Nomor : 01/PRISMA/PP/I/2012
Kepada Yth,
Di_
Tempat
Dalam rangka memperingati Maulid Nabi Muhammad Saw, tepatnya pada bulan Rabi’ul
Awwal, kami yang tergabung dalam Persatuan Remaja Islam Masjid Jami Alma’unah
( PRISMA ALMAU’NAH), ingin bermaksud mengumpulkan dana dari para dermawan untuk
berjalannya acara yang akan kami adakan. Namun karena keterbatasan kami dalam hal
finansial, maka kami sangat mengharapkan uluran tangan dari Bapak/Ibu untuk memberikan
bantuan demi suksesnya kegiatan ini. Acara tersebut insyallah akan dilaksanakan pada:
Adapun segala sesuatunya tidak luput dari biaya, kami sangat membutuhkan dana. Oleh
karena itu kami sangat mengharapkan bantuan dari Bapak, Ibu Saudara/i serta Donatur.
Demikian surat permohonan ini kami sampaikan, atas perhatian dan partisipasinya kami
ucapkan banyak-banyak terima kasih.
Menyetujui
PANITIA KEGIATAN
TEMA KEGIATAN
“ Men jalin Ukhuwah Islamiyah, dan mewujudkan Masyakrakat dengan Akhlakul
karimah”
Email : Prismaalmaunah@ymail.com
PANITIA KEGIATAN
PRISMA ALMA’UNAH
LATAR BELAKANG
Kelahiran seorang manusia sebetulnya merupakan perkara yang biasa saja. Bagaimana tidak?
Setiap hari, setiap jam, bahkan setiap menit dunia ini tidak henti-hentinya menyambut
kelahiran bayi-bayi manusia yang baru. Karena perkara yang biasa-biasa saja, tidak terasa
bahwa dunia ini telah dihuni lebih dari 6 miliar jiwa. Karena itulah, barangkali, Nabi kita,
Rasulullah Muhammad Saw tidak menjadikan hari kelahirannya sebagai hari yang istimewa,
atau sebagai hari yang setiap tahunnya harus diperingati. Keluarga beliau, baik pada masa
Jahiliah maupun pada masa Islam, juga tidak pernah memperingatinya, padahal beliau adalah
orang yang sangat dicintai oleh keluarganya. Mengapa? Sebab, dalam tradisi masyarakat
Arab, baik pada zaman Jahiliah maupun zaman Islam, peringatan atas hari kelahiran
seseorang tidak pernah dikenal.
Bagaimana dengan para sahabat beliau? Kita tahu, tidak ada seorang pun yang cintanya
kepada Nabi Muhammad Saw melebihi kecintaan para sahabat kepada beliau. Dengan kata
lain, di dunia ini, para sahabatlah yang paling mencintai Nabi Muhammad Saw. Namun
demikian, peringatan atas kelahiran (maulid) Nabi Muhammad Saw juga tidak pernah
dilakukan para sahabat beliau itu, meskipun dengan alasan untuk mengagungkan beliau.
Wajar jika dalam Sirah Nabi Saw dan dalam sejarah otentik sangat sulit ditemukan fragmen
Peringatan Maulid Nabi Muhammad Saw, baik yang dilakukan oleh Nabi Saw sendiri
maupun oleh para sahabat beliau.
Realitas tersebut, paling tidak, menunjukkan bahwa para sahabat sendiri tidak terlalu
`memandang penting’ momentum hari dan tahun kelahiran Nabi Muhammad Saw,
sebagaimana orang-orang Kristen memandang penting hari dan tahun kelahiran Isa al-Masih,
yang kemudian mereka peringati sebagai Hari Natal. Itu membuktikan bahwa para sahabat
bukanlah orang-orang yang biasa mengkultuskan Nabi Muhammad Saw, sebagaimana orang-
orang Nasrani mengkultuskan Isa as. Hal itu karena mereka tentu sangat memahami benar
sabda Nabi Muhammad Saw sendiri yang pernah menyatakan: Janganlah kalian
mengkultuskan aku sebagaimana orang-orang Nasrani mengkultuskan putra Maryam (Isa
as.), karena sesungguhnya aku hanya sekadar seorang hamba-Nya. [HR. Bukhari dan
Ahmad]. Memang, sebagaimana manusia lainnya, secara fisik atau lahiriah, tidak ada yang
istimewa pada diri Muhammad SAW sebagai manusia, selain beliau adalah seorang Arab dari
keturunan yang dimuliakan di tengah-tengah kaumnya. Wajarlah jika Allah SWT, melalui
lisan beliau sendiri, berfirman: Katakanlah, “Sungguh, aku ini manusia biasa seperti
kalian…” (Qs. Fushshilat: 6).
Lalu mengapa setiap tahun kaum Muslim saat ini begitu antusias memperingati Maulid Nabi
Muhammad Saw; sesuatu yang bahkan tidak dilakukan oleh Nabi Saw sendiri dan para
sahabat beliau? Berbagai jawaban atau alasan dari mereka yang memperingati Maulid Nabi
Muhammad Saw biasanya bermuara pada kesimpulan, bahwa Muhammad Saw memang
manusia biasa, tetapi beliau adalah manusia teragung, karena beliau adalah nabi dan rasul
yang telah diberi wahyu; beliau adalah pembawa risalah sekaligus penebar rahmat bagi
seluruh alam. Karena itu, kelahirannya sangat layak diperingati. Peringatan Maulid Nabi
Muhammad Saw sendiri tidak lain merupakan sebuah sikap pengagungan dan penghormatan
(ta’zhîman wa takrîman) terhadap beliau dalam kapasitasnya sebagai nabi dan rasul; sebagai
pembawa risalah sekaligus penebar rahmat bagi seluruh alam.
Kelahiran Nabi Muhammad Saw tentu tidaklah bermakna apa-apa seandainya beliau tidak
diangkat sebagai nabi dan rasul Allah, yang bertugas untuk menyampaikan wahyu-Nya
kepada umat manusia agar mereka mau diatur dengan aturan apa saja yang telah diwahyukan-
Nya kepada Nabi-Nya itu. Karena itu, Peringatan Maulid Nabi Saw pun tidak akan bermakna
apa-apa selain sebagai aktivitas ritual dan rutinitas belaka jika kaum Muslim tidak mau diatur
oleh wahyu Allah, yakni al-Qur’an dan as-Sunnah, yang telah dibawa oleh Nabi Muhammad
Saw ketengah-tengah mereka. Padahal, Allah SWT telah berfirman: “Apa saja yang
diberikan Rasul kepada kalian, terimalah; apa saja yang dilarangnya atas kalian,
tinggalkanlah.” (Qs. al-Hasyr: 7). Lebih dari itu, pengagungan dan penghormatan kepada
Rasulullah Muhammad Saw, yang antara lain diekspresikan dengan Peringatan
Maulid Nabi Saw, sejatinya merupakan perwujudan kecintaan kepada Allah, karena
Muhammad Saw adalah kekasih-Nya. Jika memang demikian kenyataannya maka kaum
Muslim wajib mengikuti sekaligus meneladani Nabi Muhammad Saw dalam seluruh aspek
kehidupannya, bukan sekadar dalam aspek ibadah ritual dan akhlaknya saja. Allah SWT
berfirman: Katakanlah, “Jika kalian benar-benar mencintai Allah, ikutilah aku.” (Qs. Ali-
Imran: 31). Dalam ayat di atas, frasa fattabi’ûnî (ikutilah aku) bermakna umum, karena
memang tidak ada indikasi adanya pengkhususan (takhshîsh), pembatasan (taqyîd), atau
penekanan (tahsyîr) hanya pada aspek-aspek tertentu yang dipraktikkan Nabi Saw.
Disamping itu, Allah SWT juga berfirman: “Sesungguhnya engkau berada di atas khuluq
yang agung” (Qs. al-Qalam: 4). Di dalam tafsirnya, Imam Jalalin menyatakan bahwa kata
khuluq dalam ayat di atas bermakna dîn (agama, jalan hidup) (Lihat: Jalalain, Tafsîr Jalâlain,
jilid. 1, hal. 758). Dengan demikian, ayat di atas bisa dimaknai: Sesungguhnya engkau berada
di atas agama/jalan hidup yang agung. Tegasnya, menurut Imam Ibn Katsir, dengan mengutip
pendapat Ibn Abbas, ayat itu bermakna: Sesungguhnya engkau berada di atas agama/jalan
hidup yang agung, yakni Islam (Ibn Katsir, Tafsîr Ibn Katsîr, jld. 4, hal. 403). Ibn Katsir lalu
mengaitkan ayat ini dengan sebuah hadis yang meriwayatkan bahwa Aisyah istri Nabi Saw
pernah ditanya oleh Sa’ad bin Hisyam mengenai akhlak Nabi Saw Aisyah lalu menjawab:
“Sesungguhnya akhlaknya adalah al-Quran.” [HR. Ahmad].
Dengan demikian, berdasarkan ayat al-Qur’an dan hadis penuturan Aisyah di atas, dapat
disimpulkan bahwa meneladani Nabi Muhammad Saw hakikatnya adalah dengan cara
mengamalkan seluruh isi al-Qur’an, yang tidak hanya menyangkut ibadah ritual dan akhlak
saja, tetapi mencakup seluruh aspek kehidupan manusia. Artinya, kaum Muslim dituntut
untuk mengikuti dan meneladani Nabi Muhammad Saw dalam seluruh perilakunya: mulai
dari akidah dan ibadahnya, makanan/minuman, pakaian, dan akhlaknya; hingga berbagai
muamalah yang dilakukannya seperti dalam bidang ekonomi, sosial, politik, pendidikan,
hukum, dan pemerintahan. Sebab, Rasulullah Saw sendiri tidak hanya mengajari kita
bagaimana mengucapkan syahadat serta melaksanakan shalat, shaum, zakat, dan haji secara
benar, tetapi juga mengajarkan bagaimana mencari nafkah, melakukan transaksi ekonomi,
menjalani kehidupan sosial, menjalankan pendidikan, melaksanakan aktivitas politik
(pengaturan masyarakat), menerapkan sanksi-sanksi hukum (`uqûbat) bagi pelaku kriminal,
dan mengatur pemerintahan/negara secara baik dan benar.
NAMA KEGIATAN
TEMA KEGIATAN
TUJUAN KEGIATAN
Membesarkan Maulidurrasul sama halnya dengan kita membesarkan Islam karena Rasulullah
SAW merupakan simbol ketauladanan bagi umat Islam, yang bertujuan:
2. Mengadakan forum atau media transformasi keilmuan dengan tujuan memperdalam ilmu
pengetahuan tentang keislaman
3. Media introspeksi diri dalam menjalani kehidupan sehingga berpengaruh pada daya
spiritualitas masyarakat akan kualitas dan persentasi keimanan
4. Memberikan motivasi kepada generasi penerus agar selalu memegang teguh tali agama
dan dapat membentengi diri dengan keimanan dan ketakwaan yang kuat dan mantap
5. Media syiar islam dan mempererat ukhuwah islamiyah Remaja khususnya dan masyarakat
sekitar pada umumnya
Hari : Sabtu
SUSUNAN PANITIA
ANGGARAN DANA
Sumber pendanaan yang direncanakan dalam rangka pelaksanaan kegiatan ini dapat diuraikan
sebagai berikut :
1. Masyarakat Sekitar
2. Instansi Pemerintahan
3. Badan Usaha Swasta
4. Para Donatur
PENUTUP
Demikianlah Proyek Proposal ini kami sampaikan, sebagai bahan acuan dalam pelaksanaan
kegiatan ini. Semoga apa yang telah kami lakukan ini seiring dengan ridho Allah SWT dan
menjadi investasi akhirat di hari Pembalasan nanti.
Akhirnya semuanya dari Allah dan hanya kepada Allah lah kami serahkan semua urusan ini
seraya memohon taufiq, hidayah dan inayah-Nya demi terselenggaranya kegiatan ini.
Lampiran 1
SUSUNAN PANITIA
I. Penasehat
Ketua : Asnawi
Sekretaris : Susilawati
III. SEKSI-SEKSI
Yati Riyansyah
Ir ma Zulkarnaen
Lukman
1. Humas
Mulyana
1. PDDK Suryadi
Anggota : Adam
Sheila
Fitri
1. Konsumsi
Anggota : Mulyadi
Dea
Rayani
Deni
Siti aisyah
Lampiran 2
Sekretaris
Acara
Peralatan
Pudekdok
Konsumsi
Humas