Halaman
B. Rumusan Masalah 10
C. Tujuan Penelitian 11
D. Manfaat Penelitian 11
E. Kerangka Teori 12
1. Teori Kepastian Hukum 12
2. Teori Pembinaan 14
F. Kerangka Operasional 17
G. Metode Penelitian 18
1. Jenis Penelian 18
2. Lokasi Penelitian 18
3. Populasi dan Sampel 18
4. Jenis dan Sumber Data 19
5. Metode dan Alat Pengumpul Data 20
6. Teknik Analisis Data 20
H. Sistematika Penulisan 21
i
A. Latar Belakang Masalah
menyatakan bahwa “Jaksa adalah pejabat fungsional yang diberi wewenang oleh
pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap serta wewenang lain
ayat (1) UU No. 16 Tahun 2004, bahwa di bidang pidana, kejaksaan mempunyai
a. melakukan penuntutan;
b. melaksanakan penetapan hakim dan putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap;
c. melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan putusan pidana bersyarat,
putusan pidana pengawasan, dan keputusan lepas bersyarat;
d. melakukan penyidikan terhadap tindak pidana tertentu berdasarkan
undang-undang;
e. melengkapi berkas perkara tertentu dan untuk itu dapat melakukan
pemeriksaan tambahan sebelum dilimpahkan ke pengadilan yang dalam
pelaksanaannya dikoordinasikan dengan penyidik.
. Tugas utama yang lebih dikenal luas adalah sebagai lembaga penuntutan
ayat (1) huruf c UU No. 16 Tahun 2004). Pembebasan bersyarat dimaksud adalah
2
bagian dari pelaksanaan proses pembinaan narapidana di luar lembaga
yang cukup lama untuk sampai mendapatkan keputusan diterima atau ditolak,
3
kemudian melanggar hukum disiplin dalam LAPAS/RUTAN yang menyebabkan
Ketentuan pelepasan bersyarat dalam KUHP yang ditetapkan dengan K.B. No.33
tanggal 15 Oktober 1955 yang berlaku di Indonesia pada tanggal 1 Januari 1918
(vide Stb. 1917-497 jo 645 mengalami perubahan melalui Stb. 1926-251 jo 486.29
menjalankan masa tahanannya baik pidana kurungan ini adalah tugas dari pihak
narapidana.
Jo Pasal 14d ayat (1) KUHP Jo Pasal 30 ayat (1) huruf c Undang-Undang No.16
4
Jaksa adalah pejabat yang diberi wewenang oleh undang-undang untuk
bertindak sebagai penuntut umum serta melaksanakan putusan pengadilan yang
telah memperoleh kekuatan hukum tetap, sedangkan Penuntut Umum adalah
Jaksa yang diberi wewenang oleh undang-undang untuk melakukan penuntutan
dan melaksanakan penetapan hakim. Jaksa merupakan tokoh utama dalam
penyelenggaraan peradilan pidana, karena ia memainkan peranan penting dalam
proses pembuatan keputusan walaupun Polisi itu lebih terlatih dalam
mengumpulkan bukti-bukti di tempat terjadinya kejahatan dan walaupun Polisi itu
memiliki komposisi tenaga manusia dan perlengkapan yang lebih baik, mereka itu
tetap tergantung kepada Jaksa dan mereka itu tetap memerlukan nasihat dan
pengarahan Jaksa. (Hamzah, 1995: 6)
dilakukan oleh pihak kejaksaan melalui jaksa pengawas yang akan melakukan
5
Jaksa yang menurut undang-undang harus mempertanggungjawabkan seluruh
pekerjaannya penyidikan perkara ini, maka sudah sewajarnyalah bahwa jaksa
dibebani pengawasan dan koordinasi alat-alat penyidik demi kepentingan orang-
orang yang kena perkara. (Anggy Anastasya Nidyaningrum, 2016: 6)
merupakan salah salah satu Hak yang dapat digunakan oleh Warga Binaan sesuai
aturan yang berlaku. Hak untuk mendapatkan pembebasan bersyarat itu sendiri
Pasal 15 KUHP:
1) Jika terpidana telah menjalani dua pertiga dari lamanya pidana penjara
yang dijatuhkan kepadanya, sekurang-kurangnya harus sembilan bulan,
maka ia dapat dikenakan pelepasan bersyarat. Jika terpidana harus
menjalani beberapa pidana berturut-turut, pidana itu dianggap sebagai satu
pidana.
2) Ketika memberikan pelepasan bersyarat, ditentukan pula suatu masa
percobaan, serta ditetapkan syarat-syarat yang harus dipenuhi selama masa
percobaan.
3) Masa percobaan itu lamanya sama dengan sisa waktu pidana penjara yang
belum dijalani, ditambah satu tahun. Jika terpidana ada dalam tahanan
yang sah, maka waktu itu tidak termasuk masa percobaan.
6
1) Pelepasan bersyarat diberikan dengan syarat umum bahwa terpidana tidak
akan melakukan tindak pidana dan perbuatan lain yang tidak baik.
2) Selain itu, juga boleh ditambahkan syarat-syarat khusus mengenai
kelakuan terpidana, asal saja tidak mengurangi kemerdekaan beragama
dan kemerdekaan berpolitik.
3) Yang diserahi mengawasi supaya segala syarat dipenuhi ialah pejabat
tersebut dalam pasal 14d ayat 1.
4) Agar supaya syarat-syarat dipenuhi, dapat diadakan pengawasan khusus
yang semata-mata harus bertujuan memberi bantuan kepada terpidana.
5) Selama masa percobaan, syarat-syarat dapat diubah atau di hapus atau
dapat diadakan syarat-syarat khusus baru; begitu juga dapat diadakan
pengawasan khusus. Pengawasan khusus itu dapat diserahkan kepada
orang lain daripada orang yang semula diserahi.
6) Orang yang mendapat pelepasan bersyarat diberi surat pas yang memuat
syarat-syarat yang harus dipenuhinya. Jika hal-hal yang tersebut dalam
ayat di atas dijalankan, maka orang itu diberi surat pas baru.
7. Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia Nomor : M. 01. PK.
04-10 Tahun 1999 tentang Asimilasi, Pembebasan Bersyarat Dan Cuti
Menjelang Bebas, bahwa dalam pelaksanaan pembebasan bersyarat ini
mempunyai asas, maksud dan tujuan yang ingin dicapai.
mengembalikan kepercayaan pada diri sendiri bahwa ia mampu hidup dan berbuat
diri dengan kehidupan yang tentram dan sejahtera dalam masyarakat agar
selanjutnya berpotensi untuk menjadi manusia yang berpribadi luhur dan bermoral
7
dilatarbelakangi oleh aturan tentang pelaksanaan program Pembebasan Bersyarat
sebagaimana awalnya diatur dalam Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi
pemberian Pembebasan Bersyarat harus memenuhi dua syarat utama yakni syarat
kali dianggap tidak mempunyai hak apapun. Mereka sering diperlakukan secara
ini bukan saja menimbulkan penderitaan fisik saja tetapi juga penderitaan psikis,
karena bukan saja kehilangan kemerdekaannya dalam bergerak tetapi juga mereka
kehilangan hak-hak dasar sebagai manusia (Hak Asasi Manusia) ini sama halnya
yang terjadi pada zaman penjajahan Belanda dimana tujuan hukuman di Indonesia
terhadap Narapidana bertitik tolak pada pemikiran yang rasional yaitu bahwa
manusia yang melanggar hukum adalah sebagai manusia yang jahat bahkan ada
tanggal 17 Agustus 1945, dengan mendasarkan pada pandangan hidup bangsa dan
2014: 3)
8
Syarat dan Tata cara pelaksanaan hak-hak tersebut telah diatur secara lengkap
dalam Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor: M.2.PK.04-10
Tahun 2007 tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan
Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas, dan Cuti Bersyarat. Hak-hak yang tertuang
menjalani masa percobaan, yaitu selama sisa pidananya yang belum dijalani
ditambah satu tahun. Masa percobaan ini merupakan masa peralihan dari
kehidupan yang serba terbatas menuju kehidupan bebas sebagai warga yang baik
(lapas) setelah menjalani sekurang kurangnya 2/3 dari masa pidana minimal 9
syarat administratif yang tertuang dalam peraturan mentri hukum dan hak asasi
terdapat peran hakim dan Jaksa dalam melakukan pengawasan dan pengamat
9
seiring dengan dikeluarkannya putusan bebas bersyarat bagi narapidana.
Kemudian apakah tugas yang dilakukan oleh Kejaksaan Negeri Pekanbaru dalam
titik urgensinya ialah pengawasan oleh kejaksaan sudah sejauh mana kinerja
pihak kejaksaan.
B. Rumusan Masalah
10
3. Apa upaya yang harus diterapkan dalam pengawasan Oleh Kejaksaan
Narapidana?
C. Tujuan Penelitian
suatu permasalahan yang akan dicapai oleh peneliti, adapun tujuan penelitian ini
adalah:
Tentang Kejaksaan!
Bagi Narapidana!
D. Manfaat Penelitian
1. Secara Teoritis
11
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai salah satu
bersyarat bagi pidana yang notabenenya masih belum sesuai keinginan dalam
2. Secara Praktis
welfare state.
E. Kerangka Teori
adalah guna untuk memonitor apa yang orang atau unit organisasi sedang
dikerjakan dan secara khusus hasil dari apa yang mereka kerjakan.
12
2012: 45) Oleh Karenanya untuk memahami suatu peraturan hukum maka
telah pastinya hukum karena adanya kekuatan yang konkret bagi hukum yang
wenang, yang berarti bahwa seseorang akan dan dapat memperoleh sesuatu
Apeldoorn yang dimana “kepastian hukum memiliki dua segi; yaitu dapat
menentukan hukum dalam hal yang konkret dan keamanan hukum’, artinya
bahwa bagi pihak yang tengah mencari keadilan sangat ingin mengetahui apa
yang menjadi hukum dalam suatu hal tertentu dan sebelum ia memulai perkara
dan bagaimana memberi perlindungan bagi para pencari keadilan itu sendiri.
13
kepastian hukum menunjuk kepada pemberlakuan hukum yang jelas dan
Dari teori kepastian hukum ini kita merujuk kepada permasalahan terhadap
Pekanbaru ternyata tidak memiliki kepastian hukum, tentu ini telah melanggar
hak dari terpidana tersebut, perlu diketahui sejatinya seseorang yang melakuan
kesalahan juga memiliki Hak yang melekat pada dirinya dan dijamin oleh UU
Republik Indonesia. Sehingga disini yang perlu kita cermati lagi ialah
narapidana, namun implementasi saat ini tidak sejalan dengan apa yang diatur
oleh UU.
2. Teori Pembinaan
bagian akhir dari system pemidanaan dalam tata peradilan pidana. Sedangkan
14
Lembaga Pemasyarakatan yang selanjutnya disebut LAPAS adalah tempat
merupakan proses, cara membina dan penyempurnaan atau usaha tindakan dan
kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh hasil yang lebih baik. Pembinaan
pada dasarnya merupakan aktivitas atau kegiatan yang dilakukan secara sadar,
15
Dalam melaksanakan pembinaan masyarakat di Lapas, maka perlu
didasarkan pada suatu asas yang merupakan pegangan pedoman bagi para
1. Asas pengayoman
2. Asas persamaan perlakuan dan pelayanan
3. Asas pendidikan
4. Asas pembimbingan
5. Asas penghormatan harkat martabat manusia
6. Asas kehilangan kemerdekaan merupakan satu-satunya penderitaan
7. Asas terjaminnya hak untuk tetap berhubungan dengan keluarga dan orang
tertentu.
dalam menjelang putusan bebas bersyart itu sangat penting, pengawasan ini
16
F. Kerangka Operasional
yang hubungan antara definisi-definisi atau konsep khusus yang akan diteliti. (Ida
kurang dari 9 bulan kurungan, hal ini merujuk pada Pasal 14 ayat (1) Undang-
masa kurungannya akibat melakukan suatu tindak pidana, yang mana tujuan
akhir dari tindakan yang dilakukan narapidana tersebut ialah buian atau
kurungan (penjara).
17
G. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini ialah empiris, yang dimana penelitian empiris artinya
dengan dunia nyata yakni dunia yang dapat di observasi dengan indra
fakta yang terungkap dan lewat pengalaman manusia cara yang dilakukan
dapat diamati oleh indera manusia, sehingga orang lain mengetahui caranya.
(Taufani, 2020:129)
dll.
penelitian hukum yuridis empiris yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara
2. Lokasi Penelitian
Negeri Pekanbaru.
Berdasarkan jenis dan sifat penelitian yang ditentukan, maka analisis data
yang dipergunakan adalah yuridis empiris. Analisis data dalam penelitian
18
kualitatif merupakan proses pelacakan serta pengaturan secara sistematis
catatan lapangan yang telah diperoleh dari wawancara, observasi serta bahan
lain agar peneliti dapat melaporkan hasil penelitian Analisis data dalam
penelitian kualitatif pada dasarnya analisis deskriptif, diawali dengan
pengelompokan data yang sama, selanjutnya dilakukan interpretasi untuk
memberi makna setiap sub-aspek dan hubungan antara satu dengan lainnya
kemudian dilakukan analisis keseluruhan aspek untuk memahami makna
hubungan antara aspek satu dengan lainnya yang menjadi fokus penelitian.
(Firman, 2018: 2)
akan tetapi data tersebut adalah informasi yang berupa kata-kata yang disebut
dengan kualitatif. (Alwasilah, 2002: 67) Jenis data dalam penelitian ini adalah
data primer dan skunder, data skunder dalam penelitian ini terdiri dari:
a. Bahan hukum primer, merupakan bahan hukum yang utama sebagai bahan
19
hukum yang memberikan penjelasan bahan hukum primer, seperti buku-
buku, jurnal, hasil penelitian dan karya ilmiah lainnya, yang terkait dengan
buku artikel, jurnal, hasil, penelitian, makalah dan lain sebagainya yang
bahan hukum primer dan sekunder seperti kamus dan bahan lain yang
Berdasarkan jenis dan sifat penelitian yang ditentukan, maka analisis data
20
H. Sistematika Penulisan
Lembar Pendaftaran
Pernyataan Keaslian
Kata Pengantar
Daftar Isi
Abstrak
BAB I: Pendahuluan
B. Rumusan Masalah
C. Manfaat Penelitian
D. Kerangka Operasional
E. Kerangka Teori
A. Sifat Penelitian
B. Lokasi Penelitian
21
F. Teknik Analisis Data
pembebasan bersyarat
A. Simpulan
B. Saran
22
I. Daftar Pustaka Sementara
1. Buku
Alwasilah, C. (2002). Pokoknya Kualitatif: Dasar-dasar Merancang dan
Melakukan Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Pustaka Jaya.
Atmaja, D. G. (2018). Asas-Asas Hukum Dalam Sistem Hukum. Jurnal Kertha
Wicaksana, 12(2), 146.
B., S. d. (1990). Membina dan Mengembangkan Generasi Muda. Bandung:
Tarsito.
Firman. (2018.). Analisis Data dalam Penelitian Kualitatif. 2.
Hamzah, S. D. (1995). Jaksa Di Berbagai Negara Peranan Dan Kedudukannya.
Jakarta: Sinar Grafika.
Mertokusumo, S. (1993). Bab-Bab Tentang Penemuan Hukum. Bandung: Citra
Aditya Bakti.
Ida Hanifa, D. (2014). Pedoman Penulisan Skripsi” . Medan: Fakultas Hukum
Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara.
Rahardjo, S. (2012). Ilmu Hukum. Bandung: Citra Aditya Bakti.
Sholehuddin, M. (2004). Sistem Sanksi Dalam Hukum Pidana. Jakarta: Raja
Grafindo Persada.
Prinst, D. (2003). Hukum Anak Indonesia. Bandung: PT.Citra Aditya Bakti.
Sianturi, E. K. (2002). Asas-Asas Hukum Pidana Di Indonesia Dan
Penerapannya, (cetakan ke 2 ed.). Jakarta: Storia Grafika.
Sudirman, H. M. (2015). Realitas Sosial Penghuni Lembaga Pemasyarakatan,
Dalam Refleksi 50 Tahun Sistem Pemasyarakatan, Anatomi
Permasalahan Dan Upaya Mengatasinya. Jakarta: Center For Detention
Studies.
Sujamto. (1996). Aspek-Aspek Pengawasan Di Indonesia,. Jakarta: Sinar Grafika:
Sinar Grafika.
Surbakti, S. D. (2005). Hukum Pidana. Surakarta: Fakultas Hukum, Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Taufani, S. d. (2020). Metodologi Penelitian HukumI (Filsafat, Teori dan Praktik)
(Vols. cetakan ke-3). Depok: PT RajaGrafindo Persada.
2. Peraturan Perundang-Undangan
Pasal 1 Undang – Undang nomor 12 tahun 1995 tentang Pemasyarakatan,. (1995).
Pasal 2 UU No.12 Tahun 1995 tentang pemasyarakatan. (n.d.).
Peraturan Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor
M.2.Pk.04-10 Tahun 2007. (2007).
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995. (n.d.). Menurut Pasal 1 Angka 8 (A)
Tentang Pemasyarakatan Menyebutkan “Anak Pidana Yaitu Anak Yang
Berdasarkan Putusan Pengadilan Menjalani Pidana Di Lapas Anak
Paling Lama Sampai Berumur 18 (Delapan Belas) Tahun”.
Undang-Undang No.16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan. (2004).
23
3. Jurnal/Karya Ilmiah
Anggy Anastasya Nidyaningrum. (2016). Peran Jaksa Dalam Pengawasan
Narapidana Yang Diberikan Pelepasan Bersyarat Di Kota Surakarta (Studi
Kasus Kejaksaan Negeri Surakarta). 6.
Erwinsyahbana, T. (2017). “Pertanggungjawaban Yuridis Direkeksi. Jurnal De
lega Lata, 2(1), 188.
Madjid, M. (n.d.). Pelaksanaan Pemberian Hak Narapidana Mendapatkan
Pembebasan Bersyarat (Studi Kasus Di Rutan Kelas II B Masamba).
Makasar: Skripsi Hukum Pidana, Fakultas Hukum Universitas
Hasanuddin.
R, T. P. (2016,). Penerapan Asas Kepastian Hukum Dalam Peraturan Mahkamah
Agung Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Hak Uji Materiil Dan Dalam
Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 06/Pmk/2005 Tentang Pedoman
Beracara Dalam Pengujian Undang-Undang. Jurnal Legislasi, 13(2), 194.
Sulistyawan, M. J. (2029). Pemahaman Terhadap Asas Kepastian Hukum Melalui
Konstruksi Penalaran Positivisme Hukum. Jurnal Crepido, 1(1), 14.
Tahun”, M. P.-N. (n.d.).
Yan, B. (2018). Implementasi Cuti Bersyarat Di Rumah Tahanan Negara Klas 1
Palembang. 2.
4. Internet
24