Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

HARAPAN STAKEHOLDER TERHADAP PENGEMBANGAN PESANTREN


Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Manajemen Pesantren

Dosen pengampu :
Asep Kurniawan, M. PD.I

Disusun oleh :
Aisyah Nur Cahaya (219324404)
Nguyun Akmala (2193244041)
Rahmawati Salihin Putri (2193244051)

FAKULTAS AGAMA ISLAM


PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM 2B
UNIVERSITAS HASYIM ASY’ARI TEBUIRENG
JOMBANG 2021
2
KATA PENGANTAR

Pertama, kami panjatkan puji syukur atas rahmat dan ridho ALLAH SWT, karena tanpa
rahmat dan ridho nya, kita tidak dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan selesai
tepat waktu.Sholawat serta salam semoga terlimpahkan kepada junjungan kita nabi
Muhammad SAW,yang kita nantikan syafaatnya di akhirat nanti.

Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Manajemen Pesantren.
Dalam makalah ini membahas tentang Harapan Stakeholder Terhadap Pengembangan
Pesantren

Akhirnya saya sampaikan terima kasih atas perhatiannya terhadap makalah ini, dan
penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi diri saya dan khususnya pembaca. Tak
ada gading yang tak retak begitulah adanya makalah ini. Dengan segala kerendahan hati,
saran dan kritik yang konstruktif sangat saya harapkan dari para pembaca guna peningkatan
pembuatan makalah pada tugas yang lain dan pada waktu mendatang. Terima kasih

Jombang, 28 May 2022

Penyusun

DAFTAR ISI

i
KATA PENGANTAR.............................................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................................i
BAB I.......................................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................................1
1. LATAR BELAKANG.................................................................................................1
2. RUMUSAN MASALAH.............................................................................................1
3. TUJUAN MASALAH.................................................................................................1
BAB II......................................................................................................................................2
PEMBAHASAN......................................................................................................................2
A. PENGERTIAN STAKEHOLDER............................................................................2
B. PERAN STAKEHOLDER DALAM PESANTREN................................................4
C. HARAPAN STAKEHOLDER TERHADAP PENGEMBANGAN PESANTREN 4
BAB III....................................................................................................................................6
PENUTUP...............................................................................................................................6
KESIMPULAN...................................................................................................................6
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................7

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG
Pondok Pesantren merupakan pelopor dunia pendidikan Islam di Indonesia. Sekitar
300 - 400 tahun yang lalu kehadiran awal pondok pesantren mencakup hampir keseluruhan
Organisasi Muslim di Indonesia Pondok pesantren yang terdapat di Lembaga
masyarakat yakni di pedesaan adalah contoh lembaga Pendidikan islam tertua di Indonesia.
Pesantren juga salah satu Lembaga yang mempunyai ciri khas yang sangat kuat dan lekat.
Tujuan dari Pendidikan pesantren bukan hanya mencari kepentingan duniawi, melainkan
kewajiban dan pengabdian kepada Tuhan.
Manajemen sangatlah penting, suatu manajemen dapat memajukan kemakmuran
dimasyarakat. Manajemen mengatur proses pemanfaatan sumber daya dengan efektif, melalui
dukungan suatu organisasi untuk meraih tujuan yang ditentukan. Manajemen di Pondok
Pesantren sangatlah diperlukan untuk organisasi, jika pengajar memiliki bakat tentang
manajemn dan mengerti cara menerapkanya, akan mampu menjalankan fungsi manajer secara
efektif dan efesien
Tanggung jawab sosial saat ini terfokus pada tanggung jawab perusahaan, yakni terhadap
pemangku kepentingan (Stakeholder). Pemangku kepentingan (Stakeholder) ialah kelompok
atau seseorang yang memiliki andil dalam suatu organisasi Keberhasilan suatu
proyek yaitu tergapainya tujuan dari pandangan pemangku kepentingan dengan menolak
ukur dari ketepatan biaya, kualitas dan waktu yang sudah disepakati tanpa adanya stakeholder
perusahaan/pendidikan tidak akan bisa mengatur usahanya karena setiap industri mempunyai
pemangku kepentingan sendiri Pemangk kepentingan mendeskripsikan suatu organisasi yang
menerima dari dampak aktivitas kebijakan, yakn berkepentinga kepada hasil aktivitas atau
kebijakan tersebut

2. RUMUSAN MASALAH
A. Apa yang dimaksud Pengertian dari Stakeholder?
B. Apa Peran Stakeholder dalam Pesantren?
C. Apa Harapan Stakeholder terhadap Pengembangan Pesantren?

3. TUJUAN MASALAH
A. Mengetahui Pengertian dari Stakeholder
B. Mengetahui Peran Stakeholder dalam Pesantren
C. Mengetahui Harapan Stakeholder terhadap Pengembangan Pesantren

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN STAKEHOLDER
Perkataan Stakeholder pada awalnya digunakandalam dunia usaha, istilah ini berasal dari
Bahasa Inggris yang terdiri dari dua kata yaitu stake dan holder. Stake berrati to give support
to pancang, holder berarti pemegang. Jadi Stakeholder adalah siapapun yang memiliki
kepentingan dari sebuah usaha. Stakeholder dapat berfungsi sebagai “tokoh kunci” atau “key
person” dan merupakan orang yang menjadi panutan bagi masyarakat sekitarnya, misalnya
Kepala Desa/Lurah, Ketua RT, Ketua Adat, Ustadz/Kyai. Kelembagaan yang dianjurkan
dibentuk untuk meningkatkan peran serta masyarakat dalam memajukan Pendidikan, menurut
UU No 20 Thun 2003, pasal 56 adalah berupa Dewan Pendidikan, dan komite sekolah Ketua
dan anggota kedua Lembaga tersebut dapat digolongkan sebagai Stakeholder.
Definisi lain dari Stakeholder adalah pemegang atau pemangku kepentingan. Orang atau
kelompok tertentu yang mempunyai kepentingan apapun terhadap sebuah obyek disebut
Stakeholder. Jadi Stakeholder Pendidikan dapat diartikan sebgai orang yang menjadi
pemegang dan sekaligus pemberi support terhadap Pendidikan atau Lembaga Pendidikan.
Dengan perkataan lain Stakeholder adalah orang-orang atau badan yang berkepentingan
langsung atau tidak langsung terhadap kegiatan Pendidikan di sekolah
Dalam manajemen sebuah pendidikan atau lembaga pendidikan Stakeholder adalah
sebuah indikator untuk menentukan mutu dan atau layanan lembaga pendidikan. Lembaga
pendidikan memiliki berbagai macam Stakeholder, maka dalam pemetaan atau pembagiannya
akan dikenal Stakeholder primer, sekunder, dan tersier.
1. Stakeholder Utama (Primer)
Stakeholder utama merupakan Stakeholder yang memiliki keterlibatan secara langsung
dengan suatu kebijakan pendidikan. Mereka harus ditempatkan sebagai penentu utama
dalam proses pengambilan keputusan. Di Indonesia yang menjadi penentu arah kebijakan
pendidikan adalah pemerintah. Yang mana, setiap kebijakan yang mereka putuskan
diharapkan dapat diterima dan dilaksanakan dengan baik oleh stakeholder pendidikan lain
serta mendukung kinerja antar stakeholder. Kebijakan-kebijakan pendidikan yang dibuat
termasuk pemantauan sistem pendidikan sekolah, privatisasi sekolah, pendidikan dan
sertifikasi guru, persyaratan kelulusan, dan isi dari kurikulum pendidikan. Pembuat
kebijakan harus memikirkan bagaimana kebijakan-kebijakan pendidikan yang diputuskan
tersebut dapat membawa perubahan pada sistem pendidikan ke arah lebih baik. Pembuat
kebijakan juga bertanggung jawab terhadap investasi infrastruktur, sarana dan prasarana
pendidikan. Secara garis besar, hal tersesbut berguna agar tidak terjadi kesenjangan
Pendidikan Oleh karena itu sistem pendidikan memerlukan pengambil kebijakan yang

2
berkomitmen tinggi untuk menghadapi tantangan pendidikan yang ada serta
memanfaatkan berbagai peluang dengan baik.

2. Stakeholder Pendukung (Sekunder)


Stakeholder pendukung (sekunder) adalah Stakeholder yang memiliki keterkaitan
langsung dalam pendidikan dan menjadi pelaku dalam mengimplementasikan kebijakan
dari stakeholder primer. Yang dimaksud dalam pembagian stakeholder ini adalah kepala
sekolah, pendidik dan tenaga kependidikan, jika dalam lembaga pendidikan swasta maka
ada yayasan dan yang terakhir adalah komite sekolah. Kepala sekolah juga memegang
peranan penting lain yaitu penghubung antara guru, orang tua, dan para stakeholder
lainnya. Dalam hal ini, kepala sekolah memainkan peran kunci sebagai mediator
pengetahuan pada dua dimensi stakeholder vertikal dan horizontal. Apa peran guru yang
sesungguhnya dalam pendidikan? Kita perlu mendefinisi ulang peran guru sebagai
profesional pendidikan. Peserta didik di masa globalisasi semakin membuat mereka
beragam dengan kehadiran teknologi sebagai tempat-tempat belajar informal mereka
mereka Guru sebagai elemen kunci utama pendidikan semakin dituntut untuk beradaptasi
dan bertanggung jawab atas hal-hal yang dialami peserta didik. Karena setiap fenomena
yang terjadi pada anak baik di luar maupun didalam area sekola, guru selalu tetap menjadi
sorotan.

3. Stakeholder Pelengkap/Pengguna (Tersier)


Stakeholder tersier merupakan Stakeholder yang tidak memiliki pengaruh dalam
kebijakan pendidikan dan pelaksanaan atau implementasi kebijakan pendidikan, namun
memiliki hak untuk menentukan penilaian terhadap kebijakan pendidikan dan memiliki
hak untuk menggunakan lulusan lembaga pendidikan. Artinya stakeholder ini adalah
masyarakat penyedia lapangan pekerjaan atau masyarakat peminat lembaga pendidikan.
Berbeda dengan stakeholder sekolah dan pemerintah yang terlibat langsung dalam sistem
pendidikan, masyarakat termasuk dalam bagian diluar lingkaran sistem pendidikan tetapi
berkaitan secara tidak langsung pada aktor pendidikan didalamnya. Perbedaan ini penting
untuk diketahui bahwa masyarakat, stakeholder eksternal pendidikan, tidak mempunyai
kapasitas yang lebih besar dari sekolah dan pemerintah dalam menghasilkan perubahan
pendidikan. Dan ketika efek jangka panjang perubahan yang dilakukan stakeholder
sekolah dan pemerintah dianggap penting. Apakah kemudian hanya sekedar sekolah dan
pemerintah yang bertanggung jawab atas perubahan pendidikan. Maka dari itu,
masyarakat perlu hadir dalam sistem pendidikan. Mereka dapat menjadi pengawas,
bahkan terlibat langsung. Sekolah dan Pemerintah, tanpa masyarakat tidak memiliki
cukup daya untuk mempertahankan perubahan yang dilakukan.

3
B. PERAN STAKEHOLDER DALAM PESANTREN
Pondok pesantren merupakan tempat yang sudah tidak asing lagi di tengah masyarakat.
Tempat yang berisi para santri yang menimba ilmu agama (kitab-kitab) dengan bimbingan
para kyai ini merupakan institusi yang banyak di puji orang, khususnya masyarakat muslim.
Namun disaat yang sama sering pula mendapat kecaman dari sebagian masyarakat.  Masih
banyak dari masyarakat yang memandang rendahnya kualitas pesantren. Mereka enggan
memasukkan anak nya di pesantren karena dianggap akan menghambat kesuksesan sang
anak. Seiring kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka pondok pesantren yang
dikenal dengan salafiyah (kuno) kini telah berubah menjadi khalafiyah (modern).
Pesantren modern memiliki program pendidikan yang disusun sendiri (mandiri) dimana
program ini mengandung proses pendidikan formal, non formal maupun informal yang
berlangsung sepanjang hari dalam satu Pengkondisian di asrama. Pondok pesantren bukan
hanya sebagai tempat belajar melainkan juga merupakan proses hidup itu sendiri,
pembentukan watak dan pengembangan sumber daya. Pondok pesantren pada dasarnya
memfokuskan pada pembentukan akhlak yang baik.
Dalam pembentukan akhlak yang baik pada santri dibutuhkan peranan penting para
pengajar dan tenaga-tenaga kerja dari lembaga pesantren sebagaimana lembaga pendidikan
lainnya. Semua pihak baik eksternal maupun internal yang memiliki hubungan baik yang
bersifat langsung maupun tidak langsung pada komunitas disebut Stakeholder.  Komponen
stakeholder ada yang internal dan eksternal. Komponen internal dalam lingkungan pesantren
diantaranya: mudir (pimpinan pesantren), kepala sekolah, wakil kepala sekolah, CEO guru
BK, guru BK, guru mapel, wali kelas, staf administrasi, pustakawan, petugas kebersihan,
keamanan, pegawai laundry, pegawai koperasi, pegawai dapur dan sebagain
C. HARAPAN STAKEHOLDER TERHADAP PENGEMBANGAN
PESANTREN
Sekarang ini pemikir dan pengelola pendidikan Islam perlu bersikap proaktif dalam
merespon perubahan dan kecenderungan perkembangan masyarakat kini dan masa yang akan
datang dengan memasukkan ilmu-ilmu eksakta ke dalam setiap programnya sehingga dapat
mengembangkan teknologi canggih. Semua ini perlu dilakukan pembaruan dan peningkatan
sistem pendidikan Islam secara komprehensif, menyeluruh dan esensial serta dikelola secara
profesional, sehingga tidak tertinggal dengan pendidikan lainnya.

Jaringan antar pesantren yang terjadi selama ini lebih bersifat informal kekeluargaan
ketimbang formal kelembagaan. Hampir semua pesantren menjadikan hubungan darah
sebagai pengikat informal jaringan lembaganya.ke depan, pesantren seharusnya mampu
membangun kerjasama kelembagaan dengan pesantren -pesantren lainnya secara lebih
konkret demi menata dan menyempurnakan kekurangan yang ada, sehingga pesantren mampu
berkompetisi dengan lembagalembaga lainnya

4
Pesantren terus tumbuh dan berkembang didasari tanggungjawab untuk menyampaikan Islam
kepada masyarakat dan generasi penerus.17 Kelahiran pesantren baru selalu diawali dengan
cerita “perang nilai” antara pesantren yang akan berdiri dan masyarakat sekitarnya yang
diakhiri dengan kemenangan pihak pesantren, sehingga pesantren baru dapat diterima untuk
hidup di masyarakat dan kemudian menjadi panutan bagi masyarakat sekitarnya dalam bidang
kehidupan moral

5
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN

Stakeholder adalah pemegang atau pemangku kepentingan. Orang atau kelompok


tertentu yang mempunyai kepentingan apapun terhadap sebuah obyek disebut Stakeholder.

Harapan stakeholder terhadap pesantren adalah agar pendidikan pesantren tidak tertinggal
dengan pendidkan yang lainya serta ke depan, pesantren seharusnya mampu membangun
kerjasama kelembagaan dengan pesantren -pesantren lainnya secara lebih konkret demi
menata dan menyempurnakan kekurangan yang ada, sehingga pesantren mampu berkompetisi
dengan lembagalembaga lain dan pesantren dapat diterima untuk hidup di masyarakat dan
kemudian menjadi panutan bagi masyarakat sekitarnya dalam bidang kehidupan moral.

6
DAFTAR PUSTAKA

W.J.S Poerwadarminta, “Kamus Besar Bahasa Indonesia”, Jakarta: PN. Balai


Pustaka, 1982, hlm. 964.
Peraturan Pemerintah RI No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan,
(Bandung: Utra Umbara, 2008), hlm. 58
https://ojs.unida.ac.id/JTM/article/view/1340, diakses pada tanggal 24 Oktober 2020
http://www.kopertis12.or.id/2013/06/28/permendikbud-tentang-standar-nasional-
pendidikan-juklak-pp-32-tahun-2013.html#sthash.WDpyK8WV.dpuf diakses tanggal
25 Oktober 2020
Peraturan Pemerintah RI No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan,
Bandung: Utra Umbara, 2008, hlm. 62

Anda mungkin juga menyukai