Anda di halaman 1dari 3

BAB 9

AKUNTANSI UNTUK ISTISHNA I

TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mempelajari bab ini, diharapkan mahasiswa dapat memahami:
1. karakteristik istishna
2. pengakuan dan pengukuran transaksi istishna
3. pengakuan dan pengukuran ijarah istishna paralel metode prosentase
penyelesaian
4. penyajian transaksi istishna di laporan keuangan

1. Karakteristik
Seperti telah dijelaskan pada bab akad, istishna mempunyai karakteristik yang hampir
sama dengan salam. Istishna adalah akad jual beli antara pembeli (al-mustashni) dan as
shani (produsen yang juga sebagai penjual). Berdasarkan akad tersebut, pembeli
menugasi produsen untuk menyediakan barang pesanan (al-mashnu) sesuai spesifikasi
yang disyaratkan pembeli dan penjualnya dengan harga yang disepakati. Cara
pembayaran dapat berupa pembayaran dimuka, cicilan, atau ditangguhkan sampai jangka
waktu tertentu. Ketentuan harga barang pesanan tidak dapat berubah selama jangka
waktu akad.
Bank dapat bertindak sebagai pembeli atau penjual dalam suatu transaksi istishna. Jika
bank bertindak sebagai penjual kemudian memesan kepada pihak lain (sub kontraktor)
untuk menyediakan barang pesanan dengan cara istishna maka hal ini disebut istishna
pararel.
Istishna paralel dapat dilakukan dengan syarat sebagai berikut.

a) Akad kedua antara entitas syariah / pembeli (misal,bank syariah) dan sub kontraktor
terpisah dari akad pertama antara penjual (bank syariah) dan pembeli akhir.
b) Akad kedua dilakukan setelah akad pertama sah.
Pembeli mempunyai hak untuk memperoleh jaminan dari produsen/ penjual atas
a) jumlah yang telah dibayarkan, dan
b) penyerahan barang pesanan sesuai dengan spesifikasi dan tepat waktu.

Akuntansi Syariah Pusat Bahan Ajar dan Elearning


12 1 Drs. Slamet Wiyono, Ak. MBA. Universitas Mercu Buana http://www.mercubuana.ac.id
c) akad tersebut dilakukan secara serentak atau secara berkesinambungan.
(par.15).
Jika ada pemesanan aset tambahan dengan akad istishna terpisah, maka tambahan aset
tersebut diperlakukan sebagai akad terpisah jika:
a) aset tambahan berbeda secara signifikan dengan aset dalam akad istishna awal
dalam desain, teknologi atau fungsi; atau
b) harga aset tambahan dinegosiasikan tanpa terkait harga akad istishna
awal.(par.16).

b. Biaya Perolehan Istishna


PSAK 104, par.25-30 (2007) telah mengatur pengakuan dan pengukuran biaya
istishna seperti berikut. Biaya perolehan istishna terdiri dari:
a) biaya langsung yaitu bahan baku dan tenaga kerja langsung untuk membuat
barang pesanan; dan
b) biaya tidak langsung adalah biaya overhead, termasuk biaya akad dan praakad.
Biaya praakad diakui sebagai beban tangguhan dan diperhitungkan sebagai biaya
istishna jika akad disepakati. Namun jika akad tidak disepakati, maka biaya tersebut
dibebankan pada periode berjalan.
Jurnal yang dibuat entitas syariah untuk biaya praakad adalah:
Tgl Biaya praakad tangguhan Rp. xx -
Kas - Rp.xx

Jika akad istishna disepakati, maka entitas syariah akan membuat jurnal seperti
berikut:
Tgl Aset istishna dalam Rp. xx -
penyelesaian
Beban praakad tangguhan - Rp.xx

Jika akad istishna tidak disepakati, maka jurnal untuk biaya praakad akan dijurnal
sebagai berikut:
Tgl Beban lain-lain Rp. xx -

Akuntansi Syariah Pusat Bahan Ajar dan Elearning


12 3 Drs. Slamet Wiyono, Ak. MBA. Universitas Mercu Buana http://www.mercubuana.ac.id
Pengakuan pendapatan istishna dan istishna paralel diatur dalam PSAK 104 par.17-24
(2007), dengan penjelasan seperti berikut.
Pendapatan istishna diakui dengan menggunakan metode prosentase penyelesaian
atau metode akad selesai. Akad adalah selesai jika proses pembuatan barang pesanan
selesai dan diserahkan kepada pembeli.(par.17).
Jika metode prosentase penyelesaian digunakan, maka:
a) bagian nilai akad yang sebanding dengan pekerjaan yang telah diselesaikan
dalam periode tersebut diakui sebagai pendapatan istishna pada periode yang
bersangkutan. Penjelasannya seperti berikut: misal, bila pekerjaan yang telah
diselesaikan pada tahun 1 adalah 60%, nilai akad = Rp 500 juta,-, maka
pendapatan istishna yang diakui adalah 60% X Rp 500 juta,-=Rp 300 juta,-.
b) bagian margin keuntungan istishna yang diakui selama periode pelaporan
ditambahkan kepada aset istishna dalam penyelesaian; dan
c) pada akhir periode harga pokok istishna diakui sebesar biaya istishna yang
telah dikeluarkan sampai dengan periode tersebut.(par.18). Penjelasan: misal,
pada tahun 1 biaya istisha yang telah dikeluarkan adalah Rp 200 juta,- maka
keuntungan yang diakui = Rp 300 juta,- - Rp 200 juta,- = Rp 100 juta,--, yang
akan ditambahkan ke rekening aset istishna dalam penyelesaian.
Entitas syariah akan membuat jurnal untuk mengakui pendapatan sebagai berikut:
(berdasar contoh di atas)
Tgl Harga Pokok Istishna Rp. 200 juta -
Aset istishna dalam Rp 100 juta
penyelesaian --
Pendapatan istishna - Rp. 300 juta

Jika estimasi persentase penyelesaian akad dan biaya untuk penyelesaiannya tidak
dapat ditentukan secara rasional pada akhir periode laporan keuangan, maka
digunakan metode akad selesai dengan ketentuan sebagai berikut:
a) tidak ada pendapatan istishna yang diakui sampai dengan pekerjaan tersebut
selesai;
b) tidak ada harga pokok istishna yang diakui sampai dengan pekerjaan tersebut
selesai;

Akuntansi Syariah Pusat Bahan Ajar dan Elearning


12 5 Drs. Slamet Wiyono, Ak. MBA. Universitas Mercu Buana http://www.mercubuana.ac.id

Anda mungkin juga menyukai