Anda di halaman 1dari 17

EMIS SEBAGAI SISTEM PENDUKUNG DALAM PENGAMBILAN

KEPUTUSAN BIDANG PENDIDIKAN ISLAM

Makalah

Oleh
RAHMAT GUSNADI
NIM: 80300221012

Prof. Dr. Muh.Yaumi, M. Hum., M. A.


Dr. Muljono Damopolii, M. Ag.

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM


PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
2022
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT Tuhan semesta alam. Dialah yang

menganugrahkan Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi seluruh manusia dan rahmat bagi

seluruh alam. Dialah yang telah memberikan petunjuk hidup dunia akhirat untuk

hambah-hambahnya melalui keberkahan Al-Qur’an yang di sampaikan kepada Nabi

Muhammad SAW sampai kesucian-Nya dapat sampai kepada kita hari ini atas izin

Allah SWT.
Salawat serta salam semoga tercurah limpahkan kepada Baginda Nabi

Muhammad SAW yang menjadi utusan dan manusia pilihan-Nya sebagai penyampai,

pengamal, Atas pertolongan dan hidayah-Nyalah makalah yang membahas tentang

EMIS sebagai Sistem Pendukung dalam Pengambilan Keputusan Bidang Pendidikan

Islam secara keseluruhan ini sebagai syarat kelulusan kelulusan Tugas Mata Kuliah

Sistem Informasi Manajemen dengan dosen Prof. Dr. Muh.Yaumi, M.Hum., M.A. dan Dr.

Muljono Damopolii, M.Ag. dapat terselesaikan dengan baik.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi orang lain, khususnya bagi penulis

sendiri. Tentunya dalam pembuatan makalah ini masih terdapat kekurangan, untuk itu

kritik dan saran dari pembaca akan sangat perlu untuk memperbaiki penyusunan
makalah dan akan diterima dengan senang hati. Serta semoga makalah ini tercatat

sebagai amal shaleh dan menjadi motivator bagi penulis untuk menyusun makalah yang

lebih baik dan bermanfaat. Amin.

Makassar, 1 Mei 2022

RAHMAT GUSNADI

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................................. i


DAFTAR ISI............................................................................................................................ ii
I. PENDAHULUAN ................................................................................................................ 1
A. Latar Belakang .............................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................................................... 3
C. Tujuan Penulisan ........................................................................................................... 3
II. PEMBAHASAN ................................................................................................................. 4
A. Pengambilan Keputusan................................................................................................ 4
B. System Kelompok Pendukung Pengambilan Keputusan (Group Decision Suport
System- DGSS) ............................................................................................................. 6
C. System Pendukung Pengambilan Keputusan Eksekutif (Executive Support Systwm-
ESS) .............................................................................................................................. 7
D. System Pakar (Expert System-ES) ................................................................................ 8
E. Keuntungan dan kekurangan sistem pakar.................................................................. 11
III. PENUTUP ....................................................................................................................... 13
A. Kesimpulan ................................................................................................................. 13
B. Saran ........................................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................ 14

ii
EMIS SEBAGAI SISTEM PENDUKUNG DALAM PENGAMBILAN

KEPUTUSAN BIDANG PENDIDIKAN ISLAM


Oleh: Rahmat Gusnadi

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Undang-undang Nomor 12 tahun 2002 menegaskan bahwa teknologi

merupakan langkah serta cara maupun suatu perihal yang menciptakan dari segala

disiplin ilmu pengetahuan yang memberikan nilai sebagai kebutuhan yang terpenuhi,

kelangsungan serta meningkatkan kesejahtraan manusia yang dinamakan mutu.1

Perkembangan teknologi, informasi dan komunikasi (TIK) telah banyak merubah cara

pandang (mindset), dan praktik manajemen disemua bidang, termasuk pendidikan. TIK

ini telah membawa kepada revolusi pendidikan “tradisonal” menuju pendidikan

“modern” baik dalam proses pembelajaran (learning process) atau pengelolaan

(management). Dalam hal pengelolaam pendidikan, pemanfaatan manajemen berbasis

teknologi informasi ini sangat penting agar kebijakan yang diambil dapat sesuai dengan

kebutuhan yang didasarkan pada data yang tepat dan akurat. Kesesuaian antara

kebutuhan dan kebijakan yang dikeluarkan oleh manajemen akan membawa

pendidikan pada tercapainya tujuan yang ditetapkan

Teknologi dan informasi sebagai basis pengumpulan data memiliki peran sangat

penting dalam menunjang tercapainya tujuan pendidikan. Sebagaimana dalam sistem

metabolism tubuh, data dan informasi bagaikan darah yang menjadikan seseorang dapat

bertahan hidup dan menjalankan aktivitas seharihari. Jika sebuah lembaga pendidikan tidak

mendapatkan dukungan data dan informasi yang berkualitas, maka dapat dipastikan akan

1
Candra Kartika Heru, Pengantar Teknologi Informasi, (Sleman: Polihan Press, 2019), h.1

1
2

mengalami hambatan dan kesulitan, lebih-lebih dalam proses pengambilan keputusan strategis.

Keadaan ini pada akhirnya berakibat kegagalan tujuan pendidikan. Oleh karena itu, lembaga

pendidikan harus memiliki sistem pendataan yang baik, tepat dan akurat guna meberikan

pelayanan mutu yang baik dan sebagai dasar pengambilan keputusan.

Kementrian agama yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan Pendidikan baik

madrasah maupun sekolah dalam pendataannya telah menggunakan Sistem informasi

manajemen Pendidikan yang dikenal dengan EMIS (Educational Management Information

System).2Direktorat Madrasah dan Pendidikan Agama (Mapenda), sebagai salah satu lembaga

di bawah Kementerian Agama yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pendidikan

Agama madrasah dan sekolah dalam pendatannya telah menggunakan sistem informasi

manajemen pendidikan yang dikenal dengan EMIS (Education Management Information

System). EMIS yang digunakan dalam lingkungan kementerian Agama berisi informasi yang

dibutuhkan dalam pengambilan keputusan bidang pendidikan. Sistem ini merekam tentang

jumlah lembaga, pendidik dan tenaga kependidik, fasilitas yang dimiliki, dan lain-lain. Dengan

sistem ini diharapkan data-data yang masuk dapat lebih akurat dan terus menerus dapat

diperbaharui (update) sehingga dapat digunakan sebagai dasar pengabilan kebijakan

Secara ideal, pengambilan kebijakan membutuhkan sumber data yang valid dan mudah

untuk dibaca. Data yang valid dan mudah dibaca dibutuhkan sebagai bahan pertimbangan yang

digunakan dalam setiap pengambilan kebijakan ataupun pengambilan keputusan yang dibatasi

oleh waktu. Karenanya peran data dalam pengambilan kebijakan sangat penting. Jika sebuah

kebijakan dirumuskan tanpa di dasari oleh data maka dapat dipastikan bahwa kebijakan

tersebut tidak akan mampu menjadi problem solver, tapi justru menjadi masalah baru. Mapenda

2
Departemen Agama RI. Pengambilan Tata Hubungan Kerja Direktorat Jenderal
Kelembagaan Agama Islam (Jakarta: Departemen Agama, 2003), h. 17
3

sebagai seksi dalam struktur organisasi kementerian agama kabupaten Gunungkidul

bertanggung jawab terhadap berjalannya pendidikan di madrasah dan sekolah seharusnya dapat

melakukan pengambilan kebijakan dengan memanfaatkan sistem informasi manajemen

(EMIS) yang dimiliki. Akan tetapi, ketika akan memutuskan sebuah kebijakan, Mapenda

Kabupaten Gunungkidul masih selalu meminta data kembali dari madrasah maupun guru

pendidikan agama. Hal ini semestinya tidak perlu terjadi jika Mapenda selaku pelaksana dan

pengambil kebijakan pendidikan Islam mengelola dan mengoptimalkan penggunaan EMIS

dalam pengambilan kebijakan.

B. Rumusan Masalah

Dalam penulisan makalah ini ada beberapa rumusan masalah yang menjadi

topik utama yang menjadi pembahasan dalam tulisan ini:

1. Mengetahui dan Memahami pengambilan keputusan

2. Mengetahui dan Memahami Sistem Kelompok Pendukung Pengambilan

Keputusan (Group Decision Suport System- DGSS)

3. Mengetahui dan SMmahami Sistem Pendukung Pengambilan Keputusan

Eksekutif (Executive Support Systwm- ESS)

4. Mengetahui dan Memahami Sistem pendukung pengambilan keputusan System

Pakar (Expert System-ES)

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk Mengetahui dan Memahami pengambilan keputusan

2. Untuk Mengetahui dan Memahami Sistem Kelompok Pendukung Pengambilan

Keputusan (Group Decision Suport System- DGSS)

3. Untuk Mengetahui dan SMmahami Sistem Pendukung Pengambilan Keputusan


Eksekutif (Executive Support Systwm- ESS)
4

4. Untuk Mengetahui dan Memahami Sistem pendukung pengambilan keputusan

System Pakar (Expert System-ES)

II. PEMBAHASAN

A. Pengambilan Keputusan

1. Defenisi Pengambilan Keputusan

Pengambilan keputusan merupakan salah satu bentuk perbuatan berpikir dan


hasil dari suatu perbuatan itu disebut berpikir. Pengambilan keputusan dalam psikologi

kognitif difokuskan kepada bagaimana seseorang mengambil keputusan. Dalam

kajiannya, berbeda dengan pemecahan masalah yang mana ditandai dengan situasi

dimana sebuah tujuan ditetapkan dengan jelas dan dimana pencapaian sebuah sasaran

diuraikan menjadi sub tujuan, yang pada saatnya membantu menjelaskan tindakan yang

harus dan kapan di ambil. Pengambilan keputusan juga berbeda dengan penalaran, yang

mana dirandai dengan sebuah proses oleh perpindahan seseorang dari apa yang telah

mereka ketahui terhadap pengetahuan lebih lanjut. Pengambilan keputusan adalah

sebuah gasuk daru pemecahan masalah, jawaban dari suatu pernyataan sebagai hukum

situasi, serta pengakhiran dairi proses pemikiran tentang masalah atau problema yang
dihadapi. Adapun hasil dari pengambilan keputusan adlah keputusan (decision). 3

2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan

Murevta Octaviani dan Siti Rahmawati menjelaskan bahwa ada beberapa faktor

yang mempengaruhi perilaku dalam pengambilan keputusan. Analisis faktor

menunjukkan ada 7 faktor yang terbentuk yaitu faktor pribadi, faktor tangible atau

3
Anastasia Lipursari, “Peran Sistem Informasi Manajemen (SIM) Dalam Pengambilan
Keputusan,” accessed May 5, 2022, https://media.neliti.com/media/publications/132855-ID-peran-
sistem-informasi-manajemen-sim-dal.pdf.
5

wujud, faktor pelayanan, faktor internal, faktor eksternal, faktor lokasi dan faktor

pendapat keluarga.4 Sementara itu Dalam proses pengambilan keputusan, suatu

organisasi tidak terlepas dari faktor-faktor yang mempengaruhinya. Faktor-faktor

tersebut antara lain:5

a. Posisi atau keduduka

Dalam rangka pengambilan keputusan, posisi atau kedudukan dapat dilihat

dalam hal: (a) Letak posisi, sebagai pembuat keputusan, penentu keputusan, atau staff,
(b) Tingkatan Posisi, Sebagai strategi, policy, peraturan, organiasasional, atau teknis.

b. Masalah

Masalah atau problem adalah yang menjadi penghalang untuk tercapainya tujuan, yang

merupakan penyimpangan dari yang diharapkan, direncanakan, dikehendaki, atau harus

diselesaikan. Masalah dibagi menjadi 2 yaitu masalah yang terstruktur dan masalah

tidak terstruktur.

c. Situasi

Situasi adalah keseluruhan faktor dalam keadaan yang berkaitan satu sama lain, dan

yang secara Bersama-sama memancarkan pengaruh terhadap kita beserta yang hendak

kita perbuat.
d. Tujtuan

Tujuan yang hendak dicapai, baik tujuan perorangan, tujuan unit (kesatuan), tujuan

organisasi, maupun tujuan usaha pada umumnya telah tertentu atau ditentukan. Tujuan

4
Octaviani Dan Rahmawati, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan, And
Murevta Octaviani Dan Siti Rahmawati, ‘Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan
Konsumen Mengikuti Pelatihan Di Balai Latihan Kerja Kota Bogor’, Jurnal Manajemen, Xix.03 (2015),
352–73.
5
Rizky Akbar, “Peranan Sistem Informasi Dalam Pengambilan Keputusan Manajemen” 5, no.
1 (2021): 26–37.
6

yang telah ditendtukan dalam pengambilan keputusan merupakan tujuan antara atau

objektif

B. System Kelompok Pendukung Pengambilan Keputusan (Group Decision Suport

System- DGSS)

Konsep GDSS (Group Decision Suport System), merupakan system berbasis

komputer yang mendukung kelompok-kelompok orang yang terlibat dalam suatu tugas

Bersama dan menyediakan interface bagi suatu lingkungan yang digunakan Bersama,
istilah lainnya: GSS (Group support system), CSCW (Computer support cooperative

work), CCWS (Computerized collaborative support system), EMS (Electronic meeting

system). Perangkat lunak yang digunakaan disebut groupware.6

GDSS berkontribusi memecahkan masala, komunikasi yang lebih baik. GDSS

berkontribusi memecahkan masalah dengan menyediakan suatu peraturan yang

mendukung komunikasi. Pengaturan lingkungan GDSS Ruang keputusan, merupakan

pengaturan untuk rapat kelompok kecil secara tatap muka. Ruangan tersebut

mendukung komunikasi melalui kombinasi perabot, peralatan dan tata letak. Jaringan

Keputusan Setempat (LAN), jika kelompok kecil tidak mungkin bertemu secara tatap

muka, maka para anggota dapat berinteraksi melalui jaringan. Pertemuan legislatif, jika
kelompok terlalu besar untuk ruang keputusan, maka pertemua legislatif diperlukan.

Konferensi bermedia komputer, beberapa aplikasi kantor virtual memungkinkan

komunikasi antara kelompok-kelompok besar dengan anggota yang tersebar secara

geografis. Penggunaan GDSS dianggap penting karena manajer tingkat tinggi dapat

menghabiskan 80% waktu mereka membuat keputusan dalam kelompok. GDSS dapat

D R B Tarigan, “Implementasi Aplikasi Sistem Pengambilan Keputusan,” Researchgate.Net,


6

June(2021)https://www.researchgate.net/profile/Desi_Tarigan/publication/342898554_Implementasi_
Aplikasi_Sistem_Pengambilan_Keputusan/links/5f0c71da92851c38a519bdc7/Implementasi-Aplikasi-
Sistem-Pengambilan-Keputusan.pdf.
7

mengurangi waktu ini, sampai pada suatu keputusan yang lebih baik dan lebih cepat.

GDSS menyediakan perangkat keras, perangkat lunak, database dan prosedur untuk

pengambilan keputusan yang efektif.7

C. System Pendukung Pengambilan Keputusan Eksekutif (Executive Support

Systwm- ESS)

Dalam system pendukung pengambilan keputusan eksekutif istilah executive


support system (ESS) sering dipertukarkan dengan Executive information system (EIS).

Namun, ada juga yang membedakan keduanya. Jika dibedakan, EIS sering

didefinisikan sebagai system informasi berbasis komputer yang menyajikan kebutuhan

informasi eksekutif puncak. System ini memberikan akses cepat atas informasi dan

laporan manajemen. Di sisi lain, ESS adalah system pendukung komprehensif yang

mempunyai kemampuan lebih dari EIS, ESS menyangkut juga system komunikasi,

otomatisasi kantor, dukungan analisis, dan intelejen.

ESS dibangun terutama untuk menyajikan gambaran operasional suatu

organisasi, melayani kebutuhan informasi eksekutif puncak, menyajikan tampilan yang

akrab dipengguna, sesuai dengan tipe keputusan individu, menyajikan peneluuran dan

pengendalian yang tepat waktu dan efektif, menyajikan akses cepa tatas informasi rinci

dengan teks, angka, atau grafik, mengidentifikasikan masalah, serta menyaring,

mengkompres, dan melacak data dan informasi kritikal. Karakteristik utama yang

dimiliki ESS adalah kemampuan melihat rincian, menginformasikan faktor

keberhasilan kritikal (critical success factors), akses status, analisis, pelaporan eksepsi

(exception reporting), penggunaan warna, navigasi informasi, dan komunikasi.

7
Tarigan, “Implementasi Aplikasi Sistem Pengambilan Keputusan.”
8

D. System Pakar (Expert System-ES)

Para ahli atau pakar biasanya memiliki pengetahuan (Knowledge) dan

pengalaman khusus untuk masalah tertentu. Mereka paham betul alternatif pemecahan,

kemungkinan keberhasiannya, serta keuntungannya dan kerugian yang mungkin

timbul. Expert system mencoba untuk meniru pengetahuan pakar tersebut. Sistem ini

biasanya digunakna jika organisasi harus memberikan keputusan atas suatu masalah

yang kompleks. Secara khusus, ES adalah paket komputer untuk memecahkan atau
mengambil keputusa atas suatu masalah spesifik atau terbatas, yang kemampuan

pemecahannya dapat sama atau melebihi suatu tingkat kemampuan seorang pakar.

Suatu system pakar adalah suatu system komputer yang menyamai kemampuan

pengambilan keputusan dari seorang pakar. Suatu emulsi jauh lebih kuat daripada suatu

simulasi yang hanya bersifat nyata dalam beberapa bidang atau hal. Istilah system

pakar, system basis pengetahuan (knowledge- base), atau sistem pakar basis

pengetahuan (knowledge-base) serinig digunakan dalam arti yang sama.8

ES bisa dibagi dalam dua bagian, lingkungan pengembangan (development

environment) dan lingkungan konsultasi (consultation environment). Lingkungan

pengembangan digunakan oleh pengembang ES untuk membangun komponen-


komponen ES dan menempatkan pengetahuan (knowledge) pada basis pengetahuan

(knowledge base). Lingkungan konsultasi digunakan oleh non-pakar untuk

memperoleh pengetauan dan nasehat para pakar yang disimpan disistem. Pada sistem

pakar terdapat beberapa komponen yang terdapat di dalamnya, yaitu antar muka

Hersatoto Listiyono, “Merancang Dan Membuat Sistem Pakar,” Jurnal Teknologi Informasi
8

DINAMIK XIII, no. 2 (2008): 115–124.


9

pengguna, basis pengetahuan (knowledge-base), ekusisi pengethuan, mesin inferensi,

workplace, fasilitas penjelas, perbaikan pengetahuan.9

a. Antar muka (User Interface)

Merupakan mekanisme yang digunakan oleh pengguna dan sistem pakar untuk

berkomunikasi. Antarmuka menerima informasi dari pemakai dan mengubahnya ke

dalam bentuk yang dapat diterima oleh sistem.


b. Basis Pengetahuan (knowledge-Base)

Basis pengetahuan tidak dapat dipisahkan dari mesin inferensi. Basis

pengetahuan mengandung pengetahuan untuk pemahaman, formuliasi, dan

penyelesaian masalah. Komponen sistem pakar ini disusun atas dua elemen dasar, yaitu

fakta dan aturan. Fakta merupakan informasi tentang objek dalam area permasalahan

tertentu, sedangkan aturan merupakan informasi tentang cara bagaimana memperoleh

fakta dari fakta yang telah diketahui.

c. Akusisi pengetahuan

Akuisi pengetahuan adalah komulasi, transfer, dan transformasi keahlian dalam

menyelesaikan masalah dari sumber pengetahuan kedalam program komputer. Dalam

tahap ini knowledge enginer berusaha menyerap pengetahuan untuk selanjutnya

ditransfer kedalam basis pengetahuan. Knowledge diperoleh dari pakar dilengkapi

dengan buku, basis data, laporan penelitian dan pengalaman pemakai.

d. Mesin inferensi

Komponen ini mengandung mekanisme pola pikir dan penalaran yang

digunakan oleh pakar dan penalaran yang digunakan oleh pakar dalam menyelesaikan

9
Listiyono, “Merancang Dan Membuat Sistem Pakar.”
10

masalah. Mesin inferensi adalah program komputer yang memberikan metodologi

untuk penalaran tentang informasi yang ada dalam basis pengetahuan dan dalam

workplace, dan untuk memformulasikan kesimpulan.

e. Workplace

Workplace merupakan area dari sekumpulan memori kerja (working memory).

Workplace digunakan untuk merekam hasil-hasil antara dan kesimpulan yang dicapai.
Ada 3 tipe keputusan yang dapat direkam, yaitu:

• Rencana: Bagaimana menghadapi masalah.

• Agenda: Aksi-aksi yang potensial yang sedang menunggu untuk dieksekusi.

• Solusi: Calon aksi yang dibangkitkan

f. Fasilitas Penjelas

Fasilitas penjelas adalah komponen tambahan yang akan meningkatkan

kemampuan sistem pakar. Komponen ini menggambarkan penalaran sistem kepada

pemakai. Fasilitas penjelas dapat menjelaskan perilaku sistem pakar dengan menjawab

pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:

• Mengapa pertanyaan tertentu ditanyakan oleh sistem pakar?

• Bagaimana kesimpulan tertentu diperoleh?

• Mengapa alternatif tertentu ditolak

• Apa rencana untuk memperoleh penyelesaian

g. Perbaikan pengetahuan

Pekar memiliki kemampuan untuk menganalisa dan meningkatkan kinerja serta

kemampuan untuk belajar dan kinerjanya. Kemampuan tersebut adalah penting dalam
11

pembelajaran komputerisasi, sehingga program akan mampu menganalisa penyebab

kesuksesan dan kegagalan yang dialaminya.

E. Keuntungan dan kekurangan sistem pakar

Menurut Arhami dalam Wiji Setiyaningsih ada beberaoa keuntungan apabila

menggunakan sistem pakar dalam pengambilan keputusan, diantaranya adalah:10

• Menjadikan pengetahuan dan nasehat mudah didapat


• Meningkatkan output dan produktivitas

• Menyimpang kemampuan dan keahlian pakar

• Meningkatkan penyelesaian masalah, menerusi panduan pakar, penerangan,

sistem pakar khas.

• Meningkatkan relaibilitas

• Memberikan respons (jawaban) yang tepat

• Merupakan panduan yang intelegence (cerdas)

• Dapat bekerja dengan informasi yang lengkap dan mengandung ketidakpastian.

• Intelligence database (basis data cerdas), bahwa sistem pakar dapat digunakan

untuk mengakses basis daa dengan cara cerdas

Segala sesuatu pasti memiliki kelebihan yang menjadi keuntungannya, dan

memiliki kelemahan yang menjadi kekurangannya. Dalam sisten pakar, ada beberapa

kelemahan yang menjadi kekurangan dari sistem pakar, yang jelaskan oleh Arhami

dalam Wiji Setiyaningsih sebagai berikut:11

❖ Masalah dalam mendapatkan pengetahuan dimana pengetahuan tidak selalu

bisa didapatkan dengan mudah, kadangkala pakar dari masalah yang kita buat

10
Wiji Setiyaningsih, Konsep Sistem Pendukung Keputusan, Yayasan Edelweis, 2015.
11
Setiyaningsih, Konsep Sistem Pendukung Keputusan.
12

tidak ada, dan kalaupun ada kadang-kadang pendekatan yang dimiliki pakar

berbeda-beda.

❖ Untuk membuat suatu sistem pakar yang benar-benar berkualitas tinggi

sangatlah sulit dan memerlukan biaya yang sangat besar untuk

mengembangkan dan pemeliharaannya,

❖ Boleh jadi sistem tidak dapat membuat keputusan,

❖ Sistem pakar tidaklah 100% menguntungkan, walaupun seorang tetap tidak


sempurna atau tidak selalu benar, oleh karena itu perlu diuji ulang secara teliti

sebelum digunakan. Dalam hal ini peran manusia tetao merupakan faktor

dominam.
III. PENUTUP

A. Kesimpulan

Pengambilan keputusan merupakan salah satu bentuk perbuatan berpikir dan

hasil dari suatu perbuatan itu disebut berpikir. Pengambilan keputusan dalam psikologi

kognitif difokuskan kepada bagaimana seseorang mengambil keputusan. Dalam

kajiannya, berbeda dengan pemecahan masalah yang mana ditandai dengan situasi

dimana sebuah tujuan ditetapkan dengan jelas dan dimana pencapaian sebuah sasaran
diuraikan menjadi sub tujuan, yang pada saatnya membantu menjelaskan tindakan yang

harus dan kapan di ambil. Pengambilan keputusan juga berbeda dengan penalaran,

yang mana dirandai dengan sebuah proses oleh perpindahan seseorang dari apa yang

telah mereka ketahui terhadap pengetahuan lebih lanjut. Pengambilan keputusan adalah

sebuah gasuk daru pemecahan masalah, jawaban dari suatu pernyataan sebagai hukum

situasi, serta pengakhiran dairi proses pemikiran tentang masalah atau problema yang

dihadapi. Adapun hasil dari pengambilan keputusan adlah keputusan (decision)

B. Saran

Dalam penulisan makalah ini, penulis menuadari bahwa masih banyak

kekurangan dalam penulisannya. Sehingga penulis menyadari bahwa pentingnya


kritikan serta saran yang membangun dari pembaca agar tulisan ini dapat memberikan

suatu ilmu yang bermanfaat. Seperti yang diketahui Bersama bahwa suatu Lembaga

Pendidikan tergantung dari berbagai faktor penunjang yang mampu meningkatkan

kualitas dari instansi maupun Lembaga Pendidikan itu sendiri. Sistem informasi

manajemen yang baik akan mampu memberikan solusi terbaik dalam pengambilan

keputusan agar proses Pendidikan berjalan dengan baik serta tujuan Pendidikan dapat

tercapai.

13
DAFTAR PUSTAKA
Akbar, Rizky. “Peranan Sistem Informasi Dalam Pengambilan Keputusan
Manajemen” 5, No. 1 (2021): 26–37.
Candra Kartika Heru, Pengantar Teknologi Informasi, Sleman: Polihan Press, 2019.
Departemen Agama RI. Pengambilan Tata Hubungan Kerja Direktorat Jenderal
Kelembagaan Agama Islam, Jakarta: Departemen Agama, 2003.
Lipursari, Anastasia. “Peran Sistem Informasi Manajemen (Sim) Dalam Pengambilan
Keputusan.” Accessed May 5, 2022.
Https://Media.Neliti.Com/Media/Publications/132855-Id-Peran-Sistem-
Informasi-Manajemen-Sim-Dal.Pdf.
Listiyono, Hersatoto. “Merancang Dan Membuat Sistem Pakar.” Jurnal Teknologi
Informasi Dinamik Xiii, No. 2 (2008): 115–124.
Rahmawati, Octaviani, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan,
And Murevta Octaviani Dan Siti Rahmawati. “Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Pengambilan Keputusan Konsumen Mengikuti Pelatihan Di Balai
Latihan Kerja Kota Bogor.” Jurnal Manajemen Xix, No. 03 (2015): 352–373.
Setiyaningsih, Wiji. Konsep Sistem Pendukung Keputusan. Yayasan Edelweis, 2015.
Tarigan, D R B. “Implementasi Aplikasi Sistem Pengambilan Keputusan.”
Researchgate.Net, No. June (2021).
Https://Www.Researchgate.Net/Profile/Desi_Tarigan/Publication/342898554_I
mplementasi_Aplikasi_Sistem_Pengambilan_Keputusan/Links/5f0c71da92851c
38a519bdc7/Implementasi-Aplikasi-Sistem-Pengambilan-Keputusan.Pdf.

14

Anda mungkin juga menyukai