Anda di halaman 1dari 28

Selasa, 08 Desember 2020

RINGKASAN MATERI KULIAH


RPS 13
Audit Kinerja Sektor Publik

MATA KULIAH : AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK


Dosen Pengampu : Dr. Dra. Gayatri., M.Si., Ak., CA., ACPA

Disusun Oleh :
KELOMPOK 1
1. Ni Luh Putu Priska Sri Utami (1907531043) / Ketua Kelompok
2. Iloh Maitri Padma Dewi (1907531052) / Anggota
3. Ni Luh Ayu Linda Diana Sari (1907531055) / Anggota
4. Putu Friska Devi Lionita Putri (1907531058) / Anggota

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
TAHUN 2020

1
13.1 Audit, Pertanggungjawaban Pemerintah dan Auditor Sektor Publik

13.1.1 Pengertian Audit Sektor Publik


Audit pada organisasi sektor publik telah menjadi isu yang penting dalam rangka
mewujudkan good governance. Audit merupakan suatu investigasi independen terhadap
beberapa aktivitas khusus. Mekanisme audit merupakan sebuah mekanisme yang dapat
menggerakkan makna akuntabilitas di dalam pengelolaan sektor pemerintahan, Badan Usaha
Milik Negara (BUMN), atau instansi pengelola aset negara lainnya.

13.1.2 Cakupan Audit Sektor Publik


1. Audit Umum dan Audit Keuangan
2. Audit Operasional, Audit Manajemen, Audit atas Program dan Audit Kinerja
3. Audit Komprehensif
4. Post Audit
5. Audit Khusus
6. Audit Fraud
7. Evaluasi
8. Audit Pajak
9. Audit Sosial
10. Audit Mutu
11. Audit Tunggal
12. Audit Berbasis Resiko
13. Audit Ketaatan
14. Due Deligence Audit
15. Audit Lingkungan
16. Katalisator
17. Objek Pemeriksaan
18. Electronic Data Processing
19. Audit Eksternal dan Audit Internal

13.1.3 Obyek Audit Sektor Publik


Objek audit sektor publik meliputi keseluruhan organisasi di sektor publik dan/atau
kegiatan yang dikelola oleh organisasi sektor publik tersebut dalam rangka mencapai tujuannya.
Setiap objek audit memiliki wewenang dan tanggung jawab yang berbeda-beda sesuai dengan
karakteristik dan sistem pendelegasian wewenang yang diselenggarakan pada organisasi
tersebut. Dalam suatu divisi yang dikelola secara terdesentralisasi, pimpinan departemen/divisi
2
memiliki wewenang dan tanggung jawab untuk mengatur departemen/divisi tersebut seperti
suatu organisasi yang berdiri sendiri.
Perencanaan, pengelolaan, pengendalian, pengambilan keputusan yang berkaitan dengan
departemen/divisi menjadi wewenang dan tanggung jawab pimpinan departemen/divisi, yang
akan dipertanggungjawabkan bersamaan dengan penyajian laporan departemen/divisi kepada
pimpinan organisasi. Suatu departemen/divisi dalam organisasi publik dapat berupa
kementerian, pemerintah daerah, badan usaha milik negara, badan layanan umum, dan lainnya.
Departemen/bagian dalam suatu organisasi sektor publik memiliki wewenang dan tanggung
jawab utama pada departemen/divisi tersebut.
Untuk mencapai tujuannya, objek audit menetapkan berbagai program yang
pelaksanaannya dijabarkan ke dalam berbagai bentuk kegiatan. Setiap program-program/
aktivitas yang diselenggarakan pada setiap departemen/ divisi harus selaras dengan tujuan
organisasi secara keseluruhan. Oleh karena itu, auditor harus memahami tujuan organisasi dan
berbagai program/ aktivitas yang diselenggarakan untuk mendapatkan pemahaman tentang
keselarasan tujuan tersebut.
Dalam pemahaman terhadap objek audit, auditor harus mendapatkan informasi tentang
sumber daya atau kapasitas aktivitas yang dimiliki objek audit dalam melaksanakan berbagai
kegiatan. Di samping itu, metode operasi atau cara pelaksanaan kegiatan juga harus menjadi
perhatian penting karena dari hubungan antara metode operasi dengan ketersediaan sumber
daya, auditor akan mendapatkan informasi awal apakah suatu kegiatan telah dilaksanakan
dengan ekonomis, efisien dan efektif dalam mencapai tujuannya.

13.1.4 Ideologi Audit Sektor Publik


Secara etimologis, ideologi berasal dari bahasa Yunani yaitu idea dan logia. Idea berasal
dari idein yang berarti melihat. Idea juga diartikan sesuatu yang ada di dalam pikiran sebagai
hasil perumusan sesuatu pemikiran atau rencana. Kata logia mengandung makna ilmu
pengetahuan atau teori, sedang kata logis berasal dari kata logos dari kata legein yaitu berbicara.
Ideologi didefinisikan sebagai satu aturan yang bertautan luas antara ideide dan
keyakinan tentang dunia, yang diselenggarakan oleh sekelompok orang yang menunjukkan
perilaku dan percakapan ke berbagai orang atau masyarakat. Sistem kepercayaan ini biasanya
dilihat sebagai “cara atau hal yang benar” oleh kelompok di antara mereka, dan mereka menjadi
cara untuk memahami dunia.
Dalam pengertian lain, ideologi adalah kumpulan ide atau gagasan. Kata ideologi sendiri
diciptakan oleh Destutt de Tracy pada akhir abad ke-18 untuk mendefinisikan “sains tentang
ide”. Ideologi dapat dianggap sebagai visi yang komprehensif, sebagai cara memandang segala
3
sesuatu, secara umum jika ideologi dilihat dalam kehidupan sehari hari dan beberapa arah
filosofis jika ideologi dilihat sebagai ideologi politis, dapat dipahami sebagai sekelompok ide
yang diajukan oleh kelas yang dominan pada seluruh anggota masyarakat. Tujuan utama dibalik
ideologi adalah untuk menawarkan perubahan melalui proses pemikiran normatif. Ideologi
adalah sistem pemikiran abstrak (tidak hanya sekadar pembentukan ide) yang diterapkan pada
masalah publik, sehingga membuat konsep ini menjadi inti politik.
Dari berbagai pengertian ideologi di atas, ideologi audit dapat diartikan sebagai satu
aturan yang bertautan luas antara ide-ide dan keyakinan tentang dunia yang diselenggarakan
oleh sekelompok orang dalam hal ini auditor, yang diterapkan dalam proses pengumpulan dan
pengevaluasian bahan bukti tentang informasi yang dapat diukur mengenai suatu entitas
ekonomi (organisasi sektor publik).
Ideologi audit terdapat di negara demokratis, di mana negara harus bertanggung jawab
atas integritas, kinerja dan kepengurusan, sehingga pemerintah harus menyediakan informasi
yang berguna untuk menaksir akuntabilitas serta membantu dalam pengambilan keputusan
ekonomi, sosial dan politik. Pemerintah adalah entitas pelapor (reporting entity) yang harus
membuat laporan keuangan. Audit dalam hal ini berfungsi memeriksa dan memberikan opini
terkait laporan yang dihasilkan tersebut.

13.1.5 Ideologi Audit Sektor Publik


Ideologi audit dapat diartikan sebagai satu aturan yang bertautan luas antara ide-ide dan
gagasan serta keyakinan auditor yang diterapkan dalam pengumpulan dan pengevaluasian bahan
bukti untuk menilai kewajaran penyajian informasi yang disiapkan oleh suatu entitas ekonomi
dalam organisasi sektor publik. Ideologi audit terdapat di negara demokratis, dimana negara
bertanggungjawan atas integritas, kinerja, dan kepengurusan, sehingga pemerintah harus
menyediakan informasi yang berguna untuk menaksir akuntabilitas dalam proses pengambilan
keputusan ekonomi, sosial, dan politik.
Pemerintah sebagai entitas pelaporan (reporting entity) berkewajiban untuk membuat
laporan keuangan. Sedangkan audit dalam hal ini berfungsi memeriksa dan mendeteksi adanya
kesalahan saji material dan menilai kewajaran serta memberikan opini terkait dengan informasi
dalam laporan keuangan yang disajikan pemerintah tersebut.

13.1.6 Proses Audit Sektor Publik


Konsepsi audit merupakan hal yang harus dilakukan saat pelaksanaan proses audit.
Adapun konsepsi audit yang dimaksud, yaitu:

4
 Pembuktian (evidence) yang cukup: bukti yang digunakan merupakan bukti valid yang
memenuhi syarat formil dan materiil.
 Memeriksa dengan hati-hati (due audit care): pemeriksaan harus menggunakan
kecermatan secara profesional sesuai dengan keahliannya.
 Penyajian yang wajar (fair presentation): berkaitan dengan ketepatan akuntansi
(accounting properierty), pengungkapan yang cukup (adequate disclosure), dan
kewajiban pemeriksaan (audit obligation).
 Bebas: mampu bertindak jujur dan objektif (independence) terhadap fakta dan
penyajiannya.
 Bertindak sesuai kode etik profesi akuntan Berikut merupakan proses Audit Sektor
Publik

13.1.7 Perencanaan Audit


a. Pemahaman atas Sistem Akuntansi Keuangan Sektor Publik
Pemahaman tersebut merupakan suatu keharusan karena mengingat laporan sektor publik
tidak lagi hanya berfokus padalapran realisasi anggaran saja, tetapi juga laporan keuangan
lainnya berupa neraca, laba/rugi, dan arus kas.
b. Penentuan Tujuan Lingkup Audit
Audit atas laporan keuangan yang dilakukan oleh auditor eskternal bertujuan untuk menilai
kewajaran laporan keuangan dan memberikan opini terkait dengan laporan keuangan yang
disajikan entitas tersebut, sedangkan audit atas penyusunan laporan keuangan oleh
pegawas bertujuan untuk memberikan rekomendasi untuk perbaikan sistem pengendalian
internal dan koreksi dalam penyusunan laporan keuangan. Dalam menentukan tujuan dan
ruang lingkup, auditor harus memastikan bahwa tujuan dan ruang lingkup audit yang
ditetapkan telah sesuai dengan perintah dan wewenang lembaga audit dan pengawas yang
bersangkutan.
c. Penilaian Risiko
Penilaian risiko pengendalian (control risk ), risiko bawaan (inherent risk ), dan risiko
deteksi (detection risk ) perlu dilakukan karena proses audit terdiri dari tahap-tahap yang
mengandung berbagai risiko kesalahan. Sehingga kesimpulan dan opini yang diberikan
oleh auditor dapat memberikan jaminan yang memadai atas kewajaran penyajian laporan
keuangan.

5
d. Penyusunan Rencana Audit (Audit Plan)
Rencana audit pada umumnya berisi uraian mengenai area yang akan diaudit, jangka waktu
pelaksanaan audit, personel yang dibutuhkan, dan sumber daya lain yang diperlukan untuk
pelaksanaan audit.
e. Penyusunan Program Audit
Auditor harus menyusun langkah-langkah yang akan dilakukan untuk setiap area yang
diaudit. Langkah-langkah tersebut tertuang dalam suatu program audit. Program audit
tersebut umumnya berisi: (1) tujuan audit untuk setiap area audit, (2) prosedur audit yang
akan dilakukan, (3) sumber- sumber bukti audit, dan (4) deskripsi mengenai kesalahan.

13.1.8 Pelaksanaan Audit


Pekerjaan audit adalah pekerjaan mengumpulkan dan mengevaluasi bukti-bukti audit.
Proses pengumpulan bukti audit ini membutuhkan waktu yang tidak ingkat oleh karena itu
sebagian besar waktu yang digunakan untuk pekerjaan audit tercurah untuk memperoleh dan
mengevaluasi bukti audit tersebut. Bukti audit tersebut digunakan untuk mengevaluasi sistem
Pengendalian internal entitas. Evaluasi sistem pengendalian internal dilakukan dengan
melakukan pengujian terhadap bukti-bukti audit yang diperoleh. Pengujian dapat dilakukan
melalui dua cara, yaitu:
1) Pengujian dengan prosedur analitis seperti pengujian substantif: digunakan apabila
ditemukan adanya dugaan bahwa sistem pengendalian internal yang berjalan dalam suatu
organisasi cenderung buruk.
2) Pengujian yang bersandar pada pengendalian internal pengujian substantif: dilakukan
apabila pengendalian internal yang berjalan dalam suatu organisa sektor public
berlangsung dengan baik.
Hasil dari pengujian yang dilakukan terhadap bukti-bukti tersebut adalah kertas kerja.
Kertas kerja ini yang kemudian akan digunakan oleh auditor atau pengawas sebagai dasar untuk
melakukan analisis sistem pengendalian internal yang berjalan pada organisasi dan kemudian
membuat laporan hasil audit sektor publik.

13.1.9 Pelaporan Hasil Pelaksanaan


Audit Pelaporan audit dilakukan berdasarkan hasil analisis terhadap kertas kerja yang
sudah dibuat pada proses pelaksanaan audit. Informasi yang diperoleh dari analisis hasil audit
kemudian disusun menjadi laporan audit dan laporan hasil pemeriksaan. Penyajian laporan audit
mempunyai beberapa tujuan, yaitu:
1) Merekomendasikan perubahan.

6
2) Mengkomunikasikan temuan dalam audit baik berupa penyimpangan maupun salah saji.
3) Untuk memastikan bahwa pekerjaan auditor telah benar-benar didokumentasikan.
4) Untuk memberikan keyakinan (assurance) kepad manajemen mengenai aktivitas mereka.
5) Menunjukan kepada pihak manajemen bagaimana masalah mereka harus diselesaikan.

13.1.10 Tindak Lanjut Hasil Audit


Hasil setiap pemeriksaan yang dilakukan oleh Badan Pemeriksaan Keuangan (BPK) atau
lembaga pemerikisaan independen lainnya disusun dan disajikan dalam laporan hasil
pemeriksaan (LHP) segera setelah kegiatan pemeriksaan selesai. Pemeriksaan akan
menghasilkan opini. Setiap laporan hasil pemeriksaan BPK disampaikan kepada
DPR/DPD/DPRD (lembaga legislatif) sesuai dengan kewenangannya ditindak lanjuti, antara
lain dengan membahasnya bersama pihak terkait. Selain disampaikan oleh BPK kepada
lembaga perwakilan, laporan hasil pemeriksaan oleh BPK juga disampaikan kepada pemerintah.
Dalam hal ini hasil pemeriksaan BPK digunakan oleh pemerintah untuk melakukan koreksi dan
penyesuaian yang diperlukan, sehingga laporan yang diperiksa memuat koreksi sebelum
disampaikan ke DPR/DPRD. Pemerintah diberi kesempatan untuk menanggapi disertakan
dalam laporan hasil pemeriksaan BPK yang disampaikan kepada DPR/DPRD.
Besarnya manfaat yang diperoleh dari pekerjaan pemeriksaan tidak terletak pada temuan
pemeriksaan yang dilaporkan atau rekomendasi yang dibuat, tetapi terletak pada efektivitas
penyelesaian yang ditempuh oleh entitas yang diperiksa. Manajemen entitas yang diperiksa
bertanggungjawab untuk menindaklanjuti rekomendasi serta menciptakan dan memelihara suatu
proses dan sistem informasi untuk memantau status tindak lanjut atas rekomendasi pemeriksa
dimaksud.

Pemeriksa perlu memperhatikan bahwa berdasarkan ketentuan peraturan perundang-


undangan yang berlaku, manajemen dapat memperoleh sanksi bila tidak melakukan tindak
lanjut atas rekomendasi pemeriksaan sebelumnya. Tindak lanjut didesain untuk memastikan/
memberikan pendapat apakah rekomendasi auditor sudah di implementasikan.

13.1.11 Lingkungan Audit Sektor Publik


Dari berbagai sebutan yang muncul, audit sektor publik dapat diartikan dari berbagai
disiplin ilmu yang umumnya berbeda-beda. Perkembangan saat ini mulai lebih ke arah
pendekatan yang dipilih seperti gender, politik, ekonomi, kepemilikan /ekuitas, akuntanbilitas
dan hak asasi atau dengan kata lain cakupan sektor publik dapat disimpulkan longgar dan luas.
Berbagai Elemen dan Isu Utama Audit, yaitu:

7
1. Tujuan Audit Sektor Publik
Tujuan audit kepatuhan sudah tentu menentukan apakah klien telah mengikuti prosedur,
tatacara, serta peraturan yang dibuat oleh otoritas yang lebih tinggi, sedangkan audit tujuan
khusus bertujuan untuk memberikan simpulan atas suatu hal yang diperiksa.
2. Objek Audit Sektor Publik
Objek audit lainnya adalah pengorganisasian entitas. Pengorganisasian di sini meliputi dua
aspek, yaitu bagaimana hubungan eksternal dan hubungan internal yang ada dalam
organisasi. Dalam aspek hubungan eksternal, auditor harus familiar dengan klien
organisasi, lebih dari itu auditor harus mengetahui perbedaan dan persamaan antara entitas
lainnya
Auditor juga harus mengetahui aspek yang menjadi keunikan organisasi. Aspek
hubungan internal suatu organisasi, atau dapat juga disebut sebagai struktur organisasi juga
menjadi perhatian utama auditor. Struktur organisasi adalah divisi kerja dalam organisasi dan
orang yang melakukan pekerjaan dalam divisi tersebut. Kelemahan didalam struktur organisasi
internal dapat menyebabkan terjadinya perekaman akuntansi yang tidak tepat, menyesatkan, dan
menimbulkan kecurangan.

13.1.12 Peran Auditor Sektor Publik


1. Tugas, Hak, Tanggung Jawab Auditor Sektor Publik
Tugas auditor sektor publik adalah melakukan audit/pemeriksaan terhadap organisasi-
organisasi sector publik mengenai kewajaran keuangan maupun kinerja organisasi.
Dalam melaksanakan tugasnya tersebut auditor berhak mendapatkan segala informasi
yang dibutuhkan untuk mendukung pendapat yang akan diberikan dan auditor sector
publik bertanggungjawab merencanakan dan melaksanakan audit untuk memperoleh
keyakinan memadai tentang apakah laporan keuangan organisasi bebas dari salah saji
secara material baik yang disebabkan oleh kekeliruan atau kecurangan. Auditor dapat
memperoleh keyakinan memadai, namun bukan mutlak, bahwa salah saji material
terdeteksi.
2. Klasifikasi Auditor Sektor Publik
Di dalam Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN), pernyataan standar umum
pertama disebutkan bahwa “permeriksa (auditor) secara kolektif harus memiliki
kecakapan professional yang memadai untuk melaksanakan tugas pemeriksaan”. Oleh
karena itu, organisasi pemeriksa harus memiliki prosedur rekrutmen, pengangkatan,
pengembangan berkelanjutan, dan evaluasi atas pemeriksa yang memiliki kompetensi
yang memadai.
8
3. Mekanisme Auditor Sektor Publik
BPK sebagai auditor sektor publik dari organisasi sektor publik pemerintah terdiri dari
sembilan anggota auditor sektor publik.Sususan keanggotaan BPK terdiri dari ketua
merangkap anggota, seorang wakil ketua merangkap anggota, dan tujuh orang
anggota.Anggota BPK diresmikan dengan keputusan Presiden. Seorang anggota BPK
memegang jabatan selama lima tahun dan dapat dipilih kembali untuk satu kali masa
jabatan. Apabila terdapat anggota BPK yang akan berakhir masa jabatannya, maka
BPK memberitahukan kepada DPR dengan tembusan kepada Presiden tentang akan
berakhirnnya masa jabatan paling lambat enam bulan sebelum berakhirnya masa
jabatan anggota BPK.

13.1.13 Isu-isu Utama di Audit Sektor Publik


1. Prosedur, Bukti, dan Asersi Keuangan dan Kinerja
a. Prosedur Auditing
Empat tipe prosedur audit, meliputi: inspeksi, observasi, penyelidikan, dan
konfirmasi.
b. Peristiwa Kemudian dan kaitannya dengan Prosedur Auditing
Prosedur auditing bukanlah suatu peritiwa, tetapi lebih sebagai alat yang
digunakan untuk mengidentifikasi peristiwa kemudian.Peristiwa kemudian
terdiri dari data akuntansi yang bersifat pokok dan seluruh kolaborasi informasi
yang tersedia untuk auditor.
c. Asersi Laporan Keuangan dan Tujuan Audit.
Asersi merupakan representasi pihak manajemen yang terdapat dalam laporan
keuangan, yang meliputi pernyataan mengenai posisi keuangan dan kegiatan
operasi organisasi. Kategori- kategori aseri adalah: Eksistensi, Kelengkapan,
Hak dan Kewajiban, Penilaian dan Alokasi, Penyajian dan Pengungkapan.
2. Kode Etik Auditor Sektor Publik
Sejak tahun 1994, BPK telah mengeluarkan Standar Audit Pemerintah yang
dikenal dengan Standar Akuntansi Pemerintah (SAP), sebagai pedoman bagi semua
auditor sektor publik dalam melaksanakan tugas auditnya. Selain SAP, di lingkungan
BPK selama ini telah juga dikenal yang namanya Sapta Prasetya Jati BPK dan Ikrar
Pemeriksa, merupakan pedoman bagi pegawai BPK dalam melaksanakan tugas
pemeriksaan. Berikut bagian-bagian penting dari kode etik tersebut:
1) Kode etik auditor adalah prinsip dasar atau nilai-nilai yang menjadi acuan
dalam melaksanakan kegiatan audit. Mengingat bahwa budaya suatu bangsa
9
biasanya berbeda dengan bangsa lainnya, maka sangat mungkin terjadi bahwa
budaya bangsa tersebut ikut mewarnai kode etik yang dimaksud. Dan sesuai
anjuran INTOSAI, setiap BPK suatu negara, selaku lembaga pemeriksa
eksternal pemerintah, bertanggungjawab untuk mengembangkan kode etik
yang sesuai dengan budaya, system social atau lingkungan masing-masing, dan
selanjutnya, BPK perlu memastikan bahwa segenap auditor secara mandiri
mempelajari nilai-nilai dan prinsip-prinsip yang dimuat dalam kode etik
tersebut, perilaku auditor, dalam setiap situasi atau keadaan atau pada setiap
saat, hendaklah merupakan perilaku yang tidak tercela.
2) Apabila terdapat kekurangan dalam perilaku auditor atau perilaku yang tidak
benar dalam kehidupan pribadinya, hal yang demikian akan dapat
menempatkan integritas auditor dan lembaga dimana dia bekerja, kualitas, dan
validitas tugas pemeriksaanya pada situasi yang tidak menguntungkan dan
dapat menimbulkan keraguan terhadap keandalan dan kompentensi lembaga
pemeriksa tersebut.
3. Permasalahan Terkini Auditor Sektor Publik
Salah satu permasalahan dalam proses pelaksanaan audit sektor publik adalah
keterbatasan penggunaan data. Data organisasi yang digunakan selama ini baru
sebatas data internal organisasi yang bersangkutan. Sebagai contoh audit yang
dilakukan pada pemerintah daerah, maka data yang diaudit hanya menggunakan data
keuangan pemerintah daerah saja.
Hal ini berdampak terhadap terbatasnya manfaat hasil laporan audit, baik bagi
organisasi yang bersangkutan maupun organisasi lainnya yang terkait.
Kritikan-kritikan mengenai profesi auditor semakin banyak bermunculan.
Kritikan- kritikan tersebut terpusat beberapa hal terkait kinerja dan profesionalisme
auditor sektor publik. Pertama, apakah aturan yang mengatur profesi auditor dapat
membuat auditor menjadi benar-benar independen. Kedua, standar audit yang saat
ini ditetapkan apakah sudah cukup untuk melindungi kepentingan publik.
Didalam SPKN standar umum kedua disebutkan bahwa “Dalam semua hal
yang berkaitan dengan pekerjaan pemeriksaan, organisasi pemeriksa dan pemeriksa,
harus bebas dalam sikap mental dan penampilan dari gangguan pribadi, eksternal,
dan organisasi yang dapat mempengaruhi independensinya”. Oleh karena itu,
organisasi pemeriksa dan para pemeriksanya bertanggungjawab untuk dapat
mempertahankan independensinya sedemikian rupa, sehingga pendapat, simpulan,

10
pertimbangan atau rekomendasi dari hasil pemeriksaan yang dilaksanakan tidak
memihak dan dipandang tidak memihak oleh pihak manapun.

13.2 Kerangka Konseptual Audit Sektor Publik


A. Pengertian audit Sektor Publik
Pengertian audit sektor publik menurut Indra Bastian adalah sebagai berikut:
“Audit sektor publik adalah jasa penyelidikan bagi masyarakat atas organisasi
publik dan politikus yang sudah mereka danai.”
Sedangkan pengertian audit sektor publik menurut I Gusti Agung Rai adalah sebagai
berikut:
“Audit sektor publik adalah kegiatan yang ditujukan terhadap entitas yang
menyediakan pelayanan dan penyediaan barang yang pembiayaannya berasal dari
penerimaan pajak dan penerimaan negara lainnya dengan tujuan untuk membandingkan
antara kondisi yang ditemukan dengan kriteria yang ditetapkan.”
Audit sektor publik di Indonesia dikenal sebagai audit keuangan negara. Audit
keuangan negara ini diatur dalam UU No. 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan
Pengelolaan dan Tanggung jawab Keuangan Negara. Undang-undang ini merupakan
pengganti ketentuan warisan Belanda, yaitu Indische Comptabiliteitswet (ICW) dan
Instructie en verdere bepalingen voor de Algemene Rekenkamer (IAR), yang mengatur
prosedur audit atas akuntabilitas pengelolaan keuangan oleh pemerintah.
B. Karakteristik Audit Sektor Publik
Karakteristik manajemen sektor publik yang berkaitan erat dengan kebijakan dan
pertimbangan politik serta ketentuan peraturan perundang-undangan, auditor sektor
publik harus memberikan perhatian yang memadai pada hal-hal tersebut. Perbedaan
antara audit sektor privat dan audit sektor publik adalah sebagai berikut:

Tabel 1.1
Perbedaan Antara Audit Sektor Privat dan Audit Sektor Publik di Indonesia

Uraian Audit Sektor Privat Audit Sektor Publik

Pelaksanaan audit Kantor Akuntan Publik Lembaga audit pemerintah dan juga
(KAP) KAP yang ditunjuk oleh lembaga
audit pemerintah

11
Objek Audit Perusahaan/ entitas swasta Entitas, program, kegiatan, dan
fungsi yang berkaitan dengan
pelaksanaan pengelolaan dan
tanggung jawab keuangan negara,
sesuai dengan peraturan perundang-
undangan
Standar audit yang Standar Profesional Standar Pemeriksaan Keuangan
digunakan Akuntan Publik (SPAP) Negara (SPKN) yang dikeluarkan
yang dikeluarkan oleh IAI oleh BPK
Kepatuhan terhadap Tidak terlalu dominan Merupakan faktor dominan karena
peraturan perundang- dalam audit kegiatan di sektor publik sangat
undangan dipengaruhi oleh peraturan dan
perundang-undangan

C. Jenis-jenis Audit Sektor Publik


Berdasarkan UU No. 15 Tahun 2004 dan SPKN, terdapat tiga jenis audit keuangan
negara, yaitu:
1. Audit keuangan, merupakan audit atas laporan keuangan yang bertujuan untuk
memberikan keyakinan yang memadai (reasonable assurance), apakah laporan
keuangan telah disajikan secara wajar, dalam semua hal yang material sesuai dengan
prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia atau basis akuntansi
komprehensif selain prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
2. Audit kinerja, meliputi audit ekonomi, efisiensi, dan efektivitas, pada dasarnya
merupakan perluasan dari audit keuangan dalam hal tujuan dan prosedurnya. Audit
kinerja memfokuskan pemeriksaan pada tindakan-tindakan dan kejadian-kejadian
ekonomi yang menggambarkan kinerja entitas atau fungsi yang diaudit.
Perbandingan antara audit kinerja dengan audit keuangan adalah sebagai berikut:

12
Tabel 1.2
Perbandingan Audit Keuangan dengan Audit Kinerja

Audit Keuangan Audit Kinerja

Objek audit: laporan keuangan Objek audit: organisasi, program, aktivitas/


kegiatan, atau fungsi
Menguji kewajaran laporan keuangan Menguji tingkat ekonomi, efisiensi, dan
dari salah saji yang material dan efektivitas dalam penggunaan sumber daya
kesesuaiannya dengan prinsip untuk mencapai tujuan
akuntansi yang diterima umum
Lebih bersifat kuantitatif – keuangan Lebih bersifat kualitatif
Tidak terlalu analitis Sangat analitis
Tidak menggunakan indikator kinerja, Membutuhkan indikator, standar, dan target
standar, dan target kinerja kinerja untuk mengukur kinerja
Biasanya tidak mempertimbangkan Biasanya mempertimbangkan analisis
analisis biaya manfaat biaya-manfaat (cost-benefit analysis)
Waktu pelaksanaan audit tertentu Audit bisa dilakukan sewaktu-waktu
(biasanya pada akhir periode
akuntansi)
Audit dilakukan untuk peristiwa Mempertimbangkan kinerja masa lalu,
keuangan masa lalu (post event) sekarang, dan yang akan datang
Tidak dimaksudkan untuk membantu Dimaksudkan untuk memperbaiki alokasi
melakukan alokasi sumber daya secara sumber daya secara optimal dan
optimal memperbaiki kinerja
Tidak terdapat rekomendasi audit dan Terdapat rekomendasi audit dan follow-up
follow-up audit audit

3. Audit dengan tujuan tertentu, merupakan audit khusus di luar audit keuangan dan
audit kinerja yang bertujuan untuk memberikan simpulan atas hal yang diaudit.
Audit dengan tujuan tertentu dapat bersifat eksaminasi (examination), reviu (review),
atau prosedur yang disepakati (agrees-upon procedures). Audit dengan tujuan
tertentu mencakup audit atas hal-hal lain di bidang keuangan, audit investigatif, dan
audit atas sistem pengendalian internal.
13
D. Audit Kinerja
Pengertian audit kinerja menurut Mardiasmo adalah sebagai berikut:
Suatu proses sistematis untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif, agar
dapat melakukan penilaian secara independen atas ekonomi dan efisien operasi,
efektivitas dalam pencapaian hasil yang diinginkan dan kepatuhan terhadap kebijakan,
peraturan hukum yang berlaku, menentukan kesesuaian antar kinerja yang telah dicapai
dengan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya serta mengkomunikasikan hasilnya
kepada pihak-pihak pengguna laporan tersebut. Sedangkan dalam Pasal 4 ayat (3) UU
No. 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan
Negara, pengertian audit kinerja adalah audit atas pengelolaan keuangan negara yang
terdiri atas audit aspek ekonomi dan efisiensi serta audit aspek efektivitas.

Karakteristik Audit Kinerja


Karakteristik audit kinerja adalah sesuatu yang hanya dimiliki oleh audit kinerja, yang
membedakan audit kinerja dengan jenis audit lainnya. Menurut Profesor Soemardjo
Tjitrosidojo (1980) yang dikutip oleh I Gusti Agung Rai terdapat beberapa karakteristik
dari audit kinerja, adalah sebagai berikut:
1. Pemeriksaan operasional, dengan menggunakan perbandingan dengan cara
pemeriksaan oleh dokter, haruslah merupakan pemeriksaan semacam “medical
check up” (penelitian kesehatan), dan bukan merupakan pemeriksaan semacam
“otopsi post mortem” (pemeriksaan mayat); jadi, pemeriksaan seharusnya
dimaksudkan agar si pasien memperoleh petunjuk agar ia selanjutnya dapat
hidup lebih sehat dan bukan sebagai pemeriksaan untuk menganalisis sebab-
sebab kematian.
2. Pemeriksa haruslah wajar (fair), objektif, dan realistis selain itu berfikir secara
dinamis, konstruktif, dan kreatif. Pemeriksa pun harus dapat bertindak secara
diplomatis.
3. Pemeriksa (atau setidaknya tim pemeriksa secara kolektif) harus mempunyai
pengetahuan keterampilan dari berbagai macam bidang, seperti ekonomi, hukum,
moneter, statistik, komputer, keinsinyuran, dan sebagainya.
4. Agar pemeriksaan dapat berhasil dengan baik, pemeriksa harus dapat berpikir
dengan menggunakan sudut pandang pejabat pimpinan organisasi yang
diperiksanya selain itu pemeriksa harus benar-benar mengetahui persoalan yang
dihadapinya, ia harus dapat mengantisipasi masalah serta cara penyelesaiannya,

14
dan memberikan gambaran tentang perbaikan-perbaikan yang dapat diterapkan
dalam organisasi yang diperiksanya.
5. Pemeriksaan operasional harus dapat berfungsi sebagai suatu “early warning
system” (sistem peringatan dini) agar pimpinan secara tepat pada waktunya,
setidak-tidaknya belum terlambat dapat mengadakan tindakan-tindakan korektif
yang mengarah pada perbaikan organisasinya.”

Jenis-jenis Audit Kinerja


Menurut Mardiasmo audit kinerja meliputi dua jenis, yaitu:

a. Audit Ekonomi dan Efisiensi


Ekonomi mempunyai arti biaya terendah, sedangkan efisiensi mengacu pada rasio
terbaik antara output dengan biaya (input). Karena output dan biaya diukur dalam
unit yang berbeda maka efisiensi dapat terwujud ketika dengan sumber daya yang
ada dapat dicapai output yang maksimal atau ouput tertentu dapat dicapai dengan
sumber daya yang sekecil-kecilnya. Audit ekonomi dan efisiensi bertujuan untuk
menentukan:
- Apakah suatu entitas telah memperoleh, melindungi, dan menggunakan
sumber dayanya (seperti karyawan, gedung, ruang, dan peralatan kantor)
secara ekonomis dan efisien.
- Penyebab timbulnya inefisiensi atau pemborosan yang terjadi, termasuk
ketidakcukupan sistem informasi manajemen, prosedur administratif, atau
struktur organisasi.
- Apakah suatu entitas telah mematuhi peraturan yang terkait dengan
pelaksanaan praktek ekonomi dan efisien.
b. Audit Efektivitas/Program
Efektivitas berkaitan dengan pencapaian tujuan. Audit efektivitas (audit program)
bertujuan untuk:
- Tingkat pencapaian hasil atau manfaat yang diinginkan.
- Kesesuaian hasil dengan tujuan yang ditetapkan sebelumnya.
- Apakah entitas yang diaudit telah mempertimbangkan alternatif lain yang
memberikan hasil yang sama dengan biaya yang paling rendah.
- Apakah suatu entitas telah mematuhi peraturan yang terkait dengan
pelaksanaan program.

15
E. Tahap-tahap Audit Kinerja
Adapun tahap-tahap audit kinerja adalah:
1. Tahap Perencanaan atau Survei Pendahuluan
Tujuan utama survei pendahuluan adalah untuk memperoleh informasi yang bersifat
umum mengenai semua bidang dan aspek dari entitas yang diaudit serta kegiatan dan
kebijakan entitas, dalam waktu yang relatif singkat. Hasil survei pendahuluan
berguna untuk memberikan pertimbangan mengenai perlu atau tidaknya audit
dilanjutkan ke tahap pengujian terinci. Kegiatan survei pendahuluan meliputi:
a. Memahami entitas yang diaudit
Pemahaman yang objektif dan komprehensif atas entitas yang akan diaudit
sangat penting untuk mempertajam tujuan audit serta mengidentifikasikan isu-isu
kritis dan penting sehingga audit dapat dilaksanakan secara lebih ekonomis,
efisien, dan efektif.
b. Mengidentifikasi area kunci
Area kunci (key area) adalah area, bidang, atau kegiatan yang merupakan fokus
audit dalam entitas. Pemilihan area kunci harus dilakukan mengingat luasnya
bidang, program, dan kegiatan pada entitas yang diaudit sehingga tidak mungkin
melakukan audit di seluruh area entitas.
c. Menentukan tujuan dan lingkup audit
Tujuan audit (audit objective) berkaitan dengan alasan dilaksanakannya suatu
audit. Sedangkan lingkup audit (audit scope) merupakan batasan dari suatu audit.
d. Menetapkan kriteria audit
Kriteria audit adalah standar, ukuran, harapan, dan praktek terbaik yang
seharusnya dilakukan atau dihasilkan oleh entitas yang diaudit. Auditor dapat
menggunakan dua pendekatan untuk menetapkan kriteria, yaitu kriteria proses
dan kriteria hasil.
e. Mengidentifikasi jenis dan sumber bukti audit
Pada tahap survei pendahuluan, bukti yang diutamakan adalah bukti yang
relevan. Pada tahap ini, syarat kecukupan dan kompetensi bukti tidak terlalu
dipentingkan. Jenis bukti audit dapat berupa bukti fisik, bukti dokumenter, bukti
kesaksian, dan bukti analitis. Sumber bukti audit dapat berasal dari internal
entitas, eksternal, maupun sumber-sumber lain.

16
f. Menyusun laporan survei pendahuluan
Laporan survei pendahuluan adalah laporan yang diterbitkan mendahului atau
sebelum laporan audit akhir diterbitkan. Laporan ini memuat identifikasi
kelemahan-kelemahan organisasi, kebijakan, perencanaan, prosedur, pencatatan,
pelaporan, dan pengawasan internal yang terjadi pada satuan-satuan organisasi
yang diaudit.
g. Mempersiapkan program pengujian terinci
Program pengujian terinci adalah pedoman dalam tahap pelaksanaan audit.
Sebagai langkah akhir dalam perencanaan, pembuatan program pengujian terinci
merupakan penghubung antara tahap perencanaan dan pelaksanaan audit kinerja.
2. Tahap Pelaksanaan atau Pengujian Terinci
Tujuan utama pengujian terinci adalah untuk menilai apakah kinerja entitas yang
diaudit sesuai dengan kriteria, menyimpulkan apakah tujuan-tujuan audit tercapai,
dan mengidentifikasi kemungkinan-kemungkinan untuk memperbaiki kinerja entitas
yang diaudit, yang akan dituangkan dalam rekomendasi kepada auditee. Kegiatan
pengujian terinci meliputi:
a. Mengumpulkan dan menguji bukti audit yang kompeten dan relevan
Langkah pengumpulan dan pengujian bukti audit merupakan kelanjutan dari
identifikasi bukti audit pada survei pendahuluan. Pengujian bukti-bukti audit
dimaksudkan untuk menentukan atau memilih bukti-bukti audit yang penting dan
perlu (dari bukti-bukti audit yang ada) sebagai bahan penyusunan suatu temuan
dan simpulan audit.
b. Menyusun kertas kerja
Untuk mengetahui kegiatan yang dilaksanakan auditor selama melaksanakan
audit, suatu catatan tentang pekerjaan auditor harus diselenggarakan dan
didokumentasikan dalam bentuk kertas kerja audit (KKA). KKA merupakan
penghubung antara pelaksanaan dan pelaporan audit, dimana KKA memuat
bukti-bukti dan analisis bukti untuk mendukung temuan, simpulan, serta
rekomendasi audit.
c. Menyusun dan mengkomunikasikan temuan audit
Temuan audit adalah masalah-masalah penting (material) yang ditemukan
selama audit berlangsung dan masalah tersebut pantas untuk dikemukakan dan
dikomunikasikan dengan entitas yang diaudit karena mempunyai dampak

17
terhadap perbaikan dan peningkatan kinerja (ekonomi, efisiensi, dan efektivitas)
entitas yang diaudit.
d. Menyusun dan mendistribusikan laporan hasil audit
Tujuan pelaporan hasil audit adalah menyediakan informasi, rekomendasi, dan
penilaian yang independen bagi para pengguna laporan mengenai pelaksanaan
kegiatan entitas yang diaudit, apakah telah diselenggarakan sevara ekonomis,
efisien, dan efektif. Karakteristik laporan audit kinerja yang baik menurut SPKN
adalah tepat waktu, lengkap, akurat, objektif, meyakinkan, jelas, dan ringkas.
3. Tahap Tindak Lanjut
Tujuan utama tindak lanjut audit adalah untuk meyakinkan auditor bahwa auditee
telah memperbaiki kelemahan yang telah diidentifikasi. Kegiatan tindak lanjut dapat
dibagi menjadi tiga tahapan, yaitu pemutakhiran (update) informasi, tindak lanjut di
kantor, dan tindak lanjut di lapangan.

13.3 Standar Audit Kinerja Sektor Publik


Dalam melaksanakan suatu audit, diperlukan standar yang akan digunakan untuk
menilai mutu pekerjaan audit yang dilakukan. Standar tersebut memuat persyaratan minimum
yang harus dipenuhi oleh seorang auditor dalam melaksanakan tugasnya. Di Indonesia standar
audit pada sektor publik adalah Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN) yang
dikeluarkan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Standar-standar yang menjadi pedoman
dalam audit kinerja menurut SPKN adalah sebagai berikut:
1. Standar Umum
a. Pemeriksa secara kolektif harus memiliki kecakapan profesional yang memadai
untuk melaksanakan tugas pemeriksaannya.
b. Dalam semua hal yang berkaitan dengan pekerjaan pemeriksaan, organisasi
pemeriksa dan pemeriksa, harus bebas dalam sikap mental dan penampilan dari
gangguan pribadi, ekstern, organisasi yang dapat mempengaruhi independensinya.
c. Dalam melaksanakan pemeriksaan serta penyusunan laporan hasil pemeriksaan,
pemeriksa wajib menggunakan kemahiran profesionalnya secara cermat dan
saksama.
d. Setiap organisasi pemeriksa yang melaksanakan pemeriksaan berdasarkan Standar
Pemeriksaan harus memiliki sistem pengendalian mutu yang memadai dan sistem
pengendalian mutu tersebut harus di review oleh pihak lain yang kompeten
(pengendalian mutu eksternal).

18
2. Standar Pelaksanaan Audit Kinerja
a. Pekerjaan harus direncanakan secara memadai.
b. Staf harus disupervisi dengan baik.
c. Bukti yang cukup, kompeten, dan relevan harus diperoleh untuk menjadi dasar yang
memadai bagi temuan dan rekomendasi pemeriksa.
d. Pemeriksa harus mempersiapkan dan memelihara dokumen pemeriksaan dalam
bentuk kertas kerja pemeriksaan. Dokumen pemeriksaan yang berkaitan dengan
perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan pemeriksaan harus berisi informasi yang
cukup untuk memungkinkan pemeriksa yang berpengalaman, tetapi tidak
mempunyai hubungan dengan pemeriksaan tersebut, dapat memastikan bahwa
dokumen pemeriksaan tersebut dapat menjadi bukti yang mendukung temuan,
simpulan, dan rekomendasi pemeriksa.
3. Standar Pelaporan Audit Kinerja
a. Pemeriksa harus membuat laporan hasil pemeriksaan untuk mengkomunikasikan
setiap hasil pemeriksaan.
b. Laporan hasil pemeriksaan harus mencakup: 1) penyataan bahwa pemeriksaan
dilakukan sesuai dengan standar pemeriksaan; 2) tujuan, lingkup, dan metodologi
pemeriksaan; 3) hasil pemeriksaan berupa temuan audit, simpulan, dan
rekomendasi; 4) tanggapan pejabat yang bertanggung jawab atas hasil pemeriksaan;
5) pelaporan informasi rahasia apabila ada.
c. Laporan hasil pemeriksaan harus tepat waktu, lengkap, akurat, objektif, meyakinkan,
serta jelas dan seringkas mungkin.
d. Laporan hasil pemeriksaan diserahkan kepada lembaga perwakilan, entitas yang
diaudit, pihak yang mempunyai kewenangan untuk mengatur entitas yang diaudit,
pihak yang bertanggung jawab untuk melakukan tindak lanjut hasil pemeriksaan,
dan kepada pihak lain yang diberi wewenang untuk menerima laporan hasil
pemeriksaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
13.4 Laporan Audit Sektor Publik
Hasil pelaksanaan pemeriksaan yang dilakukan oleh pemeriksa dituangkan secara
tertulis ke dalam suatu bentuk laporan yang disebut dengan Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP).
Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) adalah laporan yang berisi tentang pelaksanaan dan hasil
pemeriksaan yang disusun oleh pemeriksa pajak secara ringkas dan jelas serta sesuai dengan
ruang lingkup dan tujuan pemeriksaan.Dalam penyusunan Laporan Hasil Pemeriksaan dapat
dilakukan dengan langkah-langkah berikut :

19
1. Penyusunan Konsep Laporan Hasil Pemeriksaan
Konsep laporan hasil pemeriksaan disusun oleh ketua tim pemeriksa dan disupervisi
oleh pengendali teknis. Di dalam penyusunan konsep laporan hasil pemeriksaan, hal-hal
berikut menjadi perhatian ketua tim dan pengendali teknis yaitu:
a. Jenis laporan hasil pemeriksaan,
b. Jenis opini,

Opini terhadap kewajaran atas LKPP dan LKKL yang dapat diberikan adalah salah satu
diantara empat opini sebagai berikut:

 Wajar Tanpa Pengecualian (Unqualified Opinion): Opini Wajar Tanpa


Pengecualian menyatakan bahwa LKPP dan LKKL disajikan secara wajar dalam
semua hal yang material sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan .
 Wajar Dengan Pengecualian (Qualified Opinion): Opini Wajar Dengan
Pengecualian menyatakan bahwa LKPP dan LKKL disajikan secara wajar dalam
semua hal yang material kecuali dampak hal-hal yang berhubungan dengan yang
dikecualikan.
 Tidak Wajar (Adverse Opinion): Opini Tidak Wajar menyatakan bahwa LKPP
dan LKKL tidak disajikan secara wajar posisi keuangan sesuai dengan Standar
Akuntansi Pemerintahan.
 Menolak Memberikan Pendapat atau Tidak Dapat Menyatakan Pendapat
(Disclaimer Opinion): Opini Tidak Dapat Menyatakan Pendapat menyatakan
bahwa LKPP dan LKKL tidak dapat diyakini wajar atau tidak dalam semua hal
yang material. Ketidakyakinan tersebut disebabkan oleh pembatasan lingkup
pemeriksaan
c. Dasar penetapan opini,
Berdasarkan Penjelasan Pasal 16 ayat (1) UU No. 15 Tahun 2004, opini merupakan
pernyataan profesional pemeriksa mengenai kewajaran informasi keuangan yang
disajikan dalam laporan keuangan yang didasarkan pada kriteria: (i) kesesuaian
dengan standar akuntansi pemerintahan, (ii) kecukupan pengungkapan (adequate
disclosure), (iii) kepatuhan perundang-undangan, dan (iv) efektivitas sistem
pengendalian intern. Selain itu,pemeriksa mempertimbangkan SPKN,
ketidaksesuaian dan ketidakcukupan pengungkapan LKPP dan LKKL dikaitkan
dengan tingkat materialitas yang telah ditetapkan, tanggapan pemerintah pusat atas
hasil pemeriksaan, dan surat representasi.
20
d. Pelaporan tentang kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan,
e. Pelaporan tentang sistem pengendalian intern, dan
f. Penandatangan laporan hasil pemeriksaan.

Jenis Laporan Hasil Pemeriksaan Keuangan :

1. Laporan Hasil Pemeriksaan atas Laporan Keuangan


Laporan ini mengungkapkan:
 Opini Badan Pemeriksa Keuangan yang mengungkapkan kewajaran atas Laporan
Keuangan.
 Laporan Keuangan terdiri atas Neraca, Laba/Rugi, LaporanRealisasiAnggaran, Laporan
Arus Kas serta Catatan atas Laporan Keuangan.
 Gambaran Umum Pemeriksaan yang memuat tentang: (1) dasar hukum pemeriksaan, (2)
tujuan pemeriksaan, (3) sasaran pemeriksaan, (4) standar pemeriksaan, (5) metode
pemeriksaan, (6) waktu pemeriksaan, (7) obyek pemeriksaan dan (8) batasan
pemeriksaan.
2. Laporan atas Kepatuhan
Berdasarkan standar pemeriksaan, pemeriksa dalam melakukan pengujian kepatuhan
peraturan perundangan-undangan yang berlaku harus melaksanakan hal-hal berikut ini:
 Merancang pemeriksaan untuk dapat memberikan keyakinan memadai guna
mendeteksi ketidakberesan yang material bagi laporan keuangan.
 Merancang pemeriksaan untuk memberikan keyakinan memadai guna
mendeteksi kesalahan/ kekeliruan yang material dalam laporan keuangan
sebagai akibat langsung dari adanya unsur perbuatan melanggar/melawan
hukum yang material.
 Waspada terhadap kemungkinan telah terjadinya unsur perbuatan
melawan hukum secara tidak langsung. Jika informasi khusus yang telah
diterima oleh auditor memberikan bukti tentang adanya kemungkinan
unsur perbuatan melanggar/melawan hukum yang secara tidak langsung
berdampak material terhadap laporan keuangan, maka auditor harus
menerapkan prosedur audit yang secara khusus ditujukan untuk
memastikan apakah suatu unsur perbuatan melanggar/melawan hukum
telah terjadi.

21
3. Laporan atas Pengendalian Intern.
Sistem pengendalian intern yang perlu dilaporkan meliputi efektivitas sistem
pengendalian intern terkait LKPP dan LKKL. Pengungkapan temuan pengendalian
intern sebagai berikut:
 Apabila temuan pengendalian intern tersebut secara material
berpengaruh pada kewajaran LKPP dan LKKL, pemeriksa
mengungkapkan uraian singkat temuan tersebut dalam laporan hasil
pemeriksaan yang memuat opini atas kewajaran LKPP dan LKKL
sebagai alasan pemberian opini.
 Pengungkapan semua temuan pengendalian intern secara terinci
dilaporkan dalam Laporan atas Pengendalian Intern dalam Kerangka
Pemeriksaan LKPP/LKLL.

Laporan atas Pengendalian Intern dalam Kerangka Pemeriksaan LKPP dan LKKL ini
bersifat opsional

2. Penyampaian Konsep Laporan Hasil Pemeriksaan Kepada Pejabat Entitas yang


Berwenang
Penyampaian konsep LHP tersebut harus mempertimbangkan waktu bagi entitas
untuk melakukan pemahaman dan pembahasan bersama dengan BPK dan proses
penyelesaian LHP secara keseluruhan sebelum batas akhir waktu penyampaian Laporan
keuangan yang telah diperiksa sesuai ketentuan yang berlaku bagi entitas. Konsep
Laporan Hasil Pemeriksaan yang disampaikan telah berisi opini hasil pemeriksaan dan
saran-saran untuk temuan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan dan
efektivitas pengendalian intern.
3. Pembahasan Konsep Hasil Pemeriksaan dengan Pejabat Entitas yang Berwenang
Konsep LHP yang telah disetujui penanggung jawab dibahas bersama dengan
pimpinan entitas yang diperiksa. Pembahasan konsep LHP dengan pejabat entitas yang
diperiksa diselenggarakan oleh penanggung jawab dan dilakukan untuk (a)
membicarakan kesimpulan hasil pemeriksaan secara keseluruhan, dan (b) kemungkinan
tindak lanjut yang akan dilakukan.
Pembahasan konsep LHP dilakukan di kantor Badan Pemeriksa Keuangan atau
di kantor pusat entitas yang diperiksa. Seluruh hasil pembahasan didokumentasikan
dalam Risalah Pembahasan yang disimpan di dalam KKP

22
4. Perolehan Surat Representasi
Surat representasi tersebut menggambarkan representasi resmi dan tertulis dari
pemerintah pusat atas berbagai keterangan, data, informasi dan laporan keuangan yang
disampaikan selama proses pemeriksaan berlangsung. Surat tersebut merupakan bentuk
tanggung jawab pemerintah pusat. Jika terjadi perubahan substansi isi surat representasi
yang dilakukan oleh menteri/pimpinan lembaga maka pemeriksa harus
mempertimbangkan apakah perubahan tersebut akan berdampak material terhadap
pertanggungjawaban pembuatan laporan keuangan. Hal tersebut akan mempengaruhi
opini Jika surat representasi tidak didapat : Opini >> Tidak menyatakan pendapat
5. Penyusunan Konsep Akhir dan Penyampaian Laporan Hasil Pemeriksaan
Penyusunan Konsep Akhir
1. Tim pemeriksa menyusun konsep akhir LHP, disupervisi oleh pengendali
teknis dan ditandatangani oleh penandatangan LHP.
2. Pembahasan konsep
3. Pemberian tanggal
4. Penandatangan Laporan Hasil Pemeriksaan
5. Penandatangan laporan hasil Pemeriksaan Akuntan
6. Publik yang Ditunjuk BPK
7. Kendali Mutu dalam Penandatanganan Laporan

Penyampaian Laporan Hasil Pemeriksaan

a) LHP yang telah ditandatangani tersebut disampaikan kepada


 Pemilik atau wakil pemilik/stakeholders, dan
 Pimpinan/pengurus entitas terperiksa.
b) Laporan tersebut disampaikan pula kepada:
 Anggota/Pembina Keuangan Negara,
 Auditor Utama Keuangan Negara,
 Inspektur Utama, dan
 Kepala Biro Pengolahan Data Elektronik (soft copy) untuk dimuat
dalam website Badan Pemeriksa Keuangan

23
13.5 Contoh Kasus
Audit Efisiensi: Contoh Kasus

Bea Cukai Diminta Transparan Analisa Nilai Pabean Impor Barang

Rabu, 27 Maret 2013 23:29:27 WIB


JAKARTA (Pos Kota) – Pejabat fungsional pemeriksa dokumen (PFPD) pada kantor
pelayanan Ditjen Bea dan Cukai diminta transparan dalam menganalisa nilai pabean yang
diberitahukan di dalam PIB (pemberitahuan impor barang). Selama ini banyaknya aturan
kepabenan yang baru terbit menjebak para pelaku usaha atau importir.
Hal itu terungkap dalam acara Sosialisasi dan Pelatihan Penentuan Nilai Pabean Sebagai
Solusi Efektif Terhadap Proses Custom Clearance ini diikuti lebih dari 300 anggota BPP GINSI
(gabungan importir nasional Indonesia), Rabu (27/3).
“Akibat tidak transparan dan kurang sosialisasi, ratuan anggota kami menerima Surat
Pemberitahuan Kekurangan Pembayaran Bea Masuk (SPKPBM) atau sering disebut Notul
hingga seribu persen yang nilainya bisa mencapai ratusan miliar jika dikumpulkan seluruhnya
dan itu harus dibayar, kalau tidak barang tidak bisa keluar pelabuhan” kata Sekjen Badan
Pengurus Pusat (BPP) GINSI Achmad Ridwan Tento pada acara sosialisasi tersebut.
Dari 3.000 perusahaan anggota GINSI se-Indonesia, lanjut Ridwan, keluhan banyak
terjadi di Pelabuhan Tanjung Priok mengenai Notul sekitar 900 perusahaan yang protes karena
dikenakan Notul.
Sekjen BPP GINSI minta PFPD supaya efektifitas dan efisiensi di dalam pengurusan
Customs Clearance, khususnya mengenai penentuan nilai Pabean dapat ditingkatkan. Mereka
harus sering menjelaskan kepada para importir, guna menghindari pengeluaran denda
beamasuk/Notul.
Selain masalah nilai pabean, kata dia, masalah krusial yang lain adalah mengenai
pemeriksaan fisik di Tempat Pemeriksaan Fisik Terpadu (TPFT), dimana waktu tunggu untuk
dapat dilaksanakan behandle belum ada patokan batas waktu pelaksanaannya, sehingga waktu
tunggu mulai dari terbitnya Pemberitahuan Jalur Merah (PJM) sampai dengan selesai
pemeriksaan masih memakan waktu 8 hari.
Oleh karenanya, Ridwan berharap sosialisasi ini diharapkan agar para anggota GINSI
memperoleh kejelasan mengenai metode penentuan nilai Pabean di dalam pengajuan PIB,
sehingga tidak lagi menerima Notul.
Sedangkan pihak Bea & Cukai sudah jelas menyampaikan bahwa Service Level of
Agreement (SLA) mengenai pemeriksaan fisik sampai dengan terbit SPPB adalah 3 hari, mulai

24
dari pemeriksaan barang, perekaman data, analisa data oleh PFPD sampai dengan terbitnya
surat perintah pengeluaran barang (SPPB).
Pejabat Bea dan Cukai KPU Tanjung Priok yang hadir menjelaskan kepada anggota
GINSI bahwa banyak dari importir yang tidak melampirkan dokumen yang lengkap atau saat
mengisi dokumen kerap tidak memberitahukan nilai transaksi, biaya perjalanan hingga asuransi,
sehingga menyulitkan PFPD, akibatnya mereka dikenakan Notul, sesuai aturan denda tambah
bea masuk sebesar 1.000%.

Tanggapan dari Kasus di atas :


Salah satu fungsi utama Direktorat Jenderal Bea dan Cukai adalah pemberian bimbingan
teknis dan evaluasi di bidang kepabeanan dan cukai. Dengan demikian saat muncul peraturan
kepabeanan yang baru, DJBC bertugas untuk memberikan bimbingan dan sosialisasi kepada
para pelaku usaha dan importir agar dapat memaksimalkan penerimaan negara.
Akan tetapi dalam kasus di atas, DJBC masih belum bisa maksimal dalam melaksanakan
sosialisasi sehingga banyak importir yang dirugikan dengan diwajibkan membayar denda
hingga ratusan miliar. Selain itu DJBC masih kurang transparan dalam melaksanakan tugas
menganalisa nilai pabean impor barang. Hal tersebut menunjukkan kurang efisiennya kinerja
DJBC dalam melaksanakan fungsinya sehingga para pelaku usaha dan importir mengalami
kekuarangan informasi dan terkena Notul. Jika DJBC bisa bekerja secara transparan dalam
menganalisa nilai pabean dan maksimal dalam melaksanakan sosialisasi, maka pengurusan
Custom Clearance dapat dilaksanakan secara lebih efisien. Hal tersebut akan mengurangi
terjadinya pengeluaran denda beamasuk/Notul terhadap para pelaku usaha.
Fungsi utama DJBC yang lainnya yaitu penyusunan norma, standar, prosedur dan
kriteria di bidang kepabeanan dan cukai. Namun dalam hal standar di bidang kepabeadan dan
cukai, DJBC masih memiliki masalah krusial. Masalah tersebut adalah mengenai pemeriksaan
fisik di Tempat Pemeriksaan Fisik Terpadu (TPFT), dimana waktu tunggu untuk dapat
dilaksanakan behandle belum ada patokan batas waktu pelaksanaannya, sehingga waktu tunggu
mulai dari terbitnya Pemberitahuan Jalur Merah (PJM) sampai dengan selesai pemeriksaan
masih memakan waktu 8 hari. Jika DJBC segera menyusun standar mengenai hal tersebut,
kinerja DJBC akan menjadi lebih efisien karena waktu tunggu untuk dapat dilaksanakan
behandle bisa dipercepat.

25
Audit Efektivitas: Contoh Kasus

Impor Terhenti, Penyelundupan Ponsel Kian Merajalela di Batam

Kamis, 25 April 2013


BATAM – Sudah dua minggu impor ponsel, tablet serta laptop ke Batam terhenti. Kasi
Intel Bea Cukai Batam Salomo Vino kepada wartawan mengungkapkan komoditas tersebut
sampai saat ini belum bisa dimasukkan karena Badan Pengusahaan Batam (BP Batam) belum
menetapkan kuota pemasukan sejalan dengan penerapan Permendag No.82/2012.
“Sudah dua minggu berhenti, impor ponsel belum bisa masuk. Belum ada kuota dari BP
Batam,” katanya di hotel Harmoni One, (24/4) seperti dikutip laman batampos.co.id
Sebelumnya kuota ponsel yang akan dimasukkan ke Batam ditetapkan BP Batam setiap 30 hari
sebelum dikeluarkan Permendag No.82/2012 tentang Ketentuan Impor Telepon Seluler,
Komputer Genggam (handheld) dan Komputer Tablet.
“Permendag itu masa berlakunya mulai Maret lalu. Tetapi karena belum ada ketentuan
kuota makanya sudah dua minggu ini tidak ada lagi impor ponsel. Karena dalam Permendag itu
disebut bahwa kuota dari BP Batam,” Kata Salomo.
Menurutnya saat ini pihak BP Batam dan Dewan Kawasan FTZ BBK sedang
menggodok peraturan ketua DK. Aturan ini nantinya yang akan mengatur tata cara penerbitan
Importir Terdaftar (IT) oleh BP Batam dengan tetap mengacu kepada Permendag-nya.
“Permendag itu masih digodok, untuk mengatur peneribtan IT. Jika IT sudah selesai
baru bisa ajukan lagi,” tuturnya.
Berdasarkan catatan BC Batam, rata-rata kuota ponsel di Batam yang ditetapkan BP
Batam mencapai 8 ribu hingga 10 ribu setiap bulan. Sebagian besar pemasok ponsel ke Batam
adalah dari Singapura dan Cina.
“Selama ini, negara yang paling banyak sebagai pemasok ponsel adalah Singapura
meski memang ada sebagian dari negara lain,” Kata Salomo.
Direktur Lalu Lintas Barang BP Batam Fathullah membernarkan hal tersebut. “Memang
harus ada aturan Dewan Kawasan, baru bisa ditertibkan Importir Terdaftar (IT) bagi kalangan
importir,” Kata Fathullah.
Meski impor ini terhenti, namun penyelundupan ponsel, laptop dan gadged ke Batam
disinyalir justru semakin marak. Pantauan di lapangan para penyelundup ini dengan mudah
memasukkan barang lewat jalur tikus maupun jalur resmi yang tentu saja sudah main mata
dengan aparat BC.

26
Di pusat penjualan ponsel Lucky Plaza misalnya, para pedagang seperti tidak ada
masalah menjual produknya. Nampak berjejer ponsel terbaru dari berbagai merk diduga tanpa
izin dari Kominfo, Disperindag dan juga standar SNI. Selain merugikan konsumen juga
merugikan keuangan negara karena pajak tak disetor. (redaksi).

Tanggapan dari Kasus di atas :


Tugas DJBC yaitu sebagai fasilitator perdagangan (trade facilitator), pengawas (customs
control), dan pengumpul penerimaan negara (revenue collecting). Secara garis besar, ketiga
fungsi tersebut dapat dibagi ke dalam dua fungsi utama, yaitu fungsi pelayanan dan fungsi
pengawasan. Adanya penyelundupan barang impor dikarenakan kurang maksimalnya penga-
wasan Ditjen Bea Cukai. Hal itu mengindikasikan adanya ketidakefektifan kinerja dari Ditjen
Bea Cukai.
Saat ini para penyelundup semakin kreatif dalam mencari jalan untuk memasukkan
barang impor ilegal. Mereka memasukkan barang lewat jalur tikus maupun jalur resmi dan
bermain mata dengan aparat BC. Oleh karena itu, pengawasan pelabuhan sebagai pintu masuk
barang harus diperketat, khususnya pelabuhan tikus yang sering melakukan praktik tersebut.
Perlu adanya koordinasi dari dalam tubuh Bea Cukai itu sendiri dan tindak tegas bagi aparat
Bea Cukai yang terbukti sengaja membantu proses penyelundupan barang.
Keterlibatan aparat keamanan sangat menunjang keberhasilan Bea Cukai dalam
memberantas penyelundupan barang. Selain itu, diperlukan perbaikan internal di Bea Cukai
untuk mengurangi kebocoran impor ilegal, khususnya perbaikan di bidang sumber daya
manusia karena sampai saat ini banyak aparat Bea Cukai yang justru bertindak demi
kepentingannya sendiri. Bea Cukai harus lebih berani menindak impor ilegal karena berdampak
mematikan industri dalam negeri sekaligus menutup lapangan pekerjaan. Dengan perbaikan-
perbaikan tersebut, diharapkan DJBC dapat menjalankan fungsi pengawasannya secara efektif.

27
DAFTAR PUSTAKA
Blogger. 2014. Audit Sektor Publik. Terdapat pada
http://keepcopying.blogspot.com/2014/01/audit-sektor-publik_10.html?m=1. Diakses
pada tanggal 5 Desember 2020.

Docplayer. 2020. Audit, Pertanggungjawaban Pemerintah dan Auditor Sektor Publik . Tersedia
pada https://docplayer.info/151358673-Audit-pertanggungjawaban-pemerintah-dan-
auditor-sektor-publik.html . Diakses pada tanggal 28 November 2020.

Galuh, Nora. 2020. Apa itu LPH ?. Terdapat pada https://news.ddtc.co.id/apa-itu-lhp-


21825#:~:text=MERUJUK%20Pasal%201%20angka%20'18,ruang%20lingkup%20da
n%20tujuan%20pemeriksaan. Diakses pada tanggal 5 Desember 2020.

Naeyna. 2012. Audit Sektor Publik . Terdapat pada


https://naeynaputribungsu.blogspot.com/2012/12/audit-sektor-publik.html. Diakses
pada tanggal 25 November 2020

Windari, Reni. 2013. Audit Efisiensi : Contoh Kasus. Terdapat pada


https://reniwindari.wordpress.com/2013/05/07/audit-efisiensi-contoh-kasus/#more-104.
Diakses pada tanggal 25 November 2020

Windari, Reni. 2013. Audit Efektivitas : Contoh Kasus. Terdapat pada


https://reniwindari.wordpress.com/2013/05/07/audit-efisiensi-contoh-kasus/#more-104.
Diakses pada tanggal 25 November 2020

28

Anda mungkin juga menyukai