Oleh :
DR. H. SYAFRIONT BY, SE., MS
BAB I
HIMPUNAN DAN SISTEM BILANGAN
1.1 Pengertian Himpunan
Himpunan adalah kumpulan dari objek tertentu atau unsure-unsur yang
dirumuskan secara jelas dan tegas, sehingga dapat dibeda-bedakan antara
satu dengan yang lainnya. Obyek tertentu atau unsure-unsur tersebut
dinamakan anggota atau elemen. Notasi himpunan biasanya dilambangkan
dengan huruf kecil, misalnya huruf a,b,c.
Contoh :
1. Suatu himpunan tiga kota besar yang ada di Pulau Jawa.
K = {Jakarta, Yogyakarta, Surabaya}
Tiap unsur dalam kurung kurawal adalah merupakan anggota dari
himpunan-himpunan tersebut diatas. Yang dalam penulisan matematika
disebut (epsilon). Maka, Jakarta K, 4 D, dan i H.
Dan sebaliknya ada unsure diluar himpunan tersebut misalnya kota Malang
untuk himpunan K, maka Malang K.
Angka 8, untuk himpunan D, maka 8 D
Huruf x, untuk himpunan H, maka x H
Artinya : obyeknya merupakan anggota dari himpunan tersebut.
1.2 Cara Penulisan Himpunan
Ada dua cara dalam penulisan himpunan
a. Cara daftar (roster method) suatu cara dengan menuliskan atau
a.
Cara Kaidah
A = {x/x, Mahasiswa STIMI yang ke bulan}
b.
Cara Daftar
A={}
atau A =
Misalnya :
1. Cara kaidah
= {x/x, bilangan bulat}
= {0,1,2,3,4,5,6,7,8,9}
A = {0,1,2,3,4}
Maka
B = {5,6,7,8,9}
9. Himpunan Sederajat
Himpunan sederajat adalah himpunan yang satu mempunyai jumlah
anggota yang sama dengan himpunan yang lainnya.
Misalnya :
A = {1,2,3}
A adalah, n = 3
B = {a,b,c}
B, adalah, n = 3
(huiruf u lepas)
Misalnya :
A = {1,2,3}
B ={3,4,5}
Maka, A
x
A atau x
B}
diarsir
(huruf en lepas).
Maka, A B = {x; x
A dan x B}
A dan x B}
B}
= {a,b,c,d,e,f,g}
A = {a,b,c,d}
B = {d,e,f,g}
Maka, A = {e,f.g}
dan B = {a,b,c}
(aksen)
= B
=B
C =A
= B
C)
C =A
=B
C)
(B C) = (A B) (A B)
(A B ) C = (A C ) (B C)
1. A
2.
B C = (A C) (B C)
A (B C) = (A B) (B C)
1. (A
2.
A=A
A=
A=A
A=A
B) = A B
B) = A B
A = A
A =
(1, a)
(2, a)
(1, b)
(2, b)
5,
1
1 ..............................
dsb.
Bilangan Bulat, bilangan yang terdiri dari bilangan bilat positif, nol dan
bilangan bulat negative.
Misalnya :
-5, -3, -1, 0, 2, 4, ..dsb.
9. Bilangan Komposit, bilangan bulat positif, kecuali satu (1) yang dapat
dituliskan sebagai perkalian dua bilangan atau lebih, yang masingmasing bukan bilangan bulat positif satu (1)
Misalnya :
4,6,8,9,10, .dsb.
10. Bilangan Kompleks, bilangan yang digabung antara bilangan riil dengan
bilangan imajiner.
Misalnya :
1+
2 ,43
1 , .dsb.
Catatan :
-
Perbedaanya :
Bilangan riil dapat positif atau negatif. Sedangkan pada bilangan imajiner
mengandung sifat keduannya positif dan negatif sekaligus.
Contohnya :
Bilangan riil 4, -3, 1, 2, -1, 2 ..
Bilangan imajiner
1,46 ,
4,dll
BAB 2
DERET
Pengertin Deret
Deret adalah barisan bilangan yang disusun urut sedemikian rupa secara
teratur menurut aturan tertentu. Barisan bilangan tersebut dinamakan sukusuku dari deret tersebut.
Deret kalau kita perhatikan banyaknya suku yang berjejer, dapat kita bedakan
menjadi 2 (dua)
1. Deret berhingga
2. Deret tak berhingga
Deret berhingga adalah deret yang sama suku-sukunya mempunyai batas atau
tertentu.
Sedangkan deret tak berhingga adalah deret yang mana suku-sukunya tak
terbatas atau tak tertentu.
Sedangkan deret tak berhingga adalah deret yang mana suku sukunya tak
terbatas atau tak tertentu.
Macam-macam Deret
Deret dapat dibagi atas 3 (tiga) bagian, yaitu:
1. Deret Arithmatika
2. Deret Geometri
3. Deret Harmonis
Ad 1. Deret Arithmatika
Deret arithmatika adalah barisan bilangan yang pengurutannya dengan
menjumlahkan aturan tetap dan disusun urut menurut suku-sukunya.
Bentuk umum Deret Arithmatika adalah sebagai berikut :
Kalau kita perhatikan maka dapatlah kita simpulkan bahwa :
1. Deret arithmatika disebut naik, apabila jumlah suku-suku berikutnya
adalah bertambah besar karena beda (b) > 0
2. Deret arithmatika disebut turun, apabila jumlah suku-suku berikutnya
adalah menurun menjadi lebih kecil karena beda (b) < 0.
Tanda positif yang ada dalam tanda kurung dirobah menjadi tanda
negatif.
Lalu dijumlahkan
Contoh soal
1. Deret : 10 ,8,6,4,2, , D10
Diketahui : a =10
b = 8-10 = -2
sehingga diperoleh :
Dn = . n {2a + (n-1) b}
D10 = . 10 {2.10 + (10-1) -2}
D10 = 5 {20 + (9) -2}
D10 = 5 (20-13)
D10 = 5 (2)
D10 = 10
Itu adalah merupakan contoh soal dalam bentuk kuantitatif, disamping ada
soal kuantitatif kita juga mengenal bentuk contoh soal dalam bentuk
kuantitatif. Dimana contoh soal kualitatif ini terlebih dahulu harus kita
formulasikan dalam bentuk kuantitatif. Adapun bentuk contoh soal
kualitatif adalah sebagai berikut :
Soal :
Harga sebuah barang di pasar besar terendah Rp. 6000,- Barang yang akan
dibeli adalah sebanyak jumlah keluarga dari pak Sopan yaitu sepuluh
orang. Diperkirakan akan mendapat perbedaan pembelian barang dengan
harga Rp. 4000,- Rencana pak Sopan, pembagian barang-barang ini adalah
merupakan hadiah, yang akan dibagikan berdasarkan umur masing-masing
keluargannya jika yang kecil mendapat harga terendah dan yang besar
mendapat harga tertinggi, berapakah yang tertua mendapatkan harga
barang tersebut dan berpakah jumlah keseluruhan uang yang akan
dikeluarkan pak Sopan.
Diketahui :
Harga Rp. 6000,- adalah harga terendah dan akan diberikan kepada yang
berumur terendah, ini adalah sama dengan a (suku awal).
Perbedaan harga barang adalah Rp. 4000,- ini adalah merupakan b (beda).
Jumlah keluarga pak Sopan seluruhnya adalah 10 orang ini adalah n
(banyak suku).
Sehingga diperoleh :
a = 6.000
b = 4.000
n = 10
Dengan diketahuinya a, b, dan n, maka dapat dicari pembagian yang terua
dan jumlah uang yang akan dikeluarkan pak Sopan, dengan memakai
bentuk rumus Sn dan Dn yaitu :
a. Sn = a + (n-1) b
S10 = 6.000 (10-1) 4.000
S10 = 6.000 + (9) 4.000
S10 = 6.000 + 36.000
S10 = 42.000]
Jadi umurnya yang tertua akan mendapatkan barang seharga Rp.
42.000,b. Dn = n{2a + (n-1) b}
Ad 2. Deret Geometri
Deret geometri adalah barisan bilangan yang disusun urut sedemikian rupa,
sehingga bilangan yang berikutnya merupakan hasil pengganda bilangan
sebelumnya.
Bentuk umum Deret Geometri adalah sebagai berikut :
S1 = a
suku awal
S 2 = a . p2
S3 = a. pn-1
Sn = a. p
dimana :
Sn = suku ke-n
a = suku awal
p = pengganda
n = banyak rumus
l = konstanta
S2
S1
atau
S3
=p
S2
Dari contoh soal tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa pengganda Deret
Geometri selalu bernilai positif atau lebih besar dari nol.
= suku awal
= pengganda
= banyak rumus
= konstanta
contaoh soal
1. Deret : 1, 3, 9, 27, .., D8 = ?
Diketahui : a = 1
p=
3
=3
1
Ad 3. Deret Harmonis
Deret harmonis adalah deret yang kebalikan suku-sukunya membentuk sebuah
deret aritmatika atau dengan kata lain deret harmonis adalah deret dimana
penyebutnya adalah merupakan deret aritmatika, sedangkan sebagai
pembilangnya adalah angka konstanta satu.
Bentuk umum Deret Harmonis adalah :
S1 =
1
a
S2 =
1
ab
S3 =
1
a 2b
Sn =
1
a (n 1) b
Dimana :
S1 = suku pertama
S2 = suku kedua
S3 = suku ketiga
Sn = suku ke-n
a
= banyak suku
semua
penyebut
suku-suku
deret
harmonis
adalah
dengan
menjumlahkan semua penyebut suku-sukunya. Jumlah semua penyebut sukusukunya siberi notasi Dn.
Dengan rumus:
Dn =
1
1/2 n {2a (n - 1) b}
Dimana :
Dn = Jumlah semua penyebut suku-suku deret harmonis
n
= banyak suku
contoh soal :
1. Deret , 1/7, 1/10, , D10 = ?
Diketahui : a = 4
b = 7-4 = 3
n = 10
Sehingga diperoleh
Dn =
1
1/2 n {2a (n - 1) b}
D10 =
1
1/2(10){2(4) - (10 -1) 3
D10 =
1
5 {8 27}
D10 =
1
5 (35)
D10 =
1
175
1
175
BAB 3
TEORI NILAI UANG
3.1
Teori Nilai Uang adalah salah satu penerapan deret ukur (Geometri) yang
paling konvensional di bidang ekonomi. Pada prinsipnya teori ini adalah
untuk menghitung bunga uang, baik bunga biasa, binga majemuk maupun
untuk menghitung Annuity.
3.2
Bunga Tunggal
Bunga Tunggala adalah bunga yang dikeluarkan pada modal yang tiap
tahunnya, biasanya bunga dihitung pada akhir tahun, yaitu per 31 Desember
3.3
P= 1 i.n
3.4
Bunga Majemuk
Bunga majemuk adalah bunga yang dihitung pada modal yang berubahubah (bertambah) tiap tahunnya, bertambah menurut besarnya tingkat bunga
yang berlaku.
Bentuk umum Nilai Uang yang akan dating dari tunga majemuk adalah :
F = P (I + i) n
Dimana
3.5
= konstanta
3.6
F
(l - i) n
Anuity adalah jumlah uang yang dibayarkan atau yang diterima secara
berturut-turut setiap periode pembayaran atau penerimaan.
Sifat-sifat Anuity :
1. Jumlah pembayarannya sama setiap periodenya (Equal Payments).
2. Panjangnya periode antara angsuran sama (equal periode between
payments).
3. Pembayaran pada akhir periode (ending payments periods)
3.7
Bentuk umum nilai uang yang akan datang dari Anuity adalah
A=F
i
(l i) n - 1
Dimana
A = Anuity
3.8
= tingkat bunga
= lamanya angsuran
= konstanta
Untuk mencari nilai uang yang akan datang dari Anuity dapat juga
dipergunakan rumus :
F=A
(1 i)n - 1
i
3.9
i (l 1)n
(l i)n - 1
A = Anuity
P
= tingkat bunga
= konstanta
3.10 Untuk mencari nilai uang sekarang dari Anuity dapat juga dipergunakan
rumus :
P=A
(l i)n 1
i (l i)n
BAB 4
FUNGSI
4.1
Wilayah Fungsi
Wilayah fungsi adalah daerah dimana titik koordinat berada dan arsiran
daerah fungsi akan mengarah ke titik koordinat tersebut.
Dalam fungsi kita mengenal tiga wilayah antara lain :
1. Wilayah positif fungsi adalah wilayah dimana variabel variabelnya
mempunyai nilai lebih besar dari nol (> 0)
2. Wilayah negatif fungsi adalah wilayah dimana variabel variabelnya
mempunyai nilai lebih kecil dari nol (< 0)
3. Wilayah nol fungsi adalah wilayah dimana veriabel-variabelnya
mempunyai nilai sama dengan nol ( = 0)
Menentukan wilayah fungsi adalah dengan mengetahui titik koordinat dan
fungsi-fungsinya.
4.3
PR
= x2 x1
QR
= y2 y1
4.4
PQ
PQ
(PR) 2 (QR) 2
Titik Tengah
Duah buah titik P (x1, y1) dan Q (x2, y2) terdapat ditengahnya suatu titik
dinamakan titik M
Xm
1
( x1 x 2 )
2
Ym
1
( y1 y 2 )
2
maka :
1
1
M { ( x1 x 2 ), ( y1 y 2 )}
2
2
Kalau tadi kita menentukan titik M adalah titik tengah dan bagaimana kalau
titik M itu bukan terletak di tengah-tengah PQ tetapi titik M terletak diantara
dua titik P dan Q dengan perbandingan MP : MQ = a : b
Dapat ditentukan rumusnya :
Xm=
bx1 ax 2
ab
Ym=
by1 ay 2
ab
bx1 ax 2 by1 ay 2
),
)}
ab
ab
4.5
Macam-macam Fungsi
1. Fungsi Aljabar :
a.
b.
c.
d.
ax b
bx c
2. Fungsi Transenden :
a.
b.
c.
d.
3. Selain fungsi fungsi tersebut diatas masih terdapat lagi beberapa fungsi
sebagai berikut :
a.
x untuk x 0, x positif
x untuk x 0, x negatif
4.6
0
4
y = 2x + 4
-2
0
y = 2x + 4
ax + by + c = 0
a atau x
=0
maka : by + c = 0
c=-
c
(p)
b
(P) terdapat garis lurus sejajar (//) dengan sumbu x (sumbu horizontal)
2. Garis sejajar dengan sumbu y
ax + by + c = 0
b atau y
=0
maka ; ax + c = 0
ax = - c
x=-
c
(Q)
a
(Q) terdapat garis lurus sejajar (//) dengan sumbu y (sumbu vertikal)
3. Garis lurus meliputi pusat salib sumbu dengan memperoleh koefisien
arah tg
=M
ax + by + c = 0
c dimisalkan = 0
maka, ax + by = 0
y=-
a
x..............(R)
b
y y1
. 2)
x x1
y 2 y1 x 2 x1
x = ay2 + by + c
dimana : x adalah variabel terikat
y adalah variabel bebas
a, b, dan c adalah konstanta
4.11 Langkah-langkah Pemecahan Fungsi Kuadrat Bentuk y = f (x)
1. Mencari titik potong melalui x dimana y misalkan = 0 maka, x adalah
diskriminan (D)
Diskriminan dapat dicari dengan rumus :
D = b2 4 . a . c
Ada 3 kemungkinan yang akan dihasilkan oleh diskriminan yaitu :
a.
D > 0, maka akan terdapat dua titik potong pada sumbu x, yaitu : x 1
dan x2
Untuk mencari x1 dan xn dapat dicari dengan cara langsung dengan
perkalian dan dapat juga dicari dengan pakai rumus Bantu, yaitu
ABC.
ABC
b2 4 a . c
2.a
b.
c.
menghadap ke atas
b
D
,y
2a
4a
b
2a
a. D > 0, maka akan terdapat 2 titik potong pada sumbu y, yaitu y 1 dan
y2 dapat dicari dengan cara perkalian langsung atau pakai rumus
ABC.
Bentuk fungsinya adalah sebagai berikut :
Y
x = f (y)
menghadap ke kanan
SS = sumbu simetri
P = titik puncak
X
3. Mencari titik puncak (titik ekstrim) yaitu suatu titik yang terletak pada
puncak fungsi (parabola), dimana arah fungsinya kembali kea rah
semula (ke kanan),
D
b
,y
4a
2a
b
ax b
cx d
ax b
cx d
0 (cx + d) = ax + b
ax + b = 0, diperoleh x
Jadi titik potongnya (
b
a
b
,0)
a
3. Mencari Asimtot Datar, merupakan suatu garis lurus yang sejajar/ yang
berhimpit dengan sumbu x, tidak memotong akan tetapi mendekati saja,
sampai pada titik dimana nilai x = ~
Maka persamaan asimtot datar, bila x = ~, diperoleh :
b
a
ax b
y
x
y
cx d
d
c
x
b
y
d
c
Catatan :
sehingga y =
a
c
Suatu bilangan bila dibagi dengan tak terhingga akan menghasilkan nol
(0).
Jadi persamaan asimtot datar adalah y =
a
c
4. Mencari asimtot tegak, suatu garis lurus yang sejajar atau berhimpit
dengan sumbu y memotong, tetapi mendekati daja, dampai pada titik
dimana nilai y = ~.
Maka persamaan Asimtot tegak, bila y = diperoleh :
y
ax b
cx d
cx + d = 0
ax b
cx + d =
cx d
cx = -d
x=
d
c
d
c
ax b
BAB 5
KALKULUS
5.1
Limit
Penurunan suatu fungsi dilakukan satu persatuan bagi setiap suku. Teori
tentang limit merupakan konsep dasar yang penting cabang matematika
yang dinamakan Kalkulus. Teori limit dapat mengetahui seberapa jauh suatu
fungsi akan berkembang, apabila variable didalam fungsi tersebut terus
menerus berkembang mendekati suatu nilai tertentu.
Suatu fungsi f (x) dikatakan mempunyai limit L untuk :
x a, apabila f (x) dapat dibuat mendekati harga L yang diinginkan dengan
membuat x a.
Ditulis : Limit f (x = L)
xa
5.2
xa
2.
xa
3.
xa
4.
xa
5.
5.3
xa
g (x)
Limit g (x)
Limit f (x)
= Limit f (x) x a
= AB
n (l x)
1
x
2. Limit
log (1 x )
1 / n a
x
3. Limit (1 + n) 1/x = C
x0
4. Limit (1 + 1/x) x = e
x~
a x 1
1n a
x
5. Limit
x0
ex 1
1
x
6. Limit
x0
5.4
Differential
Proses dalam mendapatkan derifatif disebut differential dari fungsi x, {f (x)}
Tandanya adalah : f (x) =
dy
dx
Jika fungsi x mempunyai turunan untuk suatu nilai x tertentu, maka fungsi x
itu adalah continue untuk nilai x tersebut.
Bentuk persamaannya dapat dituliskan sebagai berikut :
1. y = f (x)
y + dy = f (x + dx)
dy = f (x) + dx) y
dy = f (x) + dx) f (x)
dimana dx adalah kenaikan dari x dan dy adalah kenaikan dari y. Dengan
adanya kenaikan dari x, maka timbul pulalah kenaikan y.
Kalau dari bentuk persamaan tersebut diatas dibagi menjadi 2 (dua) ruas
kanan dan kiri dan apabila dibagi kenaikan x atau dx, maka diperoleh :
dy f(x) f(dx) f(x)
dx
dx
dy f (x dx) f (x)
dx
dx
dx
dx
dy
f (x dx) f (x)
Limit
dx
dx
dx 0
Proses penurunan (differensiasi) adalah merupakan proses penarikan
limit atas suatu kuosien diferensi dalam hal tambahan variable bebasnya
mendekati nol. Hasil proses differensiasi tersebut kita sebut : derivative.
5.5
Sifat-sifat Differensiasial
1. Differensiasial bilangan tetap
Bila y = C, maka dy/dx = 0
2. Diffrensial perbanyakan bilangan tetap
Bila y = C f (x), maka dy/dx = C f1 (x)
3. Differensial penjumlahan/pengurangan fungsi
Bila y = f (x) = g (x), maka dy/dx = f (x) = g (x)
4. Differensial suatu perbanyakan fungsi
Bila y = f (x) . g (x), maka dy/dx = f (x) (x) + f (x) g (x)
5. Differensial pembagian fungsi
Bila y =
5.6
Penggunaan Differensial
1. Menentukan koefisien arah (a) garis singgung di titik (x0, y0) yang
terletak pada grafik y = f (x)
a = f (x0) turunan fungsi dari f (x)
2. Menentukan monoton fungsi
y = f (x) monoton naik pada suatu interval x jika f (x) > 0 lebih
besar dari nol.
y = f (x) monoton naik pada suatu interval x jika f (x) < 0 lebih kecil
dari nol.
3. Menentukan ekstrim fungsi
Syarat suatu fungsi mempunyai ekstrim ; f (x) = 0
Maka f (x0) 0
4. Bila f (x0) > 0, maka x0 adalah titik minimum dan sebaliknya bila f
(x0) < 0, maka titik x0 adalah titik maksimum.
5. Menentukan titik belok
Bila f (x0) = 0, maka x0 adalah titik belok.
Integral dapat digolongkan atas 2 bagian yaitu :
1. Integral Tertentu (Definite Integral)
2. Integral Tak tentu (Indifinite Integral)
5.7
Integral tertentu adalah integral dari suatu fungsi yang nilai-nilai variable
bebasnya memiliki batas-batas tertentu. Integral tertentu digunakan untuk
menghitung luas area yang terletak diantara kurva y = f (x) dan sumbu
horizontal x, dalam suatu rentangan wilayah yang dibatasi oleh x = a, dan x
= b.
Bentuk umum integral tertentu adalah :
b
a
f (x) dx F (x)
ab
dibaca :
Integrasi f (x) untuk rentang wilayah x dari a ke b
a = batas bawah integrasi
b = batas atas integrasi
F (x) ab
f (xn) = (xn) =
f (x ) x
i 1
Limit
i 1
5.8
f (x ) x
i 1
x=0
n=~
f (x i ) xi limit
f (x) dx
Diketahui : a = 2,
b = 5,
n=4
maka, =
2.
1
{3.125 32} = 618,6
5
5 2
x 1 5
x 4 dx x 5 5
5 2 5
=
1
(32 32) = 0
5
f (x) dx
a
b
f (x) dx
x5
x dx 618,6 x dx
5
5
2
k f (x) dx k
b
a
1
=5
4.
f (x) dx 0
3.
1 55
x
4
x dx x 2
52 5
5 2
5 =-
f (x) dx,
1
(32 3125)
5
k 5
5 x 4 dx x 5 2 3.125 32 3.093
b
f (x) g (x) dx
b
a
f (x) dx
g (x) dx
( x 4 5x 4 ) dx 52 x 4 dx 5x 4 dx
2
= 618,6 + 3.093
= 3.711,6
6.
f (x) dx
b
c
f (x) dx
x dx
4
5
3
f (x) dx, c 3
x5 x5
x dx
5 2 5
1
5
= (243 32)
1
(3.125 243)
5
= 618,6
5.9
(x) dx F (x) c
Dimana :
Dalam diferensial kita menemukan, bahwa jika misalnya suatu fungsi ahli
dinotasikan dengan F(x), maka :
Fungsi asli : F (x) = x2 + c
Fungsi turunan : F(x) =
d F(x)
=2x
dx
x (x) dx F (x) c x 2 c
5.10 Sifat-sifat dari integral Taktentu
1.
xn dx =
xn
C , dimana n 1
n 1
Diketahui : x4 dx =
= 0,2 x2 + c
Bukti :
2.
d
(0,2 x5 + c) = x4
dx
1
x
dx ln x c
Diketahui :
Bukti :
3.
3
dx = 3 ln + c
x
d
3
(3 ln x + c) =
dx
x
ex dx = ex
x4 1
x
C
c
4 1
5