PROPOSAL PENELITIAN
OLEH :
MUAMMAR PRAWIRA SIREGAR
NIM : 7123220042
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2016
PROPOSAL PENELITIAN
OLEH :
MUAMMAR PRAWIRA SIREGAR
NIM : 7123220042
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2016
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
hanya dengan mengejar profit saja, ini dibuktikan dengan adanya fenomenafenomena di sekitar kita seperti penghentian pembelian minyak kelapa sawit yang
diproduksi oleh Grup Sinar Mas oleh Burger King, Unilever, Nestle dan Kraft
Foods karena diindikasikan adanya perusakan hutan tropis yang membahayakan
kehidupan satwa, begitu juga dengan fenomena bunuh dirinya delapan pegawai di
pabrik FoxCoon China, bahkan pembakaran hutan oleh perusahaan di sumatera dan
kalimantan akhir-akhir ini, dan banyak fenomena lainnya. Ini mengimplikasikan
bahwa apabila perusahaan terfokus pada kesehatan keuangan saja, maka tidak akan
menjamin perusahaan bisa tumbuh secara berkelanjutan. Keberlanjutan perusahaan
akan terjamin apabila perusahaan memperhatikan dimensi terkait lainnya, termasuk
dimensi sosial lingkungan (Failasufa dan Permatasari, 2014).
Oleh karena itu, perusahaan kini tidak cukup dengan hanya memperhatikan
kepentingan shareholder tetapi juga harus memperhatikan kepentingan stakeholder,
sehingga pengungkapan informasi pada perusahaan tidak hanya dengan informasi
keuangan perusahaan saja, tetapi juga mengungkapkan informasi tentang tanggung
jawab perusahaan terhadap sosial (social) dan lingkungan (environment). Tanggung
jawab perusahaan ini telah kita kenal sebagai CSR (Corporate Social
Responsibility), dan menurut John Elkington bahwa konsep CSR ini berasal dari
pemikiran konsep Triple Bottom Line yang menyatakan bahwa perusahaan dapat
sustainable jika menjalankan konsep TBL ini. (Ronald Jeurissen, 2000)
1.2
Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka masalah yang akan
1.3
Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah dalam penelitian ini tujuannya adalah untuk
1.4
Rumusan Masalah
Berdasarkan pengindentifikasian masalah diatas, maka rumusan masalah
1.5
Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengaruh ukuran perusahaan terhadap pengungkapan
triple bottom line.
2. Untuk mengetahui pengaruh jenis industri terhadap pengungkapan
triple bottom line.
3. Untuk mengetahui pengaruh status kepemilikan terhadap pengungkapan
triple bottom line.
4. Untuk mengetahui pengaruh negara asal perusahaan terhadap
pengungkapan triple bottom line.
5. Untuk mengetahui pengaruh reputasi auditor terhadap pengungkapan
triple bottom line.
6. Untuk mengetahui pengaruh dewan komisaris independen terhadap
pengungkapan triple bottom line.
1.6
Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi Penulis.
Untuk
menambah
pengetahuan
mengenai
faktor-faktor
yang
mempengaruhi pengungkapan triple bottom line pada perusahaanperusahaan besar di Indonesia dan dapat memberikan informasi dan
referensi tambahan dengan topik sejenis.
2. Bagi Universitas Negeri Medan dan Para Akademis.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1
Kerangka Teoritis
2.1.1
Teori Stakeholder
Stakeholder menurut Freeman (Thomas Pedersen, 2004) didefinisikan
sebagai those who can affect or are affected by the achievement or the companys
objectives. Para stakeholder yang dimaksud antara lain adalah masyarakat,
karyawan,
pemerintah,
supplier,
pasar
modal,
dan
lain-lain.
Hal
ini
mengindikasikan bahwa tujuan yang ingin dicapai oleh suatu perusahaan akan
berpengaruh kepada stakeholder dan apa yang dilakukan oleh stakeholder dapat
mempengaruhi tujuan perusahaan tersebut.
Teori stakeholder ini merupakan teori yang didasarkan pada pemikiran atas
harapan dari stakeholder kepada perusahaan untuk bertanggung jawab pada sosial
dan lingkungannya. Deegan menyatakan bahwa teori stakeholder menekankan
akuntabilitas organisasi jauh melebihi kinerja keuangan atau ekonomi sederhana
Hutahaean (2014). Teori ini menyatakan bahwa organisasi akan memilih secara
sukarela untuk mengungkapkan informasi mengenai informasi lingkungan, sosial
dan intelektual mereka, melebihi dan di atas permintaan wajibnya, untuk memenuhi
ekspektasi sesungguhnya atau yang diakui oleh stakeholder.
Gray, et al. (1994) dalam Ghozali dan Chariri (2007) menyatakan bahwa:
Kelangsungan hidup perusahaan tergantung pada dukungan stakeholder
dan dukungan tersebut harus dicari sehingga aktivitas perusahaan adalah
untuk mencari dukungan tersebut. Makin powerful stakeholder, makin
10
11
Oleh karena itu perusahaan akan berusaha agar para stakeholder tetap
menaruh harapan kepercayaan terhadap perusahaan. Oleh karena itu, dalam
memenuhi
harapan
tersebut
perusahaan
dapat
melakukannya
melalui
pengungkapan triple bottom line dalam bentuk tanggung jawab kepada para
stakeholder agar tetap sustainable.
2.1.2
tahun 1994. Dalam bukunya yang berjudul Cannibals with Forks, Elkington
menjelaskan TBL sebagai economic prosperity, environmental quality, dan social
justice (Felisia, 2014). TBL/3BL kini telah menjadi semakin populer dalam
manajemen, konsultasi, investasi, dan lingkaran LSM selama beberapa akhir tahun
ini. Ide di balik paradigma 3BL ini adalah keberhasilan atau kesuksesan tertinggi
suatu entitas tidak hanya diukur dengan pendekatan keuangan tradisional sebagai
bottom line, tetapi juga oleh kinerja sosial/etika dan lingkungan (Norman and
MacDonald, 2003).
Menurut Andrew Savitz (Slaper dan Hall, 2011) menyatakan bahwa TBL
sebagai berikut:
captures the essence of sustainability by measuring the impact of an
organizations activities on the world ... including both its profitability and
shareholder values and its social, human and environmental capital.
12
Gambar 2.1 di atas menunjukkan komponen utama dalam triple bottom line
yaitu economic, social, environment saling berkaitan agar dapat menciptakan
sustainable.
Dari beberapa penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa triple bottom line
adalah suatu konsep dimana dalam membuat suatu perusahaan itu agar
sustainability maka perusahaan itu tidak cukup hanya dengan memperhatikan
keuangan atau ekonomi saja, tetapi juga memperhatikan sosial dan lingkungannya
dikarenakan perusahaan memiliki berbagai kewajiban kepada para stakeholder. Hal
ini juga membuat bahwa perusahaan tidak bisa sukses dalam jangka panjang jika
mereka terus mengabaikan kepentingan para stakeholder. Oleh karena itu
sebaiknya perusahaan melakukan pengungkapan triple bottom line pada laporan
tahunan perusahaan sebagai bentuk tanggung jawab ke para stakeholder.
13
2.1.3
Ukuran Perusahaan
Pada umumnya perusahaan besar akan mengungkapkan informasi lebih
2.1.4
Jenis Industri
Perusahaan dapat dibedakan pada beberapa kriteria. Pada umumnya
perusahaan dapat dibagi menjadi perusahaan dengan high profile atau low profile.
Perusahaan dengan kategori high profile umumnya merupakan perusahaan yang
mendapatkan sorotan dari masyarakat karena aktivitas operasi perusahaan memiliki
potensi dan kemungkinan berhubungan dengan kepentingan masyarakat luas. Oleh
karena
itu,
industri
high
profile
diyakini
melakukan
pengungkapan
14
yang low profile, hal ini digambarkan oleh Dierkes & Preston (dalam Hackston dan
Milne, 1996) yaitu:
... companies whose economic activities modify to environment, such
as extractive industries, are more likely to disclose information about
their environmental impacts than in other industries.
2.1.5
Status Kepemilikan
Pada penelitian ini, perusahaan dibagikan ke dalam 2 status kepemilikan,
15
2.1.6
16
(Suttipun, 2012). International companies adalah perusahaan yang berasal dari luar
negeri tapi berlokasi di Indonesia dan domestic comapnies adalah perusahaan yang
berasal dan berada di Indonesia.
Pada penelitian sebelumnya (Niskala & Pretes, 1995; Jahamani, 2003;
Stanwick & Stanwick, 2006) menemukan adanya kemungkinan hubungan antara
country of origin of the company dalam membuat pengungkapan dan banyaknya
infromasi terkait sosial dan lingkungan perusaaan (Suttipun, 2012). Terkait dengan
pengungkapan TBL, variabel ini sangat jarang sekali diuji untuk menganalisis
adanya hubungan tersebut. Oleh karena itu, penelitian ini akan meneliti apakah
adanya hubungan antara negara asal perusahaan dengan pengungkapan TBL pada
perusahaan di Indonesia.
2.1.7
Reputasi Auditor
Para stakeholder dalam mengambil keputusan akan melihat bagaimana
pelaporan yang diungkapkan berdasarkan laporan yang telah dibuat oleh auditor
mengenai laporan keuangan suatu perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa auditor
memiliki peranan penting dalam laporan keuangan perusahaan (Antonia, 2008).
Menurut Chen et al (2009) auditor dengan reputasi baik seperti Big Four
juga cenderung untuk lebih memilih berhubungan dengan klien yang memiliki nilai
yang baik dalam komunitas bisnis, oleh karena itu auditor Big Four akan
mempengaruhi klien untuk bertindak sesuai dengan praktek terbaik (Andarini dan
Januarti, 2010). Praktek terbaik disini dapat berupa panduan kepada kliennya
mengenai pengungkapan informasi tanggung jawab perusahaan terhadap sosial dan
17
2.1.8
18
itu, pada penelitian ini akan meneliti apakah ada pengaruh dewan komisaris
independen terhadap pengungkapan TBL di Indonesia.
2.1.9
Umur Perusahaan
Umur perusahaan adalah lamanya suatu perusahaan berdiri, apakah
perusahaan telah lama atau baru berdiri. Umur perusahaan merupakan hal yang
dipertimbangkan investor dalam menanamkan modalnya, umur perusahaan
mencerminkan perusahaan tetap survive dan menjadi bukti bahwa perusahaan
mampu bersaing dan dapat mengambil kesempatan bisnis yang ada dalam
perekonomian (Bestivano, 2013).
Teori Stakeholder mengimplikasikan bahwa perusahaan yang telah lama
berdiri menyediakanan informasi keuangan dan non-keuangan lebih banyak,
dikarenakan mereka memiliki stakeholder yang lebih daripada perusahaan yang
lebih mudah (Cowen, et al., 1987).
Mengenai hubungan umur perusahaan dengan pengungkapan TBL belum
diuji di Indonesia dan penelitian ini akan meneliti apakah ada terdapat hubungan
antara umur perusahaan dengan pengungkpan TBL di Indonesia.
2.1.10 Leverage
Leverage merupakan rasio untuk mengukur berapa aktiva yang harus
dibiayai oleh utang atau proporsi total utang terhadap rata-rata ekuitas pemegang
saham. Perusahaan dengan tingkat leverage yang tinggi mempunyai kewajiban
untuk melakukan pengungkapan yang lebih luas dibanding perusahaan lainnya
19
dikarenakan para kreditor mereka yang merupakan salah satu dari stakeholder
perusahaan ingin mendapatkan informasi sebanyak-banyaknya termasuk informasi
tantang sosial dan lingkungan (Schiper, 1981 dalam Suttipun, 2012).
Penelitian tentang hubungan leverage dengan tanggung jawab perusahaan
terahadap sosial dan lingkungannya di Indonesia sudah banyak dilakukan dan
menemukan beragam hasil penelitian pada beberapa tahun belakangan ini, hasil
penelitian tersebut berupa adanya hubungan antara leverage dan pengungkapan
infromasi tentang sosial dan lingkungan oleh perusahaan (Nugroho, 2013), dan ada
penelitian yang menemukan tidak adanya hubungan antara leverage dan
pengungkapan informasi tentang sosial dan lingkungan (Sari, 2013; Yanti, 2014).
Oleh karena itu, penelitian ini akan meneliti apakah ada terdapat hubungan leverage
dengan pengungkapan triple bottom line.
2.1.11 Likuiditas
Likuiditas merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam
memenuhi kewajiban jangka pendeknya kepada kreditur jangka pendek. Kreditur
jangka pendek lebih tertarik pada aliran kas perusahaan dana manajemen modal
kerja dibandingkan dengan besarnya profit yang diperoleh perusahaan. Jadi,
kreditur jangka pendek akan lebih memperhatikan perkembangan likuiditas
perusahaan. Perusahaan yang memiliki tingkat likuiditas tinggi merupakan
gambaran keberhasilan perusahaan dalam membayar kewajiban-kewajiban jangka
pendeknya tepat waktu. Hal ini tentunya menunjukkan kemampuan perusahaan
yang kredibel sehingga menciptakan image positif dan kuat melekat pada
20
2.1.12 Profitabilitas
Profitabilitas diartikan sebagai kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba
atau profit dalam upaya meningkatkan nilai para pemegang saham perusahaan. Semakin
tinggi rasio profitabilitas, maka semakin tinggi pula informasi yang diberikan oleh manajer.
Hal ini dikarenakan perusahaan ingin tetap meberi harapan ke para stakeholder agar tetap
yakin kepada perusahaan. Para stakeholder tidak hanya menginginkan informasi apakah
pendapatan suatu perusahaan mengalami kenaikan atau penurunan. Akan tetapi, lebih dari
itu para pemegang saham membutuhkan informasi sejauh mana perusahaan dapat
menggunakan pendapatan yang dimiliki untuk membiayai kegiatan operasional perusahaan,
baik dari internal maupun eksternal perusahaan. Berkaitan dengan informasi yang
dibutuhkan oleh para pemegang saham, salah satu kegiatan eksternal yang dilakukan
21
perusahaan adalah menyangkut dengan aktivitas sosial yang mampu dilakukan perusahaan
selama perusahaan tersebut beroperasi (Mutia et al, 2011).
maka
22
23
2.
Peneliti
Variabel
(Tahun)
Penelitian
Jennifer Ho dan Size, profitabilitas,
Taylor (2007)
likuiditas, dan
keanggotaan
industri.
Indah Dewi
Utami (2009)
Ukuran perusahaan,
ukuran dewan
komisaris,
kepemilikan
institusional,
Hasil Penelitian
Tingkat pelaporan yang
ditunjukkan oleh perusahaan yang
besar, profitabilitas, likuiditas dan
keanggotaan industri manufaktur
yang rendah. Pengungkapan TBL
lebih tinggi di Jepang daripada
Amerika.
Hanya kepemilikan asing yang
tak berpengaruh terhadap
pengungkapan CSR terhadap
perusahaan real estate dan
property di Indonesia.
24
3.
Sandra Aulia
dan Idris
(2011)
4.
Muttanachai
Suttipun
(2012)
5.
Adhy Nugroho
(2013)
6.
Fitri Yanti
(2014)
2.2
kepemilikan asing,
umur perusahaan.
Ukuran perusahaan,
leverage,
profitabilitas,
likuiditas,
kepemilikan asing,
corporate
governance, jenis
industri, dan
negara.
Ukuran perusahaan,
jenis industri, status
kepemilikan, asal
negara perusahaan,
reputasi auditor,
jenis bisnis, umur,
leverage, likuiditas,
dan profitabilitas.
Leverage,
profitabilitas,
likuiditas,
kepemilikan asing,
kepemilikan
manajemen,
kepemilikan
institusional, jenis
industri, ukuran
dewan komisaris,
ukuran komite
audit.
Leverage,
profitabilitas,
likuiditas,
kepemilikan asing,
dan karakteristik
negara.
Kerangka Berpikir
Berdasarkan anaisis dalam kajian teoritis diatas mengenai faktor-faktor
yang memengaruhi pengungkapan triple bottom line, yaitu ukuran perusahaan, jenis
industri, status kepemilikan, negara asal perusahaan, reputasi auditor, dewan
25
Gambar 2.2
Model Kerangka Berpikir
Ukuran Perusahaan
(X1)
Jenis Industri
(X2)
Status Kepemilkan
(X3)
Negara Asal
Perusahaan (X4)
Reputasi Auditor
(X5)
Dewan Komisaris
Independen (X6)
Umur Perusahaan
(X7)
Leverage
(X8)
Likuiditas
(X9)
Profitabilitas
(X10)
Pengungakapan
Triple Bottom Line
(Y)
26
2.3
Hipotesis
Berdsarkan teori dan penelitian terdahulu yang telah diuraikan di atas, maka
penelitian ini akan menguji pengaruh ukuran perusahaan, jenis industri, status
kepemilikan, negara asal perusahaan, reputasi auditor, dewan komisaris independen,
umur perusahaan, leverage, likuiditas, dan profitabilitas terhadap pengungkapan
triple bottom line, dengan rumusan hipotesis sebagai berikut:
H1
H2
H3
H4
H5
H6
H7
H8
H9
27
28
Perusahaan yang termasuk dalam jenis industri high profile merupakan perusahaan
yang mempunyai tingkat sensitivitas tinggi terhadap lingkungan,
tingkat risiko politik yang tinggi, atau tingkat kompetisi yang kuat
(Robert, 1992 dalam Utomo, 2000).
29
Ukuran Perusahaan
(X1)
Jenis Industri
(X2)
Status Kepemilkan
(X3)
Negara Asal
Perusahaan (X4)
Reputasi Auditor
(X5)
Dewa Komisaris
Independen (X6)
Umur Perusahaan
(X7)
Leverage
(X8)
Likuiditas
(X9)
Profitabilitas
(X10)
Pengungakapan
Triple Bottom Line
(Y)
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1
3.2
terdaftar (listing) dalam di Bursa Efek Indonesia tahun 2014. Pemilihan tahun
amatan tersebut dikarenakan pada tahun 2014 ini merupakan massa transisi dimana
perusahaan dapat menerapkan pedoman laporan berkelanjutan yang baru yang
dikeluarkan oleh Global Reporting Initiative (GRI) berkolaborasi bersama National
Center for Sustainability Reporting (NCSR) pada pertengahan 2013 lalu, untuk
membuat transparansi mengenai dampak ekonomi, lingkungan dan sosial menjadi
komponen utama bagi efektifnya hubungan dengan stakeholder, kebijakan investasi
dan hubungan pasar lainnya.
Sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan dengan 50 market
capitalization terbesar selama tahun 2014. Penentuan sampel ini dipilih
berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu (mis. Ho & Taylor, 2007; Aulia &
Kartawijaya, 2011; Suttipun, 2012; Yanti, 2014). Menurut Brammer dan Pavelin
(2008) dalam Suttipun (2012) perusahaan yang lebih besar cenderung memiliki
28
29
shareholder yang lebih peduli terhadap program lingkungan dan sosialnya. Selain
itu, perusahaan yang lebih besar lebih sering menghadapi respon tentang kegiatan
lingkungan daripada perusahaan kecil ataupun sedang.
3.3
3.3.1
30
3.3.2
31
diukur dengan menggunakan dummy variable yaitu diberi skor 1 untuk perusahaan
yang termasuk high profile dan skor 0 untuk low profile.
32
33
dibandingkan dengan semua anggota dewan komisaris yang ada pada perusahaan.
Perumusan untuk mengukurnya adalah sebagai berikut :
Komisaris Independen=
3.3.2.8 Leverage
Leverage merupakan rasio untuk mengukur berapa aktiva yang harus
dibiayai oleh utang atau proporsi total utang terhadap rata-rata ekuitas pemegang
saham. Leverage juga menggambarkan ketergantungan perusahaan terhadap hutang
dalam membiayai kegiatan operasinya, sehingga dapat memperlihatkan seberapa
jauh perusahaan dibiayai oleh hutang atau pihak luar. Dalam penelitian ini, leverage
diukur dengan Debt to Equity Ratio (DER) dikarenakan DER dapat menggambarkan
bagaimana modal yang dimiliki perusahaan dapat menjamin seluruh hutang pada
perusahaan. Adapun perumusannya adalah sebagai berikut :
34
Leverage =
Total Debt
Total Equity
3.3.2.9 Likuiditas
Likuiditas merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam
memenuhi kewajiban jangka pendeknya kepada kreditur jangka pendek. Likuiditas
dalam penelitian ini diukur dengan current ratio. Rasio ini menunjukkan
kemampuan untuk membayar kewajiban jangka pendeknya dengan aktiva lancar.
Rasio ini juga merupakan rasio yang penting dalam analisis likuiditas
(Subramanyam & Wild, 2009). Perumusan dalam mencari likuiditas adalah sebagai
berikut :
Likuiditas =
3.3.2.10 Profitabilitas
Profitabilitas diartikan sebagai kemampuan perusahaan untuk menghasilkan
laba atau profit dalam upaya meningkatkan nilai para pemegang saham perusahaan.
Dalam penelitian ini, profitabilitas diukur dengan menggunakan rumus Return on
Equity (ROE) dikarenakan pemegang saham tertarik dalam menilai kinerja manajemen
perusahaan berdasarkan pembiayaan ekuitas (Subramanyam & Wild, 2009). Adapun
perumusannya adalah sebagai berikut :
ROE =
35
Tabel 3.1
Tabel Definisi Operasional Variabel
VARIABEL
Variabel Independen:
Pengungkapan TBL
Variable Dependen:
Ukuran Perusahaan
Jenis Industri
Status Kepemilikan
Asal Negara
Perusahaan
Reputasi Auditor
Dewan Komisarin
Independen
Umur Perusahaan
DEFINISI
Pengungkapan yang
menggunakan tiga pilar
sebagai alat pengukuran
kinerja, yaitu dari sisi
ekonomi atau keuangan,
sosial, dan lingkungan.
Ukuran perusahaan adalah
suatu skala dimana dapat
diklasifikasikan besar
kecilnya suatu perusahaan
menurut berbagai cara
Karakteristik yang dimiliki
oleh perusahaan yang
berkaitan dengan bidang
usaha, risiko usaha,
karyawan yang dimiliki dan
lingkungan perusahaan.
Status dari kepemilikan
perusahaan apakah dimiliki
oleh negara atau pihak
swasta.
Asal suatu negara yang
menunjukkan tempat negara
sebuah perusahaan atau
negara yang konsumen
simpulan dari nama
perusahan tersebut.
Tingkat kepercayaan
stakeholder terhadap
laporan perusahaan yang
telah dibuat oleh auditor.
Dewan komisaris yang tidak
ada hubungan afiliasi
dengan perusahaan.
Lamanya suatu perusahaan
berdiri, apakah perusahaan
telah lama atau baru berdiri.
PENGUKURAN
Jumlah skor
yang diungkapkan
Jumlah skor maksimal
Ln (market
capitalization)
BUMN (1),
BUMS (0)
International (1),
Domestic (0)
36
Leverage
Likuiditas
Profitabilitas
3.4
Total Debt
Total Equity
dengan menggunakan teknik dokumentasi, yaitu penggunaan data yang berasal dari
dokumen yang sudah ada. Data dalam penelitian ini merupakan data sekunder
dikarenakan lebih mudah diperoleh dan lebih dapat dipercaya karena sudah diaudit
oleh akuntan publik. Data tersebut diperoleh dari perusahaan-perusahaan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada situs http://www.idx.co.id/ serta website
perusahaan terkait.
3.5
3.5.1
Analisis Deskriptif
Metode analisis deskriptif merupakan suatu metode dalam mengorganisir dan
37
3.5.2
penelitian ini adalah pengaruh dari variabel independen yaitu ukuran perusahaan,
jenis industri, status kepemilikan, negara asal perusahaan, reputasi auditor, dewan
komisaris independen, umur perusahaan, leverage, likuiditas, dan profitabilitas
terhadap Pengungkapan Triple Bottom Line. Dari penjelasan sebelumnya maka
persamaan regresi diformulasikan sebagai berikut:
TBL = 0 + 1 SIZE + 2 PROFILE + 3 STATUS + 4 NEGARA + 5 RADIT +
6 DKI + 7 AGE + 8 LEV + 9 LIQ + 10 ROA +
Keterangan:
TBL
SIZE
DKI
AGE
38
LEV
LIQ
ROA
3.5.3
harus dipenuhi, yaitu dengan melakukan uji normalitas dan uji asumsi klasik. Uji
asumsi klasik meliputi uji normalitas, uji multikolinieritas, uji heteroskedastisitas.
melalui analisis One Sample Kolmogrov-Smirnov Test. Dalam uji One Sample
Kolmogorov-Smirnov Test variabel-variabel yang mempunyai asymp. Sig (2-tailed) di
bawah tingkat signifikan sebesar 0,05 maka diartikan bahwa variabel-variabel tersebut
memiliki distribusi tidak normal dan sebaliknya (Ghozali, 2011).
39
10, maka terjadi multikolinieritas. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi
yang lain sama, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut
heterokedastisitas. Untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dilakukan
dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antar SRESID dan
ZPRED dimana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi, dan sumbu X adalah residual
(Y prediksi Y sesungguhnya). Jika ada titik pola tertentu yang teratur
3.5.4
Pengujian Hipotesis
40
Jika nilai signifikan > 0,05 maka hipotesis diterima (koefisien regresi
tidak signifikan). Ini berarti bahwa secara simultan variabel independen
tersebut tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variable
dependen.
2.
variasi
variabel
dependen.
Pengujian
dilakukan
dengan
41
1. Jika nilai signifikan > 0,05 maka hipotesis ditolak (koefisien regresi tidak
signifikan). Ini berarti bahwa secara parsial variabel independen tersebut
tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen.
2. Jika nilai signifikan 0,05 maka hipotesis diterima (koefisien regresi
signifikan). Ini berarti secara parsial variabel independen tersebut
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen.
42
dipilih dengan metode purposive sampling yaitu merupakan jenis pemilihan sampel yang
diharapkan peneliti mendapatkan informasi dari sekelompok yang spesifik dengan
tingkatan tertentu. Adapun kriteria yang digunakan dalam penelitian sampel adalah
perusahaan dengan 50 market capitalization
DAFTAR PUSTAKA
Aulia, Sandra Z. dan TB MH Idris Kartawijaya. 2011. Analisis Pengungkapan
Triple Bottom Line dan Faktor Yang Mempengaruhi; Lintas Negara
Indonesia dan Jepang. Simposium nasional Akuntansi XIV. Aceh.
Andraini, Putri dan Indira Januarti. 2010. Hubungan Karakteristik Dewan
Komisaris dan Perusahaan Terhadap Pengungkapan Risk Management
Committee (RMC) Pada Perusahaan Go Public Indonesia. Simposium
nasional Akuntansi XIII. Purwokerto.
Antonia, Edgina. 2008. Analisis Pengaruh Reputasi Auditor, Proporsi Dewan
Komisaris Independen, Leverage, Kepemilikan Manajerial dan Proporsi
Komite Audit Independen Terhadap Manajemen Laba. Program Studi
Magister Manajemen Universitas Diponogoro. Semarang.
Bestivano, Wildham. 2013. Pengaruh Ukuran Perusahaan, Umur Perusahaan,
Profitabilitas, dan Leverage Terhadap Perataan Laba pada Perusahaan yang
Terdaftar di BEI. Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Padang. Padang.
Cowen, S. S., Ferreri, L. B., & Parker L. D. 1987. The impact of corporate
characteristics on social responsibility disclosure: a typology an frequencybased analysis. Accounting, Organizations and Society. Vol. 12, No. 2, pp.
111-122.
Failasufa, Nadhia dan Ika Permatasari. 2014. Isu Mengenai Pola Pikir Yang
Menjadi Tantangan Perusahaan Dalam Menerapkan Corporate
Sustainability Management. Jurnal Akuntansi UNESA. Vol. 2, No. 3.
Felisia, Amelia Limijaya. 2014. Triple Bottom Line dan Sustainability. Bina
Ekonomi Majalah Ilmiah Fakultas Ekonomi Unpar. Vol. 18, No.1.
Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPPS.
Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang.
Ghozali, Imam dan A. Chariri. 2007. Teori Akuntansi. Semarang: Badan Penerbit
Universitas Diponegoro.
Jeurissen, Ronald. 2000. Cannibals With Forks: The Triple Bottom Line of 21st
Century Business. Journal of Business Ethics. 23, 2, pg. 229
Hackston, David and Markus J. Milne. 1996. Some determinants of social and
environmental disclosures in New Zealand companies. Accounting,
Auditing & Accountability Journal. Vol. 9, No. 1, pp. 77-108
Ho, Li-Chin Jennifer and Martin E. Taylor. 2007. An Empirical Analysis of Triple
Bottom-Line Reporting and its Determinants: Evidence from the United
States and Japan. Journal of International Financial Management and
Accounting. 18:2
Hutahaean, S., R. 2014. Pengaruh Intellectual Capital Terhadap Kinerja Keuangan
pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di BEI. Fakultas Ekonomi
Universitas Sumatera Utara. Medan.
Marston, C. and A. Polei. 2004. Corporate Reporting on The Internet by German
Companies. International Journal of Accounting Information Systems 5.
pp. 285-311.
Mulyadi. 2002. Auditing: Jilid 1 Edisi Enam. Jakarta: Salemba Empat.
Mutia, Evi, Zuraida dan Devi Andriani. 2011. Pengaruh Ukuran Perusahaan,
Profitabilitas dan Ukuran Dewan Komisaris terhadap Pengungkapan
Corporate Social Responsibility pada Perusahaan Manufaktur yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Telaah & Riset Akuntansi. Vol.
4, No. 2, hal. 187-201.
Norman, Wayne and C. MacDonald. 2004. "Getting to the Bottom of Triple
Bottom Line'" Business Ethics Quarterly 14(2) (April): 243-62.
Nugroho, Adhy Karyo. 2013. Pengaruh Karakteristik Perusahaan, Struktur
Kepemilikan, dan Good Corporate Governance terhadap Pengungkapan
Triple Bottom Line di Indonesia. Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Universitas Diponogoro. Semarang.
Oyelere, P., F. Laswad and R. Fisher. 2003. Determinants of Internet Financial
Reporting by New Zealand Companies. Journal of International Financial
Management and Accounting. 14, 26-62.
PricewaterhouseCoopers. 2014. Survey Bisnis Keluarga 2014. PwC Indonesia.
Pedersen, Thomas. 2004. Stakeholder Theory lessons from Denmark.
Department of Finance Aarhus University. Aarhus, Denmark.
Fitriyah, Reni dan Sri Setyo Iriani. 2014. Pengaruh Negara Asal Terhadap Persepsi
Kualitas. Jurnal Ilmu Manajemen. Vol. 2, No. 4.
Sari, M. Putri Yustia. 2013. Pengaruh Kinerja Keuangan, Ukuran Perusahaan Dan
Corporate Governance Terhadap Pengungkapan Sustainability Report.
Fakultas Ekonomikan dan Bisnis Universitas Diponegoro. Semarang.
LAMPIRAN
Lampiran 1
Item pengungkapan Triple Bottom Line
No.
Keterangan
A. Item untuk pengungkapan ekonomi
Umum
1. Informasi tentang ukuran dan profitabilitas
2. Indentifikasi pihak yang dapat dihubungi (contact person) untuk
penyediaan informasi tambahan
Pelanggan
3. Layanan produk dan gangguan
4. Penguasaan pasar regional
5. Informasi tentang tumpukan pesanan
Pemasok
6. Informasi tentang pemasok utama
Karyawan
7. Informasi daftar gaji oleh negara atau regional
8. Informasi jaminan sosial oleh negara atau regional
9. Opsi saham karyawan atau bonus program
Investor/kreditor
10. Informasi tentang kreditor utama
11. Pembagian deviden
Sektor publik
12. Pajak
13. Pembahasan pembentukan modal sosial, misalnya kegiatan seperti amal
sumbangan
Investasi perusahaan
14. Ukuran dan jenis investasi
15. Kinerja ekonomi
16. Investasi R & D
17. Investasi dalam teknologi informasi
18. Investasi tidak berwujud lainnya, misalnya, modal manusia, nilai merek,
dan reputasi)
Lainnya
19. Laba atau perkiraan penjualan
20. Penyebutan informasi ekonomi masa depan lainnya
B. Item untuk pengungkapan sosial
Umum
1. Pernyataan dari perusahaan tentang komitmen perusahaan kepada
pemegang saham dan masyarakat secara umum
2. Penghargaan atau pengakuan yang diterima relevan untuk kinerja sosial
3. Identifikasi kontak yang dapat dihubungi untuk informasi tambahan
Karyawan
4. Jumlah karyawan dan distribusi geografisnya
5.
6.
7.
14.