Anda di halaman 1dari 14

TOPIC K-2

HUKUM
ACARA
PERADILAN
AGAMA
OLEH :
LINDA ELMIS, S.H, M.H

1
KEDUDUKAN & PELAKSANAAN HUKUM
I S L A N D A L A M N E GA R A R E P U B L I K
I N D ON E S I A

Sebelum ajaran Islam dikenal dan berlaku di wilayah Nusantara,


Hukum Adat yang merupakan hukum peninggalan nenek
moyang bangsa Indonesia telah berlaku. Sejak ajaran Islam
diterima di beberapa wilayah Nusantara Hukum Islam sebagai
satu sistem hukum yang bersumber dari Al-Qur’an, Hadist dan
dikembangkan berdasarkan pemikiran atau ra’yu manusia
berlaku dalam berbagai bidang kehidupan yaitu bidang ibadah
dan mu’amalah.
TOPIC K-2 LINDA ELMIS, S.H,
HUKUM ACARA PERADILAN AGAMA M.H 2
Di Indonesia berlaku beberapa sistem hukum, yaitu sistem-sistem Hukum
Adat, Hukum Islam dan Hukum Barat baik yang bersala dari Eropa Daratan
(continental) yang disebut civil law maupun yang bersal dari Eropa
Kepulauan (common law atau Hukum Anglo Saxon). Kedua system
Hukum Eropa ini dahulu dibawa oleh Belanda dan Inggris ke negeri-negeri
jajahannya.

Hukum Adat dan Hukum Islam mempunyai hubungan erat dengan agama,
bahkan Hukum Islam menjadi bagian agama Islam, sedangkan kedua
sistem yang berasal dari Eropa adalah hukum-hukum yang tidak
mempunyai hubungan dengan agama bahkan menolak agama dalam sistem
hukumnya yang didasarkan pada individualisme.

TOPIC K-2 LINDA ELMIS, S.H,


HUKUM ACARA PERADILAN AGAMA M.H 3
Dan oleh karena itu karena hukum peninggalan penjajah yang
induvidualis, sekularis itu tidak sesuai dengan falsafal bangsa
kita yang bersifat kekeluargaan dan kebersamaan berdasarkan
Ketuhanan Yang Maha Esa, maka hukum peninggalan penjajah
itu sekarang diganti dengan Hukum Nasional berdasarkan
Pancasila sebagai falsafal bangsa kita.

Kedudukan Hukum Islam di Indonesia tidak hanya secara umum


ada dalam Pasal 20 atau Pasal 24 UUD 1945, tetapi secara
khusus tercantum dalam Pasal 29 ayat (1) UUD 1945. di dalam
Pasal 29 ayat (1) UUD 1945 itu jelas disebutkan bahwa negara
berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa.
TOPIC K-2 LINDA ELMIS, S.H,
HUKUM ACARA PERADILAN AGAMA M.H 4
Menurut Prof. Dr. H. Abdul Gani Abdullah, S.H terdapat beberapa alasan
mengapa Undang-Undang No. 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama harus
dibentuk atau dikeluarkan, yaitu karena :
1. Alasan Filosofis
Cita-cita hukum dan pola piker masyarakat Indonesia sejak Islam datang,
sampai dewasa ini dipengaruhi oleh ajaran Islam. Akibatnya sistem hukum
dalam masyarakat tertransformasi dalam Hukum Nasional Indonesia.
Berdasarkan Pasal 29 ayat (2) UUD 1945, pelaksanaan agama dijamin yaitu
dengan menyelenggarakan/melaksanakan Peradilan Agama.
2. Alasan Sosiologis
Dalam melaksanakan ajaran agama masyarakat Islam banyak menghadapi
persoalan hukum, persoalan hukum itu diantaranya sengketa harta benda
perkawinan, sengketa dalam perkara waris, wakaf, yang memerlukan
penyelesaian yuridis, melalui Lembaga Peradilan Agama.
TOPIC K-2 LINDA ELMIS, S.H,
HUKUM ACARA PERADILAN AGAMA M.H 5
3. Alasan Yuridis, dasar berlakunya Hukum Islam

UUD 1945
PASAL II ATURAN PERALIHAN

HUKUM HUKUM PRODUK


PRODUK’LEGISLASI HUKUM ADAT HUKUM ISLAM LEGISLASI
KOLONIAL NASIONAL

UUD PASAL 29 AYAT (2) LAHIR

HUKUM ISLAM TERTRANSFORMAS


BIDANG TERTENTU I KE DALAM
UU No. 22/1946 jo. UU No. 32/1954 Pencatatan NTR
UU No. 5/1960 jo. UU No. 41/2004 Perwakafan
UU No. 1/1974 jo. PP 9/1975 Perkawinan
LEMBAGA UU No. 7/1989 jo UU No. 3/2006 Peradilan Agama
PERADILAN AGAMA INPRES No. 1/1991 Kompilasi Hukum Islam
UU No. 7/1992 jo. UU No. 10/1998 Perbankan/Akad Syariah
UU No. 17/1999 Haji
UU No. 38/1999 Zakat

TOPIC K-2 LINDA ELMIS, S.H,


HUKUM ACARA PERADILAN AGAMA M.H 6
TUGAS & WEWENANG PENGADILAN
AGAMA

• TUGAS POKOK PENGADILAN AGAMA


Tugas pokok Pengadilan Agama sebagai Badan Kekuasaan Kehakiman
ialah menerima, memeriksa dan mengadili serta menyelesaikan setiap
perkara yang diajukan kepadanya (Pasal 2 ayat (1) UU No. 14/1970),
termasuk didalamnya menyelesaikan perkara Voluntair (penjelasan Pasal 2
ayat (1) tersebut.

TOPIC K-2 LINDA ELMIS, S.H,


HUKUM ACARA PERADILAN AGAMA M.H 7
Tugas-tugas lain yang diberikan kepada Pengadilan Agama ialah :
1. Menyelesaikan permohonan pertolongan pembagian harta peninggalan di luar
sengketa antara orang-orang yang beragama Islam yang dilakukan berdasarkan
Hukum Islam (Pasal 107 ayat (2) UU No. 7/1989)
2. Legalisasi Akta Keahliwarisan di bawah tangan, untuk mengambilan
deposito/tabungan, pensiunan, dsb.
3. Memberikan keterangan, pertimbangan dan nasehat tentang Hukum Islam kepada
instansi pemerintah di daerah hukumnya apabila diminta (Pasal 52 ayat (1) UU No.
7/1989)
4. Memberikan pelayanan kebutuhan rohaniawan Islam untuk pelaksanaan
penyumpahan pegawai/pejabat yang beragama Islam (Permenag No. 1/1989)
5. Melaksanakan hisab dan rukyat hilal
6. Melaksanakan tugas-tugas pelayanan lainnya seperti penyulusan hukum, pengawasan
terhadap penasehat hukum, dsb.
TOPIC K-2 LINDA ELMIS, S.H,
HUKUM ACARA PERADILAN AGAMA M.H 8
Wewenang (Kompetensi) Peradilan Agama diatur dalam Pasal 49 s/d Pasal
53 UU No. 7/1989 jo UU No. 3/2006 jo. UU No. 50/2009. Wewenang
tersebut terdiri atas :
1. Wewenang Relatif
Landasan untuk menentukan kewenangan relatir Pengadilan Agama
merujuk kepada ketentuan Pasal 118 HIR atau Pasal 142 Rbg jo. Pasal
66 dan Pasal 73 UU No. 7/1989.
Penentuan ini bertitik tolak dari aturan yang menetapkan ke Pengadilan
Agama mana gugatan diajukan agar gugatan memenuhi syarat formal.
Pasal 118 ayat (1) HIR menganut asas bahwa yang berwenang adalah
pengadilan di tempat kediaman tergugat, asas ini yaitu “Actor Sequitur
Forum Rei”.

TOPIC K-2 LINDA ELMIS, S.H,


HUKUM ACARA PERADILAN AGAMA M.H 9
Namun ada beberapa pengecualian, yaitu yang tercantum dalam Pasal
118 ayat (2), ayat (3) dan ayat (4), yaitu :
• Apabila tergugat lebih dari satu, maka gugatan diajukan kepada
pengadilan yang daerah hukumnya meliputi tempat kediaman salah
seorang dari tergugat;
• Apabila temapt tinggal tergugat tidak diketahui, maka gugatan
diajukan kepada pengadilan di tempat tinggal penggugat;
• Apabila gugatan mengenai benda tidak bergerak, maka gugatan
diajukan kepada peradilan di wilayah hukum dimana barang tersebut
terletak; dan
• Apabila ada tempat tinggal yang dipilih dengan suatu akta, maka
gugatan dapat diajukan kepada pengadilan tempat tinggal yang dipilih
dalam akta tersebut.
TOPIC K-2 LINDA ELMIS, S.H,
HUKUM ACARA PERADILAN AGAMA M.H 10
2. Wewenang Absolut
Dengan dikeluarkan Undang-Undang No. 3 Tahun 2006 tentang Perubahan Atas
Undang-Undang No. 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama, salah satu yang diatur
adalah tentang perubahan atau perluasan kewenangan Lembaga Peradilan Agama
pada Pasal 49 yang meliputi perkara-perkara di bidang ekonomi Syariah. Secara
lengkap bidang-bidang yang menjadi kewenangan Pengadilan Agama meliputi :
a) Perkawinan

b) Waris

c) Wasiat

d) Hibah

e) Wakaf

f) Zakat

g) Infak

h) Sedekah, dan

i) Ekonomi Syariah
TOPIC K-2 LINDA ELMIS, S.H,
HUKUM ACARA PERADILAN AGAMA M.H 11
A SA S-ASAS PE RSONAL ITAS KEISL AMAN
SE BA GAI DASAR KE WE NANGAN
PEN GADIL AN AGAMA
Dari luasnya kewenangan Pengadilan Agama saat ini, yang juga meliputi perkara
bidang ekonomi Syariah berarti kewenangan absolut Pengadilan Agama
mengalami perluasan terhadap pengertian asas personalitas keislaman.
Dalam hal ini yang menarik adalah adanya perluasan terhadap pengertian “orang-
orang” yang meliputi Lembaga ekonomi yang berupa bank maupun perusahaan
asuransi yang berbadan hukum. Pada penjelasan Pasal I Angka 37 tentang
Perubahan Pasal 49 Undang-Undang No. 7/1989 disebutkan bahwa Lembaga
keuangan bank sebagai badan hukum disini dimasukkan sebagai pihak yang tunduk
pada ketentuan Hukum Islam. Dengan kata lain, bidang-bidang tertentu dari
Hukum Perdata yang menjadi kewenangan absolut Peradilan Agama adalah tidak
hanya bidang Hukum Keluarga saja dari orang-orang yang beragama Islam.
TOPIC K-2 LINDA ELMIS, S.H,
HUKUM ACARA PERADILAN AGAMA M.H 12
Ada dua asas untuk menentukan kekuasaan absolut Pengadilan Agama,
yaitu apabila :
1. Suatu perkara menyangkut status hukum seseorang muslim, atau
2. Suatu sengketa yang timbul dari suatu perbuatan atau peristiwa hukum
yang dilakukan atau terjadi berdasarkan Hukum Islam atau berkaitan
erat dengan status hukum sebagai seorang muslim dalam keluarga
sebagaimana dimaksud Pasal 49 UU No. 7/1989.

TOPIC K-2 LINDA ELMIS, S.H,


HUKUM ACARA PERADILAN AGAMA M.H 13
BATAS TOPIC K-2
HUKUM ACARA
PERADILAN AGAMA

TOPIC K-2 LINDA ELMIS, S.H,


HUKUM ACARA PERADILAN AGAMA M.H 14

Anda mungkin juga menyukai