Anda di halaman 1dari 20

KOMPETENSI

AUDITOR
KELOMPOK 3 :
BALQIS ISTIQAMAH HARDI 02320160098
NURUL HASANAH 02320160101
NANI MUSRIANI SYUAIB 02320160122
NISRIN MUTRIF 02320160152

KELAS C1
Pengertian Kompetensi Auditor

• Kompetensi menunjukkan kredibilitas atau kemampuan yang dimiliki


seorang individu untuk melakukan pekerjaan tertentu.
• Sedangkan Trotter (1986) dalam Saifuddin (2004) mendefinisikan
bahwa seorang yang berkompeten adalah orang yang dengan
ketrampilannya mengerjakan pekerjaan dengan mudah, cepat, intuitif
dan sangat jarang atau tidak pernah membuat kesalahan.
Pengertian Kompetensi Auditor

• Adapun Bedard (1986) dalam Sri lastanti (2005:88) mengartikan


keahlian atau kompetensi sebagai seseorang yang memiliki
pengetahuan dan ketrampilan prosedural yang luas yang ditunjukkan
dalam pengalaman audit.
• Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
kompetensi auditor adalah auditor yang dengan pengetahuan dan
pengalaman yang cukup dan eksplisit dapat melakukan audit secara
objektif, cermat dan seksama.
Kompetensi Auditor

Standar umum pertama (SA seksi 210 dalam SPAP 2001) menyebutkan
bahwa audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki
keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor

sedangkan standar umum ketiga (SA seksi 230 dalam SPAP, 2001)
menyebutkan bahwa dalam pelaksanaan audit dan penyusunan
laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalitasnya
dengan cermat dan seksama (due professional care)
• Adapun kompetensi menurut De Angelo (1981) dalam Kusharyanti (2002) dapat dilihat
dari berbagai sudut pandang yakni sudut pandang auditor individual, audit tim dan
Kantor AkuntanPublik (KAP). Masing-masing sudut pandang akan dibahas lebih
mendetail berikut ini :

1) Kompetensi Auditor Individual.


Ada banyak faktor yang mempengaruhi kemampuan auditor, antara lain pengetahuan
dan pengalaman. Untuk melakukan tugas pengauditan, auditor memerlukan
pengetahuan pengauditan (umum dan khusus) dan pengetahuan mengenai bidang
pengauditan, akuntansi dan industri klien. Selain itu diperlukan juga pengalaman dalam
melakukan audit. Seperti yang dikemukakan oleh Libby dan Frederick (1990) bahwa
auditor yang berpengalaman mempunyai pemahaman yang lebih baik atas laporan
keuangan sehingga keputusan yang diambil bisa lebih baik.
2) Kompetensi Audit Tim
Standar pekerjaan lapangan yang kedua menyatakan bahwa jika pekerjaan
menggunakan asisten maka harus disupervisi dengan semestinya. Dalam suatu
penugasan, satu tim audit biasanya terdiri dari auditor yunior, auditor senior, manajer
dan partner. Tim audit ini dipandang sebagai faktor yang lebih menentukan kualitas
audit (Wooten,2003). Kerjasama yang baik antar anggota tim, profesionalime,
persistensi, skeptisisme, proses kendali mutu yang kuat, pengalaman dengan klien, dan
pengalaman industri yang baik akan menghasilkan tim audit yang berkualitas tinggi.
Selain itu, adanya perhatian dari partner dan manajer pada penugasan ditemukan
memiliki kaitan dengan kualitas audit.

3) Kompetensi dari Sudut Pandang KAP.


Besaran KAP menurut Deis & Giroux (1992) diukur dari jumlah klien dan persentase dari
audit fee dalam usaha mempertahankan kliennya untuk tidak berpindah pada KAP yang
lain.
• Lebih spesifik lagi Dreyfus dan Dreyfus (1986) dalam Elfarini (2007) membedakan
proses pemerolehan keahlian menjadi 5 tahap.

1) Novice, yaitu tahap pengenalan terhadap kenyataan dan membuat pendapat


hanya berdasarkan aturan-aturan yang tersedia. Keahlian pada tahap
pertama ini biasanya dimiliki oleh staf audit pemula yang baru lulus dari
perguruan tinggi.
2.Advanced Beginner
Pada tahap ini auditor sangat bergantung pada aturan dan tidak
mempunyai cukup kemampuan untuk merasionalkan segala tindakan
audit, namun demikian, auditor pada tahap ini mulai dapat membedakan
aturan yang sesuai dengan suatu tindakan.

3.Competence
Pada tahap ini auditor harus mempunyai cukup pengalaman untuk
menghadapi situasi yang kompleks. Tindakan yang diambil disesuaikan
dengan tujuan yang ada dalam pikirannya dan kurang sadar terhadap
pemilihan, penerapan, dan prosedur aturan audit.
4.Profiency
Pada tahap ini segala sesuatu menjadi rutin, sehingga dalam bekerja auditor
cenderung tergantung pada pengalaman yang lalu. Intuisi mulai digunakan
dan pada akhirnya pemikiran audit akan terus berjalan sehingga diperoleh
analisis yang substansial.

5.Expertise
Pada tahap ini auditor mengetahui sesuatu karena kematangannya dan
pemahamannya terhadap praktek yang ada. Auditor sudah dapat membuat
keputusan atau menyelesaikan suatu permasalahan. Dengan demikian
segala tindakan auditor pada tahap ini sangat rasional dan mereka
bergantung pada intuisinya bukan pada peraturan-peraturan yang ada.
Pengaruh Kompetensi Auditor Terhadap Kualitas Audit

Kompetensi auditor adalah auditor yang dengan pengetahuan dan


pengalamannya yang cukup dan eksplisit dapat melakukan audit secara
objektif, cermat dan seksama. Oleh karena itu dapat dipahami bahwa
seorang auditor yang memiliki pengetahuan dan pengalaman yang
memadai akan lebih memahami dan mengetahui berbagai masalah secara
lebih mendalam dan lebih mudah dalam mengikuti perkembangan yang
semakin kompleks dalam lingkungan audit kliennya.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi kompetensi yang
dimiliki auditor maka semakin tinggi pula kualitas audit yang
dihasilkannya.
Pengertian Pengetahuan

• Pengetahuan audit diartikan dengan tingkat pemahaman auditor terhadap


sebuah pekerjaan, secara konseptual atau teoritis
• Pengetahuan diukur dari seberapa tinggi pendidikan seorang auditor karena
dengan demikian auditor akan mempunyai semakin banyak pengetahuan
(pandangan) mengenai bidang yang digelutinya sehingga dapat mengetahui
berbagai masalah secara lebih mendalam, selain itu auditor akan lebih
mudah dalam mengikuti perkembangan yang semakin kompleks,
menemukan bahwa pengetahuan akan mempengaruhi keahlian audit yang
pada gilirannya akan menentukan kualitas audit, Harhinto (2004).
Pengertian Pengetahuan

• Kusharyanti (2013). Pengetahuan akuntan publik bisa diperoleh dari


berbagai pelatihan formal maupun dari pengalaman khusus, berupa kegiatan
seminar, lokakarya serta pengarahan dari auditor senior kepada auditor
yuniornya. Pengetahuan juga bisa diperoleh dari frekuensi seorang akuntan
publik melakukan pekerjaan dalam proses audit laporan keuangan
(Widiyastuti dan Pamudji, 2009). Seseorang yang melakukan pekerjaan
sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya akan memberikan hasil yang
lebih baik daripada mereka yang tidak memiliki pengetahuan yang cukup
memadai akan tugasnya.
Pengaruh Pengetahuan Terhadap Kualitas Audit

Menurut Brown dan Stanner (1983), perbedaan pengetahuan di


antara auditor akan berpengaruh terhadap cara auditor menyelesaikan
sebuah pekerjaan.

Dalam melaksanakan audit, auditor harus bertindak sebagai seorang


ahli dalam bidang akuntansi dan auditing. Harhinto (2004) menemukan
bahwa pengetahuan akan berpengaruh positif pada kualitas audit, dimana
salah satu indikasi kualitas audit yang baik adalah jika kecurangan maupun
kekeliruan dapat dideteksi (Alim, dkk., 2007). Dalam mendeteksi sebuah
kesalahan, seorang auditor harus didukung dengan pengetahuan tentang apa
dan bagaimana kesalahan tersebut terjadi (Mardisar dan Sari, 2007).
Pengertian Pengalaman

Pengalaman kerja seseorang menunjukkan jenis-jenis pekerjaan yang pernah


dilakukan seseorang dan memberikan peluang yang besar bagi seseorang untuk melakukan
pekerjaan yang lebih baik. Semakin luas pengalaman kerja seseorang, semakin terampil
melakukan pekerjaan dan semakin sempurna pola berpikir dan sikap dalam bertindak untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Abriyani, 2011).

Menurut Suraida (2005) pengalaman audit adalah pengalaman auditor dalam


melakukan audit laporan keuangan baik dari segi lamanya waktu maupun banyaknya
penugasan yang pernah ditangani. Suraida (2005) menemukan bahwa semakin banyak
pengalaman auditor semakin dapat menghasilkan berbagai macam dugaan dalam
menjelaskan temuan audit. Pengalaman pada penelitian Singgih dan Bawono (2010)
menggunakan dua indikator yaitu : 1) Lamanya menjadi auditor, 2) Frekuensi pekerjaan
pemeriksaan
Pengaruh Pengalaman Dengan Kualitas Audit

• Auditor yang berpengalaman diasumsikan dapat memberikan kualitas audit yang lebih
baik dibandingkan dengan auditor yang belum berpengalaman. Hal ini dikarenakan
pengalaman akan membentuk keahlian seseorang baik secara teknis maupun secara psikis.

Secara psikis, pengalaman akan membentuk pribadi seseorang, yaitu akan membuat
seseorang lebih bijaksana baik dalam berpikir maupun bertindak, karena pengalaman
seseorang akan merasakan posisinya saat dia dalam keadaan baik dan saat dia dalam
keadaan buruk. Seseorang akan semakin berhati- hati dalam bertindak ketika ia
merasakan fatalnya melakukan kesalahan.
Secara teknis, semakin banyak tugas yang dia kerjakan, akan semakin
mengasah keahliannya dalam mendeteksi suatu hal yang memerlukan
treatment atau perlakuan khusus yang banyak dijumpai dalam
pekerjaannya dan sangat bervariasi karakteristiknya (Aji, 2009: 5). Jadi
dapat dikatakan bahwa seseorang jika melakukan pekerjaan yang sama
secara terus menerus, maka akan menjadi lebih cepat dan lebih baik dalam
menyelesaikannya. Hal ini dikarenakan dia telah benar-benar memahami
teknik atau cara menyelesaikannya, serta telah banyak mengalami
berbagai hambatan-hambatan dalam pekerjaannya tersebut, sehingga
dapat lebih cermat dan berhati-hati menyelesaikannya.
Pengertian Due Professional Care
• Due professional care memiliki arti kemahiran profesional yang cermat dan
seksama.

Menurut PSA No. 4 SPAP (2001), kecermatan dan keseksamaan dalam


penggunaan kemahiran profesional menuntut auditor untuk melaksanakan
skeptisme profesional, yaitu suatu sikap auditor yang berpikir kritis terhadap bukti
audit dengan selalu mempertanyakan dan melakukan evaluasi terhadap bukti audit
tersebut. Penggunaan kemahiran profesional dengan cermat dan seksama
memungkinkan auditor untuk memperoleh keyakinan memadai bahwa laporan
keuangan bebas dari salah saji material, baik yang disebabkan oleh kekeliruan
maupun kecurangan.
Pengertian Due Professional Care

• Kecermatan dan keseksamaan menuntut auditor untuk selalu


melaksanakan skepticme professional, yaitu suatu sikap yang
mengharuskan auditor untuk berpikir kritis terhadap bukti audit yang
ada dengan selalu mempertanyakan dan melakukan evaluasi terhadap
bukti audit tersebut, berhat-hati dalam bertugas, serta tidak ceroboh
dalam melakukan pemeriksaan dan memiliki keteguhan dalam
melaksanakan tanggung jawab (Febriyanti R, 2014).
Pengaruh Due Professional Care Dengan Kualitas Audit

Due professional care merupakan hal yang penting yang harus diterapkan setiap
akuntan publik dalam melaksanakan pekerjaan profesionalnya agar dicapai kualitas
audit yang memadai. Due professional care menyangkut dua aspek, yaitu skeptisme
profesional dan keyakinan yang memadai. Hasil penelitian Kopp, Morley, dan Rennie
dalam Mansur (2007: 38) membuktikan bahwa masyarakat mempercayai laporan
keuangan jika auditor telah menggunakan sikap skeptis profesionalnya (professional
skepticism) dalam proses pelaksanaan audit.

jika auditor gagal dalam menggunakan sikap skeptis atau penerapan sikap skeptis
yang tidak sesuai dengan kondisi pada saat pemeriksaan, maka opini audit yang
diterbitkannya tidak berdaya guna dan tidak memiliki kualitas audit yang baik.
SEKIAN & TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai