Anda di halaman 1dari 22

KEPEMIMPINAN DALAM SUPERVISI PENDIDIKAN

MAKALAH KELOMPOK

Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah


Supervisi Pendidikan
Semester 1 Konsentrasi Manajemen Pendidikan Islam
Tahun Akademik 2021/2022

Oleh:

SYAWAL KURNIA PUTRA


NIM. 8030022001
ANDRIANI TUNNISA
NIM. 80300220015

DOSEN PEMANDU
Dr. Baharuddin, M.M.
Dr. Kamsinah, M.Pd.

PROGRAM PASCASARJANA (S2)


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) ALAUDDIN
MAKASSAR
2021

1
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut asma Allah SWT semesta alam, kami panjatkan puji

syukur kehadirat Ilahi Robbi atas ridho serta rahmat dan hidayah-Nya, sehingga

penulis dapat menyelesaikan seluruh rangkaian isi makalah dengan sangat

sederhana.

Shalawat serta salam mudah-mudahan tetap tercurahkan kepada kekasih

Allah, Nabiullah Muhammad SAW, para sahabat dan keluarganya serta ummat
yang senantiasa istiqomah di jalan-Nya.

Alhamdulillah makalah yang kami susun ini berjudul “Kepemimpinan

dalam Supervisi Pendidikan” Penulis menyusun makalah ini berdasarkan

sumber-sumber yang tertulis yang dikutip dari berbagai sumber yang berkaitan

dengan makalah ini.

Sebagai insan yang tidak pernah luput dari kesalahan, kami menyadari

bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan dan sangat dekat dengan kesalahandan

kekurangan, maka kami sebagai penulis mengharapkan saran dan kritik dari
pembaca yang sifatnya membangun, guna menambah wawasan bagi penulis

khususnya seerta meningkatkan cara penulisanmaupun kata demi kata. Akhirnya

kami sebagai penulis mengucapkan terimakasih.

i
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL

KATA PENGANTAR ……………………………………………………….i

DAFTAR ISI .....................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................1

A. Latar belakang ........................................................................................1

B. Rumusan Masalah ..................................................................................2

C. Tujuan .....................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................4

A. Menganalisis teori kepemimpinan ..........................................................4

B. Membandingkan struktur organisasi .......................................................11

C. Menganalisis peran dan fungsi kepemimpinan .......................................13

D. Menganalisis variabel dalam iklim sekolah ...........................................14

BAB III PENUTUP ...........................................................................................17

A. Kesimpulan .............................................................................................17

B. Saran ........................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................18

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Seorang pemimpin pada lembaga pendidikan, sosok pemimpin tidak hanya


bertanggungjawab mengelola persoalan administratif, melainkan juga
memerlukan kepiawaian pimpinan yang mampu menciptakan mengelola sumber
daya manusianya (pendidikan, tenaga kependidikan), termasuk pencapaian visi
dan misi lembaga pendidikan tersebut sesuai yang telah dirumuskan bersama.

Sebagai seorang pemimpin di sekolah/madrasah sangat dituntut untuk


mengerahkan kemampuannya dalam membimbing, mengarahkan, dan
menggerakkan seluruh komponen di sekolah/madrasah untuk mencapai tujuan
yang telah direncanakan sebelumnya secara efektif dan efisein, itulah sebabnya
mengapa seorang pemimpin perlu bekerjasama dan melibatkan orang lain dalam
kepemimpinannya

Makalah ini akan membicarakan beberapa hal yang sederhana terkait


dengan kepemimpinan, tentu kepimpinan yang dimasudkan disini adalah
kepemimpinana supervisi di sekolah, sebagai mana kita ketahui bahwa supervisor
di sekolah/madrasah dijalankan oleh kepala sekolah sendiri sebagai tugas yang
melekat dalam jabatannya sedangkan supervisi lainnya adalah pengawas
sekolah/madrasah yang memang tugas fungsionalnya oleh Kemendiknas sebagai
pengawas di sekolah atau Kemenag sebagai pengawas di madrasah.

Dua peran kepala sekolah/madrasah dan pengawas di sekolah tentu


memiliki perannya dan tanggungjawab yang berbeda, namun sama-sama
membutuhkan kemampuan leadership (kepemimpinan) yang sama, inilah yang
akan dibahas pada makalah yang sederhana ini, tentu beberapa literatur serta
penjelasannya masih membutuhkan uraian yang lebih dalam dalam diskusi
selanjutnya.

1
2

Pada makalah ini yang akan dikembangkan adalah kepemimpinan yang


terkait dengan beberapa komponan supervisi di sekolah/madrasah yang dikaitkan
dengan teori kepemimpinan serta iklam sekolah yang cenderung berbeda-beda,
termasuk cakupan struktur organisasi sekolah/madrasah yang sangat beragam,
terutama visi dan misi yang diembang oleh lembaga pendidikan tersebut.

Seorang supervisor, baik itu kepala sekolah/madrasah yang menjadi


pemimpin puncak yang dapat menentukan keberhasilan sekolah/madrasah,
termasuk para pengawas sekolah.madrasah juga menentukan, keberhasilan
mengelola lembaga pendidikan.

Berdasarkan uraian tersebut, maka dalam makalah ini penulis ingin


menjelaskan terkait bagaimana kepemimpinan itu jika dikaitkan dalam supervisi
pendidikan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang yang telah penulis jelaskan


sebelumnya, adapun beberapa pokok permasalahan yang akan dibahas dalam
makalah ini yakni:

a. Bagaimana analisis Teori Kepemimpinan?

b. Bagaimana membandingkan Struktur Organisasi di lembaga pendidikan?

c. Bagaimana menilai peran dan fungsi Kepemimpinan supervisi?

d. Bagaimana menganalisis vaiabel dalam iklim sekolah atau madrasah?

C. Tujuan

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan makalah ini yaitu:

a. Untuk mengetahui apa itu Teori Kepemimpinan

b. Untuk mengetahui bagaimana perbandingan dalam struktur organisasi


pada lembaga pendidikan seperti sekolah/madrasah

c. Untuk mengetahui peran dan fungsi Kepemimpinan seorang supervisi di


sekolah/madrasah
3

d. Untuk mengetahui variabel dalam iklim sekolah yang memengaruhi


supervisi di sekolah/madrasah.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Analisis Teori Kepemimpinan

1. Pengertian Kepemimpinan

Sebelum membahas tentang pengertian kepemimpinan, maka penulis akan


menjelaskan secara umum tentang makna kata kepemimpinan (leadership). Secara
bahasa, kepemimpinan berasal dari kata dasar pemimpin (leader), yang berarti
membimbing, menuntun dan menggerakkan orang lain melalui pengaruhnya,
Sedangkan menurut istilah kepemimpinan bisa diartikan sebagai suatu proses
mengarahkan dan memengaruhi aktivitas-aktivitas tugas dari orang-orang dalam
kelompok. 1

Defenisi yang dituliskan oleh Mangunharjana di atas, memberikan makna


bahwa hakekat dari kepemimpinan itu adalah sebuah proses menggerakkan orang
atau kelompok tertentu untuk aktivitas-aktivitas tertentu sesuai dengan tujuan
yang ingin dicapai tentu yang dimaksud dengan tujuan disini adalah tujuan
organisasi atau lembaga yang dipimpin, bukan tujuan pribadi. Tentu
kepemimpinan yang saat ini berkembang sangatlah banyak modelnya, tergantung
dari sudut mana kita melihat kepemimpinan itu ingin dijalankan, termasuk besar
kecilnya organisasi atau lembaga tersebut.

Berbicara mengenai organisasi maka secara umum ada beberapa kelompok


organisasi, diataranya pertama organisasi yang bergerak dibidang Bisnis, Kedua
Organisasi yang berorientasi pada kegiatan sosial, ketiga Organiasai politik dan
yang keempat adalah organiasi teknis. Keempat bentuk organisasi ini jika
dikaitkan dengan kepemimpinan tentu cara memimpinnya juga berbeda.

Ada berbagai macam model kepemimpinan, seorang pemimpin pasti


memiliki gaya Kepemimpinan yang berbeda, model atau gaya tersebut sifatnya
tidak statis, dengan menyesuaikan dengan kondisi (orang atau kelompok yang
dipimpin) maka kepemimpinan itu sifatnya dinamis. Keunikan model

1
Mangunharjana. Kepemimpinan, (Yogyakarta: Kanisius, 2004), h. 1

4
5

kepemimpinan dari setiap pemimpin inilah mengapa seorang pemimpin penting


mempelajari ilmu kepemimpinan dalam hal memimpin sebuah organisasi baik
formal maupun non-formal, organisasi provit ataupun non-provit.

Berbagai Model kepemimpinan yang berkembang hingga saat ini terbagi


menjadi beberapa model yang tentunya terus mengalami perkembangan,
diantaranya model kepemimpinan otokratis yang cenderung membuat kebijakan
dan keputusan secara otoriter (sendiri), kepemimpinan militeristis yang biasa
diterapkan dalam dunia militer, Kepemimpinan paternalistis ini cenderung
berkembang secara turun-temurun, sementara kepemimpinan kharismatik
cenderung dimiliki para ulama atau orang yang sangat dikagumi oleh sebagian
besar orang, karena kekharismaannya atau kewibawaannya di masyarakat,
sedangkan kepemimpinan demokratis yang banyak dianut oleh beberapa
pemimpin saat ini, karena dianggap sebagai model atau gaya kepempinan yang
melibatkan anggotanya. Dari kelima model tersebut tentunya masing-masing ada
kelebihan dan kelemahannya, pada satu organisasi kemungkinan dibutuhkan
model kepemimpinan otokratis, namun pada sisi lain model demokratis menjadi
pilihan yang tepat, maka dari itu model kepemimpinan tidak ada yang benar-benar
paling baik, hal ini disesuaikan dengan bentuk serta cakupan organisasi atau
lembaga yang dipimpin.

Seorang pemimpin diharapkan mampu memengaruhi kelompok atau


individu lain diharapkan dapat melakukan tugas dan fungsinya secara profesional
dan penuh dedikasi untuk mencapai tujuan tertentu. Jika seorang pemimpin tidak
mampu untuk memengaruhi bawahannya untuk mencapai tujuan organisasi atau
lembaga, maka kepemimpinannya bisa dikatakan gagal, untuk mencapai tujuan
organisasi yang diharapkan sebelumnya.2 Cara pemimpin menjalankan gaya
kepemimpinan pada suatu organisasi atau lembaga sangat menentukan
keberhasilan suatu lembaga yang dipimpinnya.

2
Husaini Usman. “Model Kepemimpinan Instruksional Kepala Sekolah “:Jurnal
Cakrawala Pendidikan, No. 3 Oktober (2015) h. 322.
6

Pada makalah ini, kepemimpinan dalam organisasi yang menjadi pilihan


adalah organisasi sosial, dimana didalamnya termasuk lembaga pendidikan
formal. Jika kita kaitkan pada lembaga pendidikan formal baik tingkat
sekolah/madrasah atau perguruan tinggi, maka kepemimpinan berkaitan dengan
bagaimana seorang kepala sekolah/madrasah mampu menggerakkan pendidik dan
tenaga kependidikannya termasuk peserta didiknya, sedangkan di Perguruan
tinggi seorang rektor dituntut untuk mampu mendorong kinerja dosen dan staff
serta pengembangan lembaga pendidikan yang dipimpinnya dalam bidang
Pendidikan, Pengabdian Masyarakat dan Penelitian (tri Dharma Perguruan
Tinggi). Pada makalah ini fokus lembaga yang diambil adalah lembaga
pendidikan formal yakni sekolah/madrasah.

1. Menurut Pandangan Para Ahli

Menyinggung definisi atau pengertian kepemimpinan, terdapat banyak


pakar yang mendefinisikannya, diantaranya menurut Andang, mengemukakan
pendapatnya bahwa kepemimpinan merupakan suatu proses yang dilakukan
untuk memengaruhi sekelompok anggota agar bekerja untuk mencapai tujuan
dan sasaran.3

Berbeda dengan yang diutarakan oleh Wahyudi, dia mengatakan


kepemimpinan dapat diartikan sebagai suatu kemampuan yang dimiliki
seseorang dalam menggerakkan, mengarahkan, dan memengaruhi pola pikir
serta cara kerja setiap anggota untuk pencapaian percepatan kepentingan yang
telah ditetapkan.4

Kemudian menurut J.M Pfiffner dalam Sudarwan Danim,


mengemukakan bahwa kepemimpinan ialah seni mengkoordinasi dan memberi
arah kepada individu atau kelompok untuk mencapai tujuan yang diinginkan.5

3
Andang, Manajemen dan Kepemimpinan Kepala Sekolah, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media,
2014), h. 38.
4
Wahyudi, Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Organisasi Pembelajaran (Learning
Organization, (Bandung: Alvabeta, 2012), h. 120.
5
Sudarwan Danim, Visi Baru Manajemen Sekolah, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2008), h.
204.
7

Begitu pula dengan pendapat Rusdiana, kepemimpinan merupakan proses


menggerakkan, memengaruhi, serta membimbing orang lain untuk mencapai
tujuan organisasi.6

Berdasarkan beberapa pengertian yang telah dikemukakan sebelumnya,


maka penulis dapat menarik benang merahnya, bahwasanya kepemimpinan
ialah sebuah kemampuan yang ada dalam diri seorang pemimpin untuk
memengaruhi, menggerakkan, mengkoordinasi mengarahkan, dan
membimbing tindakan seseorang ataupun kelompok dalam rangka mencapai
tujuan tertentu yang telah diharapkan dan ditetapkan bersama.

Berbicara tentang kepemimpinan, sejauh ini yang paling berhasil dan


paling fenomenal seorang pemimpin yang pernah ada di dunia ini yakni
Rasulullah saw. beliau mampu mengkombinasikan model-model
kepemimpinan yang telah disebutkan sebelumnya yang didominasi dengan
pemikiran-pemikiran barat, sehingga model kepemimpinan yang dianut oleh
beliau menjadi sempurna.

Rasulullah Saw mengkombinasikan antara akhlakul karimah dengan


model kepemimpinan yang berkembang saat ini. Dari yang dicontohkan
Rasulullah saw. minimal ada empat hal yang harus ada dan melekat pada diri
seorang pemimpin yakni Siddiq (Jujur), Amanah (Dipercaya), Tabligh
(Menyampaikan), dan Fathonah (Cerdas).

Tanggung jawab yang diemban manusia sebagai hamba dan khalifah di


atas menimbulkan konsekuensi bahwa kelak mereka akan diminta untuk
melaporkan pertanggungjawaban mereka atas tugas yang diembannya tersebut.
Hal ini membuat manusia secara fitrah menjadi seorang yang harus bisa
menjadi pemimpin, setidaknya untuk dirinya sendiri. Salah satu hadis paling
populer tentang kepemimpinan tersebut ialah ”Ketahuilah bahwa setiap kamu
adalah pemimpin dan setiap pemimpin bertanggung jawab atas

6
Rusdiana, Pengelolaan Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 2015), h. 44.
8

kepemimpinannya. Setiap kepala negara adalah pemimpin, dan dia


bertanggung jawab atas kepemimpinan (rakyatnya), setiap perempuan/ ibu
adalah pemimpin bagi rumah tangga suaminya dan anak- anaknya, ia
bertanggung jawab atas kepemimpinannya. Seorang hamba sahaya adalah
pemimpin bagi harta tuannya dan bertanggung jawab atas kepemimpinannya.
Ketahuilah bahwa setiap kamu adalah pemimpin dan masing- masing
bertanggung jawab atas kepemimpinannya”

Di dalam ajaran Islam sendiri terdapat banyak ayat maupun hadis-hadis


baik secara langsung maupun tidak langsung yang menjelaskan pengertian
tentang kepemimpinan. Diantaranya dijelaskan dalam surat An-Nahl ayat 36.7
Yang artinya: Dan sungguhnya kami telah mengutus Rasul pada tiap-tiap
umat (untuk menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah thaghut itu",
Maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan
ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya. Maka
berjalanlah kamu dimuka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan
orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul).

2. Teori Kepemimpinan

Menyinggung tentang teori kepemimpinan, telah kita ketahui bersama


teori kepemimpinan selalu mengalami perkembangan dari waktu kewaktu
sesuai dengan tuntutan organisasi. Dan telah banyak para ahli yang
mengemukakan sejumlah teori. Kemudian teori-teori tersebut dapat digunakan
untuk mengkaji masalah-masalah yang berkaitan dengan kepemimpinan.
Menurut Silalahi dalam Rusdiana menyebutkan beberapa teori tentang
kepemimpinan yaitu, teori sifat, teori perilaku, dan teori
kontigensi/situasional.8

a. Teori sifat dalam Kepemimpinan (Traits Theory Of Leadership)

7
Departemen Agama RI, Al-qur’an dan Terjemahannya, (Jakarta: Yayasan Penerjemah
Al-Qur’an, 1971), h. 407.
8
Rusdiana, Pengelolaan Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 2015), h. 47.
9

Teori sifat dalam kepemimpinan mengasumsikan bahwa seseorang


yang akan menjadi pemimpin ialah manusia yang mewarisi sifat-sifat tertentu
yang dimana sifat-sifat tersebut membuat mereka cocok untuk menjalankan
fungsi kepemimpinan.9 Teori kepemimpinan ini beranggapan bahwasanya
keberhasilan manajerial disebabkan seorang pemimpin mempunyai
kemampuan-kemampuan yang luar biasa, seperti intelegensi, kepribadian, dan
karakteristik fisik.10

Sifat yang dimiliki oleh seorang pemimpin bahwasanya ikut juga


menyumbang terhadap keberhasilan suatu organisasi yang dipimpinnya. Sifat
yang dimilikinya bukan hanya merupakan suatu keturunan dari orang tuanya
yang jadi pemimpin, melainkan suatu ciri khas atau karakteristik yang
dibutuhkan untuk bisa menjadi seorang pemimpin. Sifat-sifat kepemimpinan
tersebut tidak sepenuhnya dilahirkan, tetapi dapat diperoleh melalui
pendidikan dan pelatihan.

b. Teori perilaku dalam kepemimpinan (Behavioral Theory of Leadership)

Teori perilaku ini berdasarkan pada pemikiran bahwa keberhasilan atau


kegagalan pemimpin ditentukan oleh sikap dan gaya kepemimpinan yang
dilakukan. Kemudian dalam teori ini banyak membahas gaya dari
kepemimpinan yang dijalankan oleh seorang pemimpin. Gaya tersebut dapat
terlihat pada kehidupan sehari-hari pemimpin, dalam hal bagaimana seorang
pemimpin meminpin secara efektif, mulai dari cara bagaimana memberi
perintah, menjalankan tugas, cara mengambil keputusan, cara memberi
bimbingan dan lain sebagainya.11

Teori kepemimpinan ini berfokus pada tindakan dari seorang pemimpin


bukan pada kualitas mental atau internal. Kemudian dalam pendekatan

9
Sudarwan Danim, Profesionalisasi dan Etika Profesi Guru, (Bandung: Alfabeta, 2010),
h. 8.
10
Andang, Manajemen dan Kepemimpinan Kepala Sekolah, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media,
2014), h. 42.
11
Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya,
2016), h. 32.
10

perilaku ini memandang bahwasanya kepemimpinan dapat dipelajari dari pola


tingkah laku dan bukan dari sifat-sifat pemimpin. Konsep perilaku
kepemimpinan ini muncul dikarenakan menganggap bahwa konsep sifat
kepemimpinan tidak dapat menghasilkan kepemimpinan yang efektif karena
sifat sulit untuk diidentifikasi.12

c. Teori situasional dalam kepemimpinan.

Teori ini biasa juga disebut dengan pendekatan kontingensi.


Pendekatan ini didadasarkan pada asumsi bahwa keberhasilan kepemimpinan
tidak hanya dipengaruhi oleh sifat dan perilaku pemimpin saja, melainkan
dipengaruhi juga oleh lingkungan yang berbeda, semangat, dan watak anggota
yang berbeda pula. Dan pendekatan ini lebih menitikberatkan pada berbagai
gaya kepemimpinan yang paling efektif dan sesuai untuk diterapkan dalam
situasi tertentu.13

Model kepemimpinan seperti ini, melakukan kegiatan supervisi sesuai


dengan situasi dan kondisi yang sedang dihadapi oleh suatu instansi atau
lembaga. Misalnya, ketika seorang supervisor mendapatkan guru yang
keterampilan dalam hal mengajarnya masih rendah atau kurang dan tidak
disiplin, maka seorang pemimpin langsung mengambil tindakan atau
keputusan untuk segera memberikan arahan dan bimbingan seperti memberi
pelatihan kepada guru yang bersangkutan.

3. Kepemimpinan Supervisi di Sekolah/Madrasah

Sebagaimana yang diatur dalam peraturan Mendiknas nomor 12 tahun


2007 tentang standar pengawas sekolah/madrasah maka ada enam kompetensi
yang harus dimiliki oleh seorang supervisor sekolah/madarasah, keenam
Kompetensi yakni (1) Kompetensi Kepribadian; (2) Kompetensi Supervisi

12
Nanang, Landasan Manajemen Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004),
h. 92.
13
Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya,
2016), h. 38
11

Manajerial; (3) Kompetensi Supervisi akademik: (4) Kompetensi Evaluasi


Pendidikan; (5) Kompetensi Penelitian dan Pengembangan; (6) Kompetensi
Sosial.

Kompetensi supervisi di sekolah/madrasah menjadi bagian yang


penting dimiliki oleh seorang supervisor, hal ini karena berkaitan dengan tugas
dan fungsinya di sekolah, sebagaimana diketahui bahwa Tugas pokok
pengawas sekolah/satuan pendidikan adalah melakukan penilaian dan
pembinaan dengan melaksanakan fungsi-fungsi supervisi, baik supervisi
akademik maupun supervisi manajerial. Berdasarkan tugas pokok dan fungsi
di atas minimal ada tiga kegiatan yang harus dilaksanakan pengawas yakni:
pertama Melakukan pembinaan pengembangan kualitas sekolah/madrasah,
kinerja kepala sekolah, kinerja guru, dan kinerja seluruh staf sekolah, kedua
Melakukan evaluasi dan monitoring pelaksanaan program sekolah beserta
pengembangannya dan ketiga adalah melakukan penilaian terhadap proses dan
hasil program pengembangan sekolah secara kolaboratif dengan stakeholder
sekolah.

B. Membandingkan Struktur Organisasi

Pembatasan pembahasan kepemimpinan supervisi di sekolah dalam


makalah ini terbagi menjadi dua hal, pertama supervisi yang melekat dalam tugas
seorang kepala sekolah/madrasah dan yang kedua adalah kepemimpinan seorang
pengawas sekolah yang memang ditugaskan secara khusus mensupervisi
sekolah/madrasah.

1. Kepemimpinan Supervisi Kepala Sekolah/Madrasah

Seorang Kepala sekolah/madrasah adalah supervisor pendidikan di


sekolah/madrasah, kepsek/kamad memiliki kewajiban membimbing serta
membina pendidik dan tenaga kependidikan yang berhubungan dengan
penyelenggaraan, pengembangan pendidikan dan pengajaran untuk
menciptakan situasi pembelajaran yang lebih baik. Supervisi penting diadakan
12

oleh kepala sekolah/madrasah karena dapat meningkatkan kemampuan


professional dan proses pendidikan di sekolah/madrasah agar dapat lebih baik
dan berkualitas.

Tugas yang dijalankan oleh kepala sekolah dalam suatu lembaga


pendidikan sekolah/Madarasah yaitu Menyusun program sekolah mulai dari
jangka pendek hingga jangka panjang, kemudian mengawasi kegiatan belajar
mengajar di sekolah, menjadi supervisor yang memberikan bimbingan serta
pembinaan kepada pendidik dan tenaga kependidikan, hingga peserta didik,
dan berperan aktif dalam menjalankan tugasnya baik di kelas, di lingkungan
sekolah maupun di sekitar sekolah.

Adapun peran supervisi seorang kepala sekolah dalam pengelolaan dan


administrasi satuan pendidikan berdasarkan manajemen peningkatan mutu
pendidikan di sekolah/madrasah, Membina mengarahkan sekolah dan pendidik
dalam melaksanakan bimbingan konseling di sekolah, Mendorong pendidik
dan tenaga kependidikan dalam merefleksikan hasil-hasil yang dicapainya
untuk menemukan kelebihan dan kekurangan dalam melaksanakan tugas
pokoknya di sekolah, serta Memantau pelaksanaan standar nasional
pendidikan dan memanfaatkan hasil-hasilnya untuk mengarahkan dan
memenej sekolah dalam mempersiapkan akreditasi sekolah.

2. Kepemimpinan Supevisi Pengawas sekolah/Madrasah


Yang dimaksud dalam hal ini yaitu seorang Jabatan fungsional sebagai
pengawas yang diberikan tanggungjawab mengawas (supervisi) pendidik yang
mengampuh mata pelajaran tertentu sebagaimana yang diatur dalam peraturan
peraturan menteri pendidikan dan kebudayaan republik indonesia nomor 143
tahun 2014 tentang petunjuk teknis pelaksanaan jabatan fungsional pengawas
sekolah dan angka kreditnya.

Dalam peraturan tersebut tertulis bahwa Jabatan Fungsional Pengawas


Sekolah adalah jabatan fungsional yang mempunyai ruang lingkup tugas,
tanggung jawab dan wewenang untuk melaksanakan kegiatan pengawasan
13

akademik dan manajerial pada satuan pendidikan. 2. Pengawas Sekolah adalah


Pengawas Sekolah/Madrasah yang berstatus Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang
diberi tugas, tanggung jawab dan wewenang secara penuh oleh pejabat yang
berwenang untuk melaksanakan pengawasan akademik dan manajerial pada
satuan pendidikan

Tugas pokok Pengawas Sekolah adalah melaksanakan tugas


pengawasan akademik dan manajerial pada satuan pendidikan yang meliputi
penyusunan program pengawasan, pelaksanaan pembinaan, pemantauan
pelaksanaan Standar Nasional Pendidikan, penilaian, pembimbingan dan
pelatihan profesional Guru, evaluasi hasil pelaksanaan program pengawasan,
dan pelaksanaan tugas pengawasan didaerah khusus

Gambaran tugas pokok dari seorang pengawas sekolah/madrasah ini


mensyaratkan betapa pentingnya kepemimpinan yang dimiliki oleh seorang
pengawas. Misalkan bagaimana kepemimpinan seorang pengawas
mengarahkan pendidik untuk Memperluas pengalaman-pengalaman pendidik
dalam mengajar, Menstimulasi usaha-usaha yang kreatif, Menganalisis situasi
belajar-mengajar, Memberi wawasan yang lebih luas dan terintegrasi dalam
merumuskan tujuan-tujuan pendidikan dan meningkatkan kemampuan
mengajar guru-guru sebagai pendidik.

C. Menilai Peran dan Fungsi Kepemimpinan


Nanus, Komariah, dan Sujatno mengilustrasikan bahwa ada 4 (empat)
peran penting bagi kepemimpinan efektif yaitu: 1. Penentu arah, pemimpin harus
mampu melakukan seleksi dan menetapkan sasaran dengan mempertimbangkan
lingkungan eksternal masa depan yang menjadi tujuan pengerahan seluruh sumber
daya organisasi dalam mencapai visi, pemimpin yang dapat berperan sebagai
penentu arah adalah pemimpin visioner. 2. Agen perubahan, pemimpin harus
mampu mengantisipasi berbagai perubahan dan perkembangan lingkungan global
dan membuat prediksi tentang implikasinya terhadap organisasi, mampu membuat
skala prioritas bagi perubahan yang diisyaratkan visinya, serta mampu
14

mempromosikan eksperimentasi dengan partisipasi orang- orang untuk


menghasilkan perubahan yang diinginkan. 3. Juru bicara, pemimpin harus mampu
menjadi negosiator dan pembentuk jaringan hubungan eksternal, menyusun visi
dan mengkomunikasikannya melakukan pemberdayaan serta melakukan
perubahan. 4. Pelatih, pemimpin harus memberitahu orang lain tentang realita saat
ini, apa visinya atau ke mana tujuan, bagaimana merealisasikannya . Selalu
member semangat untuk maju dan menuntun bagaimana mengaktualisasikan
potensi mencapai visi.14
Fungsi utama pemimpin pendidikan adalah kelompok untuk belajar
memutuskan dan bekerja, antara lain : 1. Pemimpin membantu terciptanya
suasana persaudaraan, kerjasama dengan penuh rasa kebebasan 2. Pemimpin
membantu kelompok untuk mengorganisir diri yaitu ikut serta dalam memberikan
rangsangan dan bantuan kepada kelompok dalam menetapkan dan memjelaskan
tujuan 3. Pemimpin membantu kelompok dalam menetapkan prosedur kerja, yaitu
membantu kelompok dalam menganalisis situasi untuk kemudian menetapkan
prosedur mana yang paling efektif dan efisien 4. Pemimpin bertanggungjawab
dalam mengambil keputusan bersama dengan kelompok 5. Pemimpin
bertanggung jawab dalam mengembangkan dan mempertahankan eksistensi
organisasi
D. Analisis Variabel dalam Iklim Sekolah
Iklim sekolah pada dasarnya dapat juga dikatakan sebagai iklim organisasi
yang terjadi di sekolah. Iklim sekolah akan memberi pengaruh pada perilaku guru
15
dalam melaksanakan tugasnya di sekolah. Pembahasan mengenai iklim sekolah
tidak dapat terlepas dari beberapa komponen-komponen yang ada di sekolah.
Komponen tersebut mencakup hubungan di sekolah itu, seperti hubungan sesama
guru, guru dengan para pegawai administrasi, guru dengan kepala sekolah, dan
sikap guru terhadap kelengkapan sarana-prasarana yang dibutuhkan untuk
melaksanakan tugas.

14
Daswati, “Implementasi Peran Kepemimpinan Dengan Gaya Kepemimpinan Menuju
Kesuksesan Organisasi”. Jurnal Academica Fisip Untad 04, No. 01 Pebruari (2012): h, 789.
15
Uhar Suharsaputra, Administrasi Pendidikan. (Bandung: Refika Aditama,2015), h.
15

Dasar penetapan unsur-unsur di atas berdasarkan pengembangan pendapat


yang dikemukakan oleh Moos tentang dimensi penentu iklim sekolah yaitu: (1)
dimensi hubungan (relationship), (2) dimensi pertumbuhan/perkembangan pribadi
(personal growth/development), dan (3) dimensi perubahan dan perbaikan sistem
(system maintance 7 and change). Pendapat Moos ditambahkan oleh Arter dengan
(4) satu dimensi lagi yaitu lingkungan fisik (phisycal environment). Menurut
Moos dimensi hubungan mengukur sejauh mana keterlibatan personalia di
sekolah untuk saling membantu dan mendukung serta mengekspresikan
kemampuan secara bebas dan terbuka.

Dimensi hubungan ini mencakup aspek afektif dari interaksi antara guru
dengan guru, antara guru dengan personalia sekolah serta antara guru dengan
kepala sekolah. Skala-skala hubungan antara komponen tersebut meliputi
keintiman, dukungan peserta didik, kedekatan, keterlibatan, keretakan, dan
afiliasi.

Unsur yang tercakup pada iklim sekolah yang merupakan tambahan dari
Arter adalah dimensi lingkungan fisik, karena bagaimanapun secara psikologis
keadaan fisik dimana seseorang berada akan mempengaruhi suasana ia bekerja.
Secara kongkrit dimensi lingkungan fisik ini berkaitan dengan fasilitas yang
dimiliki sekolah yang dapat menunjang proses belajar mengajar. Berdasarkan
pendapat tersebut maka komponen yang berkaitan dengan kelengkapan fasilitas
sekolah tersebut meliputi kelengkapan sumber, dan kenyamanan lingkungan.
Empat dimensi di atas merupakan penentu bagaimana iklim suatu sekolah akan
terbangun, dalam artian keharmonisan dan bagusnya prosesi lima dimensi tersebut
akan menciptakan iklim sekolah yang dapat menunjang pencapaian tujuan
sekolah. Karena bagaimana pun lima dimensi itu juga merupakan bagian dari
bagus atau jeleknya keadaan iklim sekolah.

Berdasarkan uraian di atas, maka indikator variabel iklim sekolah adalah:


(1) sikap saling terbuka baik antara dengan pimpinan maupun dengan teman
sejawat, (2) hubungan antar pribadi yang akrab melalui membina hubungan yang
16

baik dengan teman sejawat, membuka diri untuk berdiskusi perkembangan tugas
maupun sekolah, (3) saling menghargai melalui membangun kepedulian,
menciptakan komunikasi dalam hal pelaporan tugas kepada pimpinan,
mengembangkan sikap yang saling menghargai, dan (4) mendahulukan
kepentingan bersama melalui memenuhi segala bentuk pertemuan yang
berlangsung di sekolah, membantu teman sejawat yang mengalami kesulitan
dalam melaksanakan tugas, dan berpartisipasi dalam menyukseskan suatu
program yang ingin dicapai sekolah
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
a. Teori Kepemimpinan yang berkembang saat ini yang berkaitan dengan
supervisi pendidikan memang sangat beragam, namun pola atau gaya
kepemimpinannya cenderung sama antara kepala sekolah maupun
pengawas yang memang tugas utamanya sebagai supervisi.

b. Struktur organisasi pada lembaga pendidikan seperti sekolah/madrasah


pada hakekatnya sama, namun cara kerja supervisi untuk kedua hal ini
sangat berbeda, utamanya lembaga atau kementerian yang menaungi
lembaga pendidikan tersebut.

c. Kepemimpinan seorang supervisi di sekolah/madrasah saat ini lebih


cenderung kerja-kerja administrasi, padahal kerja supervisi ini juga
sebagai pembimbing dan pengarah untuk pengembangan lembaga
pendidikan.

d. Iklim sekolah yang memengaruhi supervisi di sekolah/madrasah,


sebagian besar lebih mengarah pada sikap dan perilaku yang di iklimkan
(dibudayakan) oleh sekolah/madrasah.
B. Saran

Pada makalah ini yang menjadi point utama adalah kepemimpinan


supervisi seorang kepala sekolah dan pengawas sekolah, mungkin perlu dibahas
pada materi lainnya tentang harapan-harapan pendidik dan tenaga kependidikan
berkaitan dengan tugas supervisi sehingga lebih lengkap pada dua arah, yakni
yang dipimpin dan yang memimpin.

17
DAFTAR PUSTAKA

Andang. (2014). Manajemen dan Kepemimpinan Kepala Sekolah. Jogjakarta: Ar-


Ruzz Media.
Danim, Sudarwan. (2008). Visi Baru Manajemen Sekolah. Jakarta: PT. Bumi
Aksara.
Daswati, “Implementasi Peran Kepemimpinan Dengan Gaya Kepemimpinan
Menuju Kesuksesan Organisasi”. Jurnal Academica Fisip Untad 04, No. 01
Pebruari, 2012.
Departemen Agama RI. (1971). Al-qur’an dan Terjemahannya. Jakarta: Yayasan
Penerjemah Al-Qur’an.
Husaini, Usman. (2015). Model Kepemimpinan Instruksional Kepala Sekolah
dalam Jurnal Cakrawala Pendidikan, Oktober 2015, th. XXXIV, no. 3.
Mangunharjana. (2004). Kepemimpinan. Yogyakarta: Kanisius.
Nanang. (2004). Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Purwanto. (2016). Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung: PT Remaja
Rosda Karya.
Rusdiana. (2015) Pengelolaan Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia.
Suharsaputra, Uhar. Administrasi Pendidikan. Bandung: Refika Aditama,2015.
Wahyudi. (2012). Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Organisasi
Pembelajaran (Learning Organization. Bandung: Alfabeta.

18

Anda mungkin juga menyukai