Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH PENDIDIKAN ANTI KORUPSI

DAN ANTI NARKOBA DAN DERADIKALISME

“Korupsi Sebagai Penyakit”

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan Anti


Korupsi Dan Anti Narkoba Dan Deradikalisme Yang Diampu Oleh
Bapak Ir. Muragmi Gazali M.Ed

Disusun Oleh:
Kelompok 3

Indriyani 2020010108017
Sri Alnisa 2020010108022
Ica Rastika 2020010108031

PROGRAM STUDI TADRIS BIOLOGI


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
KENDARI
2023

ii
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah kami ucapkan ke hadirat Allah SWT yang telah


memberikan karunia, taufik dan hidayah-Nya sehingga penulisan makalah tentang
Pendidikan Anti Korupsi dan Narkoba dan Deradikalisme yang berjudul “Korupsi Sebagai
Penyakit” ini dapat diselesaikan. Makalah ini disusun sebagai tugas semester VI oleh
setiap kelompok mahasiswa yang telah diberikan oleh dosen. Penulisan dan penyusunan
makalah ini merupakan serangkaian aktivitas terpadu dan komprehensif dalam mencapai
sasaran pembelajaran agar tercapai secara maksimal dan optimal.
Penulisan Makalah Pendidikan Anti Korupsi dan Narkoba dan Deradikalisme
“Korupsi Sebagai Penyakit” ini tentu saja masih ditemukan beberapa kekurangan dan
kelemahan. Semoga bermanfaat dan saya ucapkan terimakasih.

Kendari, 16 Maret 2023

Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL.....................................................................................................i

KATA PENGANTAR.....................................................................................................ii

DAFTAR ISI....................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................................1

A. Latar belakang........................................................................................................1

B. Rumusan masalah...................................................................................................1

C. Tujuan....................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................2

A. Korupsi Sebagai Penyakit......................................................................................2

B. Sumber Penyakit Korupsi......................................................................................3

C. Akar Penyakit Korupsi..........................................................................................5

D. Terjadinya Penyakit Korupsi.................................................................................6

BAB III PENUTUP........................................................................................................7

A. Kesimpulan...........................................................................................................7

B. Saran ....................................................................................................................7

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................8

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Korupsi merupakan suatu penyakit yang luar biasa berbahaya. Korupsi akan menurunkan
kinerja ekonomi dan tentu akan menurunkan kinerja dari sistem demokrasi atau representasi. Ini
adalah suatu penyakit yang ada dan bisa menghinggapi serta menggerus fondasi suatu
masyarakat dan negara.
bahayanya korupsi sudah sangat nyata terlihat dan juga sangat berdampak negatif dan
bisa merusak. Jika korupsi ini terus ada, maka korupsi bisa menggerus tingkat kepercayaan
pemerintah. Sebab, banyak sekali masyarakat yang tidak lagi bisa mempercayai pemerintah yang
dianggap melakukan banyak korupsi, sehingga akan menyebabkan terjadinya gejolak politik
sosial, yang menciptakan kesenjangan luar biasa, dan juga menciptakan kerusakan dalam
kehidupan sosial ekonomi.
B. Rumusan Masalah
Dalam pembahasan kami ini kami dapat merumuskan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana korupsi sebagai penyakit ?
2. Bagaimana sumber penyakit korupsi?
3. Bagaimana akar penyakit korupsi?
4. Bagaimana terjadinya penyakit korupsi?
C. Tujuan
Dengan merumuskan masalah diatas dapat diketahui tujuan dari makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui korupsi sebagai penyakit
2. Untuk mengetahui sumber penyakit korupsi
3. Untuk mengetahui akar penyakit korupsi
4. Untuk mengetahui terjadinya penyakit korupsi
BAB II
PEMBAHASAN

A. Korupsi sebagai penyakit

Korupsi telah ada sejak dahulu kala, sejak zaman penjajahan dulu, kemudian jika melihat
saat ini, korupsi masih ada dan semakin merajalela, karena korupsi yang dilakukan penjajah telah
menjangkiti kaum pribumi.
Untuk penularan penyakit korupsi pada awal kemunculan hanya menjangkiti kalangan
penjajah kemudian kalangan pribumi yang bekerja pada penjajah. Dari kalangan pribumi yang
bekerja pada penjajah inilah yang mulai menyebarkan ke pribumi lainnya, walaupun saat itu
tidak sebanyak saat ini. korupsi yang paling masif dilakukan semasa Orde Baru Soeharto, selama
32 tahun berkuasa, korupsi Soeharto beserta kroni dan anteknya, menjadi catatan sangat buruk
dalam perkembangan sejarah bangsa. Paling santar bila menyangkut korupsi Soeharto terkait 7
buah yayasan yang diketuainya. total kerugian negara yang dicuri dikabarkan mencapai hingga
200 triliun sumber Wikipedia kasus korupsi Soeharto. namun, ironisnya kasus korupsi Soeharto
tidak pernah diusut tuntas hingga saat ini. bahkan tahun 2006 diterbitkannya SK penghentian
penuntutan perkara yang isinya menyangkut korupsi Soeharto.
Era reformasi 1998 yang dibarengi dengan isu pemerintah bersih atau good governance
yang mengadopsi negara-negara maju, disebut-sebut menjadi tonggak untuk memberantas
korupsi di Indonesia. berbagai lembaga negara di reformasi untuk mewujudkan cita-cita
memberantas korupsi guna mewujudkan pemerintahan yang bersih. tahun 2002 dibentuk Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK) yang ditujukan sebagai lembaga negara yang bersifat independen
dan bebas untuk memberantas tindak pidana korupsi. akan tetapi, Berbagai usaha yang
dilakukan pemerintahan di Indonesia masih menjadi pseudo tampak palsu, pura-pura, atau
gadungan dalam memberantas korupsi. praktik korupsi, menyelewengkan kekuasaan,
memperkaya diri dan keluarganya, kongkalikong dengan pebisnis dan asing, masih menjadi
gambaran dari pemerintahan Indonesia hingga saat ini.
Semasa Megawati, kasus BLBI menjadi sangat mencengangkan sekaligus kelanjutan
korupsi yang semakin menggila di Indonesia . Bagaimana tidak, total kerugian negara akibat
pemberian blbi ke sejumlah penguasa semacam Bob Hasan mencapai 600 triliun. kemudian
kebijakan privatisasi BUMN. Megawati adalah bentuk korupsi penyelewengan kekuasaan oleh
Kepala Negara yang merugikan rakyat dan bangsa. Karena kebijakan ini, hanya memberi
keleluasaan kepada asing untuk menguasai perusahaan-perusahaan BUMN dan untuk mengeruk
keuntungan yang besar dan satu sisi sangat merugikan rakyat Indonesia secara material.
anehnya, seperti kasus BLBI di atas, lembaga negara tidak pula pernah mengusut tuntas
keterlibatan tindak pidana yang dilakukan Megawati tersebut.
B. Sumber Penyakit Korupsi
Mantan ketua Mahkamah Agung Bagir Manan menganggap sistem pemidanaan telah
lama gagal mencegah terjadinya kejahatan, terutama korupsi. Nyatanya, sudah banyak yang
dihukum. Bahkan, masih banyak penyelenggara negara yang mencicipi korupsi. Menurut bagir,
Selain upaya penegak hukum, sumber penyakit pun perlu dibasmi. Sumber penyakit dikenal
dengan istilah resource, dan penyebab penyakitnya disebut agen kausal. Contoh, sumber
penyakit tb-paru adalah sputum dahak penderita tb-paru, dan agen causalnya adalah
mycobacterium tuberculosis. Apabila agen penyebab Korupsi adalah uang atau sesuatu yang
bernilai uang, maka sumber penyakit Korupsi adalah wadah atau tempat uang itu terkumpul.
Sedangkan determinan penyakit Korupsi adalah semua variabel atau faktor-faktor yang
berhubungan dengan kejadian penyakit korupsi, baik yang faktor internal maupun faktor
eksternal. Bagir Manan menyatakan sumber penyakit ini perlu kita pikirkan, dengan menemukan
faktor penyebab determinan korupsi. ada pelemahan yang bersumber dari hukum dan di luar
hukum. sumber penyakit dalam penegakan hukum antara lain penegak hukum yang lemah
dengan godaan. penegak hukum ini mudah dirayu dengan janji atau uang, misalkan perkaranya
tidak diproses, hukum ringan, bahkan minta dibebaskan. misalnya pada tersangka sudah 3,5
tahun belum ada proses. sistem pemidanaannya yang tidak proporsional.
Sementara itu, Bagir menyebutkan banyak faktor yang dapat menjadi pemicu penyakit
korupsi dari sektor di luar hukum. yaitu celah korupsi bisa muncul di tatanan birokrasi.
kemudian, celah juga bisa muncul dalam bentuk tingkah laku politik. cara Pilkada jadi calon itu
berdasarkan tatanan politik.
Pemerintahan Jokowi-JK di saat Pilpres 2014 mengusung Salah satu program
nawacitanya tentang membangun politik legislasi yang jelas, terbuka, dan berpihak pada
pemberantasan korupsi dan Reformasi kelembagaan penegakan hukum. akan tetapi, lagi-lagi ini
hanya menjadi produk teoretis semata yang sangat jauh dari kenyataan di lapangan.
keberpihakan pada pemberantasan korupsi tidak muncul dalam pemerintahan Jokowi-JK

ii
menjabat.
Kontroversinya diantaranya adalah pengangkatan sejumlah pejabat negara semacam Budi
Gunawan menjadi Kapolri yang sempat memicu heboh terkait dugaan memiliki "rekening
gendut”. catatan buruk lainnya yaitu terkait janji memprioritaskan penanganan korupsi di sektor
penegakan hukum, politik, pajak, Bea Cukai dan industri sumber daya alam. akan tetapi,
penangkapan patrice rio capella dalam kasus dugaan suap membuktikan jika belum ada prioritas
menegakkan sistem pemerintahan bersih di Indonesia. demikian juga kasus suap Gatot ke PTUN
Medan yang menunjukkan kelemahan penegakan hukum di Indonesia untuk bebas dari korupsi.
Akan tetapi yang tidak kalah penting tindak korupsi yang dilakukan rezim ialah
penyelewengan kekuasaan dengan melahirkan berbagai kebijakan yang merugikan rakyat dan di
sisi lain memberikan keuntungan yang besar bagi negara-negara asing atau imperialisme.
pencurian subsidi rakyat yang dialihkan ke sektor infrastruktur serta berbagai kebijakan
neoliberalisme yang membuat rakyat semakin menderita dan miskin.
Itulah penyakit korupsi yang mengakar kuat dalam sistem pemerintahan di Indonesia.
mulai dari pemerintah daerah hingga Pusat, korupsi menjadi rantai yang tidak putus-putusnya.
mencuri apbn/apbd, mengambil keuntungan dari proyek meloloskan izin usaha, suap menyuap,
melindungi penguasa asing dan tuan tanah menjadi gambaran umum tindak-tindak korupsi yang
dijalankan di Indonesia. Berbagai usaha yang dijalankan dari kepemimpinan yang satu ke yang
lain tetap saja korupsi tidak dapat diatasi. Malah, ancaman korupsi di era Jokowi JK semakin
nyata menjamur. inilah menjadi bukti bahwa Korupsi adalah penyakit yang akan selalu
dilanggengkan sistem pemerintahan yang hanya melayani kepentingan pengusaha tuan tanah
besar, asing untuk berguna memperkaya diri sendiri, keluarga dan kroni-kroninya.
begitu pula dengan tatanan ekonomi dan sosial yang rawan celah korupsi. jika bibit penyakit itu
tidak dibereskan, Bagir meyakini cerita penyelesaian persoalan hukum akan panjang dan tidak
ada habisnya.
sementara menurut peneliti Indonesia Corruption Watch Emerson Yuntho, koruptor di
Indonesia masih di istimewakan sehingga tak berbekas efek Jera. karena mantan terpidana pun
masih banyak yang berpartisipasi dalam proses politik. menurut Emerson, negara ini tidak enak
betul, terpidana kasus korupsi bisa ikut pileg dan Pilkada. ini dampak tidak dicabut hak politik.
Selain itu keluarga dan korporasi dari pelaku korupsi pun semestinya ikut dijerat titik sebab,
diduga ada jejak-jejak korupsi yang diterima oleh pihak lain, selain yang dinikmati pelaku secara
pribadi.
C. Akar Penyakit Korupsi
Jika ditelusuri, korupsi berakar pada Salah satu sifat jelek nafsu manusia. Korupsi adalah
cara pintas untuk kaya dengan merebut hak orang lain atau hak negara. ketamakan yang
dilakukan secara sistematis melahirkan kejahatan yang sangat terencana dan terukur.
Dulu dalam masyarakat tradisional dikenal munjung, babi ngepet, dan tuyul sebagai
teknologi untuk mendapatkan kekayaan secara cepat dan tidak wajar. tetapi, penyakit tamak yang
seperti ini tidak pernah menjadi wabah yang begitu luas seperti korupsi. bukan karena cara tamak
tersebut tidak menular, tetapi karena secara sosial tidak bisa diterima. Selain itu, masyarakat
memandangnya sebagai bentuk dosa yang terberat, yakni syirik atau menyekutukan Allah.
bahkan tidak jarang, dukun yang menjadi perantara penyebarannya dikejar-kejar dan dihabisi
oleh masyarakat.
Dari hal tersebut, kita bisa belajar bahwa penyakit sosial dapat dikendalikan secara sosial
juga. Mencari kekayaan melalui dunia hitam adalah musuh nomor 1 masyarakat. Jadi, kapan kita
bisa menjadikan korupsi sebagai musuh nomor 1 masyarakat? itulah persoalan kita saat ini.
Entah kenapa, sikap kita begitu lembek dan pesimis terhadap korupsi. Pernahkah kita sebagai
teman mempertanyakan kenapa salah seorang dari kita punya rumah mewah dalam sekejap,
padahal dengan jabatannya tak mungkin dia memiliki rumah sederhana sekalipun? Pernahkah
sebagai tetangga, kita mempertanyakan kenapa dia selalu berganti-ganti mobil? Pernahkah kita
sebagai saudara mempertanyakan, kenapa dia memiliki tanah dimana-mana ?
Dari pada mempertanyakan, mungkin kita lebih sering meminta dia menjadi donatur
untuk berbagai kegiatan amal. kita juga sering membuat para koruptor berbangga diri dengan
kekayaan yang diperolehnya. tak sedikit dari mereka secara jelas-jelas mempertontonkan
kemewahan yang tak wajar. pakaian bermerek dengan harga puluhan juta sepasang, tas kulit
berharga ratusan juta, jam tangan semiliar, atau mobil mewah yang di Amerika hanya dimiliki
oleh kaum selebritas. Apa sikap kita terhadap tontonan ini? acungan jempol sambil berbisik
“bagi-bagi dong”.
Korupsi menjadi begitu merajalela karena Hampir tak ada mekanisme sosial yang
mengendalikan penularannya kita tidak pernah betul-betul menanam kebencian sosial terhadap
korupsi. kita tidak pernah mengasingkan orang sudah terbukti melakukan korupsi. Bahkan,
mereka tetap dapat diterima dengan lapang dada oleh masyarakat ketika keluar dari buih

iv
sekalipun. kita telah terlalu berbaik hati pada mereka dan akibatnya tak ada ketakutan dari
mereka untuk terus korup.
Mungkin kita bisa mengambil pelajaran dari dunia kedokteran mengenai cara
mengendalikan korupsi. dulu, sebelum obat-obatan modern ditemukan, penyakit menular seperti
sampar dan lepra dicegah penularannya dengan cara mengasingkan penderita jauh dari
masyarakat. maka, dibuatlah berbagai tempat pengasingan. bukankah kita sampai saat ini belum
menemukan obat untuk membasmi korupsi?
kita memang sudah punya Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang begitu hebat. tetapi, itu
tak cukup melawan korupsi yang sudah menjangkiti setiap tingkatan jabatan publik mulai dari
Lurah sampai gubernur dan menteri mulai dari penegak hukum sampai pada pembuat hukum
atau Law Maker alias anggota DPR.
D. Terjadinya Penyakit Korupsi
Pengertian tentang keadaan sehat dan sakit sangat penting, terutama untuk para ahli harus
dapat menentukan ada tidaknya permasalahan penyakit korupsi di antara masyarakat, dan berapa
banyaknya. Keadaan sakit atau sehat ini bila pada manusia harus dilihat dari tiga aspek, yakni
aspek jasmaniah, rohaniah dan sosial sesuai dengan definisi yang tertulis dalam undang-undang
nomor 23 tahun 1992 sebagai berikut:
"Yang dimaksud dengan keadaan sehat dalam undang-undang ini adalah keadaan
meliputi kesehatan badan, rohani (mental) dan sosial dan Bukan Hanya keadaan yang bebas
penyakit, cacat, dan kelemahan sehingga dapat hidup produktif secara sosial ekonomi ". Definisi
ini diperbaharui oleh undang-undang nomor 36 tahun 2009 yang menyatakan, "kesehatan adalah
keadaan sehat baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap
orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis".
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Korupsi telah ada sejak dahulu kala, sejak zaman penjajahan dulu, kemudian jika
melihat saat ini, korupsi masih ada dan semakin merajalela, karena korupsi yang
dilakukan penjajah telah menjangkiti kaum pribumi.
Mantan ketua Mahkamah Agung Bagir Manan menganggap sistem pemidanaan
telah lama gagal mencegah terjadinya kejahatan, terutama korupsi. Nyatanya, sudah
banyak yang dihukum. Bahkan, masih banyak penyelenggara negara yang mencicipi
korupsi. Menurut bagir, Selain upaya penegak hukum, sumber penyakit pun perlu
dibasmi. Sumber penyakit dikenal dengan istilah resource, dan penyebab penyakitnya
disebut agen kausal. Contoh, sumber penyakit tb-paru adalah sputum dahak penderita tb-
paru, dan agen causalnya adalah mycobacterium tuberculosis.
Jika ditelusuri, korupsi berakar pada Salah satu sifat jelek nafsu manusia. Korupsi
adalah cara pintas untuk kaya dengan merebut hak orang lain atau hak negara.
Pengertian tentang keadaan sehat dan sakit sangat penting, terutama untuk para
ahli harus dapat menentukan ada tidaknya permasalahan penyakit korupsi di antara
masyarakat, dan berapa banyaknya.
B. Saran
Demikianlah makalah yang dapat kami buat, sebagai manusia biasa saya
menyadari dalam pembuatan makalah ini masih terdapat banyak kesalahan dan
kekurangan. Untuk itu kritik dan saran yang bersifat konstruktif sangat kami harapkan
demi kebaikan makalah ini berikutnya. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua,
Aamiin.

vi
DAFTAR PUSTAKA

Wicipto Setiadi : Korupsi di Indonesia (penyebab, bahaya, hambatan dan upaya pemberantasan
serta regulasi) FH UPN Veteran, Jakarta 8 Nopember 2018
Ermansyah Djaja : Memberantas Korupsi bersama KPK, Sinar Grafika Jakarta, 2008
Sosialisasi anti korupsi BPK tahun 2005 oleh M. Risbiyanto, Ak,CFE (PFA pada Deputi bidang
investigasi BPKP- Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan)
Andi Hamzah, Korupsi di Indonesia masalah dan pemecahannya, Jakarta: Gramedia pustaka
utama 1984
Tindak pidana khusus, Drs Muhammad Yarmin SH, MH, cetakan 1 Bandung Pustaka Setia, 2012
Hukum pidana khusus unsur dan sanksi pidananya, Prof DR Hj Rodliyah, SH, MH dan Prof.DR.
H. Salim HS, SH, MS, Rajawali pers divisi buku perguruan tinggi PT Rajagrafindo
Persada Depok, 2017

Anda mungkin juga menyukai