Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASI FISIK

PEMBUATAN LARUTAN TOPIKAL POVIDON IODIUM DAN PENGUJIAN


MUTUNYA

DOSEN PENGAMPU:
Apt.MANDIKE GINTING,S.Si,M.Si

DI SUSUN OLEH
KELOMPOK 1
DINA PUTRI MARINA PANJAITAN (2201011225)
DEWI NAWWAR SARI (2201011049)
ENI ARISTA (2201011051)
FADZLUN (2201011275)
EMIL SAMUEL PAKPAKHAN (2201011226)

PROGRAM STUDI SI FARMASI


FAKULTAS FARMASI DAN KESEHATAN
INSTITUT KESEHATAN HELVETIA MEDAN
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa (YME) Di mana Tuhan YME
telah memberikan rahmat dan karunia-Nya. Sehingga kami dapat melaksanakan sebuah
praktikum dan menyelesaikannya dengan baik

Sehingga akhirnya terusunlah sebuah laporan praktikum farmasi fisik ini. Laporan ini telah
kami susun dengan sistematis dan sebaik mungkin. Hal ini bertujuan untuk memenuhi tugas
Praktikum Farmasi Fisk

Dengan selesainya laporan resmi praktikum ini, maka kami tidak lupa mengucapkan banyak
terimakasih. Kami juga menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang terlibat dalam
penyusunan laporan praktikum Farmasi Fisik ini

Medan, Oktober 2023

Kelompok 1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................4
1.2 Tujuan Percobaan........................................................................................................4
1.3 Prinsip percobaan........................................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................................5
2.1 Dasar Teori.................................................................................................................5
BAB III METODE PRAKTIKUM..................................................................................8
3.1 Alat Dan Bahan..........................................................................................................8
3.2 Cara kerja....................................................................................................................8
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...........................................................................9
4.1 Data hasil pengamatan dan Perhitungan.....................................................................9
4.2 pembahasan................................................................................................................9
BAB V PENUTUP ....................................................................................................................10
5.1 kesimpulan .........................................................................................................................10
5.2 saran.....................................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................11
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Povidone iodine merupakan antiseptik yang bekerja dengan cara merusak sel kuman,
sehingga kuman mati. Selain tersedia dalam bentuk cairan luar (untuk kulit), produk
povidone iodine juga bisa ditemukan dalam bentuk salep, vaginal douche, obat kumur,
dan spray mulut. Iodin pertama kali ditemukan oleh kimiawan Prancis, Bernard Courtois,
pada tahun 1811 berupa kristal berwarna gelap yang terbentuk dari asap ungu hasil reaksi
asam sulfat dengan sisa abu rumput laut yang sebelumnya dipergunakan untuk mengisolasi
sodium karbonat sebagai bahan dasar pembuatan mesiu.
Pada Perang Dunia Pertama yang berlangsung pada tahun 1914-1918, ilmuwan
Skotlandia, Alexander Fleming, menemukan bahwa iodin lebih efektif dalam menekan risiko
timbulnya ganggren pada luka yang diderita oleh para prajurit dibandingkan dengan asam
karbol. Kendati demikian, iodin dirasakan masih memiliki kekurangan karena tidak larut
dalam air. Oleh karena itu, iodin menjadi tidak stabil, sehingga para apoteker saat itu kerap
menambahkan alkohol hingga 70%. Padahal, kadar alkohol yang tinggi justru berisiko
memperlambat penyembuhan luka itu sendiri.
Iodin povidon ditemukan pada tahun 1955 di Industrial Toxicology
Laboratories di Philadelphia oleh H. A. Shelanski dan M. V. Shelanski. Mereka menjalankan
serangkaian tes in vitro untuk mendemonstrasikan aktivitas anti-bakteri, dan menemukan
bahwa kompleks tersebut lebih tidak beracun dibandingkan dengan tingtur iodin. Percobaan
klinis pada manusia menunjukkan bahwa produk tersebut lebih superior dibandingkan dengan
formulasi iodin lainnya.
Efek samping yang ditimbulkannya termasuk iritasi kulit. Jika dipergunakan dalam dosis
besar untuk luka yang luas bisa mengakibatkan gangguan pada ginjal, tingginya sodium pada
darah dan asidosis metabolik. Penggunaannya tidak dianjurkan untuk ibu hamil dengan usia
kandungan di bawah 32 minggu, atau pasien yang menjalani pengobatan dengan lithium.
Penderita gangguan tiroid juga tidak dianjurkan memakai iodin povidon terlalu sering.

1.2 TUJUAN PERCOBAAN


•Untuk mengetahui cara-cara penentuan pembuatan larutan povidone iodium dengan
pengujian mutunya.

1.3 PRINSIP PERCOBAAN


Penentuan penentuan pembuatan larutan povidone iodium dengan pengujian mutunya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DASAR TERORI


A. Pengertian
Povidone iodine merupakan antiseptik yang bekerja dengan cara merusak sel kuman,
sehingga kuman mati. Selain tersedia dalam bentuk cairan luar (untuk kulit), produk
povidone iodine juga bisa ditemukan dalam bentuk salep, vaginal douche, obat kumur,
dan spray mulut. Iodin pertama kali ditemukan oleh kimiawan Prancis, Bernard Courtois,
pada tahun 1811 berupa kristal berwarna gelap yang terbentuk dari asap ungu hasil reaksi
asam sulfat dengan sisa abu rumput laut yang sebelumnya dipergunakan untuk mengisolasi
sodium karbonat sebagai bahan dasar pembuatan mesiu.
Pada Perang Dunia Pertama yang berlangsung pada tahun 1914-1918, ilmuwan
Skotlandia, Alexander Fleming, menemukan bahwa iodin lebih efektif dalam menekan risiko
timbulnya ganggren pada luka yang diderita oleh para prajurit dibandingkan dengan asam
karbol. Kendati demikian, iodin dirasakan masih memiliki kekurangan karena tidak larut
dalam air. Oleh karena itu, iodin menjadi tidak stabil, sehingga para apoteker saat itu kerap
menambahkan alkohol hingga 70%. Padahal, kadar alkohol yang tinggi justru berisiko
memperlambat penyembuhan luka itu sendiri.
Iodin povidon ditemukan pada tahun 1955 di Industrial Toxicology
Laboratories di Philadelphia oleh H. A. Shelanski dan M. V. Shelanski. Mereka menjalankan
serangkaian tes in vitro untuk mendemonstrasikan aktivitas anti-bakteri, dan menemukan
bahwa kompleks tersebut lebih tidak beracun dibandingkan dengan tingtur iodin. Percobaan
klinis pada manusia menunjukkan bahwa produk tersebut lebih superior dibandingkan dengan
formulasi iodin lainnya.
Efek samping yang ditimbulkannya termasuk iritasi kulit. Jika dipergunakan dalam
dosis besar untuk luka yang luas bisa mengakibatkan gangguan pada ginjal, tingginya sodium
pada darah dan asidosis metabolik. Penggunaannya tidak dianjurkan untuk ibu hamil dengan
usia kandungan di bawah 32 minggu, atau pasien yang menjalani pengobatan dengan lithium.
Penderita gangguan tiroid juga tidak dianjurkan memakai iodin povidon terlalu sering.

B .Cara Penggunaan Povidone iodine

Pastikan untuk mengikuti arahan dari dokter atau sesuai petunjuk yang ada pada bungkus
obat tersebut. Cobalah untuk memberitahu dokter terkait alergi yang dialami, terutama jika
berhubungan dengan kandungan pada obat tersebut. Jangan menggunakan dalam waktu yang
lama tanpa petunjuk dari dokter.
C. Peringatan Sebelum Menggunakan Povidone Iodine
Meski termasuk obat bebas, povidone iodine tidak boleh digunakan sembarangan. Berikut ini
adalah hal yang perlu Anda perhatikan sebelum menggunakan povidone iodine:

 Jangan menggunakan povidone iodine jika Anda alergi terhadap obat ini. Beri tahu
dokter jika Anda memiliki alergi terhadap yodium.
 Konsultasikan dengan dokter terlebih dahulu sebelum menggunakan povidone iodine
jika Anda mengalami luka bakar yang parah, luka yang dalam atau besar, atau luka
yang disebabkan oleh gigitan hewan.
 Beri tahu dokter jika Anda pernah atau sedang mengalami penyakit ginjal
atau penyakit tiroid.
 Konsultasikan dengan dokter perihal penggunaan povidone iodine pada luka kronis.
 Hati-hati dalam menggunakan povidone iodine pada anak-anak, terutama jika
digunakan di luka yang besar, mulut, atau hidung.
 Konsultasikan dengan dokter perihal penggunaan povidone iodine jika Anda sedang
hamil, berencana untuk hamil, atau sedang menyusui.
 Beri tahu dokter bahwa Anda sedang menggunakan povidone iodine sebelum
menjalani tes fungsi tiroid atau pemeriksaan medis lainnya. Penggunaan povidone
iodine berpotensi mengganggu hasil pemeriksaan fungsi tiroid.
 Konsultasikan dengan dokter perihal penggunaan povidone iodine jika Anda sedang
menggunakan obat lain, termasuk suplemen dan produk herbal, untuk mengantisipasi
interaksi obat.
 Segera ke dokter jika terjadi reaksi alergi obat setelah menggunakan povidone iodine.

D. Cara Menggunakan Povidone Iodine dengan Benar


 Ikuti anjuran dokter dan baca informasi yang tertera pada kemasan povidone iodine
sebelum mulai menggunakannya.
 Jangan menggunakan povidone iodine lebih dari 1 minggu, kecuali jika atas saran
dokter. Jika keluhan belum membaik setelah pemakaian povidone iodine selama 7
hari, konsultasikan kondisi Anda dengan dokter.
 Cara menggunakan povidone iodine tergantung pada bentuk obatnya. Pastikan untuk
mencuci tangan sebelum dan sesudah menggunakan povidone iodine.
 Sebelum menggunakan povidone iodine untuk luka, bersihkan dan keringkan
permukaan kulit yang akan diobati terlebih dahulu. Oleskan obat secukupnya pada
luka dan tunggu hingga kering sebelum memasang perban. Jangan gunakan perban
terlalu kuat karena akan mengganggu proses penyembuhan luka.
 Hindari kontak dengan mata dan bagian dalam hidung atau mulut saat menggunakan
povidone iodine pada luka. Jika bagian tersebut tidak sengaja terkena, segera bilas
dengan air sampai bersih. Bila perlu, periksakan diri ke dokter jika muncul iritasi pada
mata.
 Hentikan pemakaian povidone iodine pada luka yang sudah sembuh. Periksa ke
dokter jika luka tidak kunjung sembuh dan timbul nyeri, bengkak, atau demam.
 Untuk menggunakan obat kumur povidone iodine, kumur cairan selama 30 detik lalu
buang. Jangan menelan cairan kumur. Jika ada, gunakan gelas takar yang terdapat
dalam kemasan. Untuk povidone iodine spray oral, kocok kemasan terlebih dahulu
sebelum obat disemprotkan ke dalam rongga mulut atau tenggorokan.
 Periksa ke dokter jika keluhan sariawan atau sakit tenggorokan terasa makin parah,
atau jika muncul demam, sakit kepala, serta mual dan muntah.
 Untuk mengatasi infeksi atau iritasi pada vagina, basuhkan povidone iodine vaginal
douche ke seluruh area organ intim dengan menggunakan wadah atau aplikator yang
tersedia dalam kemasan. Diamkan selama 1 menit, lalu bilas dengan air hingga bersih.
 Tutup rapat kemasan povidone iodine yang telah dipakai dan simpan di tempat sejuk
serta terlindung dari sinar matahari. Jauhkan obat dari jangkauan anak-anak.
 Interaksi Povidone Iodine dengan Obat Lain
 Povidone iodine dapat meningkatkan risiko terjadinya gangguan tiroid jika digunakan
bersama lithium.

E. Dosis dan Aturan Pakai Povidone Iodine


Dosis povidone iodine berbeda-beda pada tiap pasien. Berikut adalah dosis umum povidone
iodine berdasarkan bentuk obat dan tujuan penggunaannya:

1. Cairan obat luar atau salep dengan kandungan povidone iodine 5–10%
Mengatasi infeksi pada kulit atau mencegah infeksi pada luka. Dosis untuk dewasa dan anak
usia ≥2 tahun: Dioleskan atau disemprotkan ke kulit yang terinfeksi atau terluka secukupnya.

2. Cairan kumur dengan kandungan povidone iodine 1%


Mengatasi atau mencegah infeksi pada rongga mulut dan tenggorokan. Dosis untuk
dewasa dan anak usia >6 tahun: 10 ml dikumur selama 30 detik. Lakukan 4 kali sehari
dengan selang waktu 3–4 jam, selama 14 hari atau sesuai petunjuk penggunaan atau saran
dokter.

3. Spray rongga mulut dan tenggorokan


Mencegah atau mengatasi sakit tenggorokan dan sariawan. Dosis untuk
dewasa: Semprotkan ke dalam rongga mulut dan tenggorokan 3–4 kali sehari sesuai
kebutuhan.

4. Vaginal douche
Mengatasi iritasi atau infeksi pada vagina. Dosis untuk dewasa: Basuhkan ke area organ
intim, 1 kali sehari, selama 5–7 hari.

BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah:


 Beker glas
 Labu ukur
 Pipet ukur
 Buret
 Batang pengaduk
 Erlemenyer
 Karet penghisab
 Statif
 Timbangan digital
 Pembakar spirtus

Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah:

 Natrium tiosulfat
 Povidone isodium
 Kanji
 Aquadest

3.2 Cara Kerja


Adapun cara yang dilakukan adalah:
 Larutkan natrium tiosulfat 14,2 gram dengan aquadest 1000 ml kedalam labu ukur
 Timbang kanji 1 gram dilarutkan dengan aquadest 100 ml dan panaskan
 Ambil povidone iodium 0,5 ml dilarutka dengan aquadest 30 ml masukkan kedalam
erlemenyer
 Erlemenyer yang berisi povidone iodium dititrasi dengan natrium tiosulfat yang sudah di isi
dalam buret.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Data dan Hasil Pengamatan
a. perhitungan
Pembuatan larutan Na2S2O3 0,05 N sebanyak 2 L
V1 = gram zat terlarut / BE × 1L/1L
0,05 = gram/248 × 1000 ml/1000 ml
0,05 = gram/248
Gram = 248 × 0,05
= 12,4

Pembuatan larutan kanji 1%


Timbang 1 gram amylum larutkan dalam 100 ml air
10% = 10g / 100 ml
= 10.000 mg/100 ml
= 100 mg/ 1 ml
= 50 mg/0,5 ml
Titrasi 1 : 4,9 ml = 9×0,05 = 0,45
=0,45 + 0,45 = 4,45
Titrasi 2 : 6,7 ml = 7 × 0,05 =0,35
= 6 + 0,35 = 6,35
Titrasi 3 : 8,1 ml = 0,05 = 8 + 0,05 = 8,05

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Povidone
iodine merupakan antiseptik yang bekerja dengan cara merusak sel kuman, sehingga kuman
mati. Selain tersedia dalam bentuk cairan luar (untuk kulit), produk povidone iodine juga bisa
ditemukan dalam bentuk salep, vaginal douche, obat kumur, dan spray mulut. Iodin pertama
kali ditemukan oleh kimiawan Prancis, Bernard Courtois, pada tahun 1811 berupa kristal
berwarna gelap yang terbentuk dari asap ungu hasil reaksi asam sulfat dengan sisa abu
rumput laut yang sebelumnya dipergunakan untuk mengisolasi sodium karbonat sebagai
bahan dasar pembuatan mesiu.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa povidone iodium dititrasi
menggunakan natrium tiosulfat dan kanji .

DAFTAR PUSTAKA

1. Voight.R 1994 Buku Pelajaran Teknologi Fammasi, Edisi Kelima. Universitas Gadjah
Mada Yogyakarta.
2. Ditjen POM, 1979.Farmakope Indonesa edisi III. Depkes RI: Jakarta.
3. Agnew, J. M, Leonard, J. 1, Feddes, J., and Feng, Y, 2003, A Modified Air
Pycnometer For Compost Air Volume And Density Determination, Journal Of
Canadian Biosystems Engineering, 3 (45) 27..
4. Martin, A. 1990. Farmasi Fisika Edisi 1. Universitas Indonesia Press: Jakarta.
5. Martin, A. 1993. Farmasi Fisika jilid II. Universitas Indonesia Press: Jakarta.
6. Petrucci, Ralph.H. 1985. Kimia dasar prinsip dan terapan modern edisi keempat jilid
II. Erlangga : Jakarta.
7. .https://publikasi.unitri.ac.id< artikel
8. JOURNAL OF MEDICAL SCLENCE

Anda mungkin juga menyukai