DISUSUN OLEH:
FAKULTAS EKONOMI
Puji
Syukur
kita
panjatkan
atas
kehadirat
Tuhan
Yang
MUDHARABAH.Telahbanyakbantuan
yang
kamimenyampaikan
rasa
terima
Tuhan
Yang
telahdisebutkandiatas.Kelompok
MahaEsamembalasbudibaikkepadasemuapihak
kami
yang
menyadaribahwa
makalahinimasihjauhdarisempurna.Olehkarenaitu,kelompok
kamisangatmengharapkankritikdan
saran
yang
membangundarisegalapihakdenganharapanbahwa makalahiniakanmenjadisemakinbaik.
Dengan
demikian,
penyusun
berharapsemogamakalah
inidapatbergunadanmemperluaswawasankitasemua.Atassegalaperhatiannya,
kamimengucapkanterimakasih.
Balun Ijuk, 24 Februari 2016
DAFTAR ISI
2 | Page
kelompok
3.2.Pengukuran..........................................................................................14-15
3. PENCATATAN TRANSAKSI AKUNTANSI MUDHARABAH.................15-16
4.1.Pedoman Pencatatandan Pelaporan Transaksi Mudharabah................16
4.2.Contoh Kasus.......................................................................................17-23
BAB IV PENUTUP....................................................................................................24
5.1.Kesimpulan...........................................................................................24
5.2.Saran.....................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................26
3 | Page
BAB I PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Dalam masyarakat Islam terdapat sistem nilai yang melandasi setiap aktivitas
masyarakat, baik pribadi maupun komunal.Tujuan akuntansi syariah adalah terciptanya
peradaban
bisnis
dengan
wawasan
humanis,
emansipatoris,
transendental,
dan
teologis.Dengan akuntansi syariah, realitas sosial yang dibangun mengandung nilai tauhid
dan ketundukan kepada ketentuan Allah SWT.
Seiring dengan meningkatnya rasa keberagamaan (religiusitas) masyarakat Muslim
menjalankan syariah Islam dalam kehidupan sosial-ekonomi, semakin banyak institusi
bisnis Islami yang menjalankan kegiatan operasional dan usahanya berlandaskan prinsip
syariah. Untuk mengelola institusi Islami ini diperlukan pencatatan transaksi dan pelaporan
keuangan. Pencatatan akuntansi dan pelaporan keuangan dengan karakteristik tertentu
yang sesuai dengan syariah
Perkembangan akuntansi telah mengalami pergeseran nilai yang sangat mendasar dan
berarti, terutama mengenai kerangka teori yang mendasari dituntut mengikuti perubahan
yang terjadi dalam kehidupan masyarakat.Demikian halnya dengan kontruksi akuntansi
konvensional menjadi akuntansi Islam (syariah) yang diantaranya Akuntansi Mudharabah,
yang lahir dari nilai-nilai budaya masyarakat dan ajaran syariah Islam yang dipraktikan
dalam kehidupan sosial-ekonomi.Oleh karena itu, penting bagi kita terutama mahasiswa
untuk mempelajari bagaimana Akuntansi Syariah (mudharabah) baik di dunia maupun di
Indonesia.
1.3. TUJUAN
Makalah ini dibuat untuk memperkenalkan kepada pembaca sehingga pembaca
memahamicikal bakal lahirnya akuntansi syariah yang merupakan sistem atau tata
carapembukuan yang dipakai oleh bank-bank berbasis syariah. Adapun dengan membaca
makalah ini diharapkan pembaca juga dapat mengetahui bagaimana sejarah awal mula
terciptanya pemikiran akuntansi syariah di dunia, kita dapat mengetahui apa saja kondisi
objektif yang melandasi lahirnya paradigma akuntansi syariah, kita dapat mengetahui
perkembangan kontemporer akuntansi syariah dimana kita dapat mengetahui pengaruh
4 | Page
5 | Page
BAB II PEMBAHASAN
1. FATWA
DSN-MUI
TENTANG
AKUNTANSI
MUDHARABAH
2.1.DEFINISI AKUNTANSI MUDHARABAH
A. Mudharabah adalah akad kerja sama usaha antara dua pihak di mana pihak
pertama ( pemilik dana = shahibul maal ) menyediakan seluruh dana, sedangkan
pihak kedua ( pengelola dana = mudharib ) bertindak selaku pengelola dan
ketuntungan di bagi di antara mereka sesuai kesepakatan sedangkan kerugiaan
finansial hanya ditanggung oleh pemilik dana.
B. Mudharabah Muthlaqah adalah mudharabah di mana pemilik dana memberikan
kebebasan kepada pengelola dana dalam pengelolaan investasinya.
C. Mudharabah Muqayyadah adalah mudharabah di mana pemilik dana
memberikan batasan kepada pengelola dana, antara lain mengenai tempat, cara dan
atau objek investasi.
D. Mudharabah Musytarakah adalah bentuk mudharabah di mana pengelola dana
menyertakan modal atau dananya dalam kerja sama investasi.
2.2.KARAKTERISTIK AKUNTANSI MUDHARABAH
A. Entitas dapat bertindak baik sebagai pemilik dana atau pengelola dana.
B. Mudharabah terdiri atas mudharabah muthlaqah, mudharabah muqayyadah, dan
mudharabah musytarakah. Jika entitas bertindak sebagai pengelola dana, maka dana
yang diterima disajikan sebagai dana syirkah temporer.
C. Dalam mudharabah muqayyadah, contoh batasan antara lain:
1. tidak mencampurkan dana pemilik dana dengan dana lainnya;
6 | Page
100
65
35
25
10
profit sharing
Mekanisme transaksi Mudharabah yang dilakukan oleh oleh bank syariah bila diasumsikan
sebagai shahibul mal dan nasabah sebagai mudharib adalah :
A.
Jumlah modal yang diserahkan kepada nasabah selaku pengelola usaha harus secara
tunai, dapat berupa uang atau barang yang nilainya dinyatakan dengan satuan uang.
B.
C.
Hasil usaha dibagi sesuai dengan kesepakatan akad, tiap bulan atau waktu yang telah
disepakati. Bank akan menanggung semua kerugian kecuali kelalaian atau kecurangan
dari pengelola.
D.
Bank berhak melakukan pengawasan pada usaha namun tidak berhak mencampuri
urusan usaha.
E.
Jika nasabah melakukan cidera janji seperti tidak mau membayar kewajiban maka
dapat dikenakan sanksi administrasi.
2.4.PENARIKAN
Pernyataan ini menggantikan PSAK No. 59 tentang Akuntansi Perbankan Syariah yang
berhubungan dengan pengakuan, pengukuran, penyajian dan pengungkapan mudharabah.
8 | Page
.. dan orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia Allah
SWT..(Al Muzzammil: 20)
Apabila telah ditunaikan sholat maka bertebaranlah di muka bumi dan carilah karunia
Allah SWT ..(Al-Jumuah: 10)
Tidak ada dosa (halangan) bagi kamu untuk mencari karunia Tuhanmu..(Al
Baqarah: 198)
2. Al Hadist
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa Sayyidina Abbas bin Abdul Muthalib jika
memberikan dana ke mitra usahanya secara nudharabah ia mensyaratkan agar dananya
tidak dibawa mengarungi lautan, menuruni lembah yang berbahaya, atau membeli
ternak. Jika menyalahi peraturan tersebut, yang bersangkutan bertanggungjawab atas
dana tersebut. Disampaikanlah syarat-syarat tersebut kepada Rasulullah SAW dan
Rasulullah pun memperbolehkannya.(HR Thabrani).
Ketentuan Pembiayaan:
1. Pembiayaan Mudharabah adalah pembiayaan yang disalurkan oleh LKS kepada pihak
lain untuk suatu usaha yang produktif.
2. Dalam pembiayaan ini LKS sebagai shahibul maal (pemilik dana) membiayai 100 %
kebutuhan suatu proyek (usaha), sedangkan pengusaha (nasabah) bertindak sebagai
mudharib atau pengelola usaha.
3. Jangka waktu usaha, tatacara pengembalian dana, dan pembagian keuntungan
ditentukan berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak (LKS dengan pengusaha).
9 | Page
4. Mudharib boleh melakukan berbagai macam usaha yang telah disepakati bersama dan
sesuai dengan syariah; dan LKS tidak ikut serta dalam managemen perusahaan atau
proyek tetapi mempunyai hak untuk melakukan pembinaan dan pengawasan.
5. Jumlah dana pembiayaan harus dinyatakan dengan jelas dalam bentuk tunai dan
bukan piutang.
6. LKS sebagai penyedia dana menanggung semua kerugian akibat dari mudharabah
kecuali jika mudharib (nasabah) melakukan kesalahan yang disengaja, lalai, atau
menyalahi perjanjian.
7. Pada prinsipnya, dalam pembiayaan mudharabah tidak ada jaminan, namun agar
mudharib tidak melakukan penyimpangan, LKS dapat meminta jaminan dari mudharib
atau pihak ketiga. Jaminan ini hanya dapat dicairkan apabila mudharib terbukti
melakukan pelanggaran terhadap hal-hal yang telah disepakati bersama dalam akad.
8. Kriteria pengusaha, prosedur pembiayaan, dan mekanisme pembagian keuntungan
diatur oleh LKS dengan memperhatikan fatwa DSN.
9. Biaya operasional dibebankan kepada mudharib.
10. Dalam hal penyandang dana (LKS) tidak melakukan kewajiban atau melakukan
pelanggaran terhadap kesepakatan, mudharib berhak mendapat ganti rugi atau biaya
yang telah dikeluarkan.
Kedua
1. Penyedia dana (sahibul maal) dan pengelola (mudharib) harus cakap hukum.
2. Pernyataan ijab dan qabul harus dinyatakan oleh para pihak untuk menunjukkan
kehendak mereka dalam mengadakan kontrak (akad), dengan memperhatikan hal-hal
berikut:
a.
b.
c.
10 | P a g e
3. Modal ialah sejumlah uang dan/atau aset yang diberikan oleh penyedia dana kepada
mudharib untuk tujuan usaha dengan syarat sebagai berikut:
a.
b.
Modal dapat berbentuk uang atau barang yang dinilai. Jika modal diberikan
dalam bentuk aset, maka aset tersebut harus dinilai pada waktu akad.
c.
Modal tidak dapat berbentuk piutang dan harus dibayarkan kepada mudharib,
baik secara bertahap maupun tidak, sesuai dengan kesepakatan dalam akad.
4. Keuntungan mudharabah adalah jumlah yang didapat sebagai kelebihan dari modal.
Syarat keuntungan berikut ini harus dipenuhi:
a.
Harus diperuntukkan bagi kedua pihak dan tidak boleh disyaratkan hanya
untuk satu pihak.
b.
c.
Kegiatan usaha adalah hak eksklusif mudharib, tanpa campur tangan penyedia
dana, tetapi ia mempunyai hak untuk melakukan pengawasan.
b.
c.
Ketiga
2. Kontrak tidak boleh dikaitkan (muallaq) dengan sebuah kejadian di masa depan yang
belum tentu terjadi.
3. Pada dasarnya, dalam mudharabah tidak ada ganti rugi, karena pada dasarnya akad ini
bersifat amanah (yad al-amanah), kecuali akibat dari kesalahan disengaja, kelalaian,
atau pelanggaran kesepakatan.
4. Jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya atau jika terjadi perselisihan di
antara kedua belah pihak, maka penyelesaiannya dilakukan melalui Badan Arbitrasi
Syariah setelah tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah.
2.
1).
Dalam syirkah temporer yang disalurkan oleh pemilik dana diakui sebagai investasi
Mudharabah pada saat pembayaran kas atau penyerahan asset nonkas kepada pengelola
dana.
2).
14 | P a g e
(a).
(b).
Investasi Mudharabah dalam bentuk asset nonkas diukur sebesar nilai wajar
asset nonkas pada saat penyerahan :
1.
Jika nilai wajar lebih rendah daripada nilai tercatatnya, diakui sebagai kerugian;
2.
Jika niali wajar lebih tinggi daripada nilai tercatatnya diakui sebagai
keuntungan tangguhan dan diamortisasi sesuai jangka waktu akad Mudharabah.
3).
Jika nilai investasi Mudharabah turun sebelum usaha dimulai karena rusak, hilang, atau
factor lain yang bukan kelalaian pihak pengelola dana, maka penurunan nilai tersebut
diakui sebagai kerugian dan mengurangi saldo investasi Mudharabah.
4).
Jika sebagian investasi Mudharabah hilang setelah dimulainya usaha tanpa adanya
kelalaian atau kesalahan pengelola dana, maka kerugian terbut diperhitungkan pada
saat bagi hasil.
5).
Usaha Mudharabah dianggap mulai berjalan sejak dana atau modal usaha Mudharabah
diterima oleh pengelola dana.
6).
Dalam investasi Mudharabah yang diberikan dalam bentuk barang (nonkas) dan barang
tersebut mengalami penurunan nilai pada saat atau setelah barang dipergunakan secara
efektif dalam kegiatan kegiatan Mudharabah, maka kerugian tersebut tidak langsung
mengurangi jumlah investasi, namun diperhitungkan pada saat pembagian bagi hasil.
7).
8).
Jika akad Mudharabah berakhir sebelum atau saat akad jatuh tempo dan belum dibayar
oleh pengelola dana, maka investasi Mudharabah diakui sebagai piutang jatuh tempo.
15 | P a g e
Penghasilan usaha
1) Jika investasi Mudharabah melebihi satu periode pelaporan, penghasilan usaha diakui
dalam periode terjadinya hak bagi hasil sesuai nisbah yang disepakati.
2) Kerugian yang terjadi dalam suatu periode sebelum akad Mudharabah berakhir diakui
sebagai kerugian dan dibentuk penyisihan kerugian investasi. Pada saat akad Mudharabah
berakhir, selisih antara :
1. Investasi Mudharabah setelah dikurangi penysihan kerugian investasi;
2. Dan pembelian investasi Mudharabah, diakui sebagai keuntungan atau kerugian.
3) Kerugian akibat kelalaian atau kesalahan pengelola dana dibebankan pada pengelola dana
dan tidak mengurangi investasi Mudharabah.
4) Bagian hasil usaha yang belum dibayar oleh pengelola dana diakui sebagai piutang jatuh
tempo dari pengelola dana.
Entitas Sebagai Pengelola Dana
1).
Dana yang diterima dari pemilik dana dalam akada Mudharabah diakui sebagai dana
syirkah temporer sebesar jumlah kas atau nilai wajar asset nonkas yang diterima. Pada
akhir periode akuntansi, dana syirkah temporer diukur sebesar nilai tercatat.
2).
Jika entitas menyalurkan dana syirkah temporer mutlaqah yang diterima maka entitas
mengakui sebagai asset sesuai ketentuan pada paragraph 12-13.
3).
Jika menyalurkan dana syirkah temporer muqayyadah yang diterima maka entitas tidak
mengakui sebagai asset karena entitas tidak memiliki hak untuk menggunakan atau
melepas asset tersebut kecuali sesuai dengan syarat-syarat yang telah ditetapkan oleh
pemilik dana. Bagi hasil Mudharabah dapat dilakukan dengan menggunakan dua
prinsip yaitu bagi laba atau bagi hasil.
4).
Hak pihak ketiga atas bagi hasil dana syirkah temporer yang sudah diumumkan dan
belum dibagikan kepada pemilik dana diakui sebagai kewajiban sebesar bagi hasil yang
menjadi porsi hak pemilik dana.
16 | P a g e
5).
Kerugian yang diakibatkan oleh kesalahan atau kelalaian pengelola dana diakui sebagai
beban pengelola dana.
3. PENCATATAN
TRANSAKSI
AKUNTANSI
MUDHARABAH
4.1.Pedoman pencatatan dan pelaporan akuntansi transaksi mudharabah
Mudharabah menurut PSAK 59 adalah akad kerjasama usaha antara bank sebagai
shahibul maal dan nasabah sebagai mudharib dengan nisbah pembagian hasil menurut
kesepakatan dimuka.
Rukun mudharabah :
o Ada pemilik modal(shahibul maal) dan pegelola/pengusaha (mudharib)
o Adanya modal(maal)
o Kerja attau objek usaha (proyek) dan keuntungan serta sigot atau ijab dan
qabul.
o Mudaharabah terbagi menjadi mudharabah mutlaqah(mudharabah dimana
pemilik dana memberikan kebebasan kepada pengelola dana dalam mengelola
investasinya) dan mudharabah muqayyadah ( mudharabah dimana pemilik
dana memberikan batasan kepada pengelola mengenai tempat, cara dan objek
investasi.
modal kepada Yolanda sebesar Rp 10.000.000 sebagai modal usaha pada Tanggal 1
Januari 2009 dan berakhir 31 Pebruari 2009 dengan nisbah bagi hasil : Yolanda : BJS =
75%: 25%. Buat jurnal setelah penyerahan dana
a. Jurnal Pemilik Dana (BJS) dalam Rupiah
Investasi Mudharabah
10.000.000
Kas
10.000.000
10.000.000
10.000.000
2. Pada Tanggal 31 Januarii 2009, hasil usaha perdagangan buku Ibu yolanda adalah:
Pendapatan
: Rp 1.000.000
Biaya-biaya
: Rp
800.000
xxx
Pendapatan
xxx
Diakhir bulan atau akhir periode ketika akan dilakukan perhitungan bagi hasil, maka akun
pendapatan harus ditutup dengan melakukan jurnal:
Pendapatan
1.000.000
Biaya
800.000
200.000
Jurnal untuk mencatat Pembayaran hasil perhitungan bagi hasil dari Yolanda kepada
pemilik dana (BJS)
a. Jurnal Pemilik Dana (BJS) dalam Rupiah
Kas
50.000
Pendapatan Bagi hasil
50.000
Jika pembayaran bagi hasil tidak dibagikan langsung kepada BJS, tetapi diakumulasikan
pembayarannya diakhir tahun, maka jurnalnya:
Piutang Mudharabah
50.000
50.000
50.000
Piutang Mudharabah
50.000
50.000
Kas-Mudharabah
50.000
Jika pembayaran bagi hasil tidak dibagikan langsung kepada BJS, tetapi diakumulasikan
pembayarannya diakhir tahun, maka jurnalnya:
Cost bagi hasil
50.000
50.000
Diakhir tahun ketika uang pembayaran tersebut diterima oleh BJS, dengan kata lain,
dibayarkan oleh Yolanda
Utang bagi hasil mudharabah
Kas Mudharabah
19 | P a g e
50.000
50.000
Jurnal untuk mencatat hasil perhitungan bagi hasil hak Pengelola dana (Ibu Yolanda)
a. Jurnal Pemilik Dana (BJS) dalam Rupiah
Tidak ada
b. Jurnal Pengelola Dana (Ibu Yolanda, seorang Pedagang) dalam Rupiah
Biaya bagi hasil
150.000
Kas Mudharabah
150.000
150.000
Pendapatan Bagi hasil
150.000
3. Seperti pada No. 2 diatas. Buatlah ayar jurnal penutup untuk bagi hasi tersebut pada 31
Januari 2009.
a. Jurnal Pemilik Dana (BJS) dalam Rupiah
Tidak ada
b. Jurnal Pengelola Dana (Ibu Yolanda, seorang Pedagang) dalam Rupiah
Pendapatan yang belum dibagikan
200.000
200.000
4. Sajikan laporan keuangan neraca dari data diatas kecuali untuk rekening kas abaikan
dulu. Dengan situasi bagi hasil langsung dibagikan diakhir bulan itu juga.
a. Neraca untuk pemilik dana
Aset
Piutang Bagi Hasil Mudharabah
Investasi Mudharabah
Penyisihan Kerugian
10.000.000
( 0)10.000.000
Dana SyirkahTemporer
10.000.000
Penyisihan Kerugian
10.000.000
Rp
Biaya-biaya
800.000
Rp 1.000.000
200.000
200.000
800.000
200.000
Biaya-biaya
1.000.000
10.000.000
Penyisihan Kerugian
200.000) 9.800.000
0
10.000.000
(200.000) 9.800.000
7. Buatlah Jurnal Untuk menutup pengembalian Investasi mudharabah pada akhir akad.
a. Jurnal Pemilik Dana (BJS) dalam Rupiah
Kas
9.800.000
200.000
Investasi mudharabah
10.000.000
10.000.000
9.800.000
Penyisihan kerugian
200.000
Contoh kasus :
misalnya terjadi perubahan peraturan pemerintah yang berakibat pada penghentian
kegiatan PT. JIT apdahal akad mudharabah belum jatuh tempo, maka bank syariah
IQTISADUNA segera menghitung saldo pembiayaan dan meminta laporan keuangan terakhir
dari PT. JIT. Saldo pembiayaan mudharabah yang dicatat oleh bank adalah sebesar Rp
300.000.000,- sedangkan PT. JIT melaporkan kerugian untuk periode berjalan sebesar Rp
50.000.000,-. Sisa pembiayaan tidak dapat diselesaikan oleh PT. JIT sehingga bank syariah
IQTISADUNA mencatatnya dalam jurnal sebagai berikut :
(Dr) piutang mudharib
Rp 250.000.000
(Dr) penyisihan kerugian pembiayaan Rp 50.000.000
mudharabah
(Cr) pembiayaan mudharabah
Pada saat pembentukan penyisihan pembiayaan mudharabah
(Dr)
beban
penyisihan
mudharabah
(Cr)
akumulasi
22 | P a g e
pembiayaan
pembiayaan
penyisihan
Rp 300.000.000
pembiayaan mudharabah
Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP)
PSAK 59 paragraf 150 menyatakan bahwa penyisihan kerugian aktiva produktif dan piutang
yang timbul dari transaksi aktiva produktif dibentuk sebesar estimasi kerugian aktiva produktif
dan piutang yang tidak dapat ditagih sesuai dengan denominasi mata uang aktiva produktif dan
piutang yang diberikan. Standar ini adalah merujuk pada peraturan bank Indonesia yaitu
tentang kualitas aktiva produktif (KAP) bagi bank syariah (PBI No. 5/7/PBI/2003 tanggal 19
mei 2003) dan penyisihan penghapusan aktiva produktif (PPAP) bagi bank syariah (PBI o.
5/7/PBI/2003 tanggal 19 Mei 2003).
Setelah dianalisis oleh perusahaan appraisal, ditentukan bahwa porsi yang harus disisihkan
untuk penyisihan mudharabah PT. JIT adalah Rp. 240.000.000,- setiap tahunnya. Jurnal yang
dibuat oleh bank syariah IQTISADUNA adalah sebagai berikut :
(Dr) beban penyisihan kerugian mudharabah Rp 240.000.000
(Cr) penyisihan kerugian mudharabah
Rp 240.000.000
Rp 230.000.000
Rp 230.000.000
23 | P a g e
Rp 10.000.000
(4) Pengembangan akuntansi pada negara Islam dimotivasi oleh agama dan diasosiasikan
dengan kewajiban zakat pada tahun 2 H (624), akuntansi nampaknya dimulai dengan
pendirian Dewans untuk pencatatan Baitul Mal pendapatan dan pengeluaran. Tanggal
yang pasti aplikasi pertama kali sistem akuntansi pada negara Islam tidak diketahui,
namun sistem tersebut didokumentasikan pertama kalinya oleh Al-Khawarizmy pada
tahun 365 H (976). Sistem akuntansi disusun untuk mrefleksikan tipe proyek yang
dikerjakan oleh negara Islam sejalan dengan pemenuhan terhadap syara.
(5) Di Indonesia sejak pertama kali tahun 1997, istilah akuntansi syariah diluncurkan,
wacana ini menggema dan berkembang begitu cepat. Bahkan akuntansi Syariah ini
membelah menjadi dua bagian- yaitu akuntansi syariah filosofis teoritis dan akuntansi
syariah praktis
(6) Perkembangan akuntansi syariah di Indonesia tidak dapat dilepaskan dari proses
pendirian Bank Syariah. Pendirian Bank Muamalat Indonesia (BMI) merupakan
landasan awal diterapkannya ajaran Islam menjadi pedoman bermuamalah.
5.2.SARAN
Akuntansi syariah merupakan salah satu disiplin ilmu yang sudah tidak asing dewasa
ini dan menjadi salah satu cabang dari ilmu akuntansi yang patut diperhitungkan dan wajib
untuk dipelajari dan diketahui keberadaannya.
Saat ini sudah banyak bermunculan bank syariah yang menggunakan prinsip akuntansi
syariah dalam menjalankan kegiatan operasionalnya sehari-hari. Oleh karenanya disiplin
ilmu ini sudah menjadi kepatutan untuk dipelajari karena akan menambah ilmu
pengetahuan kita serta memberikan banyak faedah bagi kehidupan kita terutama
mahasiswa jurusan akuntansi. Jadi saran dari penyusun adalah agar kita dapat memahami
sejarah cikal bakal perkembangan pemikiran akuntansi syariah sebelum kita mempelajari
lebih jauh tentang apa itu akuntansi syariah. Karena dengan mempelajari sejarahnya maka
kita dapat lebih menghargai ilmu yang terkandung didalamnya serta dapat memperluas
ilmu pengetahuan kita.
25 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA
Sumber : MUI (Majelis Ulama Indonesia)
Nurhayati, Sri dan Wasilah. 2008. Akuntansi Syariah di Indonesia. Jakarta: Salemba Empat
Sumber: Muhammad, Rifqi.2008.Akuntansi Keuangan Syariah.Yogyakarta:P3EI
http://dedimavlana.blogspot.com/2012/02/v-behaviorurldefaultvmlo.html
26 | P a g e