Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

PEMETAAN STAKEHOLDER DAN PENETAPAN

STAKEHOLSER SEKOLAH/MADRASAH

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Terstruktur Mata Kuliah


Manajemen Jasa Pendidikan

Disusun Oleh Kelompok VIII :

Abil Walit : S1.3.20.002

Anggi Riadi : S1.3.20.038

Zeni Arti : S1.3.20.020

Semester :V

Prodi : Manajemen Pendidikan Islam

Jurusan : Tarbiyah

Dosen Pengampu :

NOVI SUSANTI, SE.,S.Pd.,M.M.

NIDN : 2108097502

STAI-YAPTIP PASAMAN BARAT

TAHUN AKADEMIK 1444 H/2023


KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kepada Allah SWT, sang pencipta alam
semesta. Yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami
kelompok VIII dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Pemetaan
Stakeholder Dan Penetapan Stakeholser Sekolah/Madrasah” dengan sebaik-
baiknya.

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Manajemen Jasar
Pendidikan, Ibuk NOVI SUSANTI,SE.,S.Pd.,M.M. selaku dosen mata kuliah
Manajemen Jasa Pendidikan dan makalah ini ditulis dari hasil penyusunan yang
kelompok Dua Belas peroleh dari buku panduan yang berkaitan dengan
Manajemen Labor Pendidikan, serta informasi dari media masa yang berhubungan
dengan Manjemen Jasa Pendidikan.

Sebagai penyusun, kami telah menyusun makalah dengan sebaik-baiknya.


Dan mungkin masih terdapat kekurangan baik dari penyusunan hingga tata bahasa
penyampaian dalam makalah ini. Kami berharap semoga makalah yang kami
susun ini memberikan manfaat dan juga inspirasi untuk penulis, pembaca, serta
Mahasiswa-Mahasiswi STAI-YAPTIP.

Pasaman Barat, 11 November 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... i

DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................1

A. Latar Belakang ........................................................................................ 1


B. Rumusan Masalah .................................................................................... 2
C. Batasan Masalah ..........................................................................................2
D. Tujuan Penulisan Makalah ....................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................3

A. Pemetaan Stakeholder .................................................................................3


B. Penetapan Stakeholder ............................................................................... 8

BAB III PENUTUP ............................................................................................ 14

A. Kesimpulan................................................................................................ 14
B. Saran ......................................................................................................... 14.
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................15

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Pendidikan adalah proses kehidupan yang masalahnya sangat kompleks


dan tetap ada sepanjang manusia membentuk peradabannya di muka bumi ini.
Namun dalam prosesnya pendidikan tetap memerlukan pembenahan sesuai
masalah yang dihadapi pada zamannya. Dari beberapa masalah yang ada dalam
persoalan pendidikan nasional yang dapat dipelajari dalam sebuah konsep
pemikiran atau setidaknya menjadi acuan dalam mengatasi berbagai anomali
dalam bidang pendidikan, yang diantaranya penguatan tata kelola, akuntabilitas
dan pencitraan publik. Menyoal tentang Stakeholder, tidak terlepas dari
pembahasan tentang manajemen pendidikan yang merupakan serangkaian
proses penggunaan sumberdaya secara efektif untuk mencapai tujuan tertentu.
Manajemen pendidikan adalah manajemen yang diterapkan dalam
pengembangan pendidikan. Dalam arti ini manajemen pendidikan merupakan
seni dan ilmu mengelola sumber daya pendidikan secara efektif dan efisien.
Manajemen pendidikan lebih bersifat umum untuk semua aktifitas pendidikan
pada umumnya.
Penguatan tata kelola pendidikan tidak saja bergantung pada
kemampuan pemerintah saja tetapi juga sangat bergantung pada kemauan dari
semua lapisan masyarakat sebagai Stakeholder dalam Sistem Pendidikan
Nasional, oleh sebab itu dalam pengelolaan pendidikan sebagai sebagai suatu
sistem sangat berkait dengan proses dan dinamika manusia dan lingkungannya
(filsafatnya), dan cita-cita pendidikan harus kita lihat secara komprehensif
sebagai suatu sistem pendidikan nasional yaitu adanya interdepedensi
komponen Stakeholder pendidikan. Dalam tulisan ini kami mencoba untuk
mengungkap bagaimana pemaknaan yang komprehensip tentang Stakeholder,
bagaimana cara mengelola, bagiamana pemetaan Stakeholder itu sendiri.

1
2

B. Rumusan Masalah
Adapun masalah yang kami bahas dalam makalah ini adalah sebagai
berikut :
1. Pemetaan Stakeholder dalam sekolah/Madrasah
2. Penetapan Stakeholder dalam Sekolah/Madrasah
C. Batasan Masalah
Makalah ini kami batasi hanya Pemetaan dan Penetapan Stakeholder dalam
Sekolah/Madrasah
D. Tujuan Masalah
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui Pemetaan Stakeholder dalam sekolah/Madrasah
2. Untuk mengetahui Penetapan Stakeholder dalam Sekolah/Madrasah
3

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pemetaan Stakeholder

Perkataan Stakeholder pada awalnya digunakan dalam dunia usaha,


istilah ini berasal dari bahasa inggris yang terdiri dari dua kata yaitu
stake dan holder. Stake berarti to give support to pancang, holder berarti
pemegang. Jadi Stakeholder adalah siapapun yang memiliki kepentingan dari
sebuah usaha. Stakeholder dapat berfungsi sebagai “tokoh kunci” atau “key
person” dan merupakan orang yang menjadi panutan bagi masyarakat
sekitarnya, misalnya Kepala Desa/Lurah, Ketua RT, Ketua Adat, Ustadz/Kyai.
Kelembagaan yang dianjurkan dibentuk untuk meningkatkan peran serta
masyarakat dalam memajukan pendidikan, menurut UU No 20 Tahun 2003,
pasal 56 adalah berupa Dewan Pendidikan, dan komite sekolah. Ketua dan
anggota kedua lembaga tersebut dapat digolongkan sebagai Stakeholder.
Beberapa para ahli mendefinisikan Stakeholder berbagai macam
sudut pandang. Freeman misalnya yang mendefinisikan Stakeholder sebagai
kelompok atau individu yang dapat mempengaruhi dan atau dipengaruhi oleh
suatu pencapaian tujuan tertentu. Sedangkan Biset secara singkat
mendefinisikan stekeholder merupakan orang dengan suatu kepentingan atau
perhatian pada permasalahan. Stakeholder ini sering diidentifikasi dengan
suatu dasar tertentu sebagimana dikemukakan Freeman, yaitu dari segi
kekuatan dan kepentingan relatif Stakeholder terhadap isu, Grimble and
Wellard, dari segi posisi penting dan pengaruh yang dimiliki mereka.
Stakeholder adalah kelembagaan yang dianjurkan dibentuk untuk
meningkatkan peran serta masyarakat dalam memajukan pendidikan, dan
komite sekolah. 1
Definisi lain dari Stakeholder adalah pemegang atau pemangku
kepentingan. orang atau kelompok tertentu yang mempunyai kepentingan apa
1
Muhaimin, Dkk, Manajemen Pendidikan, Aplikasinya dalam Penyusunan
Pengembangan Sekolah/Madrasah, (Jakarta: Prenada Media Group, 2010), hal. 97

3
4

pun terhadap sebuah obyek disebut Stakeholder . Jadi Stakeholder pendidikan


dapat diartikan sebagai orang yang menjadi pemegang dan sekaligus pemberi
support terhadap pendidikan atau lembaga pendidikan. Dengan Perkataan lain
Stakeholder adalah orang-orang atau badan yang berkepentingan langsung
atau tidak langsung terhadap kegiatan pendidikan di sekolah.
Jika dalam definisi yang telah disebutkan di atas bahwa Stakeholder
merupakan pendidikan atau lembaga yang menjadi pemegang sekaligus
pemberi suport terhadap pendidikan atau lembaga pendidikan, maka perlu
adanya pemetaan Stakeholder . Mengapa pemetaan Stakeholder menjadi
penting? Dalam manajemen sebuah pendidikan atau lembaga pendidikan
Stakeholder adalah sebuah indikator untuk menentukan mutu dan atau layanan
lembaga pendidikan. Lembaga pendidikan memiliki berbagai macam
Stakeholder, maka dalam pemetaan atau pembagiannya akan dikenal
Stakeholder primer, sekunder, dan tersier.
1. Stakeholder Utama (Primer)
Stakeholder utama merupakan Stakeholder yang memiliki
keterlibatan secara langsung dengan suatu kebijakan pendidikan. Mereka
harus ditempatkan sebagai penentu utama dalam proses pengambilan
keputusan. 2
Di Indonesia yang menjadi penentu arah kebijakan pendidikan
adalah pemerintah. Sehingga yang menjadi stakeholder utama dalam
pendidikan di Indonesia adalah pemerintah yang memiliki peran pembuat
kebijakan yaitu pelayan mediator antara aktor-aktor pendidikan lainnya,
baik di tingkat daerah hingga pusat. Yang mana, setiap kebijakan yang
mereka putuskan diharapkan dapat diterima dan dilaksanakan dengan baik
oleh stakeholder pendidikan lain serta mendukung kinerja antar stakeholder.
Kebijakan-kebijakan pendidikan yang dibuat termasuk pemantauan sistem
pendidikan sekolah, privatisasi sekolah, pendidikan dan sertifikasi guru,
persyaratan kelulusan, dan isi dari kurikulum pendidikan. Pembuat
kebijakan harus memikirkan bagaimana kebijakan-kebijakan pendidikan

2
Nanang Fatah, Landasan Manajemen Pendidikan, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2009), hal. 33
5

yang diputuskan tersebut dapat membawa perubahan pada sistem


pendidikan ke arah lebih baik.
Pembuat kebijakan juga bertanggung jawab terhadap investasi
infrastruktur, sarana dan prasarana pendidikan. Secara garis besar, hal
tersesbut berguna agar tidak terjadi kesenjangan pendidikan. Terlebih,
pendidikan dengan pertumbuhan teknologi canggih semakin berkembang
pesat, zaman dimana semua berjalan dengan cepat. Karena zaman
globalisasi, banyak hal dipermudah dengan penggunaan teknologi. Jika
pembuat kebijakan tidak menegakkan keadilan infrastruktur pendidikan,
kesenjangan pendidikan akan terlihat. Oleh karena itu sistem pendidikan
memerlukan pengambil kebijakan yang berkomitmen tinggi untuk
menghadapi tantangan pendidikan yang ada serta memanfaatkan berbagai
peluang dengan baik.
2. Stakeholder Pendukung (Sekunder)
Stakeholder pendukung (sekunder) adalah Stakeholder yang
memiliki keterkaitan langsung dalam pendidikan dan menjadi pelaku dalam
mengimplementasikan kebijakan dari stakeholder primer. Yang dimaksud
dalam pembagian stakeholder ini adalah kepala sekolah, pendidik dan
tenaga kependidikan, jika dalam lembaga pendidikan swasta maka ada
yayasan dan yang terakhir adalah komite sekolah.3
Di sekolah terdapat berbagai pihak diantaranya kepala sekolah,
pendidik, dan peserta didik. Kepala sekolah bertanggung jawab pada
perkembangan prestasi peserta didiknya, suasana lingkungan kerja guru, dan
karakter keseluruhan sekolah. Kepala sekolah yang baik memiliki
keunggulan dalam pribadi kepimimpan, kualitas mengatur, merumuskan
strategi dan visi untuk menghadapi tantangan dan perkembangan baru serta
dinamika keadaan dari sekolahnya.
Kepala sekolah juga memegang peranan penting lain yaitu
penghubung antara guru, orang tua, dan para stakeholder lainnya. Dalam hal
ini, kepala sekolah memainkan peran kunci sebagai mediator pengetahuan
pada dua dimensi stakeholder vertikal dan horizontal.

3
Muhaimin, Op. Cit., hlm. 137
6

Apa peran guru yang sesungguhnya dalam pendidikan? Kita perlu


mendefinisi ulang peran guru sebagai profesional pendidikan. Peserta didik
di masa globalisasi semakin membuat mereka beragam dengan kehadiran
teknologi sebagai tempat-tempat belajar informal mereka mereka Guru
sebagai elemen kunci utama pendidikan semakin dituntut untuk beradaptasi
dan bertanggung jawab atas hal-hal yang dialami peserta didik. Karena
setiap fenomena yang terjadi pada anak baik di luar maupun didalam area
sekola, guru selalu tetap menjadi sorotan.
Implementasi kebijakan pendidikan, berdampak pada pikiran dan
tindakan orang tua dan peserta didik. Peran guru kemudian berubah menjadi
pemberi informasi pertama kepada orang tua didik. Guru sebagai
profesional ditantang terlibat dalam proses pembentukan karakter peserta
didik,tidak hanya sekedar menyampaikan ilmu pengetahuan (transfer
knowladge) namun juga memberikan nilai-nilai pengajaran yang terkandung
dalam materi yang di sampaikan (transfer value).
3. Stakeholder Pelengkap/Pengguna (Tersier)
Stakeholder tersier merupakan Stakeholder yang tidak memiliki
pengaruh dalam kebijakan pendidikan dan pelaksanaan atau implementasi
kebijakan pendidikan, namun memiliki hak untuk menentukan penilaian
terhadap kebijakan pendidikan dan memiliki hak untuk menggunakan
lulusan lembaga pendidikan. Artinya stakeholder ini adalah masyarakat
penyedia lapangan pekerjaan atau masyarakat peminat lembaga pendidikan.4
Berbeda dengan stakeholder sekolah dan pemerintah yang terlibat
langsung dalam sistem pendidikan, masyarakat termasuk dalam bagian
diluar lingkaran sistem pendidikan tetapi berkaitan secara tidak langsung
pada aktor pendidikan didalamnya. Perbedaan ini penting untuk diketahui
bahwa masyarakat, stakeholder eksternal pendidikan, tidak mempunyai
kapasitas yang lebih besar dari sekolah dan pemerintah dalam menghasilkan
perubahan pendidikan. Dan ketika efek jangka panjang perubahan yang
dilakukan stakeholder sekolah dan pemerintah dianggap penting. Apakah
kemudian hanya sekedar sekolah dan pemerintah yang bertanggung jawab

4
Ibid., hlm. 138
7

atas perubahan pendidikan. Maka dari itu, masyarakat perlu hadir dalam
sistem pendidikan. Mereka dapat menjadi pengawas, bahkan terlibat
langsung. Sekolah dan Pemerintah – tanpa masyarakat tidak memiliki cukup
daya untuk mempertahankan perubahan yang dilakukan.
Masyarakat yang dimaksud terdiri dari berbagai macam,
diantaranya adalah orang tua murid, lembaga swadaya masyarakat (LSM),
toko buku, ataupun perusahaan yang membutuhkan tenaga terididik, dan
lain lain. Orang tua – keluarga adalah tempat pendidikan dasar karakter
terbentuk. LSM dapat menjadi tempat pendidikan sekunder dan pengawas
jalannya sistem pendidikan. Toko buku sebagai penyedia bahan ajaran.
Bahkan perusahaan juga mendukung keberlanjutan pendidikan dengan
memberi persyaratan pada calon tenaga pendidiknya untuk memiliki
pendidikan dibidang tertentu. Pada contoh praktek konkrit tersebut, jelas
terlihat bagaimana peran masyarakat yang sebenarnya. Masyarakat hadir
dalam sistem pendidikan sebagai wadah atau lingkungan pelengkap
pendidikan. Dari sana, pendidikan sekunder juga dapat terbentuk, atau
bahkan sebagai penegak keberlanjutan pendidikan.
Ketiga stakeholder pendidikan harus bersinergi dan mendukung
satu sama lain. Dapat disimpulkan, keberhasilan pendidikan tidak akan
terjadi tanpa keterlibatan ketiga stakeholder pendidikan: sekolah,
pemerintah, dan masyarakat. Setelah melakkan pemetaan terhadap
stakeholder, maka akan ditemukan komponen-komponen penyusun
sehingga stakeholder menjadi satu kesatuan utuh yang saling bersinergi.
Sinergi antara komponen-komponen stakeholder tersebut dalam dapat
digambarkan pada bagan berikut:
8

Bagan Stakeholder Sekolah/Madrasah5

Sekolah/Madrasah
Masukan
Proses
Biaya Pendidikan Mutu Pendidikan

Pengguna Lulusan Orang Tua, Kegiatan Belajar


Madrasah Pemerintah Mengajar

Biaya Kewajiban
Pembelajran
Lulusan Sesuai Kegiatan
Mutu pembelajaran
Siswa

B. Menetapkan Stakeholder dalam Sekolah/Madrasah

Penetapan stakeholder potensial dari lembaga pendidikan merupakan


proses yang sangat penting dalam manajemen lembaga. Kesalahan dalam
menentukan stakeholder potensial tersebut akan berdampak pada kesalahan
dalam proses manajemen selanjutnya yang pada akhirnya akan menimbulkan
tidak terserapnya produk dan layanan lembaga pendidikan di masyarakat.
Sebagaimana terlihat dari hasil pemetaan stakeholder di atas,
kegiatan yang dihasilkan dari pemetaan tersebut menghasilkan berbagai
harapan dari berbagai kelompok stakeholder. Masing – masing harapan dari
kelompok stakeholder tersebut dimungkinkan memiliki perbedaan yang
kontras antara satu kelompok stakeholder dengan kelompok stakeholder yang
lain. Oleh karenanya tidak mungkin semua harapan dan kebutuhan
kelompok stakeholder tersebut dipenuhi oleh lembaga pendidikan. Itulah
sebabnya lembaga pendidikan harus memiliki kelompok stakeholder yang akan
dipenuhi harapan dan kebutuhannya.
Proses memiliki kelompok stakeholder yang akan menjadi sasaran
untuk dilakukan pemenuhan kebutuhan dan harapan tersebut itulah yang

5
Ibid., hlm. 140
9

disebut dengan proses menetapkan stakeholder potensial. Dalam proses


pemilihan ini tentu saja sekolah / madrasah harus juga menyesuaikan dengan
kondisi internal lembaga saat ini dan yang akan datang, sehingga apa yang
diinginkan dan diharapkan oleh stakeholder tersebut akan dapat dipenuhi oleh
lembaga. Itulah sebabnya sebelum dilaksanakan analisis, lembaga pendidikan
harus mengetahui hal – hal yang berkaitan dengan sumber daya yang ada di
lembaga tersebut. Identifikasi tersebut dapat dilakukan sebagaimana terlihat
pada tabel berikut :
1. Sumber Daya Manusia
Tabel 1 : Tim Manajemen Sekolah/Madrasah

Kompetensi
Jenis Jabatan Kualifikasi Pendidikan Pengalaman
dan Pelatihan Kerja
Kepala Madrasah / Sekolah

Waka Kurikulum

Waka Sarana Prasarana

Waka kesiswaan

Waka Humas

Tabel 2 : Tenaga Pendidik

Kompetensi
Bidang Studi Jumlah Kualifikasi
Pengalaman
Pendidikan dan
Kerja
Pelatihan
Fiqih
Aqidah Akhlak
Al – Qur’an
Hadis
SKI
Matematika
Kimia
Fisika
10

Biologi
Geografi
Sosiologi
Antropologi
Ekonomi
Sejarah
Seni Budaya
Teknologi
Informasi dan
Komunikasi
Pendidikan
Jasmani
Olahraga dan
Kesehatan
Bahasa Arab
Bahasa Inggris
Bahasa
Indonesia
Bahasa Asing
Lain
Muatan Lokal
Konselor dan
guru
ekstrakurikuler

Tabel 3 : Tenaga Kependidikan

Kompetensi
Jenis Tenaga Jumlah Kualifikasi Pendidikan Pengalaman
dan Pelatihan Kerja
Kaur TU
Tenaga
Administrasi/TU
Laboran

Teknisi

Pustakawan

Penjaga Sekolah
Tenaga
Pengaman/Satpam
11

2. Sumber Daya Non Manusia

Tabel 1 : Sumber Anggaran


DIPA Ya Bantuan Bantuan
Jum
Fungsi / ya Luar Negeri APBD orang
lah
BOS san Loan Grant tua
Pendidikan
dan
pengajaran

Kesiswaan

Pembangunan
fisik

Kesejahteraan
pegawai

Perpustakaan

Laboratorium

Belanja
barang

Kerumah
tanggaan

Pemeliharaan

Kerja sama

Publikasi

Beasiswa

Jumlah
12

Tabel 2 : Sarana dan Prasarana

Luas tanah dan Bangunan :


Status Tanah :
Luas Bangunan :
Data Bangunan :

Jenis Bangunan Jumlah Luas (meter persegi)


Ruang Pimpinan
Ruang Administrasi
Ruang Guru
Ruang Kelas
Ruang Laboratorium
Auditorium / Aula
Gedung Olahraga
Ruang Perpustakaan
Masjid
Asrama
Ruang Koperasi
Kamar mandi / WC
Lapangan Olahraga
Ruang Parkir
Sarana Umum
Ruang Kosong

Hasil pemetaan sumber daya tersebut kemudian digunakan untuk


melakukan analisis dalam menentukan stakeholder utama dari lembaga
pendidikan. Proses analisis tersebut dilakukan dengan membandingkan antara
sumber daya yang ada di lembaga pendidikan dan proyeksinya empat tahun ke
depan dan kebutuhan dan harapan stakeholder.

Dalam menentukan stakeholder potensial lembaga pendidikan


digunakan perbandingan antara kemampuan pemenuhan sumber daya di
lembaga pendidikan sampai dengan empat tahun ke depan dengan tingkat
kecukupan dalam pemenuhan kebutuhan dan harapan stakeholder. Semakin
tinggi tingkat kesesuaian tersebut, maka akan semakin potensial
pula stakeholder tersebut bagi lemabaga pendidikan. Proses analisis tersebut
13

akan lebih muda jika dilakukan pertama terlebih dahulu sebagaimana tema-
tema yang ada dalam proses pemetaan stakeholder. Untuk menghindari
banyaknya analisis per tema yang mungkin perlu dilakukan di sekolah /
madrasah maka dapat dipilih tema – tema yang potensial saja. 6

6
http://tejapendidikan.blogspot.com/2015/08/manajemenpendidikan-islam-
menetapkan.html diakses Tanggal 15 November 2022 Jam 21.15 Wib.
14

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Stakeholder adalah pemegang atau pemangku kepentingan. orang


atau kelompok tertentu yang mempunyai kepentingan apa pun terhadap sebuah
obyek disebut Stakeholder. Sedangkan Stakeholder pendidikan dapat
diartikan sebagai orang yang menjadi pemegang dan sekaligus pemberi support
terhadap pendidikan atau lembaga pendidikan. Pemetaan Stakeholder Lembaga
pendidikan memiliki berbagai macam Stakeholder, maka dalam pemetaan atau
pembagiannya akan dikenal Stakeholder primer, sekunder, dan tersier. Ketiga
stakeholder pendidikan harus bersinergi dan mendukung satu sama lain.
Stakeholder Lembaga pendidikan merupakan proses yang sangat
penting dalam manajemen lembaga.Kesalahan dalam
menentukan stakeholder potensial tersebut akan berdampak pada kesalahan
dalam proses perubahan menejemen selanjutnya yang pada akhirnya akan
menimbulkan tidak terserapnya produk dan layanan dengan lembaga
pendidikan di masyarakat. Itulah sebabnya sebelum dilakukan analisis,lembaga
pendidikan,harus mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan sumber daya yang
ada di lembaga tersebut dengan memproyeksikan stakeholder utama kedepan.

B. Saran
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi
pokok bahasan dalam makalah ini. Penulis berharap para pembaca dapat
memberikan kritik dan saran yang membangun kepada penulis demi
kesempurnaan dalam penulisan dan penyusunan makalah.

14
15

DAFTAR KEPUSTAKAAN

Muhaimin. 2010. Manajemen Pendidikan, Aplikasinya dalam Penyusunan


Pengembangan Sekolah/Madrasah. Jakarta: Prenada Media Group.

Nanang Fatah. 2009. Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung: Remaja


Rosdakarya

Mulyasa. 2002. Manajemen Berbasis Sekolah, Konsep Strategi dan Implementasi,


Bandung: Remaja Rosda Karya.

http://tejapendidikan.blogspot.com/2015/08/manajemenpendidikan-islam-
menetapkan.html diakses Tanggal 15 November 2022 Jam 21.15 Wib.

15

Anda mungkin juga menyukai