Anda di halaman 1dari 26

AKUNTANSI MUDHARABAH

DISUSUN OLEH:

1.YANTI (301 14 11 119)


2.YENI YUNITA (301 14 11 121)
3.ULIA ZOLANDA (301 14 11 116)
4.WELA KARTIKA (301 14 11 117)
5.YULI TUNTUN UNTARI (301 14 11 123)
4 AKUNTANSI 4

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS BANGKA BELITUNG


2015/2016
KATA PENGANTAR
1 | Page

Puji

Syukur

kita

panjatkan

atas

kehadirat

Tuhan

Yang

MahaEsakarenaataskaruniadanrahmat-Nya kelompok kami bisa menyelesaikan makalah yang


berjudulAKUNTANSI

MUDHARABAH.Telahbanyakbantuan

yang

diberikankepadakelompok kami baikdalambentukmorilmaupunmateril.Tanpabantuantersebut,


makalahinitidakdapatterselesaikan.Untukitukelompok

kamimenyampaikan

rasa

terima

kasihkepadaseluruhpihak yang telahmembantusehinggamakalahiniterselesaikandenganbaik.


Rasa terima kasihkelompok kamisampaikanterutamakepada :
1. Bapak Rizki, selaku dosen mata kuliah akuntansi syariah yang telah memberikan
pembekalan materi serta bimbingan dalam rangka penyelesaian makalah ini.
2. Universitas Bangka Belitung, khususnya staf perpustakaan UBB yang telah
memberikan fasilitas dalam mencari buku yang berkaitan dengan penulisan
makalah.
3. Orang tua yang telahmemberikan dukungandalampembuatanmakalah.
Semoga

Tuhan

Yang

telahdisebutkandiatas.Kelompok

MahaEsamembalasbudibaikkepadasemuapihak
kami

yang

menyadaribahwa

makalahinimasihjauhdarisempurna.Olehkarenaitu,kelompok
kamisangatmengharapkankritikdan

saran

yang

membangundarisegalapihakdenganharapanbahwa makalahiniakanmenjadisemakinbaik.
Dengan

demikian,

penyusun

berharapsemogamakalah

inidapatbergunadanmemperluaswawasankitasemua.Atassegalaperhatiannya,
kamimengucapkanterimakasih.
Balun Ijuk, 24 Februari 2016

Kelompok lima (5)

DAFTAR ISI
2 | Page

kelompok

HALAMAN JUDUL.................................................................................. ........................1


KATA PENGANTAR ...............................................................................................2
DAFTAR ISI .............................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................................4-5

1.1. Latar Belakang ......................................................................................4


1.2. Rumusan Masalah..................................................................................4
1.3. Tujuan...................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................6-17
1. FATWA DSN-MUI TENTANG AKUNTANSI MUDHARABAH...............6
2.1.Definisi Akuntansi Mudharabah...........................................................6

2.2.Karakteristik Akuntansi Mudharabah...................................................6-7


2.3.Prinsip Pembagian Hasil Usaha Akuntansi Mudharabah......................7
2.4.Penarikan...............................................................................................8

2.5.Landasan Fiqh Tentang Transaksi Mudharabah...................................8


2.6.Fatwa DSN-MUI Tentang Akuntansi Mudharabah.............................9-12
2. PSAK AKUNTANSI MUDHARABAH........................................................12-13
3.1.Pengakuan............................................................................................13-14

3.2.Pengukuran..........................................................................................14-15
3. PENCATATAN TRANSAKSI AKUNTANSI MUDHARABAH.................15-16
4.1.Pedoman Pencatatandan Pelaporan Transaksi Mudharabah................16
4.2.Contoh Kasus.......................................................................................17-23
BAB IV PENUTUP....................................................................................................24

5.1.Kesimpulan...........................................................................................24
5.2.Saran.....................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................26

3 | Page

BAB I PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Dalam masyarakat Islam terdapat sistem nilai yang melandasi setiap aktivitas
masyarakat, baik pribadi maupun komunal.Tujuan akuntansi syariah adalah terciptanya
peradaban

bisnis

dengan

wawasan

humanis,

emansipatoris,

transendental,

dan

teologis.Dengan akuntansi syariah, realitas sosial yang dibangun mengandung nilai tauhid
dan ketundukan kepada ketentuan Allah SWT.
Seiring dengan meningkatnya rasa keberagamaan (religiusitas) masyarakat Muslim
menjalankan syariah Islam dalam kehidupan sosial-ekonomi, semakin banyak institusi
bisnis Islami yang menjalankan kegiatan operasional dan usahanya berlandaskan prinsip
syariah. Untuk mengelola institusi Islami ini diperlukan pencatatan transaksi dan pelaporan
keuangan. Pencatatan akuntansi dan pelaporan keuangan dengan karakteristik tertentu
yang sesuai dengan syariah
Perkembangan akuntansi telah mengalami pergeseran nilai yang sangat mendasar dan
berarti, terutama mengenai kerangka teori yang mendasari dituntut mengikuti perubahan
yang terjadi dalam kehidupan masyarakat.Demikian halnya dengan kontruksi akuntansi
konvensional menjadi akuntansi Islam (syariah) yang diantaranya Akuntansi Mudharabah,
yang lahir dari nilai-nilai budaya masyarakat dan ajaran syariah Islam yang dipraktikan
dalam kehidupan sosial-ekonomi.Oleh karena itu, penting bagi kita terutama mahasiswa
untuk mempelajari bagaimana Akuntansi Syariah (mudharabah) baik di dunia maupun di
Indonesia.

1.2. RUMUSAN MASALAH


Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka dapat ditentukan rumusan masalah
dalam makalah ini yaitu:
1.2.1. Bagaimana fatwa DSN-MUI tentang Akuntansi Mudharabah?
1.2.2. Bagaimana PSAK Akuntansi Mudharabah?
1.2.3. Bagaimana pencatatan transaksi Akuntansi Mudharabah?

1.3. TUJUAN
Makalah ini dibuat untuk memperkenalkan kepada pembaca sehingga pembaca
memahamicikal bakal lahirnya akuntansi syariah yang merupakan sistem atau tata
carapembukuan yang dipakai oleh bank-bank berbasis syariah. Adapun dengan membaca
makalah ini diharapkan pembaca juga dapat mengetahui bagaimana sejarah awal mula
terciptanya pemikiran akuntansi syariah di dunia, kita dapat mengetahui apa saja kondisi
objektif yang melandasi lahirnya paradigma akuntansi syariah, kita dapat mengetahui
perkembangan kontemporer akuntansi syariah dimana kita dapat mengetahui pengaruh
4 | Page

islam terhadap perkembangan akuntansi serta sejarah praktik perkembangan akuntansi


pada pemerintahan islam, serta bagaimana cikal bakal munculnya akuntansi syariah di
Indonesia.

5 | Page

BAB II PEMBAHASAN
1. FATWA

DSN-MUI

TENTANG

AKUNTANSI

MUDHARABAH
2.1.DEFINISI AKUNTANSI MUDHARABAH
A. Mudharabah adalah akad kerja sama usaha antara dua pihak di mana pihak
pertama ( pemilik dana = shahibul maal ) menyediakan seluruh dana, sedangkan
pihak kedua ( pengelola dana = mudharib ) bertindak selaku pengelola dan
ketuntungan di bagi di antara mereka sesuai kesepakatan sedangkan kerugiaan
finansial hanya ditanggung oleh pemilik dana.
B. Mudharabah Muthlaqah adalah mudharabah di mana pemilik dana memberikan
kebebasan kepada pengelola dana dalam pengelolaan investasinya.
C. Mudharabah Muqayyadah adalah mudharabah di mana pemilik dana
memberikan batasan kepada pengelola dana, antara lain mengenai tempat, cara dan
atau objek investasi.
D. Mudharabah Musytarakah adalah bentuk mudharabah di mana pengelola dana
menyertakan modal atau dananya dalam kerja sama investasi.
2.2.KARAKTERISTIK AKUNTANSI MUDHARABAH
A. Entitas dapat bertindak baik sebagai pemilik dana atau pengelola dana.
B. Mudharabah terdiri atas mudharabah muthlaqah, mudharabah muqayyadah, dan
mudharabah musytarakah. Jika entitas bertindak sebagai pengelola dana, maka dana
yang diterima disajikan sebagai dana syirkah temporer.
C. Dalam mudharabah muqayyadah, contoh batasan antara lain:
1. tidak mencampurkan dana pemilik dana dengan dana lainnya;
6 | Page

2. tidak menginvestasikan dananya pada transaksi penjualan cicilan, tanpa penjamin


atau tanpa jaminan; atau
3. mengharuskan pengelola dana untuk melakukan investasi sendiri tanpa melalui
pihak ke tiga.
D. Pada prinsipnya dalam penyaluran mudharabah tidak ada jaminan, namun agar
pengelola dana tidak melakukan penyimpangan maka pemilik dana dapat meminta
jaminan dari pengelola dana atau pihak ketiga. Jaminan ini hanya dapat dicairkan
apabila pegelola dana terbukti melakukan pelanggaran terhadap hal-hal yang telah
disepakati bersama dalam akad.
E. Pengembalian dana mudharabah dapat dilakukan secara bertahap bersamaan dengan
distribusi bagi hasil atau secara total pada saat akad mudharabah diakhiri.
F. Jika dari pengelolaan dana mudharabah menghasilkan keuntungan, maka porsi jumlah
bagi hasil untuk pemilik dana dan pengelola dana ditentukan berdasarkan nisbah yang
disepakati dari hasil usaha yang diperoleh selama periode akad. Jika dari pengelolaan
dana mudharabah menimbulkan kerugian, maka kerugian finansial menjadi tanggungan
pemilik dana.

2.3.PRINSIP PEMBAGIAN HASIL USAHA AKUNTANSI MUDHARABAH


A. Pembagian hasil usaha mudharabah dapat dilakukan berdasarkan prinsip bagi hasil
atau bagi laba ( profit sharing ). Jika berdasarkan prinsip bagi hasil, maka dasar pembagian
hasil usaha adalah laba bruto ( gross profit ) bukan total pendapatan usaha ( omzet ).
Sedangkan jika berdasarkan prinsip bagi laba, dasar pembagian adalah laba neto ( net profit )
yaitu laba bruto dikurangi beban yang berkaitan dengan pengelolaan dana mudharabah.
B. Contoh:
Penjualan
HPP
Laba Bruto
Biaya
Laba Neto
7 | Page

100
65
35

gross profit margin

25
10

profit sharing

Mekanisme transaksi Mudharabah yang dilakukan oleh oleh bank syariah bila diasumsikan
sebagai shahibul mal dan nasabah sebagai mudharib adalah :
A.

Jumlah modal yang diserahkan kepada nasabah selaku pengelola usaha harus secara
tunai, dapat berupa uang atau barang yang nilainya dinyatakan dengan satuan uang.

B.

Hasil pengelolaan modal pembiayaan Mudharabah dapat dihitung dengan cara :


Pendapatan usaha.
Keuntungan usaha.

C.

Hasil usaha dibagi sesuai dengan kesepakatan akad, tiap bulan atau waktu yang telah
disepakati. Bank akan menanggung semua kerugian kecuali kelalaian atau kecurangan
dari pengelola.

D.

Bank berhak melakukan pengawasan pada usaha namun tidak berhak mencampuri
urusan usaha.

E.

Jika nasabah melakukan cidera janji seperti tidak mau membayar kewajiban maka
dapat dikenakan sanksi administrasi.

2.4.PENARIKAN
Pernyataan ini menggantikan PSAK No. 59 tentang Akuntansi Perbankan Syariah yang
berhubungan dengan pengakuan, pengukuran, penyajian dan pengungkapan mudharabah.

2.5.LANDASAN FIQH TENTANG TRANSAKSI MUDHARABAH


Landasan dasar syariah mudharabah mencerminkan anjuran melakukan usaha, tampak pada
ayat-ayat dan hadist berikut:
1. Landasan Al-quran dan Al-hadist
1. Al-quran

8 | Page

.. dan orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia Allah
SWT..(Al Muzzammil: 20)
Apabila telah ditunaikan sholat maka bertebaranlah di muka bumi dan carilah karunia
Allah SWT ..(Al-Jumuah: 10)
Tidak ada dosa (halangan) bagi kamu untuk mencari karunia Tuhanmu..(Al
Baqarah: 198)
2. Al Hadist
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa Sayyidina Abbas bin Abdul Muthalib jika
memberikan dana ke mitra usahanya secara nudharabah ia mensyaratkan agar dananya
tidak dibawa mengarungi lautan, menuruni lembah yang berbahaya, atau membeli
ternak. Jika menyalahi peraturan tersebut, yang bersangkutan bertanggungjawab atas
dana tersebut. Disampaikanlah syarat-syarat tersebut kepada Rasulullah SAW dan
Rasulullah pun memperbolehkannya.(HR Thabrani).

2.6.FATWA DSN MUI TENTANG PEMBIAYAAN MUDHARABAH


Ketentuan hokum dalam FATWA DSN MUI No. 07/DSN-MUI/IV/2000 Tentang
PEMBIAYAAN MUDHARABAH (QIRADH) ini adalah sebagai berikut :
Pertama

Ketentuan Pembiayaan:

1. Pembiayaan Mudharabah adalah pembiayaan yang disalurkan oleh LKS kepada pihak
lain untuk suatu usaha yang produktif.
2. Dalam pembiayaan ini LKS sebagai shahibul maal (pemilik dana) membiayai 100 %
kebutuhan suatu proyek (usaha), sedangkan pengusaha (nasabah) bertindak sebagai
mudharib atau pengelola usaha.
3. Jangka waktu usaha, tatacara pengembalian dana, dan pembagian keuntungan
ditentukan berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak (LKS dengan pengusaha).

9 | Page

4. Mudharib boleh melakukan berbagai macam usaha yang telah disepakati bersama dan
sesuai dengan syariah; dan LKS tidak ikut serta dalam managemen perusahaan atau
proyek tetapi mempunyai hak untuk melakukan pembinaan dan pengawasan.
5. Jumlah dana pembiayaan harus dinyatakan dengan jelas dalam bentuk tunai dan
bukan piutang.
6. LKS sebagai penyedia dana menanggung semua kerugian akibat dari mudharabah
kecuali jika mudharib (nasabah) melakukan kesalahan yang disengaja, lalai, atau
menyalahi perjanjian.
7. Pada prinsipnya, dalam pembiayaan mudharabah tidak ada jaminan, namun agar
mudharib tidak melakukan penyimpangan, LKS dapat meminta jaminan dari mudharib
atau pihak ketiga. Jaminan ini hanya dapat dicairkan apabila mudharib terbukti
melakukan pelanggaran terhadap hal-hal yang telah disepakati bersama dalam akad.
8. Kriteria pengusaha, prosedur pembiayaan, dan mekanisme pembagian keuntungan
diatur oleh LKS dengan memperhatikan fatwa DSN.
9. Biaya operasional dibebankan kepada mudharib.
10. Dalam hal penyandang dana (LKS) tidak melakukan kewajiban atau melakukan
pelanggaran terhadap kesepakatan, mudharib berhak mendapat ganti rugi atau biaya
yang telah dikeluarkan.
Kedua

Rukun dan Syarat Pembiayaan:

1. Penyedia dana (sahibul maal) dan pengelola (mudharib) harus cakap hukum.
2. Pernyataan ijab dan qabul harus dinyatakan oleh para pihak untuk menunjukkan
kehendak mereka dalam mengadakan kontrak (akad), dengan memperhatikan hal-hal
berikut:
a.

Penawaran dan penerimaan harus secara eksplisit menunjukkan tujuan kontrak


(akad).

b.

Penerimaan dari penawaran dilakukan pada saat kontrak.

c.

Akad dituangkan secara tertulis, melalui korespondensi, atau dengan


menggunakan cara-cara komunikasi modern.

10 | P a g e

3. Modal ialah sejumlah uang dan/atau aset yang diberikan oleh penyedia dana kepada
mudharib untuk tujuan usaha dengan syarat sebagai berikut:
a.

Modal harus diketahui jumlah dan jenisnya.

b.

Modal dapat berbentuk uang atau barang yang dinilai. Jika modal diberikan
dalam bentuk aset, maka aset tersebut harus dinilai pada waktu akad.

c.

Modal tidak dapat berbentuk piutang dan harus dibayarkan kepada mudharib,
baik secara bertahap maupun tidak, sesuai dengan kesepakatan dalam akad.

4. Keuntungan mudharabah adalah jumlah yang didapat sebagai kelebihan dari modal.
Syarat keuntungan berikut ini harus dipenuhi:
a.

Harus diperuntukkan bagi kedua pihak dan tidak boleh disyaratkan hanya
untuk satu pihak.

b.

Bagian keuntungan proporsional bagi setiap pihak harus diketahui dan


dinyatakan pada waktu kontrak disepakati dan harus dalam bentuk prosentasi
(nisbah) dari keuntungan sesuai kesepakatan. Perubahan nisbah harus
berdasarkan kesepakatan.

c.

Penyedia dana menanggung semua kerugian akibat dari mudharabah, dan


pengelola tidak boleh menanggung kerugian apapun kecuali diakibatkan dari
kesalahan disengaja, kelalaian, atau pelanggaran kesepakatan.

5. Kegiatan usaha oleh pengelola (mudharib), sebagai perimbangan (muqabil) modal


yang disediakan oleh penyedia dana, harus memperhatikan hal-hal berikut:
a.

Kegiatan usaha adalah hak eksklusif mudharib, tanpa campur tangan penyedia
dana, tetapi ia mempunyai hak untuk melakukan pengawasan.

b.

Penyedia dana tidak boleh mempersempit tindakan pengelola sedemikian rupa


yang dapat menghalangi tercapainya tujuan mudharabah, yaitu keuntungan.

c.

Pengelola tidak boleh menyalahi hukum Syariah Islam dalam tindakannya


yang berhubungan dengan mudhara-bah, dan harus mematuhi kebiasaan yang
berlaku dalam aktifitas itu.

Ketiga

Beberapa Ketentuan Hukum Pembiayaan:

1. Mudharabah boleh dibatasi pada periode tertentu.


11 | P a g e

2. Kontrak tidak boleh dikaitkan (muallaq) dengan sebuah kejadian di masa depan yang
belum tentu terjadi.
3. Pada dasarnya, dalam mudharabah tidak ada ganti rugi, karena pada dasarnya akad ini
bersifat amanah (yad al-amanah), kecuali akibat dari kesalahan disengaja, kelalaian,
atau pelanggaran kesepakatan.
4. Jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya atau jika terjadi perselisihan di
antara kedua belah pihak, maka penyelesaiannya dilakukan melalui Badan Arbitrasi
Syariah setelah tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah.

2. PSAK AKUNTANSI MUDHARABAH


Penyempurnaan Akuntansi Mudharabah pada PSAK 105
PSK 105 : Akuntansi mudharabah merupakan penyempurnaan dari PSAK 59: Akuntansi
Perbankan Syariah (2002) yang mengatur mengenai Mudharabah. Bentuk penyempurnaan dan
penambahan pengaturannya adalah sebagai berikut :
1. PSAK 105 berlaku untuk entitas yang melakukan transaksi Mudharabah baik sebagai
pemilik dana (shahibul maal) maupun pengelola dana (mudharib). Namun, PSAK ini
tidak berlaku untuk obligasi syariah (sukuk) yang menggunakan akad Mudharabah.
2. Sistematika penulisan secara garis besar disusun dengan memisahkan akuntansi untuk
pemilik dana (shahibul maal) dan akuntansi untuk pengelola dana (mudharib) dalam
transaksi Mudharabah.
3. Mudharabah yang dimaksud dalam PSAK ini terdiri dari Mudharabah mutlaqah,
Mudharabah muqayyadah, dan Mudharabah musytarakah.
4. Pada bagian pengakuan dan pengukuran untuk entitas sebagai pemilik dana
penyempurnaan dilakukan untuk :
1. Pengakuan investasi Mudharabah pada saat penyaluran daana syrkah temporer;
dan
12 | P a g e

2. Pengakuan keuntungan / kerugian atas penyerahan asset nonkas dalam investasi


Mudharabah.
5. Pada bagian pengakuan dan pengukuran untuk akuntansi pembeli, penyempurnaan
dilakukan untuk :
1.

Pengakuan dana syirkah temporer kelolaan;

2.

Pengakuan modal mudharib bersama-sama dengan modal pemilik dana


(shahibul maal) dalam Mudharabah musytarakah.

3.1.PENGAKUAN DAN PENGUKURAN ENTITAS SEBAGAI PEMILIK DANA


Pengakuan Bagi Hasil (Profit Loss Sharing) Mudharabah
Dewan Syariah Nasional (DSN) mengeluarkan fatwa nomor 15/DSN-MUI/IX/2000 tentang
prinsip distribusi hasil usaha dimana lembaga keuangan syariah boleh menggunakan prinsip
revenue sharing (bagi pendapatan) maupun profit loss sharing (bagi untung/rugi).Menurut
fatwa tersebut dilihat dari sisi kemaslahatan, pembagian hasil usaha sebaiknya menggunakan
prinsip revenue sharing.Penentuan penggunaan prinsip yang dipilih harus disepakati pada awal
akad.
Dalam pembagian hasil usaha mempergunakan prinsip revenue sharing, shohibul maal tidak
pernah mengalami kerugian kecuali usaha mudharib dililuidasi dimana jumlah aktiva lebih
kecil dari kewajibannya.Dengan prinsip ini belum pernah terjadi pendapatan yang negative
karena sekecil-kecilnya pendapatan adalah nol (tidak ada pendapatan), sehingga apabila hal
tersebut terjadi maka modal yang dikembalikan sejumlah modal awal yang diberikan (tidak
ada penambahan modal).
Sedangkan prinsip profit/loss sharing dilakukan dengan menggunakan perhitungan kinerja
secara berkala untuk memperhitungkan pendapatan yang dikurangi biaya-biaya sehingga
menghasilkan keuntungan atau kerugian tergantung mana yang lebih besar. Untuk mendukung
hal ini, mudharib perlu menyusun laporan pengelolaan dana mudharabah jika ternyata modal
yang digunakan oleh mudharib tidak berasal dari satu unsur saja sehingga perlu memisahkan
porsi alokasi penggunaan dana mudharabah. Dalam praktiknya tidak mudah bagi mudharib
menyusun laporan ini secara berkala karena melibatkan beberapa variable dan tidak mudah
juga bagi shohibul maal untuk melakukan pengawasan untuk memastikan beban-beban yang
13 | P a g e

dialokasikan untuk pengelolaan dana mudharabah. Prinsip profit/loss sharing memerlukan


kejujuran diantara kedua belah pihak., lebih khusus bagi mudharib selaku pengelola dana
sehingga tidak banyak perbankan syariah yang menggunakan prinsip ini untuk mengadakan
pembiayaan mudharabah.
Dalam pembiayaan mudharabah melewati satu periode pelaporan.Laba pembiayaan
mudharabah diakui dalam periode terjadinya hak bagi hasil sesuai dengan nisbah sesuai yang
disepakati; dan rugi yang terjadi diakui dalam periode terjadinya rugi tersebut dan mengurangi
saldo pembiayaan mudharabah. Pengakuan laba/rugi mudharabah dalam praktinya dapat
diketahui berdasarkan laporan bagi hasil dari pengelola dana yang diterima shohibul maal.
Hal mendasar yang perlu diketahui tentang pembagian laba atau rugi mudharabah, sesuai
dengan prinsip mudharabah adalah pembagian laba yang dilakukan antara shohibul maal dan
mudharib sesuai dengan nisbah yang disepakati sedangkan kerugian yang bukan kelalaian
mudharib merupakan tanggungan shohibul maal. Sebaliknya jika kerugian akibat kelalaian
mudharib, maka kerugian dibebankan kepada mudharib tanpa mengurangi modal mudharabah
milik shohibul maal.
Sebagaimana telah dijelaskan di atas, namun dalam pelaksanaannya tidak mudah memutuskan
bahwa mudharib lalai atau tidak dalam kasus kerugian pengelolaan mudharabah. Paling tidak,
untuk menentukan derajat kesalahan maupun kelalaiaan mudharib perlu diperkuat dengan
fakta-fakta sebagai berikut :
1. Tidak terpenuhinya persyaratan yang ditentukan dalam akad
2. Tidak terdapat kondisi diluar kemapuan (force major) yang lazim dan/atau telah
ditentukan dalam akad; atau
3. Hasil keputusan dari badan arbitrase syariah atau pengadilan agama setempat

1).

Dalam syirkah temporer yang disalurkan oleh pemilik dana diakui sebagai investasi
Mudharabah pada saat pembayaran kas atau penyerahan asset nonkas kepada pengelola
dana.

2).

Pengukuran investasi Mudharabah adalah sebagai berikut :

14 | P a g e

(a).

Investasi Mudharabah dalam bentuuk kas diukur sebesar jumlah dioberikan


pada saat pembayaran;

(b).

Investasi Mudharabah dalam bentuk asset nonkas diukur sebesar nilai wajar
asset nonkas pada saat penyerahan :

1.

Jika nilai wajar lebih rendah daripada nilai tercatatnya, diakui sebagai kerugian;

2.

Jika niali wajar lebih tinggi daripada nilai tercatatnya diakui sebagai
keuntungan tangguhan dan diamortisasi sesuai jangka waktu akad Mudharabah.

3).

Jika nilai investasi Mudharabah turun sebelum usaha dimulai karena rusak, hilang, atau
factor lain yang bukan kelalaian pihak pengelola dana, maka penurunan nilai tersebut
diakui sebagai kerugian dan mengurangi saldo investasi Mudharabah.

4).

Jika sebagian investasi Mudharabah hilang setelah dimulainya usaha tanpa adanya
kelalaian atau kesalahan pengelola dana, maka kerugian terbut diperhitungkan pada
saat bagi hasil.

5).

Usaha Mudharabah dianggap mulai berjalan sejak dana atau modal usaha Mudharabah
diterima oleh pengelola dana.

6).

Dalam investasi Mudharabah yang diberikan dalam bentuk barang (nonkas) dan barang
tersebut mengalami penurunan nilai pada saat atau setelah barang dipergunakan secara
efektif dalam kegiatan kegiatan Mudharabah, maka kerugian tersebut tidak langsung
mengurangi jumlah investasi, namun diperhitungkan pada saat pembagian bagi hasil.

7).

Kelalaian atas kesalahan pengelola dana, antara lain, ditunjukkan oleh :


1. Persyaratan yang ditentukan di dalam akad tidak dipenuhi;
2. Tidak terdapat kondisi di luar kemampuan yang lazim dan / atau yang telah ditentukan
dalam akad; atau
3. Hasil keputusan dari institusi yang berwenang.

8).

Jika akad Mudharabah berakhir sebelum atau saat akad jatuh tempo dan belum dibayar
oleh pengelola dana, maka investasi Mudharabah diakui sebagai piutang jatuh tempo.

15 | P a g e

Penghasilan usaha
1) Jika investasi Mudharabah melebihi satu periode pelaporan, penghasilan usaha diakui
dalam periode terjadinya hak bagi hasil sesuai nisbah yang disepakati.
2) Kerugian yang terjadi dalam suatu periode sebelum akad Mudharabah berakhir diakui
sebagai kerugian dan dibentuk penyisihan kerugian investasi. Pada saat akad Mudharabah
berakhir, selisih antara :
1. Investasi Mudharabah setelah dikurangi penysihan kerugian investasi;
2. Dan pembelian investasi Mudharabah, diakui sebagai keuntungan atau kerugian.
3) Kerugian akibat kelalaian atau kesalahan pengelola dana dibebankan pada pengelola dana
dan tidak mengurangi investasi Mudharabah.
4) Bagian hasil usaha yang belum dibayar oleh pengelola dana diakui sebagai piutang jatuh
tempo dari pengelola dana.
Entitas Sebagai Pengelola Dana
1).

Dana yang diterima dari pemilik dana dalam akada Mudharabah diakui sebagai dana
syirkah temporer sebesar jumlah kas atau nilai wajar asset nonkas yang diterima. Pada
akhir periode akuntansi, dana syirkah temporer diukur sebesar nilai tercatat.

2).

Jika entitas menyalurkan dana syirkah temporer mutlaqah yang diterima maka entitas
mengakui sebagai asset sesuai ketentuan pada paragraph 12-13.

3).

Jika menyalurkan dana syirkah temporer muqayyadah yang diterima maka entitas tidak
mengakui sebagai asset karena entitas tidak memiliki hak untuk menggunakan atau
melepas asset tersebut kecuali sesuai dengan syarat-syarat yang telah ditetapkan oleh
pemilik dana. Bagi hasil Mudharabah dapat dilakukan dengan menggunakan dua
prinsip yaitu bagi laba atau bagi hasil.

4).

Hak pihak ketiga atas bagi hasil dana syirkah temporer yang sudah diumumkan dan
belum dibagikan kepada pemilik dana diakui sebagai kewajiban sebesar bagi hasil yang
menjadi porsi hak pemilik dana.

16 | P a g e

5).

Kerugian yang diakibatkan oleh kesalahan atau kelalaian pengelola dana diakui sebagai
beban pengelola dana.

3. PENCATATAN

TRANSAKSI

AKUNTANSI

MUDHARABAH
4.1.Pedoman pencatatan dan pelaporan akuntansi transaksi mudharabah

Mudharabah menurut PSAK 59 adalah akad kerjasama usaha antara bank sebagai
shahibul maal dan nasabah sebagai mudharib dengan nisbah pembagian hasil menurut
kesepakatan dimuka.

Rukun mudharabah :
o Ada pemilik modal(shahibul maal) dan pegelola/pengusaha (mudharib)
o Adanya modal(maal)
o Kerja attau objek usaha (proyek) dan keuntungan serta sigot atau ijab dan
qabul.
o Mudaharabah terbagi menjadi mudharabah mutlaqah(mudharabah dimana
pemilik dana memberikan kebebasan kepada pengelola dana dalam mengelola
investasinya) dan mudharabah muqayyadah ( mudharabah dimana pemilik
dana memberikan batasan kepada pengelola mengenai tempat, cara dan objek
investasi.

4.2.Contoh kasus Pencatatan Akuntansi Mudharabah dengan Penyerahan Dana


Investasi dalam Bentuk Kas
1. Bank Jayen Syariah (BJS) melakukan kerjasama bisnis dengan Ibu Yolanda, seorang
pedagang buku di Pasar Buku Shoping Yogyakarta menggunakan akad mudharabah
(BJS sebagai pemilik dana dan Yolanda sebagai pengelola dana). BJS memberikan
17 | P a g e

modal kepada Yolanda sebesar Rp 10.000.000 sebagai modal usaha pada Tanggal 1
Januari 2009 dan berakhir 31 Pebruari 2009 dengan nisbah bagi hasil : Yolanda : BJS =
75%: 25%. Buat jurnal setelah penyerahan dana
a. Jurnal Pemilik Dana (BJS) dalam Rupiah
Investasi Mudharabah

10.000.000

Kas

10.000.000

b. Jurnal Pengelola Dana (Ibu Yolanda, seorang Pedagang) dalam Rupiah


Kas Mudharabah

10.000.000

Dana Syirkah temporer

10.000.000

2. Pada Tanggal 31 Januarii 2009, hasil usaha perdagangan buku Ibu yolanda adalah:
Pendapatan

: Rp 1.000.000

Biaya-biaya

: Rp

800.000

Jurnal sebelum bagi laba sesuai nisbah


a. Jurnal Pemilik Dana (BJS) dalam Rupiah
Tidak ada
b. Jurnal Pengelola Dana (Ibu Yolanda, seorang Pedagang) dalam Rupiah
Pendapatan yang didapat dari penjualan dicatat seperti biasa, menggunakan prinsif
cash basis (karena untuk perhitungan bagi hasil)
Kas

xxx
Pendapatan

xxx

Diakhir bulan atau akhir periode ketika akan dilakukan perhitungan bagi hasil, maka akun
pendapatan harus ditutup dengan melakukan jurnal:
Pendapatan

1.000.000

Biaya

800.000

Pendapatan yang belum dibagikan

200.000

perhitungan bagi laba sesuai nisbah


18 | P a g e

Yolanda = 75% x (1.000.000-800.000) = 150.000


BJS

= 25% x (1.000.000-800.000) = 50.000

Jurnal untuk mencatat Pembayaran hasil perhitungan bagi hasil dari Yolanda kepada
pemilik dana (BJS)
a. Jurnal Pemilik Dana (BJS) dalam Rupiah
Kas

50.000
Pendapatan Bagi hasil

50.000

Jika pembayaran bagi hasil tidak dibagikan langsung kepada BJS, tetapi diakumulasikan
pembayarannya diakhir tahun, maka jurnalnya:
Piutang Mudharabah

50.000

Pendapatan bagi hasil

50.000

Diakhir tahun ketika uang pembayaran tersebut diterima oleh BJS


Kas

50.000
Piutang Mudharabah

50.000

b. Jurnal Pengelola Dana (Ibu Yolanda, seorang Pedagang) dalam Rupiah


Cost bagi hasil

50.000

Kas-Mudharabah

50.000

Jika pembayaran bagi hasil tidak dibagikan langsung kepada BJS, tetapi diakumulasikan
pembayarannya diakhir tahun, maka jurnalnya:
Cost bagi hasil

50.000

Utang Bagi Hasil mudharabah

50.000

Diakhir tahun ketika uang pembayaran tersebut diterima oleh BJS, dengan kata lain,
dibayarkan oleh Yolanda
Utang bagi hasil mudharabah
Kas Mudharabah

19 | P a g e

50.000
50.000

Jurnal untuk mencatat hasil perhitungan bagi hasil hak Pengelola dana (Ibu Yolanda)
a. Jurnal Pemilik Dana (BJS) dalam Rupiah
Tidak ada
b. Jurnal Pengelola Dana (Ibu Yolanda, seorang Pedagang) dalam Rupiah
Biaya bagi hasil

150.000

Kas Mudharabah

150.000

Jurnal untuk pembukuan pengelola dana untuk kepentingan sendi:


Kas

150.000
Pendapatan Bagi hasil

150.000

3. Seperti pada No. 2 diatas. Buatlah ayar jurnal penutup untuk bagi hasi tersebut pada 31
Januari 2009.
a. Jurnal Pemilik Dana (BJS) dalam Rupiah
Tidak ada
b. Jurnal Pengelola Dana (Ibu Yolanda, seorang Pedagang) dalam Rupiah
Pendapatan yang belum dibagikan

200.000

Cost Bagi Hasil

200.000

4. Sajikan laporan keuangan neraca dari data diatas kecuali untuk rekening kas abaikan
dulu. Dengan situasi bagi hasil langsung dibagikan diakhir bulan itu juga.
a. Neraca untuk pemilik dana
Aset
Piutang Bagi Hasil Mudharabah
Investasi Mudharabah
Penyisihan Kerugian

10.000.000
( 0)10.000.000

b. Neraca untuk Pengelola Dana


Utang
Utang Bagi Hasil Mudharabah
20 | P a g e

Dana SyirkahTemporer

10.000.000

Penyisihan Kerugian

10.000.000

5. Selama bulan Pebruari 2009, hasil pengelolaan dana adalah


Pendapatan

Rp

Biaya-biaya

800.000

Rp 1.000.000

Buatlah Jurnal untuk mencatat kerugian tersebut


a. Jurnal Pemilik Dana (BJS) dalam Rupiah
Kerugian Mudharabah

200.000

Penyisihan Kerugian Mudharabah

200.000

b. Jurnal Pengelola Dana (Ibu Yolanda, seorang Pedagang) dalam Rupiah


Pendapatan

800.000

Penyisihan Kerugian mudharabah

200.000

Biaya-biaya

1.000.000

6. Buatlah laporan keuangan neraca untuk bulan Pebruari 2009


a. Neraca untuk pemilik dana
Aset
Piutang Bagi Hasil Mudharabah
Investasi Mudharabah

10.000.000

Penyisihan Kerugian

200.000) 9.800.000

b. Neraca untuk Pengelola Dana


Utang
Utang Bagi Hasil Mudharabah
Dana SyirkahTemporer
Penyisihan Kerugian
21 | P a g e

0
10.000.000
(200.000) 9.800.000

7. Buatlah Jurnal Untuk menutup pengembalian Investasi mudharabah pada akhir akad.
a. Jurnal Pemilik Dana (BJS) dalam Rupiah
Kas

9.800.000

Penyisihan kerugian mudharabah

200.000

Investasi mudharabah

10.000.000

b. Jurnal Pengelola Dana (Ibu Yolanda, seorang Pedagang) dalam Rupiah


Dana Syirkah Temporer
Kas

10.000.000
9.800.000

Penyisihan kerugian

200.000

Contoh kasus :
misalnya terjadi perubahan peraturan pemerintah yang berakibat pada penghentian
kegiatan PT. JIT apdahal akad mudharabah belum jatuh tempo, maka bank syariah
IQTISADUNA segera menghitung saldo pembiayaan dan meminta laporan keuangan terakhir
dari PT. JIT. Saldo pembiayaan mudharabah yang dicatat oleh bank adalah sebesar Rp
300.000.000,- sedangkan PT. JIT melaporkan kerugian untuk periode berjalan sebesar Rp
50.000.000,-. Sisa pembiayaan tidak dapat diselesaikan oleh PT. JIT sehingga bank syariah
IQTISADUNA mencatatnya dalam jurnal sebagai berikut :
(Dr) piutang mudharib
Rp 250.000.000
(Dr) penyisihan kerugian pembiayaan Rp 50.000.000
mudharabah
(Cr) pembiayaan mudharabah
Pada saat pembentukan penyisihan pembiayaan mudharabah
(Dr)

beban

penyisihan
mudharabah
(Cr)
akumulasi
22 | P a g e

pembiayaan
pembiayaan
penyisihan

Rp 300.000.000

pembiayaan mudharabah
Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP)
PSAK 59 paragraf 150 menyatakan bahwa penyisihan kerugian aktiva produktif dan piutang
yang timbul dari transaksi aktiva produktif dibentuk sebesar estimasi kerugian aktiva produktif
dan piutang yang tidak dapat ditagih sesuai dengan denominasi mata uang aktiva produktif dan
piutang yang diberikan. Standar ini adalah merujuk pada peraturan bank Indonesia yaitu
tentang kualitas aktiva produktif (KAP) bagi bank syariah (PBI No. 5/7/PBI/2003 tanggal 19
mei 2003) dan penyisihan penghapusan aktiva produktif (PPAP) bagi bank syariah (PBI o.
5/7/PBI/2003 tanggal 19 Mei 2003).
Setelah dianalisis oleh perusahaan appraisal, ditentukan bahwa porsi yang harus disisihkan
untuk penyisihan mudharabah PT. JIT adalah Rp. 240.000.000,- setiap tahunnya. Jurnal yang
dibuat oleh bank syariah IQTISADUNA adalah sebagai berikut :
(Dr) beban penyisihan kerugian mudharabah Rp 240.000.000
(Cr) penyisihan kerugian mudharabah

Rp 240.000.000

Pada saat piutang dianggap non-performing


(Dr) penyisihan kerugian mudharabah
(Cr) piutang mudharabah

Rp 230.000.000
Rp 230.000.000

Pada saat penghapusan sisa penyisihan penyisihan :


(Dr) penyisihan kerugian mudharabah Rp 10.000.000
(Cr) beban penyisihan kerugian
mudharabah

23 | P a g e

Rp 10.000.000

BAB III PENUTUP


5.1KESIMPULAN
Dari bab pembahasan maka dapat ditarik kesimpulan atau dipaparkan poin-poin
penting mengenai sejarah dan perkembangan pemikiran akuntansi syariah, antara lain
sebagai berikut:
(1) Kaidah Akuntansi dalam konsep Syariah Islam dapat didefinisikan sebagai kumpulan
dasar-dasar hukum yang baku dan permanen, yang disimpulkan dari sumber-sumber
Syariah Islam.
(2) Sejarah lahirnya ilmu akuntansi syariah tidak terlepas dari perkembangan Islam,
kewajiban mencatat transaksi non tunai (QS. Al-Baqarah: 282), mendorong umat islam
peduli terhadap pencatatan dan menimbulkan tradisi pencatatan di kalangan umat, dan
hal ini merupakan salah satu faktor yang mendorong kerjasama waktu itu.
(3) Lahirnya akuntansi syariah sekaligus sebagai paradigma baru sangat terkait dengan
kondisi objektif yang melingkupi umat islam secara khusus dan masyarakat dunia
secara umum. Kondisi tersebut meliputi: norma agama, kontribusi umat islam pada
masa lalu, sistem ekonomi kapitalis yang berlaku saat ini, dan perkembangan
pemikiran.
24 | P a g e

(4) Pengembangan akuntansi pada negara Islam dimotivasi oleh agama dan diasosiasikan
dengan kewajiban zakat pada tahun 2 H (624), akuntansi nampaknya dimulai dengan
pendirian Dewans untuk pencatatan Baitul Mal pendapatan dan pengeluaran. Tanggal
yang pasti aplikasi pertama kali sistem akuntansi pada negara Islam tidak diketahui,
namun sistem tersebut didokumentasikan pertama kalinya oleh Al-Khawarizmy pada
tahun 365 H (976). Sistem akuntansi disusun untuk mrefleksikan tipe proyek yang
dikerjakan oleh negara Islam sejalan dengan pemenuhan terhadap syara.
(5) Di Indonesia sejak pertama kali tahun 1997, istilah akuntansi syariah diluncurkan,
wacana ini menggema dan berkembang begitu cepat. Bahkan akuntansi Syariah ini
membelah menjadi dua bagian- yaitu akuntansi syariah filosofis teoritis dan akuntansi
syariah praktis
(6) Perkembangan akuntansi syariah di Indonesia tidak dapat dilepaskan dari proses
pendirian Bank Syariah. Pendirian Bank Muamalat Indonesia (BMI) merupakan
landasan awal diterapkannya ajaran Islam menjadi pedoman bermuamalah.

5.2.SARAN
Akuntansi syariah merupakan salah satu disiplin ilmu yang sudah tidak asing dewasa
ini dan menjadi salah satu cabang dari ilmu akuntansi yang patut diperhitungkan dan wajib
untuk dipelajari dan diketahui keberadaannya.
Saat ini sudah banyak bermunculan bank syariah yang menggunakan prinsip akuntansi
syariah dalam menjalankan kegiatan operasionalnya sehari-hari. Oleh karenanya disiplin
ilmu ini sudah menjadi kepatutan untuk dipelajari karena akan menambah ilmu
pengetahuan kita serta memberikan banyak faedah bagi kehidupan kita terutama
mahasiswa jurusan akuntansi. Jadi saran dari penyusun adalah agar kita dapat memahami
sejarah cikal bakal perkembangan pemikiran akuntansi syariah sebelum kita mempelajari
lebih jauh tentang apa itu akuntansi syariah. Karena dengan mempelajari sejarahnya maka
kita dapat lebih menghargai ilmu yang terkandung didalamnya serta dapat memperluas
ilmu pengetahuan kita.
25 | P a g e

DAFTAR PUSTAKA
Sumber : MUI (Majelis Ulama Indonesia)
Nurhayati, Sri dan Wasilah. 2008. Akuntansi Syariah di Indonesia. Jakarta: Salemba Empat
Sumber: Muhammad, Rifqi.2008.Akuntansi Keuangan Syariah.Yogyakarta:P3EI
http://dedimavlana.blogspot.com/2012/02/v-behaviorurldefaultvmlo.html

26 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai