“INDUSTRI BAYER”
OLEH:
KELOMPOK : I (SATU)
ANGGOTA : MUHAMMAD FADHLI (O1A117032)
MUHAMMAD MUFLIH KASIM (O1A117107)
NOVIANTI PUSPITASARI (O1A117114)
SITTI NURAISYAH WAHYUNINGRUM (O1A117124)
ZULFAHRI AHMAD SLAMET (O1A117132)
ANUGRAHWATI MARSUKI PUTRI (O1A117138)
HASRI AININ HIKBAR (O1A117147)
KELAS :C
DOSEN : Apt RINA ANDRIANI, S.Farm,M.Sc.
JURUSAN FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2020
INDUSTRI BAYER
Bayer AG adalah sebuah perusahaan kimia dan farmasi di Jerman yang didirikan pada
tahun 1863 oleh Friedrich Bayer yang bermarkas di Leverkusen, North Rhine-Westphalia,
Jerman. Perusahaan ini terkenal dengan aspirinnya. Di Indonesia, lisensi produk-produk buatan
Bayer dipegang oleh PT Bayer Indonesia. Sebelum tahun 2003, Bayer adalah pemegang merek
dagang Baygon, tetapi kini telah dipindahtangankan ke perusahaan S.C. Johnson & Son.
- Harga saham: BAYN (ETR) €62,00 +0,63 (+1,03%)27 Mei 17.35 GMT+2
- CEO: Werner Baumann (1 Mei 2016–)
- Kantor Pusat: Leverkusen, Jerman
- Pendapatan: 43,54 miliar EUR (2019)
Sejarah Bayer
Dimulai dari sebuah pabrik kecil di distrik Barmen kota Wuppertal. Perusahaan itu didirikan
1 Agustus 1863 oleh Friedrich Bayer dan Johan Weskott. Bidang usahanya adalah bahan
pewarna. Pelanggan utama ketika itu adalah tentara Jerman yang mewarnai baju seragamnya
dengan bahan pewarna dari Bayer.Untuk mendapat dana segar, perusahaan itu tahun 1883
dijadikan perusahaan publik dan menjual sahamnya. Sebagai perusahaan kimia yang
menciptakan bahan pewarna, mereka perlu banyak tenaga ahli. Bayer merekrut lulusan kimia
dari universitas-universtas Jerman. Jurusan studi kimia ketika itu adalah jurusan yang masih
baru. Produk Bayer sudah tersedia di Indonesia sejak 1920. Secara badan hukum, pendirian PT
Bayer Indonesia dikukuhkan pada 1957.
Bayer mengoperasikan dua supply center di Indonesia yang merupakan bagian dari supply
chain fasilitas produksi Bayer global. Sebagian besar produk dari kedua supply center tersebut
diekspor ke negara-negara di seluruh dunia serta dipasarkan di Indonesia. Alamat PT Bayer
Indonesia yaitu
KANTOR PUSAT PT Bayer Indonesia
Mid Plaza I, Lantai 11–15, Jl. Jend. Sudirman Kav. 10-11 Jakarta 10220 Indonesia
FASILITAS PRODUKSI
Supply Center Health Care
Jl. Raya Bogor Km 32, Cimanggis, Depok 16416 ,Jawa Barat Indonesia
Jl. Rungkut Industri I/12, Surabaya 60292, Jawa Timur Indonesia
Hak Paten
"Dengan berlakunya hak paten di Jerman, posisi para ahli kimia makin kuat lagi", kata ahli
sejarah ekonomi Werner Plumpe dari Universitas Frankfurt. Jerman ketika itu memberlakukan
hak paten dengan ketat. Hanya prosedur yang benar-benar baru akan diberi hak paten. "Itu
sebabnya, orang perlu ahli kimia yang benar-benar hebat. Kalau perlu mereka harus bisa
menolak permohonan paten dari perusahaan pesaing," ujar Plumpe. Produk yang ditawarkan
Bayer makin banyak. Selain bahan pewarna sintetik, perusahaan itu mulai memproduksi obat-
obatan. Terobosan terbesar terjadi secara kebetulan. Ketika sedang memproduksi cat berwarna,
ada banyak bahan sisa produksi. Para ahli kimia bereksperimen dengan bahan-bahan itu.
Ternyata mereka menemukan bahan-bahan yang bisa meredam rasa sakit.
"Aspirin sebenarnya adalah produk sampingan dari asam salisilat dalam pembuatan cat",
jelas Werner Plumpe. Bayer mendaftarkan obat peredam sakit Aspirin ke kantor paten pada 6
Maret 1899. Tanpa disangka, obat itu kemudian menjadi produk terkenal di seluruh dunia.
Karena produksinya makin banyak, Bayer butuh lokasi yang lebih luas untuk pabrik-pabrik
barunya. Tahun 1895, Bayer membeli tanah dan lokasi pabrik dari pengusaha Carl Leverkus.
Lokasi luas di tepi sungai Rhein itu kemudian dibangun menjadi pusat produksi baru. Tahun
1912, perusahaan Bayer resmi pindah ke kota Leverkusen.
Perusahaan Global
Sebelum Perang Dunia I, Bayer sudah menjadi perusahaan internasional yang punya cabang
dan anak perusahaan di banyak negara, termasuk di Brazil, Argentina, Cina, Jepang dan Amerika
Serikat. Ketika itu, pegawainya sudah lebih 10.000 orang. Tahun 1925, Bayer bergabung dengan
beberapa perusahaan kimia Jerman dan menjadi IG Farben. Di masa kekuasaan Hitler, IG Farben
punya sejarah kelam karena ikut memproduksi gas beracun. IG Farben bekerjasama dengan Nazi
untuk mendapat keuntungan besar.
Tahun 1944, IG Farben mempekerjakan lebih dari 4000 pekerja paksa di Leverkusen yang
dikirim penguasa Nazi. Setelah kekalahan Jerman dalam Perang Dunia ke II, IG Farben
dibubarkan. Para direkturnya diadili dalam Mahkamah Perang di Nürnberg. Tahun 1951,
perusahaan Bayer didirikan lagi dan mulai berkembang ke seluruh dunia. Bidang farmasi
menjadi tulang punggung utama. Selain itu, Bayer juga memproduksi pupuk dan bahan-bahan
pencegah hama. Produknya lainnya adalah bahan plastik unggulan yang digunakan dalam
industri otomotif dan industri bangunan. Sekarang, Bayer punya 110.000 pegawai dan omsetnya
mencapai 40 miliar Euro.
Bayer adalah satu-satunya perusahaan di dunia yang memiliki complete range of diagnostic
imaging tools, mulai dari injektor, jarum suntik, media kontras baik untuk MR dan X-Ray, serta
Informatics System (radimetrics & certegra).
- Genuine Aspirin Bayer®: Genuine Aspirin Bayer ® digunakan untuk meredakan nyeri
sementara dan nyeri ringan karena sakit kepala, nyeri otot, sakit gigi, nyeri haid,
pilek,nyeri artritis ringan dan mengurangi demam.
- Bayer Extra Strength®: Bayer Extra Strength® digunakan untuk meredakan nyeri
sementara dan nyeri ringan karena sakit kepala, nyeri otot, sakit gigi, nyeri haid,
pilek,nyeri artritis ringan dan mengurangi demam.
Gambar 19. Bayer Extra Strength ®
- Bayer Back & Body®: Bayer Back & Body ® digunakan untuk menghilangkan sementara
sakit punggung, nyeri otot, nyeri ringan dan nyeri artritis
-
- Gambar 20. Bayer Back & Body ®
-
Bayer ag dianggap sebagai “pembuka” era baru dalam tonggak sejarah industri farmasi di
dunia. Perusahaan inilah yang untuk pertama kali, membuat obat yang disintesa dari bahan kimia
murni bukan dari bahan alam, sehingga “kelahirannya” dianggap sebagai “milestone” dalam
sejarah perkembangan industri farmasi dunia. Namun siapa sangka, sintesis obat secara kimia
pertama yang dihasilkan oleh perusahaan yang berkantor pusat di leverkusen, jerman ini ternyata
hasil “kejeniusan” seorang ahli kimia memanfaatkan limbah yang semula tidak ada harganya
sama sekali.
Pada tanggal 10 Agustus 1897, Felix Hoffman berhasil mensintesa Acetylsalicylic Acid
(ASA) dengan proses asetilisasi asam salisilat menggunakan asam asetat. Sebuah penemuan
yang sangat luar biasa, mengingat sudah sekian lama ilmuwan berusaha mensintesa ASA dengan
berbagai macam metode namun belum pernah ada yang berhasil. Namun, Felix Hoffmann,
pemuda brilian ini berhasil mensintesa ASA dalam bentuk bahan kimia yang murni dan sangat
stabil. Bayer, selanjutnya bergerak cepat dengan mendaftarkan Patent dari produk ini, yang
kemudian di-setujui pada tahun 1899, dengan nama yang kemudian menjadi legenda: ASPIRIN,
yang berasal dari bahasa jerman yang artinya “sebuah asam yang secara kimia identik dengan
asam salisilat”. Huruf “A” = acetyl, “- SPIR dari kata Spirsäure = (seperti) asam salisilat, “-IN =
obat.
Ada cerita menarik di balik penemuan Aspirin ini. Pada waktu itu, ada 8 ahli kimia dan
ahli farmakologi yang bekerja di Divisi Riset Bayer di Elberfeld. Salah seorang diantara mereka
adalah si jenius Felix Hoffmann. Sebenarnya, Bayer tidak secara khusus mengembangkan obat
anti rematik. Namun, Felix Hoffman yang mempunyai ayah yang menderita penyakit rematik
berkepanjangan, yang sangat menderita dengan obat asam salisilat yang membuat mual dan
rasanya sangat pahit, secara diam2 mengembangkan obat anti rematik yang lebih stabil, rasa
lebih bisa enak dengan efek samping yang lebih kecil. Akhirnya, obat yang sebenarnya “tidak
direncanakan” ini berhasil ditemukan dan sukses besar di pasaran. Sampai dengan tahun 2011
obat ini sudah diproduksi sebanyak 40.000 ton pertahun. Di Amerika serikat saja, obat ini
diproduksi hampir mencapai 20 milyar tablet pertahun. Tidak mengherankan obat ini dinobatkan
sebagai “Obat Sepanjang Masa”
Berita: Lepas Ekspor ke-3.000 Bayer, Menperin Sebut Kontribusi Industri Farmasi Terus
Naik
Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto melepas kontainer ekspor ke-3.000 PT Bayer
Indonesia. Ekspor ini menjadi bukti industri farmasi Indonesia telah menembus pasar global dan
bersaing dengan produk-produk sejenis dari negara lain.
Menteri Airlangga mengatakan, industri farmasi, produk obat kimia dan obat tradisional
tumbuh sebesar 4,46 persen dan memberikan kontribusi industri tersebut terhadap PDB industri
pengolahan non migas sebesar 2,78 persen.
"Ini terus meningkat selama 5 tahun terakhir," ujar dia di Pabrik Bayer Indonesia,
Cimanggis, Depok, Rabu (27/3).
Saat ini, neraca ekspor-impor industri farmasi masih menunjukkan defisit walaupun
ekspor di 2018 sebesar USD 1.136 juta, meningkat dibandingkan 2017 yang sebesar USD 1.101
juta.
"Untuk itu, pemerintah sangat menghargai investasi PT Bayer Indonesia bagi
pengembangan fasilitas produksi dalam negeri, sehingga dapat meningkatkan kualitas dan daya
saingnya di pasar health care internasional," kata dia.
Menurut Menteri Airlangga, investasi yang telah dilakukan oleh PT Bayer Indonesia
dalam bentuk fasilitas modern dengan teknologi canggih telah memposisikan Indonesia sebagai
produsen produk perawatan kesehatan berkualitas dunia. Hal ini ditunjukkan dengan ekspor
sekitar 80 persen produk Bayer ke 33 negara di seluruh dunia.
"Selain ekspor, PT Bayer juga turut mengembangkan sumber daya manusia berkualitas
kelas dunia melalui pelatihan vokasi mekatronik dengan siswa SMK. Program ini mengikuti
standard pelatihan vokasi Jerman dan diawasi oleh Kamar Dagang dan Industri Jerman," tandas
dia.
Referensi
https://www.merdeka.com/uang/lepas-ekspor-ke-3000-bayer-menperin-sebut-kontribusi-industri-
farmasi-terus-naik.html
Mubarok M.F., 2017, Bayer AG: Dari Limbah Tak Berharga Menjadi “Raksasa” Kimia dan
Farmasi Dunia, https://farmasiindustri.com, Diakses Pada Tanggal 29 Mei 2020.