Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

TEST, MEASUREMENT, ASSESMENT, EVALUASI

DAN AZAZ , FUNGSI SUPERVISI PENDIDIKAN

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Terstruktur Mata Kuliah

Pengawasan dan Supervisi Pendidikan

Disusun Oleh :

KELOMPOK II

ABIL WALIT : S1.3.20.002

RISKA FEBRIANTI : S1.3.20.011

Dosen Pembimbing :

SESRA BUDIO, S.Si, M.Pd.

PROGRAM STUDI
MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
JURUSAN TARBIYAH
STAI-YAPTIP PASAMAN BARAT
TAHUN AKADEMIK 1444 /2022
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kepada Allah SWT, sang pencipta alam
semesta. Yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami
kelompok II dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ Test, Measurement,
Assesment, Evaluasi dan Azaz Supervisi Pendidikan ” dengan sebaik-baiknya.

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Pengawasan dan
Supervisi Pendidikan oleh Bapak SESRA BUDIO, S.Si, M.Pd. selaku dosen
mata kuliah Pengawasan dan Supervisi Pendidikan dan makalah ini ditulis dari
hasil penyusunan yang kelompok II diperoleh dari buku panduan yang berkaitan
dengan Pengawasan dan Supervisi Pendidikan, serta informasi dari media masa
yang berhubungan dengan Pengawasan dan Supervisi Pendidikan.

Sebagai penyusun, kami telah menyusun makalah dengan sebaik-baiknya.


Dan mungkin masih terdapat kekurangan baik dari penyusunan hingga tata bahasa
penyampaian dalam makalah ini. Kami berharap semoga makalah yang kami
susun ini memberikan manfaat dan juga inspirasi untuk penulis, pembaca, serta
Mahasiswa-Mahasiswi STAI-YAPTIP.

Pasaman Barat, 15 O ktober 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i

DAFTAR ISI...........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................1

A. Latar Belakang Masalah...............................................................................1


B. Rumusan Masalah........................................................................................3
C. Tujuan..........................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................4

A. Test, Measurement, Assesment, Evaluasi................................................... 4


B. Azaz Supervisi Pendidikan....................................................................... 13

BAB III PENUTUP .............................................................................................19

A. Kesimpulan................................................................................................ 19
B. Saran ......................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................20

ii
1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kompetensi mengajar adalah kemampuan dasar yang harus dimiliki
oleh semua tenaga pengajar. Berbagai konsep dikemukakan untuk mengungkap
apa dan bagaimana kemampuan yang harus dikuasai oleh tenaga pengajar di
berbagai tingkatan sekolah. Dalam buku yang disusun oleh Tim PPPG (Proyek
Pengembangan Pendidikan Guru) dikemukakan 10 kompetensi mengajar yaitu:
1. Kemampuan menguasai landasan kependidikan,
2. Kemampuan menguasai bahan ajaran,
3. Kemampuan mengelola proses belajar mengajar,
4. Kemampuan mengelola kelas,
5. Kemampuan mengelola interaksi belajar mengajar,
6. Kemampuan menilai hasil belajar,
7. Kemampuan mengenal fungsi dan program bimbingan dan penyuluhan.
8. Kemampuan menyelenggarakan Administrasi Pendidikan,
9. Kemampuan menggunakan media/sumber belajar, dan
10. Kemampuan menafsirkan hasil penelitian untuk kepentingan pengajaran.
Demikian juga dalam Instrumen Penilaian Kemampuan Guru
(IPKG) disebutkan 5 kemampuan pokok guru yaitu kemampuan untuk:
1. Merumuskan indikator keberhasilan belajar
2. Memilih dan mengorganisasikan materi
3. Memilih sumber belajar,
4. Memilih mengajar, dan
5. Melakukan penilaian.
Masih banyak lagi model yang menggambarkan kemampuan dasar
mengajar ini, namun demikian nampak dengan jelas bahwa pada semua profil
kemampuan tersebut selalu mencantumkan dan mempersyaratkan kemampuan
tenaga pengajar untuk mengevaluasi hasil belajar, sebab kemampuan
mengevaluasi hasil belajar memang merupakan kemampuan dasar yang mutlak
dimiliki oleh tenaga pengajar.Mengingat begitu pentingnya penguasaan
pengetahuan dan keterampilan dalam mengevaluasi kegiatan dan hasil belajar,
2

maka dalam makalah akan dibahas secara umum hal-hal yang berkenaan
dengan pengertian dan esesnsi dari evaluasi, asesment (penilaian), tes, dan
measurement (pengukuran).
3

B. Rumusan Masalah

Adapun masalah yang kami bahas dalam makalah ini adalah sebagai
berikut :
1. Test, Measurement, Assesment, Evaluasi
2. Azaz Supervisi Pendidikan

C. Tujuan Masalah

Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :


1. Untuk mengetahui Test, Measurement, Assesment, Evaluasi
2. Untuk mengetahui Azaz Supervisi Pendidikan
4

BAB II
PEMBAHASAN

A. TES , MEASUREMENT, ASSESMENT DAN EVALUASI


1. Pengertian Tes
Tes berasal dari bahasa latin “testum” yang berarti sebuah piringan
atau jambangan dari tanah liat. Istilah ini dipergunakan dalam lapangan
psikologi dan selanjutnya hanya dibatasi sampai metode psikologi, yaitu
suatu cara untuk menyelidiki seseorang. Penyelidikan tersebut dilakukan
mulai dari pemberian suatu tugas kepada seseorang atau untuk
menyelesaikan suatu masalah tertentu. Pada hakikatnya tes adalah suatu alat
yang berisi serangkaian tugas yang harus dikerjakan atau soal-soal yang
harus dijawab oleh peserta didik untuk mengukur suatu aspek perilaku
tertentu. Beberapa pengertian tes menurut ahli, antara lain :
a. Tes merupakan suatu alat penilaian dalam bentuk tulisan untuk mencatat
atau mengamati prestasi siswa yang sejalan dengan target penilaian.
(Jacobs & Chase, 1992; Alwasilah, 1996).
b. Tes menurut Arkunto dan Jabar (2004) merupakan alat atau prosedur
yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dengan
menggunakan cara atat aturan yang telah ditentukan. Dalam hal ini harus
dibedakan pengertian antara tes, testing, testee, dan tester. Testing
adalah saat pada waktu tes tersebut dilaksanakan (saat pengambilan
tes).Testee adalah responden yang mengerjakan tes. Mereka inilah yang
akan dinilai atau diukur kemampuannya. Sedangkan Tester adalah
seorang yang diserahi tugas untuk melaksanakan pengambilan tes kepada
responden.
c. Menurut Zainul dan Nasution (2001) tes didefinisikan sebagai pertanyaan
atau tugas atau seperangkat tugas yang direncanakan untuk memperoleh
informasi tentang suatu atribut pendidikan atau suatu atribut psikologis
tertentu.
d. Tes merupakan salah satu upaya pengukuran terencana yang digunakan
oleh guru untuk mencoba menciptakan kesempatan bagi siswa dalam
5

memperlihatkan prestasi mereka yang berkaitan dengan tujuan yang telah


ditentukan (Calongesi, 1995).
Dari beberapa pendapat diatas, dapat diambil pengertian bahwa tes
adalah instrumen atau alat yang digunakan untuk memperoleh informasi
tentang individu atau objek yang direncanakan untuk mengetahui tentang
trait/sifat/atribut dimana tiap butir pertanyaan tersebut memiliki jawaban.
Sebagai alat pengumpul informasi atau data, tes harus dirancang secara
khusus. Kekhususan tes terlihat dari bentuk soal tes yang digunakan, jenis
pertanyaan, rumusan pertanyaan yang diberikan, dan pola jawabannya harus
dirancang menurut kriteia yang telah ditetapkan. Demikian juga waktu yang
disediakan untuk menjawab pertanyaan serta pengadministrasian tes juga
dirancang secara khusus. Selain itu aspek yang diteskanpun terbatas.
Biasanya meliputi ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Kekhususan-
kekhususan tersebut berbeda antara satu tes dengan tes yang lain. Tes ini
dapat berupa pertanyaan tertulis, wawancara, pengamatan tentang unjuk
kerja fisik, checklist, dan lain-lain.1
2. Pengertian Measurement (Pengukuran)
Pengukuran yang dalam bahasa Inggris dikenal dengan
measurement dan dalam bahasa arabnya adalah muqasayah, dapat diartikan
sebagai kegiatan yang dilakukan untuk “mengukur” sesuatu. Mengukur
pada hakikatnya adalah membandingkan sesuatu dengan atau atas dasar
ukuran tertentu. Misalnya mengukur suhu badan dengan menggunakan
thermometer, hasilnya 360 celcius, 370 celcius, dan seterusnya. Dapat
dipahami bahwa pengukuran itu sifatnya kuantitatif.
Pengukuran yang bersifat kuantitatif itu dibagi menjadi tiga , yang
pertama adalah pengukuran yang dilakukan bukan untuk menguji sesuatu.
Misalnya ; pengukuran yang dilakukan oleh penjahit pakaian mengenai
panjang lengan, panjang kaki, lebar bahu, ukuran pinggang dan sebagainya.
Yang kedua adalah pengukuran yang dilakukan untuk menguji sesuatu.
Misalnya ; pengukuran untuk menguji daya tahan per baja terhadap tekanan

https://www.academia.edu/33401845/
1

MAKALAH_Tes_Measurement_Pengukuran_Asesmen_Penilaian_Dan_Evaluasi_docx
Diakses Tanggal 14-10-2022 Jam 20:45
6

berat, pengukuran untuk menguji daya tahan nyala lampu pijar, dan
sebagainya. Yang ketiga adalah pengukuran untuk menilai, yang dilakukan
dengan jalan menguji sesuatu. Misalnya ; mengukur kemajuan belajar
peserta didik dalam rangka mengisi nilai rapor yang dilakukan dengan
menguji mereka dalam bentuk tes hasil belajar. Pengukuran jenis ketiga ini
yang dipakai dalam dunia pendidikan.
Menurut Cangelosi(1995) yang dimaksud dengan pengkuran adalah
suatu proses pengumpulan data melalui pengamatan empiris untuk
mengumpulkan informasi yang relevan dengan tujuan yang telah ditentukan.
Dalam hal ini pendidik atau guru menaksir prestasi siswa dengan membaca
atau mengamati apa saja yang dilakukan siswa, mengamati kinerja mereka,
mendengar apa yang mereka katakana, dan menggunakan indera mereka
seperti melihat, mendengar, menyentuh, mencium, dan merasakan. Menurut
Zainul dan Nasution (2001) pengukuran memiliki dua karakteristik utama
yaitu: penggunaan angka atau skala tertentu dan menurut aturan atau
formula tertentu.
Measurement merupakan proses yang mendeskripsikan
performance siswa dengan menggunakan suatu skala kuantitatif(system
angka) sedemikian rupa sehingga sifat kualitatif dari performance siswa
tersebut dinyatakan dengan angka angka (Alwasilah , 1996) Peryataan
tersebut diperkuat dengan pendapat yang menyatakan bahwa pengukuran
merupakan pemberian angka terhadap suatu atribut atau karakter tertentu
yang dimiliki oleh seorang, atau objek tertentu yang mengacu pada aturan
atau formulasi yang jelas. Aturan atau formulasi tersbut disepakati oleh para
ahli(Zainul dan Nasution, 2001). Dengan demikian, pengukuran dalam
bidang pendidikan berarti mengukur atribut atau karakteristik peserta didik
tertentu, yang diukur bukan peserta didik tetapi karakteristik atau atributnya.
Menurut Ari Kunto, pengukuran merupakan kegiatan membandingkan suatu
hal dengan satuan ukuran tertentu sehingga sifatnya menjadi kuantitatif
3. Pengertian Asesmen (Penilaian)
Definisi Asesmen Menurut beberapa Ahli
7

a. Menurut Linn dan Gronlund (Uno dan Satria, 2012), asesmen (penilaian)
merupakan suatu istilah umum yang meliputi tentang belajar siswa
(observasi, rata-rata pelaksanaan tes tertullis) dan format penilaian
kemajuan belajar. Selain itu, asesmen didefinisikan juga sebagai sebuah
proses yang ditempuh untuk mendapatkan informasi yang digunakan
dalam rangka membuat keputusan-keputusan mengenai para siswa,
kurikulum, program-program, dan kebijakan pendidikan, metode atau
instrumen pendidikan lainnya oleh suatu badan, lembaga, organisasi atau
institusi resmi yang menyelenggarakan suatu aktivitas tertentu.
b. Menurut Angelo dan Croos (Abidin, 2014), asesmen atau penilaian
merupakan sebuah proses yang didesain untuk membantu guru
menemukan hal-hal yang telah dipelajari siswa di dalam kelas dan
tingkat keberhasilannya dalam pembelajaran.
c. James A. Mc. Lounghlin & Rena B Lewis mendefinisikan asesmen
sebagai proses sistematika dalam mengumpulkan data seseorang anak
yang berfungsi untuk melihat kemampuan dan kesulitan yang dihadapi
seseorang saat itu, sebagai bahan untuk menentukan apa yang
sesungguhnya dibutuhkan. Berdasarkan informasi tersebut guru akan
dapat menyusun program pembelajaran yang bersifat realitas sesuai
dengan kenyataan objektif.
d. Asesmen menurut Dariyanto (2010:130) adalah suatu proses untuk
menyimpulkan hasil pengukuran melalui analisis yang sistematis dengan
menggunakan kriteria seperti baik, buruk, cocok tidak cocok sesuai
dengan penilaian kriteria masing-masing.
e. Penilaian menurut Zaenal Arifin (2009:2) merupakan suatu proses atau
kegiatan yang sistematis dan berkesinambungan untuk mengumpulkan
informasi tentang proses dan hasil belajar peserta didik dalam rangka
membuat keputusan-keputusan berdasarkan kriteria dan pertimbanagan
tertentu.
f. Haryati (2009:15) berpendapat lain, ia mengungkapkan bahwa penilaian
(assessment) merupakan istilah yang mencakup semua metode yang
8

biasa dipakai untuk mengetahui keberhasilan belajar siswa dengan cara


menilai unjuk kerja individu peserta didik atau kelompok.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka dapat
disimpulkanbahwa penilaian adalah suatu proses pengumpulan informasi
secaramenyeluruh yang dilakukan secara terus menerus untuk
mengetahuikemampuan atau keberhasilan siswa dalam pembelajaran
dengan menilaikinerja siswa baik kinerja secara individu maupun dalam
kegiatankelompok. Penilaian itu harus mendapatkan perhatian yang lebih
dariseorang guru. Dengan demikian, penilaian tersebut harus
dilaksanakandengan baik, karena penilaian merupakan komponen vital
(utama) dari pengembangan diri yang sehat, baik bagi individu (siswa)
maupun bagi organisasi/kelompok.2
4. Pengertian Evaluasi
Evaluasi berasal dari akar kata bahasa Inggris value yang berarti
nilai, jadi istilah evaluasi sinonim dengan penilaian. Pengertian evaluasi
menurut beberapa ahli sebagai berikut :
a. Evaluasi menurut Firman (2000:18) merupakan penilaian terhadap data
yang dikumpulkan melalui kegiatan asesmen.
b. Menurut Calongesi (1995) evaluasi adalah suatu keputusan tentang nilai
berdasarkan hasil pengukuran. Calengosi (1995) juga menyatakan bahwa
evaluasi dapat dinyatakan sebagai suatu proses pengambilan keputusan
dengan menggunakan informasi yang diperoleh melalui pengukuran hasil
belajar, baik yang menggunakan instrumen tes maupun non tes.
c. Arikunto (2003:2) mengungkapkan bahwa evaluasi adalah serangkaian
kegiatan yang ditujukan untuk mengukur keberhasilan program
pendidikan.
d. Purwanto (2002:58) dalam hal ini lebih meninjau pengertian evaluasi
program dalam konteks tujuan yaitu sebagai proses menilai sampai
sejauhmana tujuan pendidikan dapat dicapai.

2
Arifin, Zaenal. 2009. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya hal 57
Arikunto, Suharsimi. 2005. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta:Bumi Aksara
hal 59
9

Secara garis besar dapat dikatakan bahwa evaluasi adalah


pemberian nilai terhadap kualitas sesuatu. Selain dari itu, evaluasi juga
dapat dipandang sebagai proses merencanakan, memperoleh, dan
menyediakan informasi yang sangat diperlukan untuk membuat alternatif-
alternatif keputusan. Dengan demikian, Evaluasi merupakan suatu proses
yang sistematis untuk menentukan atau membuat keputusan sampai sejauh
mana tujuan-tujuan pengajaran telah dicapai oleh siswa (Purwanto,
2002:55).
Dengan kata lain evaluasi adalah proses penentuan nilai atau harga
dari data yang terkumpul. Pemberian pertimbangan mengenai nilai dan arti
tidak dapat dilakukan secara sembarangan, oleh karenanya evaluasi harus
dilakukan berdasar prinsip-prinsip tertentu. Evaluasi harus merupakan
kegiatan yang harus dilakukan terus menerus dari setiap program, karena
tanpa evaluasi sulit untuk mengetahui jika, kapan, dimana, dan bagaimana
perubahan-perubahan akan dibuat. Evaluasi bersifat kualitatif.
Evaluasi tidak hanya terbatas dalam menggambarkan pengertian
untuk menggambarkan status seseorang dibandingkan dengan anggota
kelompok lainnya. Tetapi yang lebih penting, evaluasi dilaksanakan dalam
rangka menggambarkan kemajuan yang dicapai oleh seseorang. Karena itu
evaluasi harus dipahami sebagai bagian yang integral dari penyelenggaraan
sebuah program, yang selalu berawal dari pemahaman terhadap siswa.
5. Hubungan Antara Tes, Measurement (Pengukuran), Asesment
(Penilaian) dan Evaluasi
a. Perbedaan Asesmen dan Evaluasi
Rustaman (2003) mengungkapkan bahwa asesmen lebih
ditekankan pada penilaian proses. Sementara itu pada evaluasi lebih
ditekankan pada hasil belajar. Apabila dilihat dari sisi keberpihakannya,
asesmen lebih berpihak kepada kepentingan siswa. Siswa dalam hal ini
menggunakan asesmen untuk merefleksikan kekuatan, kelemahan dan
perbaikan belajar. Sementara itu evaluasi lebih berpihak kepada
kepentingan evaluator.
10

Yulaelawati (2004) mengungkapkan bahwa terdapat perbedaan


antara evaluasi dengan asesmen. Evaluasi merupakan penilaian program
pendidikan secara menyeluruh. Evaluasi pendidikan lebih bersifat makro,
meluas, dan menyeluruh. Sementara itu asesmen merupakan penilaian
dalam scope yang lebih sempit (mikro) bila dibandingkan dengan
evaluasi. Asesmen hanya menyangkut kompetensi siswa dan perbaikan
program pembelajaran.
b. Perbedaan Tes, Pengukuran dan Evaluasi
Terdapat perbedaan makna antara mengukur dan mengevaluasi.
Mengukur (Measurement) adalah membandingkan sesuatu dengan satu
ukuran tertentu, sehingga pengukuran bersifat kuantitatif. Sementara itu
evaluasi adalah pengambilan suatu keputusan terhadap sesuatu dengan
ukuran baik-buruk. Dengan demikian pengambilan keputusan tersebut
lebih bersifat kualitatif. (Arikunto, 2003; Zainul & Nasution, 2001).
Setiap butir pertanyaan atau tugas dalam tes harus selalu
direncanakan dan mempunyai jawaban atau ketentuan yang dianggap
benar. Sementara itu tugas ataupun pertanyaan dalam kegiatan
pengukuran (measurement) tidak selalu memiliki jawaban atau cara
pengerjaan yang benar atau salah karena measurement tidak selalu
memiliki jawaban atau cara pengerjaan yang benar atau salah karena
measurement dapat dilakukan melalui alat ukur non-tes.
c. Hubungan Tes, Measurement (Pengukuran), Asesment (Penilaian)
dan Evaluasi
Menurut Zainul & Nasution (2001), hubungan antara tes,
pengukuran dan evaluasi adalah sebagai berikut. Evaluasi belajar baru
dapat dilakukan dengan baik dan benar apabila menggunakan informasi
yang diperoleh melalui pengukuran yang menggunakan tes sebagai alat
ukurnya. Selain tes, informasi tentang hasil belajar juga diperoleh
menggunakan alat ukur non tes seperti observasi, skala rating, dan lain-
lain. Mereka juga menyatakan bahwa guru mengukur berbagai
kemampuan siswa. Apabila guru melangkah lebih jauh dalam
menginterpretasikan skor sebagai hasil pengukuran tersebut dengan
11

menggunakan standar tertentu untuk menentukan nilai atas dasar


pertimbangan tertentu, maka kegiatan tersebut disebut evaluasi.3
Untuk mengungkapkan hubungan antara asesmen dan evaluasi,
Gabel (1993) mengungkapkan bahwa evaluasi merupakan proses
pemberian penilaian terhadap data atau hasil yang diperoleh melalui
asesmen. Hubungan antara asesmen, evaluasi, pengukuran, dan testing
dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Gambar 1. Diagram hubungan antara peristilahan dalam asesmen & evaluasi

Contoh Hubungan Antara Tes, Non-Tes, Pengukuran, Dan Evaluasi

Tes Pengukuran Evaluasi

Soal : Seperangkat Bu Dini menghitung Bu Dini menilai bahwa


soal/ tugas untuk berapa jumlah kesalahan kemampuan Ani dalam
mengamati obyek Ani dalam menggnakan menggunakan
menggunakan mikroskip (ia menghitung mikroskop masih
mikroskop dengan terjadi 3 kesalahan dari 5 kurang
prosedur yang benar tugas)

Non-Tes Pengukuran Evaluasi

Soal : Siswa ditugasi Bu Ajeng membandingkan Bu Ajeng menilai

https://www.academia.edu/33401845/
3

MAKALAH_Tes_Measurement_Pengukuran_Asesmen_Penilaian_Dan_Evaluasi_docx
Diakses Tanggal 20:45
12

oleh Bu Ajeng untuk laporan praktikum yang bahwa kemampuan


menyusun laporan dibuat Denta dengan Denta sangat baik dalam
pasca kegiatan standar kriteria dan menyusun laporan
praktikum fisika menghitung total skor praktikum yang ideal
yang diperoleh. Skor yang
diperoleh yaitu 85

Bagan Hubungan antara Evaluasi, Asesmen, Pengukuran, dan Tes


13

B. AZAZ DAN FUNGSI SUPERVISI DAN EVALUASI PROGRAM


PENDIDIKAN
1. Azaz Supervisi
Azas adalah dasar berpijak dalam pelaksanaan supervisi oleh
pengawas, supervisi Pendidikan dilaksanakan atas dasar keyakinan sebagai
berikut: 
a. Kualitas proses pembelajaran sangat dipengaruhi oleh kemampuan
profesional gurunya. 
b. Pengawasan terhadap penyelenggaraan proses pembelajaran (PBM)
hendaknya menaruh perhatian yang utama pada peningkatan kemampuan
profesional gurunya, yang pada gilirannya akan meningkatkan mutu
proses dan hasil pembelajaran. 
c. Pembinaan yang tepat dan terus menerus yang diberikan kepada guru-
guru berkontribusi terhadap peningkatan mutu pembelajaran. 
d. Peningkatan mutu pendidikan melalui pembinaan profesional guru
didasarkan atas keyakinan bahwa mutu pembelajaran dapat diperbaiki
dengan cara paling baik di tingkat madrasah/kelas melalui pembinaan
langsung dari orang-orang yang bekerjasama dengan guru-guru untuk
memperbaiki mutu pembelajaran. 
e. Supervisi yang efektif dapat menciptakan kondisi yang layak bagi
pertumbuhan profesional guru-guru. Kondisi ini ditumbuhkan melalui
kepemimpinan partisipatif, dimana guru-guru merasa dihargai dan
diperlukan. Dalam situasi seperti ini akan lahir saling kepercayaan antara
para pembina (pengawas, kepala madrasah) dengan guru-guru, antara
guru dengan guru, dan di antara pembina sendiri. Guru-guru akan merasa
bebas membicarakan pekerjaannya dengan pembina jika ada keyakinan
bahwa pembina akan menghargai pikiran dan pendapatnya. 
f. Supervisi yang efektif dapat melahirkan wadah kerjasama yang dapat
mempertemukan kebutuhan profesional guru-guru. Melalui wadah ini,
guru-guru memiliki kesempatan untuk berpikir dan bekerja sebagai suatu
kelompok dalam mengidentifikasi dan memecahkan masalah yang
14

dihadapi sehari-hari di bawah bimbingan pembina dalam upaya


memperbaiki proses pembelajaran.
g. Supervisi yang efektif dapat membantu guru-guru memperoleh arah diri,
memahami masalah yang dihadapi sehari-hari, belajar memecahkan
sendiri masalah-masalah yang dihadapi sehari-hari dengan imajinatif dan
kreatif. Dalam suasana seperti itu, pemikiran dan alternatif pemecahan
masalah, maupun gagasan inovatif akan muncul dari bawah dalam upaya
menyempurnakan proses pembelajaran tanpa menunggu instruksi atau
petunjuk dari atas. Dengan demikian, supervisi yang efektif dapat
merangsang kreativitas guru untuk memunculkan gagasan perubahan dan
pembaruan yang ditujukan untuk memperbaiki proses pembelajaran. 
h. Supervisi yang efektif hendaknya mampu membangun kondisi yang
memungkinkan guru-guru dapat menunaikan pekerjaanya secara
profesional, ketersediaan sumber daya pendidikan yang diperlukan
memberi peluang kepada guru untuk mengembangkan proses
pembelajaran yang lebih baik
i. Keyakinan seperti dirumuskan tersebut di atas merupakan konsep/teori
dan hasilhasil penelitian yang kebenarannya masih diakui oleh pakar
supervisi sampai saat ini. Para pengawas (sebagai pembina) dapat
menjadikannya sebagai pedoman untuk membandingkan antara apa yang
sebaiknya dilakukan dengan apa yang kenyataanya terjadi. Dengan kata
lain, para pengawas harus selalu mengembangkan perilaku pembinaanya
sejalan dengan konsep yang diyakini kebenarannya. Kegiatan supervisi
pendidikan diwujudkan oleh para pengawas dalam bentuk sikap dan
tindakan yang dilakukan dalam interaksi antara pengawas dengan guru-
guru dan kepala madrasah. Agar sikap dan tindakan pengawas itu sejalan
dengan nilai-nilai dan tujuan supervisi, maka dalam proses interaksinya
itu perlu memperhatikan pedoman berikut: 
1. Supervisi hendaknya dimulai dari hal-hal yang positif, menyentuh sisi
kelebihan dan kebaikan yang melekat pada setiap orang akan
memudahkan pengawas untuk berinteraksi. 
15

2. Hubungan antara para pengawas dengan guru-guru hendaknya


didasarkan atas hubungan kerabat kerja sebagai profesional, kedekatan
yang tidak dilandasai oleh profesionalisme akan menyebabkan
hambarnya hubungan kerja, dan tidak akan memperoleh hasil yang
memuaskan. 
3. Pembinaan profesional hendaknya didasarkan pada pandangan
obyektif, pengawas dalam melihat orang hendaknya seperti apa
adanya mereka sehingga proses pembinaan sesuai dengan potensi dan
kapasitas yang dimilikinya. 
4. Pembinaan profesional hendaknya didasarkan atas hubungan
manusiawi yang sehat, hubungan yang baik menempatkan seseorang
sama dimata Yang Maha Kuasa akan menimbulkan keiklasan dalam
bekerja. 
5. Pembinaan profesional hendaknya mendorong pengembangan inisitif
dan kreativitas guru-guru, stimulus yang baik akan mendorong orang
untuk berubah karena tekanantekanan yang tidak bijak akan
menimbulkan ketergantungan atau bahkan pelarian dari
tanggungjawab. 
6. Pembinaan profesional harus dilaksanakan terus-menerus dan
berkesinambungan, perubahan tidak dapat terjadi dengan cepat akan
tetapi kadang orang perlu lama untuk mengadaptasikan perubahan itu.
Tidak cepat menyerah dengan keadaan dan tidak frustasi dengan apa
yang tidak dapat memberikan hasil yang baik, hal yang baik walaupun
hanya sedikit demi sedikit Insya Allah akan membekas. 
7. Pembinaan profesional hendaknya dilakukan sesuai dengan kebutuhan
masing-masing guru, adil itulah kata yang tepat! Jangan memberikan
sesuatu yang tidak dibutuhkan orang karena akan mubajir tidak akan
digunakan dan tidak akan memunculkan rasa kepemilikan.
Profesionalisme membutuhkan keiikhlasan dan akan muncul ketika
apa yang dibutuhkannya dipenuhi dengan benar dan baik. 
8. Pembinaan profesional hendaknya dilaksanakan atas dasar rasa
kekeluargaan, kebersamaan, keterbukaan, dan keteladanan.
16

2. Fungsi Supervisi 
Dalam praktek supervisi pendidikan, kepala madrasah dan guru-
guru tidak diperlakukan sebagai bawahan (subordinates), melainkan sebagai
rekan sejawat (colleagues). Tata-kerja yang dikembangkan adalah bekerja
bersama (working within), kendatipun struktur organisasi yang birokratik
tetap dihargai. Pendekatan perilaku supervisi adalah menciptakan dan
menjaga keselarasan antara tujuan-tujuan/kepentingan pribadi (personal
needs) dan tujuan-tujuan organisasi (institutional goals) melalui kerja tim
dan evaluasi terhadap sasaran-sasaran supervisi. Pendekatan tersebut
menempuh prosedur kerja: 4
a. Fungsi Penelitian, 
b. Fungsi Penilaian, 
c. Fungsi Perbaikan, 
d. Fungsi Peningkatan (Ametembun, 1995). 
Keempat fungsi tersebut merupakan suatu kesatuan yang secara
resiprokal dapat digambarkan sebagai berikut:

PENELITIAN

PENINGKATAN PENILAIAN

PERBAIKAN

3. Evaluasi Program Pendidikan

4
https://specialpengetahuan.blogspot.com/2015/03/pengertian-fungsi-dan-azas-
supervisi.html Diakses Tanggal 14-10-2022 Jam 21:35
17

Evaluasi program memiliki perhatian dan kepentingan tersendiri


dalam pelaksanaan pendidikan. Bagaimana tidak, program merupakan
kegiatan utama yang dilaksanakan secara terus-menerus digencarkan
sebagai implementasi pelaksanaan pendidikan di suatu instansi maupun
lembaga pendidikan. Akibatnya, program menjadi salah satu pusat perhatian
utama dalam pelaksanaan evaluasi pendidikan.
Seperti yang dikemukakan oleh Sukardi (2015) bahwa evaluasi
dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok, yaitu evaluasi pembelajaran,
evaluasi program, dan evaluasi sistem. Hal tersebut karena secara yuridis,
dalam Undang-undang No.20 Tahun 2003 mengenai Sistem Pendidikan
Nasional, tepatnya pada pasal 57 ayat 2, menyebutkan bahwa evaluasi
dilakukan terhadap peserta didik, lembaga, dan program pendidikan pada
jalur formal dan nonformal untuk semua jenjang dan jenis pendidikan
(Undang-undang No.20 Tahun 2003 ).
Dengan demikian, evaluasi program juga menjadi salah satu
kewajiban yang harus dilakukan. Namun demikian, evaluasi program ini
cakupannya amatlah luas. Mulai dari evaluasi kurikulum, program dalam
suatu bidang studi dengan objek evaluasi yang mencakup kebijakan
program, implementasi program, dan efektivitas program. Oleh karena itu
penting bagi kita untuk mengetahui bermacam aliterasi mengenai evaluasi
program pendidikan. Berikut adalah berbagai pemaparan mengenai konsep
evaluasi program dalam pendidikan.5
Menurut Dunn (dalam Widiyaka dkk, 2013) istilah evaluasi dapat
disamakan dengan penaksiran (appraisal), pemberian angka (rating) dan
penilaian. Artinya, evaluasi merupakan penilaian yang dilakukan untuk
mengetahui apakah sesuatu telah berjalan sebagaimana mestinya atau tidak.
Evaluasi dapat memberikan informasi yang valid dan dapat dipercaya
terhadap kinerja program atau kebijakan untuk mengungkap seberapa jauh
tujuan dan target yang telah dicapai. Tentunya, berjalan sebagaimana
mestinya suatu hal yang dievaluasi haruslah memiliki ciri yang terukur
sehingga dapat dinilai yang tidak lain disebut sebagai indikator. Adapun
5
https://serupa.id/evaluasi-program-pendidikan-pengertian-tujuan-langkah/ Diakses
Tanggal 15-10-2022 Jam 23:15
18

indikator atau kriteria evaluasi yang dikembangkan oleh Dunn (dalam


Widiyaka dkk, 2013) antara lain adalah sebagai berikut.
1. Efektifitas, yaitu apakah hasil yang diinginkan telah tercapai
2. Kecukupan, yaitu sejauh mana hasil yang diperoleh dapat
memecahkan masalah
3. Penerapan, apakah biaya dan manfaat dapat disalurkan kepada
kelompok masyarakat yang berbeda secara merata
4. Responsibilitas, apakah hasil dari kebijakan mengandung
preferensi/nilai dapat memuaskan mereka
5. Ketetapan, yaitu apakah pencapaian hasil dapat bermanfaat.
Evaluasi adalah sarana untuk mencapai penilaian nilai atas dasar
tindakan (kualitatif atau kuantitatif) dianggap valid dan reliabel, yang
membandingkan hasil sebenarnya sebuah program dengan hasil yang
diantisipasi. Bahkan di mana evaluasi berkaitan dengan menilai situasi tak
berwujud, yang sulit diukur, harus dapat dipercaya berdasarkan data yang
dikumpulkan secara ketat dan objektif (Rossi, 1985).
Lalu bagaimana dengan pengertian evaluasi program? menurut
Tyler (dalam Arikunto dan Jabar, 2018) evaluasi program adalah proses
untuk mengetahui apakah tujuan pendidikan telah direalisasikan. Artinya,
evaluasi juga dilakukan untuk mengetahui apakah tujuannya telah tercapai
atau belum.
Evaluasi program adalah pengumpulan informasi yang sistematis
mengenai kegiatan, karakteristik, dan hasil dari program untuk membuat
penilaian mengenai program ini, meningkatkan efektivitas program, dan
atau menginformasikan keputusan mengenai pengembangan program di
masa depan.
Berdasarkan berbagai uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa
evaluasi program adalah upaya menyediakan informasi untuk disampaikan
kepada pengambil keputusan mengenai suatu kesatuan kegiatan yang
merupakan sebuah sistem dan suatu rangkaian kegiatan dilakukan secara
berkesinambungan.
BAB III
PENUTUP
19

A. Kesimpulan

Pada hakikatnya tes adalah suatu alat yang berisi serangkaian tugas
yang harus dikerjakan atau soal-soal yang harus dijawab oleh peserta didik
untuk mengukur suatu aspek perilaku tertentu. Pengukuran yang dalam bahasa
Inggris dikenal dengan measurement dan dalam bahasa arabnya adalah
muqasayah, dapat diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan untuk
“mengukur” sesuatu. Mengukur pada hakikatnya adalah membandingkan
sesuatu dengan atau atas dasar ukuran tertentu.
Secara garis besar dapat dikatakan bahwa evaluasi adalah pemberian
nilai terhadap kualitas sesuatu. Selain dari itu, evaluasi juga dapat dipandang
sebagai proses merencanakan, memperoleh, dan menyediakan informasi yang
sangat diperlukan untuk membuat alternatif-alternatif keputusan. Dengan
demikian, Evaluasi merupakan suatu proses yang sistematis untuk menentukan
atau membuat keputusan sampai sejauh mana tujuan-tujuan pengajaran telah
dicapai oleh siswa. Daan evaluasi program adalah pengumpulan informasi
yang sistematis mengenai kegiatan, karakteristik, dan hasil dari program untuk
membuat penilaian mengenai program ini, meningkatkan efektivitas program,
dan atau menginformasikan keputusan mengenai pengembangan program di
masa depan.

B. Saran
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi
pokok bahasan dalam makalah ini. Penulis berharap para pembaca dapat
memberikan kritik dan saran yang membangun kepada penulis demi
kesempurnaan dalam penulisan dan penyusunan makalah.
20

DAFTAR KEPUSTAKAAN

https://www.academia.edu/33401845/
MAKALAH_Tes_Measurement_Pengukuran_Asesmen_Penilaian_Dan_Evalu
asi_docx Diakses Tanggal 14-10-2022 Jam 20:45
Alwasilah, et al.(1996). Glossary of Educational Assessment Term. Jakarta:
Ministry of Educational and Culture.
Arifin, Zaenal. 2009. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya
Arikunto, S & Jabar.2004.Evaluasi Program Pendidikan.Jakarta: Bumi Aksara.
Arikunto, Suharsimi. 2005. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta:Bumi
Aksara
Calongesi,J.S.1995.Merancang Tes untuk Menilai Prestasi Siswa. Bandung:
ITB.
Zainul & Nasution.(2001). Penilaian Hasil Belajar. Jakarta: Dirjen Dikti.
https://specialpengetahuan.blogspot.com/2015/03/pengertian-fungsi-dan-azas-
supervisi.html

Anda mungkin juga menyukai