BERBASIS SEKOLAH
Disusun Oleh:
Kelompok IV
Muh. Al Imran : 2021010108016
Dewi Puji Rahayu : 2021010108015
Helda Afriani : 2021010108017
Anggi Hayani : 2021010108020
Lisa Hasrita : 2021010108029
Nurhaliza : 2021010108022
Ratna Juita : 2021010108032
I
KATA PENGANTAR
Makalah yang kami susun ini tidak mudah membalikkan telapak tangan,
banyak tantangan yang kami temukan. Namun dengan usaha, kemauan, kerja
keras dari berbagai pihak dan atas kehendaknya pula kami dapat meyelesaikan
makalah ini.
Penulis
II
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................…….ii
DAFTAR ISI....................................................................................................….iii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................……..1
A. Latar Belakang...................................................................................….….1
B. Rumusan Masalah..............................................................................……..2
C. Tujuan................................................................................................……. 2
BAB II PEMBAHASAN..............................................................................….….3
A. Pengertian Kepemimpinan.................................................................……..3
B. Jenis-Jenis Kepemimpinan.................................................................……..3
C. Kepemimpinan Dalam Manajemen Berbasis Sekolah/Madrasah......……..6
D. Peran Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Mutu
Pendidikan Melalui MBS...................................................................……..9
BAB IV PENUTUP......................................................................................…....14
A. Kesimpulan........................................................................................……14
B. Saran..................................................................................................…... 15
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................…..16
III
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
pemimpin yang dituntut untuk mengusai multi perannya pasti dalam
kepemimpinan yang baik tentunya sangat berdampak pada tercapai tujuan
dari penerapan MBS yang diterapkan.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian kepemimpinan
B. Jenis-jenis kepemimpinan
Terdapat jenis-jenis kepemimpinan yang dipandang representatif,
yaitu:
1. Kepemimpinan Transformatif
Istilah kepemimpinan transformatif terdiri dari dua kata, yakni
kepemimpinan dan transformatif. Mengenai definisi kepemimpinan telah
dijelaskan sebelumnya. Adapun istilah transformatif berasal dari kata to
transform yang bermakna mentransformasikan atau mengubah sesuatu
menjadi bentuk lain yang berbeda. Misalnya, mentransformasikan visi
menjadi realita, panas menjadi energi, potensi menjadi aktual, laten
menjadi manifes, dan sebagainya. Karena itu, transformatif mengandung
3
makna sifat-sifat yang dapat mengubah sesuatu menjadi bentuk lain
misalnya, mengubah energi potensial menjadi energi aktual atau motif
berprestasi menjadi prestasi riil.
Sementara itu yang dimaksud dengan kepemimpinan transformatif
adalah kemam-puan seorang pemimpin dalam bekerja dengan dan atau
melalui orang lain untuk mentransformasikan secara optimal sumber daya
organisasi dalam rangka mencapai tujuan yang bermakna sesuai dengan
target capaian yang telah dicapai. Sumber daya dimaksud dapat berupa
SDM, fasilitas, dana, dan faktor-faktor eksternal keorganisasian.
Kepemimpinan transformatif menurut Burns, sebagai orang yang
disebut-sebut sebagai penggagas istilah ini adalah a process ini which
leaders and followers raise one another to higher levels of morality and
motivation. Kepemimpinan transformatif adalah suatu proses, yaitu
pemimpin dan pengikutnya saling merangsang diri satu sama lain untuk
penciptaan level yang tinggi dari moralitas dan motivasi yang dikaitkan
dengan tugas pokok dan fungsi mereka. Gaya kepemimpinan semacam ini
akan mampu membawa kesadaran para pengikut dengan memunculkan
ide-ide produktif, hubungan yang sinergikal, kebertanggungjawaban,
kepedulian edukasional, cita-cita bersama dan nilai-nilai moral.
Dari sini, pemimpin yang transformatif adalah pemimpin yang
memiliki wawasan jauh ke depan dan berupaya memperbaiki dan
mengembangkan organisasi bukan untuk saat ini tapi di masa datang. Ia
adalah agen perubahan dan bertindak sebagai katalisator, yaitu yang
memberi peran mengubah sistem ke arah yang lebih baik. Berusaha
memberikan reaksi yang menimbulkan semangat dan daya kerja cepat
semaksimal mungkin, selalu tampil sebagai pelopor dan pembawa
perubahan. Menurut Covey dan Peters, seorang pemimpin tarnsformatif
memiliki visi yang jelas, memiliki gambaran holistis tentang bagaimana
organisasi di masa depan ketika semua tujuan dan sasarannya telah
tercapai. Seorang pemimpin transformatif memandang nilai-nilai
organisasi sebagai nilai-nilai luhur yang perlu dirancang dan ditetapkan
oleh seluruh staf sehingga para staf mempunyai rasa memiliki dan
4
komitmen dalam pelaksanaannya. Menjadi tugas pemimpinlah untuk
mentransformasikan nilai organisasi untuk membantu mewujudkan visi
organisasi. Seorang transformatif adalah seorang yang mempunyai
keahlian diagnosis, selalu meluangkan waktu dan mencurahkan perhatian
dalam upaya untuk memecahkan masalah dari berbagai aspek.
Dari pemaparan para pakar mengenai kepemimpinan dan
pemimpin transformatif di atas, dapat disimpulkan bahwa kepala sekolah
dikatakan sebagai pemimpin transformatif jika dia mampu mengubah
energi sumber daya baik manusia, instrumen, maupun situasi untuk
mencapai tujuan-tujuan reformasi sekolah. Dilihat dari aspek kepentingan
keguruan, kepala sekolah dapat dikatakan menerapkan gaya
kepemimpinan transformatif, jika mereka mampu menjalankan tugas
pokok dan fungsi mengubah energi yang ada di dalam diri guru, dari laten
menjadi manifes, dari potensial menjadi aktual, dari minimal menjadi
optimal, dan dari formalitas ke aktualitas. Dilihat dari aspek kepentingan
siswa, gaya kepemimpinan transformatif bermaslahat bagi usaha untuk
mendorong potensi kognitif anak menjadi prestasi, memanipulasi potensi
keterampilan menjadi sebuah karya, dan lain-lain. Bass dan Aviola
menegaskan empat dimensi penting dalam kadar kepemimpinan
transformatif seperti model yang diajukannya di atas dengan
memperkenalkan konsep empat yaitu: (1) Idealiced influence
(kharismatik), yaitu perilaku yang rasa hormat (respect) dan rasa percaya
diri (trust) dari orang yang dipimpinnya. Idealiced influence mengandung
makna saling berbagi risiko melalui pertimbangan kebutuhan para staf di
atas kebutuhan pribadi dan perilaku moral secara etis. (2) Inspirational
motivation, (motivasi inspirasional), yaitu merupakan cerminan perilaku
yang senantiasa menyediakan tantangan bagi pekerjaan yang dilakukan
staf dan memerhatikan makna pekerjaan bagi staf. Pemimpin meninjukkan
atau mendemonstrasikan komitmen terhadap sasaran organisasi melalui
prilaku yang dapat diobservasi staf. Pemimpin adalah seorang motivator
yang bersemangat untuk terus menerus membangkitkan antusiasme dan
optimisme staf. (3) Intellectual stimulation (stimulasi intelektual), yaitu
5
pemimpin yang mempraktikkan inovasi-inovasi. Sikap dan prilaku
kepemimpinannya didasarkan pada ilmu pengetahuan yang berkembang
dan secara intelektual ia mampu menerjemahkannya dalam bentuk kinerja
yang produktif. Sebagai intelektual, pemimpin senantiasa menggali ide-ide
baru dan solusi yang kreatif dari para staf dan tidak lupa selalu mendorong
staf mempelajari dan mempraktikkan pendekatan baru dalam melakukan
pekerjaan. (4) Individualized considerazion (konsiderasi individual),
artinya pemimpin merefleksikan dirinya sebagai seorang yang penuh
perhatian dalam mendengarkan dan menindaklanjuti keluhan, ide,
harapan-harapan, dan segala masukan yang diberikan staf. Jadi
kepemimpinan transformatif dapat dipandang secara mikro dan makro.
Secara mikro artinya kepemimpinan transformatif merupakan proses
mempengaruhi antar-individu, sedangkan secara makro merupakan proses
memobilisasi kekuatan untuk mengubah sistem sosial dan mereformasi
kelembagaan.
2. Kepemimpinan Transaksional
Kepemimpinan transaksional adalah kepemimpinan yang
menekankan pada tugas yang diemban bawahan. Di sini pemimpin adalah
seseorang yang mendesign pekerjaan beset1a mekanismenya, dan staf
adalah seseorang yang melaksanakan tugas sesuai dengan kemampuan dan
keahlian. Dikarenakan sistem kerja yang jelas merujuk kepada tugas yang
diem ban dan imbalan yang diterima sesuai dengan derajat pengorbanan
dalam pekerjaan maka kepemimpinan ini cocok diterapkan di tengah-
tengah staf yang belum matang,dan menekankan pada pelaksanaan tugas
untuk mendapatkan insentifbukan pada aktualisasi diri. Sementara itu
berbeda dengan kepemimpinan transformatif yang tidak saja didasarkan
pada kebutuhan akan peng-hargaan diri, tetapi menumbuhkan kesadaran
pada pemimpin untuk berbuat yang terbaik sesuai dengan kajian
perkembangan manajemen dan kepemimpinan yang memandang manusia,
kinerja dan pertumbuhan organisasi adalah sisi yang saling berpengaruh.
Ia memotivasi staf atau bawahan untuk secara lebih dari yang ada sekarang
6
mewujudkan minat pribadinya secara segera guna bersama-sama
menerjemahkan visi dan misi organisasi.
7
Menurut Pidarta mengemukakan tiga macam keterampilan yang
harus dimiliki oleh kepala sekolah untuk mensukseskan kepemimpinannya
Ketiga keterampilan tersebut adalah sebagi berikut:
a. Keterampilan konseptual, yaitu keterampilan untuk memahami dan
mengoperasikan organisasi
b. Keterampilan manusiawi yaitu keterampilan untuk bekerjasama,
memotifasi dan memimpin.
c. Keterampilan teknik ialah keterampilan dalam menggunakan
pengetahuan metode, teknik, serta perlengkapan untuk
meyelesaikan tugas tertentu.
8
5. Temuan atas kelompok manajemen dalam kelas berpendapat pentingnya
mempersiapkan bahan kemajuan pelajaran, memelihara perhatian
keseluruhan kelas dari sikap rendah hati, disiplin fokus atas perilaku
pemberian imbalan yang baik dan bertindak cepat menangani gangguan
hasil akan lebih menyenangkan bila ada kombinasi kepemimpinan
bersama dengan proses pengambilan keputusan yang semua guru merasa
pandanagn merekaterwakili.
D. Peran Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Mutu
Pendidikan Melalui MBS
Kinerja kepemimpinan kepala sekolah dalam kaitannya dengan MBS
adalah segala upaya yang dilakukan dan hasil yang dapat dicapai oleh kepala
sekolah dalam mengimplementasikan MBS di sekolahnya untuk mewujudkan
tujuan pendidikan secara efektif dan efisien. Sehubungan dengan itu,
kepemimpinan kepala sekolah yang efektif dalam MBS dapat dilihat
berdasarkan kriteria berikut :
1. Mampu memberdayakan guru-guru untuk melaksanakan proses
pembelajaran dengan baik, lancar, dan produktif.
Pertama, kepala sekolah harus berusaha menggerakkan tim
evaluasi hasil belajarpeserta didik untuk lebih giat belajar, kemudian
hasilnya diumumkan secara terbuka dan diperlihatkan dipapan
pengumuman. Kedua, Menggunakan waktu belajar secara efektif disekolah,
dengan cara mendorong para guru untuk memulai dan mengakhiri
pembelajaran sesuai waktu yang telah di tentukan, serta memanfaatkannya
secara efektif dan efisien untuk kepentingan pembelajaran.
2. Kepala Sekolah sebagai Manajer
Dalam rangka melakukan peran dan fungsinya sebagai manajer,
kepala sekolah harus memiliki strategis yang tepat untuk memberdayakan
tenaga kependidikan melalui kerja sama atau kooperatif, memberi
kesempatan kepada para tenaga kependidikan untuk meningkatkan
profesinya, dan mendorong keterlibatan seluruh tenaga kependidikan dalam
berbagai kegiatan yang menunjang program sekolah.
9
Pertama; Memberdayakan tenaga kependidikan melalui kerjasama
atau kooperatif dimaksudkan bahwa meningkatkan profesionalisme tenaga
kependidikan sekolah. Kepala Sekolah harus mementingkan kerja sama
dengan tenaga kependidikan dan pihak lain yang terkait dalam
melaksanakan setiap kegiatan.
Kedua; Memberikan kesempatan kepada para tenaga kependidikan
untuk meningkatkan profesinya, sebagai manajer kepala sekolah harus
meningkatkan profesi secara persuasif dan hati ke hati. Bahwa kepala
sekolah harus berusaha mendorong ketelibatan semua tenaga kependidikan
dalam setiap kegiatan di sekolah (partisipatif).
3. Kepala sekolah sebagai Administrator
Kepala sekolah sebagai administrator memiliki hubungan yang
sangat erat dengan berbagai aktivitas pengelolaan administrasi yang bersifat
pencatatan, penyusunan dan pendokumenan seluruh program sekolah.
Secara spesifik kepala sekolah harus memiliki kemampuan untuk
mengelola kurikulum, mengelola administrasi personalia, mengelola
administrasi sarana dan prasarana, mengelola administrasi kearsipan, dan
mengelola administrasi keuangan.
4. Kepala Sekolah sebagai Supervisor
Kegiatan utama pendidikan di sekolah dalam rangka mewujudkan
tujuannya adalah kegiatan pembelajaran, sehingga seluruh aktivitas
organisasi sekolah bermuara pencapaian efisiensi dan efektifitas
pembelajaran. Oleh karena itu, salah satu tugas kepala sekolah adalah
sebagai supervisor, yaitu mensupervisi pekerjaan yang dilakukan oleh
tenaga kependidikan.
Supervisi merupakan suatu proses yang dirancang secara khusus
untuk membantu para guru. Dalam pelaksanaannya, kepala sekolah sebagai
supervisor harus memperhatikan prinsip-prinsip: (1) Hubungan konsultasi,
kolegial dan bukan hirarkhis, (2) dilaksanakan secara demokratis, (3)
berpusat pada tenaga kependidikan (guru), (4) dilakukan berdasarkan
kebutuhan tenaga kependidikan (guru), (5) merupakan bantuan
professional. Kepala sekolah dapat dilakukan secara efektif antara lain
10
melalui diskusi kelompok, kunjuangan kelas, pembicaraan individual, dan
simulasi pembelajaran.
5. Kepala Sekolah sebagai Innovator
Dalam rangka melaksanakan peran dan fungsinya sebagai
innovator, kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk menjalin
hubungan yang harmonis dengan lingkungan, mencari gagasan baru,
mengintegrasikan setiap kegiatan, memberikan teladan kepada seluruh
tenaga kependidikan di sekolah dan mengembangkan model-model
pembelajaran yang innovative. Kepala sekolah sebagai innovator akan
tercermin dari cara-cara melakukan pekerjaannya secara konstruktif,
kreatif, delegatif, integritif rasional dan objektif, pragmatis, keteladan,
disiplin, serta adaptasi dan fleksibel.
Kepala sekolah sebagai innovator harus mampu mencari,
menemukan dan melaksanakan berbagai pembaharuan di sekolah. Gagasan
baru tersebut misalnya moving class adalah mengubah strategi
pembelajaran dari pola kelas tetap menjadi bidang studi, sehingga dalam
suatu laboratorium bidang studi dapat dijaga oleh beberapa guru
(fasilitator), yang bertugas memberikan kemudahan kepada peserta didik
dalam belajar.
6. Kepala Sekolah sebagai Motivator
Sebagai motivator, kepala sekolah harus memiliki strategi yang
tepat untuk memberikan motivasi kepada para tenaga kependidikan dalam
melaksanakan beberapa tugas dan fungsinya. Motivasi ini dapat
ditumbuhkan melalui pengaturan lingkungan fisik, pengaturan suasana
kerja, disiplin, dorongan, penghargaan secara efektif, dan penyediaan
berbagai sumber belajar melalui pengembangan Pusat Sumber Belajar.
Pengaturan lingkungan fisik, lingkungan yang kondusif akan
menumbuhkan motivasi tenaga kependidikan dalam melaksanakan
tugasnya. Oleh karena itu kepala sekolah harus mampu membangkitkan
motivasi tenaga kependidikan agar mampu melaksanakan tugasnya secara
optimal. Pengaturan lingkungan fisik tersebut antara lain mencakup ruang
kerja yang kondusif, ruang belajar, ruang perpustakaan, ruang laboratorium,
11
bengkel, serta pengaruh lingkungan sekolah yang nyaman dan
menyenangkan.
Pengaturan suasana kerja, seperti halnya iklim fisik, suasana kerja
yang tenang dan menyenangkan juga akan membangkitkan kinerja para
tenaga kependidikan. Untuk itu kepala sekolah harus mampu menciptakan
hubungan kerja yang harmonis dengan para tenaga kependidikan, serta
menciptakan lingkungan sekolah yang aman dan menyenangkan.
7. Kepala Sekolah sebagai Leader
Kepala sekolah sebagai leader harus mampu memberikan petunjuk
dan pengawasan, meningkatkan kemauan tenaga kependidikan, membuka
komunikasi dua arah, dan mendelegasikan tugas. Wahjosumijo
mengemukakan bahwa kepala sekolah sebagai leader harus memiliki
karater khusus yang mencakup kepribadian, keahlian dasar, pengalaman
dan keahlian-profesional, serta pengetahuan administrasi dan pengawasan.
Kemampuan yang harus diwujudkan kepala sekolah sebagai laeder
dapat dianalisis dari kepribadian, pengetahuan terhadap tenaga
kependidikan, visi dan misi sekolah, kemampuan mengambil keputusan dan
kemampuan dalam berkomunikasi. Kepribadian kepala sekolah sebagai
leader akan tercermin pada sifat-sifat (1) jujur, (2) percaya diri, (3)
tanggung jawab, (4) berani mengambil resiko dan keputusan, (5) berjiwa
besar, (6) emosi yang stabil, (7) teladan.
Pemahaman terhadap visi dan misi akan tercermin dari
kemampuannya untuk: (1) mengembangkan visi sekolah, (2)
mengembangkan misi sekolah, (3) melaksakan program untuk mewujudkan
visi dan misi ke dalam tindakan. Kemampuan mengambil keputusan akan
tercermin dari kemampuannya untuk (1) berkomunikasi dengan lisan, (2)
menuangkan gagasan dalam bentuk lisan, (3) berkomunikasi secara lisan
dengan peserta didik, (4) berkomunikasi secara lisan dengan orang tua dan
masyarakat dalam lingkungan sekolah.
Kepemimpinan kepala sekolah adalah salah satu faktor penting
ssuntuk memajukan pendidikan. Akan tetapi, unsur penting ini belum
mejadi konsentrasi pemerintah saat ini. Padahal guru tidak akan bisa
12
mengajar dengan baik jika tidak mempunyai kepemimpinan kepala sekolah
yang bisa menginspirasi mereka untuk mengajar secara profesional.
Kurikulum di sekolah pun tak akan bisa diterapkan dengan sempurna,
apabila kepala sekolah tidak cekatan dalam memimpin dan membimbing
guru-guru dalam mengaplikasikan pengajaran sesuai tuntutan kurikulum.
Seberapa banyakpun guru-guru hebat di sekolah jika tidak ada
kepemimpinan kepala sekolah yang efektif, maka tidak akan terlahir
sekolah yang bermutu. Keberhasilan pendidikan di sekolah sangat
ditentukan oleh keberhasilan kepala sekolah dalam mengelola tenaga
kependidikan yang tersedia di sekolah. Kepala sekolah merupakan salah
satu komponen pendidikan yang berpengaruh dalam meningkatkan kinerja
guru. Kepala sekolah bertanggung jawab atas penyelenggaraan kegiatan
pendidikan, administrasi sekolah, pembinaan tenaga kependidikan lainnya,
dan pendayagunaan serta pemeliharaan sarana dan prasarana. Hal tersebut
menjadi lebih penting sejalan dengan semakin kompleksnya tuntutan tugas
kepala sekolah, yang menghendaki dukungan kinerja yang semakin efektif
dan efisien. Beberapa hal justru menjadi kontradiksi yakni fenomena-
fenomena peran kepala sekolah sebagai pemimpin juga masih dipandang
sebagai profesi belaka. Hal ini sebaiknya menjadi perhatian pemerintah
khususnya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dalam hal
keprofesionalan seorang kepala sekolah. Beberapa fenomena saat ini yang
menunjukkan kelemahan kepala sekolah sebagai berikut :
1) Rendahnya motivasi kerja kepala sekolah dalam melaksanakan
tugasnya
2) Pengalaman kerja kepala sekolah yang masih minim.
3) Lemahnya disiplin kerja kepala sekolah dalam melaksanakan
tugasnya
4) Kepemimpinan Kepala sekolah masih rendah
5) Keterampilan kepala sekolah dalam menyelesaikan permasalahan
belum memuaskan.
13
BAB II
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari makalah ini, yaitu:
1. Kepemimpinan adalah terjemahan dari bahasa Inggris leadership yang
berasal dari kata leader. Kata leader muncul pada tahun 1300-an,
sedangkan kata leadership muncul belakangan sekitar tahun 1700-an.
Literatur tentang kepemimpinan jumlahnya sangat banyak dan definisi
kepemimpinan bervariasi sebanyak orang yang mencoba
mendefinisikan konsep kepemimpinan itu sendiri.
2. Terdapat jenis-jenis kepemimpinan yang dipandang representatif,
yaitu: kepemimpinan transformatif dan kepemimpinan transaksional.
3. Kepemimpinan kepala sekolah dalam konteks MBS memegang
peranan kunci dalam keberhasilan aplikasi MBS. Bekal kemampuan
keahlian dan keterampilan menjadi keniscayaan bagi kepala sekolah
untuk mampu menjalankan roda lembaganya secara MBS. Kepala
sekolah merupakan motor penggerak penentu arah ke bijakan sekolah
yang akan menentukan bagaimana tujuan-tujuan sekolah dan
Pendidikan pada umumnya direalisasikan. Sehubungan dengan MBS
kepala sekolah dituntut untuk senantiasa meningkatkan Kepemimpinan
adalah terjemahan dari bahasa Inggris leadership yang berasal dari kata
14
leader. Kata leader muncul pada tahun 1300-an, sedangkan kata
leadership muncul belakangan sekitar tahun 1700-an. Literatur tentang
kepemimpinan jumlahnya sangat banyak dan definisi kepemimpinan
bervariasi sebanyak orang yang mencoba mendefinisikan konsep
kepemimpinan itu sendiri.
4. efektifitas kinerja Dengan begitu MBS sebagai paradigma baru
pendidikan dapat memberikan hasil yang memuaskan.
5. kepemimpinan kepala sekolah yang efektif dalam MBS dapat dilihat
berdasarkan kriteria berikut:
1. Mampu memberdayakan guru-guru untuk melaksanakan proses
pembelajaran dengan baik, lancar, dan produktif.
2. Kepala Sekolah sebagai Manaer
3. Kepala sekolah sebagai Administrator
4. Kepala Sekolah sebagai Supervisor
5. Kepala Sekolah sebagai Innovator
6. Kepala Sekolah sebagai Motivator
7. Kepala Sekolah sebagai Leader
B. Saran
Mengingat karena begitu pentingnya untuk mempelajarai materi
ini, maka kami dari kelompok IV menyarankan agar materi ini bisa
dipahami oleh pembaca, apa lagi kita sebagai calon guru yang nantinya
akan menjadi guru yang sesungguhnya, kita bisa menerapkan MBS
disekolah tempat kita mengajar.
15
DAFTAR PUSTAKA
16