DISUSUN OLEH
PENDAHULUAN
Salah satu agenda reformasi di Indonesia adalah mewujudkan tata Kelola pemerintahan
yang baik (good governance). Menurut Triyono (2007) dalam Evayanti (2009), prinsip -prinsip
pemerintahan yang baik meliputi : akuntabilitas di artikan sebagai kewajiban untuk
mempertanggungjawabkan kinerjanya, keterbukaan dan transparansi dalam arti masyarakat
tidak hanya dapat mengakses suatu kebijakan tetapi juga ikut berperan dalam proses
perumusannya, ketaatan pada hukum dalam arti seluruh kegiatan didasarkan pada aturan
hukum yang berlaku dan aturan hukum tersebut dilaksanakan secara adil dan konsisten serta
partisipasi masyarakat dalam berbagai kegiatan pemerintahan umum dan pembangunan.
Sistem pemerintahan yang baru mengacu pada akuntan publik yaitu pelaporan
pertanggungjawaban pemerintah daerah ditujukan kepada pemerintah pusat dan masyarakat
melalui DPRD sedangkan system yang lama hanya pada pemerintah pusat saja.
Terdapat 3 pertanggungjawaban keuangan daerah : pertanggungjawaban pembiayaan
pelaksanaan dekonsentrasi, pembiayaan pelaksanaan pembantuan, pertanggungjawaban
anggaran pendapatan dan belanja daerah APBD. Sementara di pemerintah pusat yaitu
pertanggungjawaban anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN).
Semangat reformasi di bidang politik, pemerintahan dan pembangunan serta
kemasyarakatan telah mewarnai upaya pendayagunaan aparatur negara dengan tuntutan
mewujudkan administrasi negara yang mampu mendukung kelancaran tugas dan fungsi
penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan dengan menetapkan prinsip good
governance.
Melalui pengukuran kinerja, keberhasilan suatu instansi pemerintah akan lebih di lihat dari
kemampuan instansi tersebut, berdasarkan sumber daya yang dikelolanya sesuai dengan
rencana yang telah di susun. Untuk mencapai tujuan organisasi, di perlukan system
pengendalian manajemen organisasi sektor public. Salah satu upaya mereformasi sistem
pengendalian manajemen pada system keuangan negara (daerah) pada era otonomi daerah
adalah diperkenalkannya konsep pusat pertanggungjawaban.
KESIMPULAN
System pengendalian manajemen memiliki dua unsur penting, yaitu sebagai berikut :
1. Struktur pengendalian manajemen
2. Proses pengendalian manajemen. Struktur pengendalian manajemen terdiri atas:
a. Pusat – pusat pertanggungjawaban
b. Penilaian prestasi pusat pertanggungjawaban. Struktur pengendalian manajemen
menggolongkan suatu organisasi kedalam pusat – pusat pertanggungjawaban yang
dapat dikelompokkan menjadi :pusat pendapatan, pusat biaya, pusat laba, dan pusat
investasi
Pusat pertanggungjawaban digunakan untuk menunjukkan unit organisasi yang akan di
Kelola oleh seorang manajer yang bertanggung jawab. Efisiensi dan efektivitas merupakan 2
macam kriteria yang biasa digunakan untuk menentukan prestasi suatu pusat
pertanggungjawaban. Agar kegiatan dapat dipertanyakan dapat dilaksanakan dengan efisien,
efektif, dan hemat maka kegiatan tersebut perlu direncanakan, dikoordinasi, dan di kendalikan.
Pemeriksaan manajer dapat digunakan untuk mengevaluasi efisien, efektivitas, dan kehematan
pelaksanaan yang dilakukan oleh pusat – pusat pertanggungjawaban.
Seorang manajer puncak harus dapat menetapkan jenis pusat pertanggungjawaban yang
tepat bagi organisasi yang dipimpinnya sebagai kendaraan untuk mencapai tujuan organisasi
dan harus mampu membuat kebijakan serta Menyusun struktur organisasi yang sesuai.
Pusat laba adalah jenis pertanggungjawaban yang terbaik. Namun perlu diketahui pusat
laba juga bukannya tanpa kelemahan. Kelemahannya itu adalah munculnya perselisihan antar
unit bisnis mengenai harga transfer produk dan adanya kepentingan manajer unit bisnis untuk
lebih memfokuskan profit jangka pendek terkait dengan penilaian kinerjanya. Untuk dapat
meminimalkan akibat dari kelemahan – kelemahan itu, diperlukan pengawasan koordinasi
yang baik oleh manajemen diatasnya dalam bentuk kebijakan – kebijakan sehingga
pelaksanaannya tidak melenceng dari tujuan organisasi.
SUMBER :
Halim, Abdul dan Muhammad Syam Kusufi. Tahun. Teori, Konsep, dan Aplikasi
Akuntansi Sektor Publik. Jakarta: Salemba Empat
CHAPTER 9 (BUKU ABDUL HALIM)
PENGUKURAN KINERJA DI PEMERINTAH : TEORI DAN APLIKASI
PENDAHULUAN
Pada dasarnya tipe pengendalian manajemen dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu:
1. Pengendalian preventif merupakan pengendalian manajemen yang terkait dengan
perumusan strategi dan perencanaan strategis yang dijabarkan dalam program dan
kegiatan.
2. Pengendalian operasional merupakan pengendalian manajemen terkait dengan
pengawasan pelaksanaan program yang telah ditetapkan melalui anggaran. Dalam
konteks ini, anggaran sebagai penghubung antara perencanaan dengan pengendalian.
3. Pengendalian kinerja berupa evaluasi terhadap kinerja program dan kegiatan yang telah
dilaksanakan sesuai dengan tolok ukur kinerja yang telah ditetapkan. Tolok ukur kinerja
digunakan sebagai dasar untuk menilai apakah suatu program dan kegiatan dinyatakan
berhasil atau gagal. Untuk menyusun kinerja yang sesuai diperlukan sistem pengukuran
kinerja. Sistem pengukuran kinerja yang andal merupakan kunci sukses dari suatu
organisasi.
PENGUKURAN KINERJA DAN FUNGSI PENGENDALIAN MANAJEMEN
ORGANISASI SEKTOR PUBLIK
Pengendalian manajemen sudah melekat dengan keberadaan organisasi. Artinya fungsi
pengendalian manajemen dalam suatu organisasi ada sejak organisasi tersebut berdiri dan akan
tetap ada seiring dengan keberlangsungan organisasi.
Mahmudi (2007) membagi fungsi pengendalian menjadi dua jenis yaitu
(a) Pengendalian formal dilakukan melalui saluran komunikasi formal berupa aktivitas-
aktivitas resmi organisasi yang bersifat rutin, seperti perumusan strategi, perencanaan
strategis, penganggaran, operasionalisasi anggaran, dan evaluasi kinerja.
(b) Pengendalian informal dilakukan melalui jalur komunikasi informal seperti komunikasi
langsung, pertemuan informal, diskusi, memo, observasi ke lapangan, jamuan atau
disebut juga melalui metode management by walking around. Desain sistem
pengendalian manajemen yang baik adalah desain yang mampu menyelaraskan antara
pengendalian manajemen formal dan informal.
Sistem pengukuran kinerja sektor publik adalah suatu sistem yang bertujuan untuk
membantu manajer publik menilai capaian suatu strategi melalui tolok ukur kinerja yang
diterapkan. Tolok ukur kinerja tersebut dapat berupa pengukuran kinerja keuangan dan
nonkeuangan.
Mahmudi mengidentifikasi tujuan dilakukannya pengukuran kinerja pada organisasi sektor
publik yaitu
a. Mengetahui tingkat ketercapaian tujuan organisasi;
b. Menyediakan sarana pembelajaran bagi pegawai;
c. Memperbaiki kinerja untuk periode berikutnya;
d. Memberikan pertimbangan yang sistematik dalam pembuatan keputusan pemberian
reward dan punishment;
e. Memotivasi pegawai;
f. Menciptakan akuntabilitas publik.
Sedangkan manfaat disusunnya pengukuran kinerja bagi organisasi pemerintahan adalah
a. Memberikan pemahaman mengenai ukuran yang digunakan untuk menilai kinerja
manajemen;
b. Memberikan arah untuk mencapai target kinerja yang telah ditetapkan;
c. Untuk memonitor dan mengevaluasi pencapaian kinerja dan membandingkannya dengan
target kinerja serta melakukan tindakan korektif untuk memperbaiki kinerja;
d. Sebagai dasar untuk memberikan penghargaan dan hukuman (reward and punishment)
secara objektif atas pencapaian prestasi yang diukur sesuai dengan sistem pengukuran
kinerja yang telah disepakati;
e. Sebagai alat komunikasi antara bawahan dan pimpinan dalam rangka memperbaiki
kinerja organisasi;
f. Membantu mengidentifikasi apakah kepuasan pelanggan sudah terpenuhi;
g. Membantu memahami proses kegiatan instansi pemerintah;
h. Memastikan bahwa pengambilan keputusan dilakukan secara objektif.
Berdasarkan tujuan dan manfaat diatas, pengukuran kinerja sektor publik dilakukan untuk
memenuhi tiga maksud, adalah sebagai berikut :
1. Pengukuran kinerja sektor publik dimaksudkan untuk membantu memperbaiki kinerja
pemerintah, maksudnya adalah untuk membantu pemerintah berfokus pada tujuan dan
sasaran program unit kerja. Akibatnya, hal ini dapat meningkatkan efisiensi dan
efektivitas organisasi sektor publik dalam memberikan pelayanan publik.
2. Ukuran kinerja sektor publik digunakan untuk pengalokasian sumber daya dan
pembuatan keputusan.
3. Ukuran kinerja sektor publik dimaksudkan untuk mewujudkan akuntabilitas publik dan
memperbaiki komunikasi kelembagaan.
KESESUAIAN DESAIN PENGUKURAN KINERJA DENGAN DESAIN SISTEM
PENGENDALIAN MANAJEMEN
Pengukuran kinerja merupakan alat bagi manajemen untuk menilai keberhasilan organisasi.
Dalam organisasi sektor publik, keberhasilan organisasi dinilai dari kemampuan organisasi
dalam menyediakan pelayanan publik yang murah dan berkualitas.
Sudrajat menyebutkan faktor-faktor yang perlu menjadi pertimbangan dalam menyusun
sistem pengendalian manajemen yaitu :
1. Desain sistem pengendalian tergantung pada karakteristik lingkungan yang dihadapi.
Pemahaman terhadap karakteristik lingkungan organisasi merupakan dasar untuk
merancang sistem pengendalian yang efektif. Pendekatan ini dinamakan pendekatan
kondisional/ kontinjensi yang diperlukan untuk menciptakan sistem pengukuran kinerja
yang andal.
2. Paradigma, merupakan peta yang menggambarkan kondisi lingkungan yang dihadapi
oleh suatu organisasi.
3. Sistem terdiri atas dua bagian yaitu proses dan struktur. Proses terkait dengan tahapan
yang harus dilalui, sedangkan struktur terkait dengan komponen-komponen yang
berkaitan satu dengan yang lainnya secara bersama- sama.
4. Keahlian manajerial. Keahlian diperlukan untuk menjalankan sistem yang telah
dirancang.
KONSEP VALUE FOR MONEY PADA PENGUKURAN KINERJA
Konsep value for money (VFM) merupakan konsep untuk mengukur ekonomi, efektivitas
dan efisiensi kinerja program, kegiatan dan organisasi. Konsep VFM ialah inti dari pengukuran
kinerja sektor publik.
Pengukuran ekonomi
Dalam konteks organisasi pemerintahan, ukuran ekonomi berupa berapa anggaran yang
dialokasikan untuk membiayai aktivitas tertentu. Pada pengukuran ekonomi berhubungan
dengan menjawab pertanyaan- pertanyaan sebagai berikut :
a. Apakah biaya organisasi lebih besar dari yang telah dianggarkan oleh organisasi
b. Apakah biaya organisasi lebih besar dari biaya organisasi lain yang sejenis yang dapat
diperbandingkan?
c. Apakah organisasi telah menggunakan sumber daya keuangannya secara optimal ?
Pengukuran efisiensi
Dalam pengukuran kinerja value for money, efisiensi dapat dibagi menjadi dua yaitu (a)
efisiensi alokasi ( efisiensi 1) dan (b) efisiensi teknis atau manajerial ( efisiensi 2) . Efisiensi
alokasi terkait dengan kemampuan untuk mendayagunakan sumber daya input pada tingkat
kapasitas optimal. Efisiensi teknik terkait dengan kemampuan mendayagunakan sumber daya
input pada tingkat output tertentu.
Perbaikan terhadap efisiensi dapat dilakukan dengan berapa cara antara lain
1. Meningkatkan output pada tingkat input yang sama;
2. Meningkatkan output dalam proporsi yang lebih besar daripada proporsi peningkatan
input;
3. Menurunkan input pada tingkat output yang sama;
4. Menurunkan input pada tingkat proporsi yang lebih besar daripada proporsi peningkatan
output.
Pengukuran efektivitas
Efektivitas adalah ukuran berhasil tidaknya suatu organisasi mencapai tujuannya.
Pengukuran efektivitas mengukur hasil akhir dari suatu pelayanan yang dikaitkan dengan
outputnya. Indikator efektivitas menggambarkan jangkauan akibat dan dampak(outcome) dari
keluaran (output) program dalam mencapai tujuan program.
SUMBER :
Halim, Abdul dan Muhammad Syam Kusufi. Tahun. Teori, Konsep, dan Aplikasi
Akuntansi Sektor Publik. Jakarta: Salemba Empat
RESUME
DISUSUN OLEH
Hertianti, Ayuningtyas dan Deddi Nordiawan. 2014. Akuntansi Sektor Publik. Jakarta:
Salemba Empat
https://www.scribd.com/document/331341703/Format-Laporan-Realisasi-Anggaran
https://www.academia.edu/7057552/15_PSAK_45_Contoh_Laporan_Arus_Kas
RESUME
DISUSUN OLEH
SUMBER :
Halim, Abdul dan Muhammad Syam Kusufi. Tahun. Teori, Konsep, dan Aplikasi
Akuntansi Sektor Publik. Jakarta: Salemba Empat
Hertianti, Ayuningtyas dan Deddi Nordiawan. 2014. Akuntansi Sektor Publik. Jakarta:
Salemba Empat