Anda di halaman 1dari 7

ISSN: 1979-7842

JURNAL ILMIAH
JENDELA PENGETAHUAN

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MENULIS BERBASIS


WEB APLIKASI MOODLE PADA SISWA KELAS X MA
AS’ADIYAH SENGKANG
Oleh Muhsyanur

PENGARUH MOTIVASI TERHADAP HASIL BELAJAR


DAN LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING DI
SMKN 7 PADANG
Oleh Ismarianti

PEMBELAJARAN PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP


BERKELANJUTAN DALAM PENGGUNAAN SUMBER
DAYA SECARA EFISIEN EFEKTIF DAN BERKEADILAN
Oleh Hasan Boinauw

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM


BASED LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR
SOSIOLOGI SISWA PADA KELAS XI IPS DI SMA
BAITURRAHMAH PADANG
Oleh Yenni Melia

APLIKASI PEDAGOGI DALAM PEMBINAAN ATLET


MENUJU PRESTASI TINGGI
Oleh Jonas Solissa

KEPEMIMPINAN TUANKU DI LEMBAGA PENDIDIKAN


SURAU DALAM PENGKADERAN ULAMA DI
SUMATERA BARAT
Oleh Yusutria

KREATIVITAS MENULIS KARANGAN PERSUASI


SISWA SMP
Oleh Novita Tabelessy

PENGARUH PEMAHAMAN SISWA TENTANG KONSEP


MOBILITAS SOSIAL TERHADAP MOTIVASI
MELANJUTKAN PENDIDIKAN
*
Yenita Yatim
**
Darmairal Rahmad
***
Dita Apriani

Volume ke-10 Cetakan ke-23 17 Oktober 2017


KEPEMIMPINAN TUANKU DI LEMBAGA PENDIDIKAN SURAU DALAM
PENGKADERAN ULAMA DI SUMATERA BARAT

Oleh Yusutria

Dosen Program Studi Pendidikan Matematika


Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan PGRI Sumatera Barat

Abstrak: Ideologi yang ditanamkan, jiwa sehingga dibutuhkan suatu lembaga


kepemimpinan yang kharismatik, yang mampu mencetak pemimpin yang
membangun jiwa sosial yang baik dan dibutuhkan tersebut. (Farhan, 2016:
mampu berkomunikasi, serta 15).
memberikan solusi dalam setiap Lembaga yang berfungsi untuk
permasalahan terutama masalah mengembangkan nilai-nilai moral
keagamaan. Di samping softskill juga agama dan budaya di Minangkabau
memberikan keterampilan yang bisa adalah surau. Dari suraulah cikal bakal
menopang kehidupan akan keutuhan dan keutamaan masyarakat
kemandirian yang merupakan pola Minangka bau beradat dan beragama
kepempinan Tuanku dalam dijalankan secara bersamaan.
pengkaderan ulama dari segi personal. Keberhasilan ditandai apabila
Adanya syarat yang harus dipenuhi anak pandai mengaji, taat beribadah,
untuk menjadi guru di surau, kitab-kitab berakhlak dan berbudi pekerti luhur.
yang telah ditetapkan, teutama yang Mampu memakaikan tata krama adat,
memuat tarekat. Sistem pengajaran pandai petatah petitih adat, menguasai
dengan tidak merubah kurikulum kesenian anak nagari diri (pencak silat).
surau, masih mempertahankan non Keberadaan lembaga perguruan
klasikal, evaluasi tidak bertujuan untuk Islam di Minangkabau, sejak masa
mencari kesalahan dengan secara awal telah mendapat perhatian yang
menyeluruh dan kenaikan tingkat cukup besar. Pada masa ini, surau
ditandai dengan tamat (khatam kitab) merupakan lembaga pendidikan Islam
melainkan ada izin dari guru, hal ini yang sangat strategis. Eksistensi surau
merupakan kebijakan Tuanku di memiliki fungsi ganda, yaitu di samping
lembaga pendidikan Surau dalam sebagai tempat ibadah, pendidikan
proses pembelajaran untuk mengkader serta tempat berkumpulnya anak laki-
ulama yang tangguh. laki.
Fenomena ini telah ikut
Kata-Kata Kunci: Kepemimpinan memperlancar terjadinya proses
Tuanku, Pendidikan Surau, Ulama. pendidikan Islam secara efektif. Surau
memberikan pengajian yang diberikan
PENDAHULUAN oleh guru atau ulama dengan
Setiap generasi membutuhkan menggunakan huruf Arab-Melayu. Di
pemimpin yang handal, kompoten dan surau, diajarkan berbagai pengetahuan
kredibel. Memiliki keteladanan yang seperti pengetahuan agama, ilmu silat,
patut dalam memimpin umat secara kebudayaan atau adat istiadat, dan
benar lahir maupun batin. Islam, juga ilmu politik. Pada tahap ini belum
dikenal adanya pembagian kelas dalam karena kecakapan khusus atau
belajar, yang menjadi tujuan pokok berbagai sumber yang dimilikinya
pengajaran adalah agar pakiah dapat dirasakan mampu memecahkan
memahami agama Islam dengan benar persoalan yang ada serta memenuhi
dan menerapkannya dalam kehidupan kebutuhan yang bersangkutan.
sehari-hari. (Sakdiah, 2016: 31).
Sehingga surau pada Kepemimpinan yaitu proses
hakekatnya "ba surau" adalah yang dilakukan oleh seorang pemimpin
"imamah" yaitu meletakan seseorang untuk mempengaruhi para pengikutnya
yang diikuti oleh orang lain atau agar memahami dan melakukan yang
pengikutnya sebagai pemimpin yang seharusnya dilakukan sesuai
memiliki ilmu agama, istiqomah, taqwa, wewenang melalui komunikasi dan
iman dan akhlaqu al-karimah serta sufi. koordinasi untuk m,encapai tujuan yang
Menjadi "imamah" diperkuat diinginkan. (Intan Wijayati, 2016: 394).
dengan tingkahlaku yang baik dan
memberikan suritauladan yang baik Pola Kepemimpinan Tuanku dalam
serta mendapat posisi yang mulia di mengkader Ulama
hati masyarakat dan menjadi pemimpin Pola kepemimpian Tuanku
yang sesuai dengan konsep Rasulullah dalam kepribadian merupakan elemen
yaitu “STAF” (Shiddiq, Tabliqh, dari sebuah surau. Itulah sebabnya
Amanah dan Fathanah).Kesukesan kelangsungan hidup sebuah surau
Rasulullah dalam menjadi pemimpin sangat bergantung pada sebuah surau
terletak pada community resources, tersebut untuk memperoleh seorang
community educator dan community Tuanku pengganti yang
developer yang patut diteladani. berkemampuan cukup tinggi pada
(Sakdiah, 2016: 29). waktu ditinggal mati Tuanku.
Memahami fenomena tersebut, Tuanku merupakan sosok yang
bisa dijelaskan pada suatu konsep paling penting (key person) dan
tentang pola kepemimpinan Tuanku di menentukan dalam pengembangan
lembaga pendidikan surau dalam dan manajemen lembaga pendidikan
pengkaderan ulama di Sumatera Barat. surau. Berkaitan dengan
kepemimpinan tersebut, terdapat teori
PEMBAHASAN kepemimpinan yang sesuai dengan
Kepemimpinan dapat diartikan Tuanku yaitu teori perilaku (behavior
sebagai kegiatan untuk mempengaruhi theory), yang mendasarkan asumsi
orang-orang yang diarahkan terhadap berkaitan dengan kepemimpinan harus
pencapaian tujuan. (R. B. Khatib dipandang sebagai hubungan antar
Pahlawan Kayo, 2005: 25). orang. Dengan kata lain, teori ini
Kepemimpinan terjadi melalui dua sangat memperhatikan perilaku
bentuk yaitu kepemimpinan formal pemimpin sebagai aksi dan respons
(formal leadership) terjadi dilingkungan kelompoknya yang dipimpin sebagai
otoritas formal terdiri dari orang-orang reaksi. (Helmi Aziz, 2016: 12)
yang ditunjuk atau dipilih melalui Semakin kharismatik Tuanku,
proses seleksi. Kepemimpinan informal semakin besar kecenderungan
(informal leadership) berasal dari masyarakat mempersepsi kebesaran
orang-orang yang muncul dan surau tersebut. Melalui gaya
berpengaruh terhadap orang lain kepemimpinan kharismatik ini pula
instruksi dari Tuanku dapat begitu keunggulan wibawanya dalam
lancar dijalankan oleh para guru dan memimpin organisasi, pemimpin
pakiah tanpa hambatan psikologis. mempunyai tujuan hidup untuk menjadi
Dengan kharismatik ini pula lembaga surau sebagai ladang amal
surau mempunyai daya pikat tersendiri ibadah
yang membuat menjadi terkenal dan Kepemimpinan memerlukan
dikunjungi oleh calon pakiah dari berbagai keterampilan dan sifat, serta
berbagai penjuru. Hal ini sesuai dengan komitmen terhadap prinsip-prinsip
rumusan, kepemimpinan Islam yang terurai dalam al-Qur’an dan
kharismatikmemiliki energi, daya tarik hadits yang akan menjamin kepatuhan
untukmempengaruhi orang lain, setiap orang. Nilai-nilai dasar
sehingga mempunyai pengikut yang kepemimpinan Islami dijadikan rambu-
sangatbesar jumlahnya. rambu dalam pengambilan keputusan
Seorangyang memiliki kharisma untuk menjadi seorang pemimpin.
dianggap mempunyai kekuatan (Subhan, 2013: 139).
ghaib(supernatural power) dan Tuanku memberikan semangat
kemampuan-kemampuan sebagai kepada guru dan pakiah bahwa Allah
karunia Allah. Tuanku banyakmemiliki tidak pernah mensia-siakan hidup
inspirasi, keberanian, dan berkeyakinan hambaNya selama hambaNya masih
teguh pada pendiriansendiri. Totalitas tetap istiqomah di jalan Allah dan
kepribadian pemimpin itu membela agamaNya. Hal ini sesuai
memancarkan pengaruh dandaya tarik dengan firman Allah pada Q.S. An-
yang teramat besar. (Ara Hidayat, Nisa’ ayat 175.
2010: 86). Pola kepemimpinan Tuanku
Peranan dan kepribadian dalam proses pembelajaran. Hal ini
Tuanku sangat menentukan dan sesuai dengan konsep J.R.P French Jr.
kekharismatikan. Sikap hormat, takzim dan B. Raven memasukkan model
dan kepatuhan mutlak kepada Tuanku kepemimpinan Tuanku dalam kategori
adalah satu nilai pertama yang pemegang kekuasaan yang
ditanamkan. (Martin, 2012: 86). dilandaskan pada aspek kewibawaan.
Kredibilitas surau sebagai lembaga (Timple, 1993:34).Sebagai seorang
pendidikan Islam memang sangat pemimpin juga memberikan semangat
ditentukan oleh kredibilitas Tuanku berjuangan di jalan Allah.
sebagai figur sentral. Kesalehan dan
keutamaan Tuanku dalam ilmu agama, Pola Kepemimpinan Tuanku dalam
keutamaan yang dimiliki pada aspek Hubungan Sosial.
moralitas dan kepribadian sangat Hubungan sosial Tuanku dengan
menentukan integritas dan loyalitas masyarakat sangat baik hal ini bisa
kepada Tuanku dan agamanya. dilihat dalam keseharian ulama
(Dhofier, 1982:20). Pandangan fakiah, dengan masyarakat yang saling
bahwa kharisma Tuanku merupakan menghormati norma-norma yang ada
suatu karunia yang diperoleh dari sehingga akan mempermudah
Tuhan, yang memancarkan dari masyarakat menilai kepribadian
keikhlasan dan kesucian seorang ulama. Karena, di samping
hatinya.(Azizah, 2014:3). menjadi ulama dia juga menjadi
Berdasarkan keberhasilan panutan dalam setiap perbuatan yang
Tuanku lebih disebabkan oleh
dilakukan dan masyarakat menjadikan pendidikan dengan memberi
ulama tersebut seperti seorang ulama. keteladanan, membangun kemauan,
Tuanku memiliki hubungan sosial dan mengembangkan kreativitas
yang baik dengan masyarakatdalam peserta didik dalam proses
kehidupan sehari-hari mulaidari pembelajaran.
urusan agama sampai urusan sosial Hal tersebut juga sesuai dengan
seperti pengajian tarekat, pengajian Undang-Undang RI No 14 tahun 2005
rutin dengan menjelaskan kandungan tentang Guru dan Dosen Bab IV pasal
ayat suci al-qur’an atau hadist maupun 8 Guru wajib memiliki kualifikasi
kitab secara perlahan. Sehingga pola akademik, kompetensi, sertifikat
kepemimpinan Tuanku dengan pendidik, sehat jasmani dan rohani,
masyarakat sesuai dengan pasal 4 serta memiliki kemampuan untuk
tentang kewajiban guru dengan mewujudkan tujuan pendidikan
masyarakat. (Keputusan Kobgres XXI nasional.
PGRI, 2013). Surau merupakan salah satu
lembaga pendidikan keagamaan yang
Pola kepemimpinan Tuanku dalam mampu memberi pengaruh yang cukup
Proses Pembelajaran. besar dalam dunia pendidikan, baik
Segala bentuk kebijakan jasmani, rohani, maupun intelegensi,
manajerial pendidikan di lingkungan karena sumber nilai dan norma-norma
surau baik yang menyangkut kurikulum, agama merupakan acuan dan berfikir
proses dan metode pengajaran, serta sikap ideal pakiah.
evaluasi pembelajaran, keterlibatan Sehingga surau disebut sebagai
aktivitas pakiah di luar surau adalah alat transformasi kultural. fungsi surau
wewenang mutlak Tuanku. adalah mencetak ulama dan ahli
Ada tidaknya otonomi dalam agama. Kegiatan pembelajaran yang
pembelajaran di surau ditandai oleh terjadi di surau tidak sekedar
sejauhmana lembaga pendidikan surau pemindahan ilmu pengetahuan dan
dalam memiliki dan menggunakan keterampilan tertentu tetapi yang
otoritas (kewenangannya) dalam terpenting adalah penanaman dan
pengaturan kemana dan bagaimana pembentukan nilai-nilai tertentu kepada
penyelenggaraan pendidikan diarahkan pakiah.
oleh Tuanku (Burhattati, 2016:402). Sistem pengajaran di surau
Lembaga pendidikan surau, juga dengan tidak merubah kurikulum surau
mengacu kepada ajaran tarekat yang dengan kurikulum pemerintah, dan
akan disampaikan oleh Tuanku kepada masih mempertahankan non klasikal,
para pakiah, sebab seorang penganut dan tidak adanya jenjang pendidikan.
tarekat harus melalui beberapa Kenaikan tingkat pakiah ditandai
tahapan atau yang disebut dengan dengan tamat (khatam) atau
maqam-maqam. Diantara maqam- bergantinya kitab yang dipelajari oleh
maqam tersebut adalah taubat, wara’, seorang pakiah.
zuhud, sabr, tawadu’, taqwa, tawakkal, Tuanku merupakan penggerak
rida, mahabbah dan ahwal (Farhan, bagi sumber yang ada di surau
2016:16). terutama pada gurunya. Tuanku
Hal ini sesuai dengan undang- mempunyai peran penting dalam
undang SISDIKNAS No. 20 tahun 2003 memberdayakan para guru, karena
tentang prinsip penyelenggaraan Tuanku memegang tanggung jawab
terhadap segala sesuatu yang Pola kepemimpinan Tuankudalam
berkenaan dengan mutu di surau, proses pembelajaran dengan adanya
sehingga menghasilkan lulusan atau syarat yang harus dipenuhi oleh
out put yang sesuai dengan apa yang seseorang untuk menjadi guru, kitab-
diharapkan oleh masyarakat. Oleh kitab kuning yang dipakai, sistem
sebab itu Tuanku mengambil langkah- pengajaran dengan tidak merubah
langkah dengan meningkatkan mutu kurikulum surau, masih
pakiah dengan meningkatkan kualitas mempertahankan non klasikal, evaluasi
gurunya agar mampu mendidik dan tidak bertujuan untuk mencari
membina para pakiah dengan kesalahan, sifat penilaian dilakukan
kompetensi dan ketrampilan yang secara menyeluruh dan terus menerus
dimilikinya agar dapat menghasilkan serta kenaikan tingkat ditandai dengan
lulusan yang mampu menguasai ilmu tamat (khatam kitab) setelah ada izin
agama dan ilmu sosial serta
berwawasan luas. SUMBER RUJUKAN
Langkah awal yang dilakukan Bruinessen. Martin Van. 2012. Kitab
Tuanku dalam proses pembelajaran Kuning Pesantren dan Tarekat.
adalah dengan mengadakan Yogyakarta. Gading Publishing.
pembinaan kompetensi professional Dhofier. Zamarkhsyari. 1982. Tradisi
dan pembinaan kompetensi Pesantren, Studi tentang
kepribadian guru. Hal ini sesuai dengan Pandangan Hidup Kyai, (Jakarta:
teori bahwasannya seorang guru LP3ES.
memiliki posisi yang sangat penting Pahlawan Kayo. R.B.Khatib. 2005.
dan strategi dalam pengembangan Kepemimpinan Islam dan
potensi yang dimiliki pakiah. Dakwah. Jakarta. Amzah.
Pemimpin mempunyai tanggung Timple. A. Dale. 1993. Kepemimpinan
jawab yang besar baik itu secara fisik (Leadership). Jakarta: Gramedia
maupun spiritual terhadap keberhasilan Asri Utama.
aktivitas, sehingga menjadi pemimpin Keputusan Kongres XXI Persatuan
itu tidak mudah dan tidak setiap orang Guru Republik Indonesia,
mempunyai kesamaan di dalam Nomor: VI/ Kongres/ XXI/
menjalankan kepemimpinan. PGRI/2013 Tentang Kode Etik
Guru Indonesia, Kawajiban guru
SIMPULAN dan Masyarakat Pasal 4.
Hasil pembahasan tentang pola Aziz. Helmi. Taja. Nadri. 2016.
kepemimpinan Tuanku di lembaga Kepemimpinan Kyai Dalam
pendidikan surau dalam pengkaderan Menjaga Tradisi Pesantren
ulama di Sumatera Barat dilihat pada (Studi Deskriptif di Pondok
strategi yang digunakandengan Pesantren Khalafi al-Mu’awanah
menanamkan Ideologi, jiwa Kabupaten Bandung Barat).
kepemimpinan yang kharismatik, Ta’dib. Jurnal Pendidikan Islam.
mampu berkomunikasi, baik dalam Vol V, No. 1. Universitas Islam
bermuamalah dan jujur serta Bandung.
menguasai masalah dan mampu Azizah. L. 2014. Pengaruh Kharisma
menyelesaikannya dan keterampilan Ibu Nyai. Hj. Umi Habibah
yang diajarkan. Terhadap Motivasi Menghafal Al-
Qur’an Santri Putri Pondok
Pesantren Darul Falah Sidoarjo.
Skripsi Universitas Islam Negeri
Sunan Ampel Surabaya.
Falah. Saiful dkk. 2016. Model
Regenerasi dan Kaderisasi
Kepemimpinan Dalam Islam.
Jurnal Pendidikan, Hukum, dan
Bisnis,Vol 2 No. 2 Agustus.

Farhan. 2016. Islam dan Tasawuf di


Indonesia: Kaderisasi Pemimpin
Melalui Organisasi “Matan”.
Esoterik: Jurnal Akhlak dan
Tasawuf. Vol 2. Nomor 1.
Fuad. Nurhattati. 2016. Pendidikan
Berbasis Masyarakat di Pondok
Pesantren (Studi Kasus
Pendidikan Berbasis Masyarakat
di Pesantren Al-Ittifaq Bandung
Jawa Barat). Jurnal Manajemen
Pendidikan. UNJ.
Hidayat. Ara. Imam Machali. 2010.
Pengelolaan Pendidikan
(Konsep, Prinsip dan Aplikasi
dalam Mengelola Sekolah dan
Madrasah). Bandung: Pustaka
Educa.
Sakdiah. 2016. Karakteristik
Kepemimpinan Dalam Islam
(Kajian Historis Filosofis) Sifat-
Sifat Rasulullah). Jurnal Al-
Bayan, Vol. 22 No. 33 Januari-
Juni.
Subhan. Moh. 2013. Kepemimpinan
Islami Dalam Peningkatan Mutu
Lembaga Pendidikan Islam.
Jurnal Tadris, Vol 8. No 1 Juni.
Wijayati. Intan. 2017. Gaya
Kepemimpinan Dalam
Pengambilan Kebijakan di
Perguruan Islam Pondok Tremas
Pacitan. Jurnal Muslim Heritage,
Vol. 1, No. 2, November 2016 –
April 2017.

Anda mungkin juga menyukai