ac
Ada 3 kemungkinan yang akan dihasilkan Diskriminan, yaitu :

a. D > 0, maka akan terdapat 2 titik potong pada sumbu y, yaitu y 1 dan
y2 dapat dicari dengan cara perkalian langsung atau pakai rumus
ABC.
Bentuk fungsinya adalah sebagai berikut :
Y

x = f (y)
menghadap ke kanan
SS = sumbu simetri
P = titik puncak
X

b. D < 0, maka tidak terdapat titik potong pada sumbu y. Bentuk


fungsinya adalah sebagai berikut :
x = f (y)
menghadap ke kanan
SS = sumbu simetri
P = titik puncak
X

c. D = 0, hanya terdapat 1 (satu) titik potong pada sumbu y. Bentuk


fungsinya adalah sebagai berikut :
x = f (y)
menghadap ke kanan
SS = sumbu simetri
P = titik puncak
X

3. Mencari titik puncak (titik ekstrim) yaitu suatu titik yang terletak pada
puncak fungsi (parabola), dimana arah fungsinya kembali kea rah
semula (ke kanan),

Titik puncak (P) : x

D
b
,y

4a
2a
b

4. Mencari suatu simetris (SS) : y 2a


5. Membuat tabel x dan y, dengan menentukan variable bebasnya terlebih
dahulu.
Curve Tracing Process :
x
y
6. Membuat grafik fungsi dengan menentukan sumbu horizontal sebagai x
dan sumbu vertical sebagai y.
Pembuatan grafik fungsi selalu berpedoman pada lima langkah
pemecahan soal diatas.
4.13 Fungsi pecah adalah suatu fungsi dimana variable bebasnya merupakan
penyebut. Bentuk grafik dari fungsi pecah merupakan non linier atau tidak
lurus, yang berbentuk hiperbola.
Bentuk umum fungsi pecah adalah :
y

ax b
cx d

dimana : y adalah variable terikat


x adalah variable bebas
a, b, dan c adalah konstanta
Langkah-langkah penyelesaian fungsi pecah adalah sebagai berikut :
1. Mencari titik potong melalui sumbu x dimana x misalkan = 0 maka,
0

ax b
cx d

0 (cx + d) = ax + b

ax + b = 0, diperoleh x
Jadi titik potongnya (

b
a

b
,0)
a

2. Mencari titik potong melalui sumbu y dimana x misalkan = 0, maka y =


b
b
Jadi titik potongnya (0, )
a
a

3. Mencari Asimtot Datar, merupakan suatu garis lurus yang sejajar/ yang
berhimpit dengan sumbu x, tidak memotong akan tetapi mendekati saja,
sampai pada titik dimana nilai x = ~
Maka persamaan asimtot datar, bila x = ~, diperoleh :
b
a
ax b
y
x
y
cx d
d
c
x
b

y
d
c
Catatan :

sehingga y =

a
c

Suatu bilangan bila dibagi dengan tak terhingga akan menghasilkan nol
(0).
Jadi persamaan asimtot datar adalah y =

a
c

4. Mencari asimtot tegak, suatu garis lurus yang sejajar atau berhimpit
dengan sumbu y memotong, tetapi mendekati daja, dampai pada titik
dimana nilai y = ~.
Maka persamaan Asimtot tegak, bila y = diperoleh :
y

ax b
cx d

cx + d = 0

ax b
cx + d =
cx d

cx = -d

x=

d
c

Jadi persamaan asimtot tegak adalah x =

d
c

ax b

5. Membuat table x dan y atau curve tracing process, seperti :


x
y
6. Gambar grafik fungsi pecah :

BAB 5

KALKULUS
5.1

Limit
Penurunan suatu fungsi dilakukan satu persatuan bagi setiap suku. Teori
tentang limit merupakan konsep dasar yang penting cabang matematika
yang dinamakan Kalkulus. Teori limit dapat mengetahui seberapa jauh suatu
fungsi akan berkembang, apabila variable didalam fungsi tersebut terus
menerus berkembang mendekati suatu nilai tertentu.
Suatu fungsi f (x) dikatakan mempunyai limit L untuk :
x a, apabila f (x) dapat dibuat mendekati harga L yang diinginkan dengan
membuat x a.
Ditulis : Limit f (x = L)
xa

5.2

Sifat sifat Limit


Jika Limit f (x) = A dan Limit g (x) = B, maka :
xa
1.

xa

Limit f (x) = g (x) = Limit f (x) = Limit g (x) = A, B


xa

2.

xa

Limit f (x) . g (x) = Limit f (x). Limit g (x) = A . B


xa

3.

xa

Limit C f (x) = 0 Limit f (x) = CA


xa

4.

xa

Limit f (x)/g (x) = Limit f (x)/Limit g (x) = A/B


xa

5.

5.3

xa

g (x)
Limit g (x)
Limit f (x)
= Limit f (x) x a
= AB

Rumus Dasar Limit


1. Limit
xa

n (l x)
1
x

2. Limit

log (1 x )
1 / n a
x

3. Limit (1 + n) 1/x = C
x0
4. Limit (1 + 1/x) x = e
x~
a x 1
1n a
x

5. Limit
x0

ex 1
1
x

6. Limit
x0
5.4

Differential
Proses dalam mendapatkan derifatif disebut differential dari fungsi x, {f (x)}
Tandanya adalah : f (x) =

dy
dx

Jika fungsi x mempunyai turunan untuk suatu nilai x tertentu, maka fungsi x
itu adalah continue untuk nilai x tersebut.
Bentuk persamaannya dapat dituliskan sebagai berikut :
1. y = f (x)
y + dy = f (x + dx)
dy = f (x) + dx) y
dy = f (x) + dx) f (x)
dimana dx adalah kenaikan dari x dan dy adalah kenaikan dari y. Dengan
adanya kenaikan dari x, maka timbul pulalah kenaikan y.
Kalau dari bentuk persamaan tersebut diatas dibagi menjadi 2 (dua) ruas
kanan dan kiri dan apabila dibagi kenaikan x atau dx, maka diperoleh :
dy f(x) f(dx) f(x)

dx
dx
dy f (x dx) f (x)

dx
dx

Bentuk dy/dx lazimnya disebut Quotient dan menggambarkan tingkat


perubahan rata-rata variable terikat y terhadap variable bebas x.
2. y = f (x)
Kuosien differensinya adalah :
dy f (x dx) f (x)

dx
dx

maka turunannya adalah :


Limit

dy
f (x dx) f (x)
Limit
dx
dx

dx 0
Proses penurunan (differensiasi) adalah merupakan proses penarikan
limit atas suatu kuosien diferensi dalam hal tambahan variable bebasnya
mendekati nol. Hasil proses differensiasi tersebut kita sebut : derivative.
5.5

Sifat-sifat Differensiasial
1. Differensiasial bilangan tetap
Bila y = C, maka dy/dx = 0
2. Diffrensial perbanyakan bilangan tetap
Bila y = C f (x), maka dy/dx = C f1 (x)
3. Differensial penjumlahan/pengurangan fungsi
Bila y = f (x) = g (x), maka dy/dx = f (x) = g (x)
4. Differensial suatu perbanyakan fungsi
Bila y = f (x) . g (x), maka dy/dx = f (x) (x) + f (x) g (x)
5. Differensial pembagian fungsi
Bila y =

f ' (x) g (x) - g ' (x) f (x)


f (x)
, maka dy/dx =
g 2 (x)
g (x)

6. Differensial fungsi tersusun


Bila y = f (C) dan C = f (x), maka dy/dx = dy/dC. dC. Dx

5.6

Penggunaan Differensial

1. Menentukan koefisien arah (a) garis singgung di titik (x0, y0) yang
terletak pada grafik y = f (x)
a = f (x0) turunan fungsi dari f (x)
2. Menentukan monoton fungsi
y = f (x) monoton naik pada suatu interval x jika f (x) > 0 lebih
besar dari nol.
y = f (x) monoton naik pada suatu interval x jika f (x) < 0 lebih kecil
dari nol.
3. Menentukan ekstrim fungsi
Syarat suatu fungsi mempunyai ekstrim ; f (x) = 0
Maka f (x0) 0
4. Bila f (x0) > 0, maka x0 adalah titik minimum dan sebaliknya bila f
(x0) < 0, maka titik x0 adalah titik maksimum.
5. Menentukan titik belok
Bila f (x0) = 0, maka x0 adalah titik belok.
Integral dapat digolongkan atas 2 bagian yaitu :
1. Integral Tertentu (Definite Integral)
2. Integral Tak tentu (Indifinite Integral)
5.7

Integral tertentu adalah integral dari suatu fungsi yang nilai-nilai variable
bebasnya memiliki batas-batas tertentu. Integral tertentu digunakan untuk
menghitung luas area yang terletak diantara kurva y = f (x) dan sumbu
horizontal x, dalam suatu rentangan wilayah yang dibatasi oleh x = a, dan x
= b.
Bentuk umum integral tertentu adalah :

b
a

f (x) dx F (x)

ab

dibaca :
Integrasi f (x) untuk rentang wilayah x dari a ke b
a = batas bawah integrasi
b = batas atas integrasi

F (x) ab

= selisih harga F (x) untuk x = b dan


untuk x = a

Untuk lebih jelasnya integral tertentu dapat digambarkan secara grafis.

Nilai masing-masing garis yang membatasi tiap sub rentangan adalah


sebagai berikut :
xn = a + n ( x) = b
Luas seluruh wilayah rentangan dari a ke b adalah :
n

f (xn) = (xn) =

f (x ) x
i 1

dalam hal kenaikkan nilai x sedemikian kecilnya, sedangkan banyaknya


nilai x mendekati tak terhingga, maka berlaku :
n

Limit

i 1

5.8

f (x ) x
i 1

x=0

n=~

f (x i ) xi limit

f (x) dx

Sifat-sifat Integral Tertentu


1.

f (x) dx F(x) a F(b) F (a)

Diketahui : a = 2,

b = 5,

n=4

maka, =

2.

1
{3.125 32} = 618,6
5

5 2

x 1 5
x 4 dx x 5 5
5 2 5
=

1
(32 32) = 0
5

f (x) dx

a
b

f (x) dx

x5
x dx 618,6 x dx
5
5
2

k f (x) dx k

b
a

1
=5

4.

f (x) dx 0

3.

1 55
x
4
x dx x 2
52 5

5 2
5 =-

f (x) dx,

1
(32 3125)
5

k 5

5 x 4 dx x 5 2 3.125 32 3.093
b

k a f (x) dx = 5 (618,6) = 3.093


5.

f (x) g (x) dx

b
a

f (x) dx

g (x) dx

( x 4 5x 4 ) dx 52 x 4 dx 5x 4 dx
2

= 618,6 + 3.093
= 3.711,6
6.

f (x) dx

b
c

f (x) dx

x dx
4

5
3

f (x) dx, c 3

x5 x5
x dx
5 2 5

1
5

= (243 32)

1
(3.125 243)
5

= 618,6
5.9

Integral taktentu adalah merupakan suatu konsep yang berhubungan dengan


proses penemuan suatu fungsi asal apabila turunan/derivative dari fungsinya
diketahui. Mengintegralkan suatu fungsi turunan f(x) berarti mencari
integral lawannya, yaitu F(x), apabila diseferensialkan akan menghasilkan
f(x).
Bentuk umum integral tertentu adalah :

(x) dx F (x) c

Dimana :

adalah notasi integral


F (x) adalah fungsi x dari suatu intrgral yang disebut juga dengan
integran
Dx adalah diferensial
F (x) adalah integral particular
C adalah bunyi konstanta

Dalam diferensial kita menemukan, bahwa jika misalnya suatu fungsi ahli
dinotasikan dengan F(x), maka :
Fungsi asli : F (x) = x2 + c
Fungsi turunan : F(x) =

d F(x)
=2x
dx

Jika dibalik, yang diintegralkan adalah fungsi turunannya maka diperoleh :

x (x) dx F (x) c x 2 c
5.10 Sifat-sifat dari integral Taktentu
1.

xn dx =

xn
C , dimana n 1
n 1

Diketahui : x4 dx =

= 0,2 x2 + c
Bukti :
2.

d
(0,2 x5 + c) = x4
dx

1
x

dx ln x c
Diketahui :
Bukti :

3.

3
dx = 3 ln + c
x

d
3
(3 ln x + c) =
dx
x

ex dx = ex

x4 1
x
C
c
4 1
5

Anda mungkin juga menyukai