PUASA RAMADHAN
DASAR PENSYARI’ATAN DAN TATA CARANYA
Diajukan untuk Memenuhi Tugas
Oleh
KELOMPOK 6
1. LAELATUL BADRIYA
2. ISTIADATUN HASANAH
AL-AMIN INDRAMAYU
2021
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena
telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua, sehingga
penyusunan makalah dengan judul “Puasa Ramadhan; dasar pensyari’atan dan tata
caranya ” dapat terselesaikan.
………………………………
2
DAFTAR ISI
halaman
KATA PENGANTAR ……………………………………………… i
DAFTAR ISI ……………………………………………………….. ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang ……………………………………………… 1
B. Rumusan masalah …………………………………………. 1
C. Tujuan .................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
A. pengertian puasa ………........…….................................... 2
B. Dasar pensyari’atan puasa ramadhan........……………... 2
C. Tata cara puasa ramadhan................................................. 3
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Puasa merupakan salah satu rukun islam, sebagai umat Muslim kita wajib
menjalankan puasa ramadhan. Ramadhan merupakan bulan dimana kita harus
mengendalikan diri untuk tidak makan, minum dan menahan amarah serta diam
agar tidak berbicara yang tidak menyakiti orang lain
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu pengertian puasa?
2. Apa saja dasar persyariatan puasa ramadhan?
3. Bagaimana tata cara puasa ramadhan?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian puasa
2. Untuk mengetahui dasar persyariatan puasa ramadhan
3. Untuk mengetahui tata cara puasa ramadhan
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN PUASA
Menurut bahasa (etimologi) shaum atau puasa berarti menahan diri dan
menurut syara’ (ajaran agama), puasa adalah menahan diri dari segala yang
membatalkannya dari mulai terbit fajar hingga terbenamnya matahari semata-mata
karena Allah SWT dengan disertai niat dan syarat tertentu. Puasa dalam bahasa
arab secara arti kata bermakna menahan dan diam dalam segaal bentuknya,
termasuk menahan atau diam dari berbicara.
Kata yang kedua adalah ramadhan. Kata ini berasal dari kata ar-ramadh yang
artinya “panasnya batu karena terkena teriknya matahari” sehingga dinamakan
Ramadhan karena kewajiban puasa dibulan ramadhan bertepatan dengan musim
panas yang terik.
Dasar hukum puasa dinyatakan berdasarkan sabda nabi yang dinyatakan dalam
hadits bahwa islam dibangun atas lima tiang ( Rukun Islam )
5
َشهَا َد ِة أَ ْن: س
ٍ بُنِ َي ا ِإل ْساَل ُم َعلَى َخ ْم: قَا َل َرسُو ُل هللا ﷺ: ض َي هللاُ َع ْنهُ َما قَا َل ِ َع ِن ا ْب ِن ُع َم َر َر
َضان َ صوْ ِم َر َم َ َو، َو ْال َح ِّج، َوإِيتَا ِء ال َّز َكا ِة، صاَل ِة
َّ َوإِقَ ِام ال، ِال إِلَهَ إِاَّل هللاُ َوأَ َّن ُم َح َّمدًا َرسُو ُل هللا
Artinya: “ Dari abu Abdurrahman, Abdullah bin umar bin Al-khattab R.A berkata:
saya mendengar rasulullah bersabda: “islam didirikan diatas lima perkara yaitu
bersaksi bahwa tiada sesembahan yang berhak disembah secara benar kecuali
Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan shalat, mengeluarkan
zakat, mengerjakan haji ke baitullah dan berpuasadi bulan Ramadhan”. (H.R.
Bukhari Muslim)
Cara pelaksanaannya :
1. Niat
2. Melaksanakan makan sahur
3. Mengetahui imsak
4. Mempercepat berbuka jika sudah waktunya
5. Memperbanyak membaca Al-Qur’an, bersedekah dan membayar zakat
fitrah
Sunah berpuasa:
6
Mendahulukan berbuka daripada shalat maghrib
Membaca do’a berbuka puasa
Selalu berkumur-kumur
Merasa makanan dengan lidah
Berbekam kecuali perlu
Mengulum sesuatu
a) Pertama, mencegah diri dari segala yang membatalkan mulai dari terbit
fajar hingga terbenamnya matahari
b) Kedua, niat atau tekad bulat hati untuk berpuasa sebagai aktualisasi
pelaksanaan perintah Allah SWT dan pendekatan diri kepada-Nya
c) Ketiga, orang yang sah berpuasa harus telah memenuhi syarat-syarat wajib
puasa yaitu, islam, akil baligh, mampu berpuasa dan bebas dari halangan
syara’ seperti haid dan nifas bagi perempuan.
7
1) Yang sudah baligh, berakal, suci dari haid dan nifas
2) Orang kafir tidak diwajibkan berpuasa, ketika orang kafir masuk islam
orang kafir tidak diwajibkan mengqodho puasa yang ditinggalkannya
selama ia kafir
3) Sedangkan bagi orang yang murtad ( tetapi kembali lagi masuk islam )
menurut pendapat yang shahih ia hanya dikenai kewajiban mengqadha apa
yang ditinggalkannnya ketika ia belum murtad.
4) Puasa tidak wajib atas anak kecil tetapi perlu dibiasakan berpuasa sejak
kecil
5) Orang yang sudah tidak mampu berpuasa karena suah lanjut usia dan
penderita penyakit kronis serta ibu hamil dan menyusui. Mereka boleh
tidak bepuasa dan untuk menggantinya mereka harus memberi makan satu
orang miskin untuk setiap hari yang ditinggalkannya.
6) Orang muqim atau bukan musyafir yang sehat ia wajib berpuasa
7) Orang musyafir boleh tidak berpuasa dengan konsekuensi harus
mengqadha diluar bulan ramadhan
8
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Puasa berarti menahan sedangkan menurut istilah syariah shaum itu berarti
menahan diri dari makan,minum, hubungan seksual dan hal-hal lain yang
membatalkannya dari terbit fajar hingga terbenamnya matahari dengan niat ibadah
9
DAFTAR PUSTAKA
https://muslim.or.id
10